Anda di halaman 1dari 5

Tugas Review 3 Teori Hubungan Internasional 2

NPM : 1406578981

Bahan Utama : Tuathail, Gearid , and John Agnew. 1992. "Geopolitics and
Discourse". Political Geography, 190-204.

Geopolitik yang merupakan kajian mengenai manusia dan alam memiliki beberapa pola dalam
refleksinya di dunia nyata. Salah satu pola geopolitic berkaitan dengan sejarah perang dingin

yang terjadi pada abad ke-18. Pembahasan ini mengkaji secara mendalam mengenai pola
geopolitic modern pada periode Perang Dingin dan hubungan antara geopolitic dan geostrategi
dengan kebijakan yang diaplikasikan pada masa Perang Dingin. Bagaimana pemikiran teoritisi
geopolitic dapat sangat mempengaruhi tindakan suatu negara dalam merespon negara lain,
terutama anatara Uni Soviet melawan Amerika Serikat dalam bingkai Perang Dingin . Dan
bagaimana ekspansionisme berubah bentuk menjadi penyebaran ideologi, serta faktor-faktor
geopolitic menjadi alasan dibalik dinamika tersebut.

Dalam tulisannya Tuathail berusaha untuk menjelaskan mengenai landasan konseptual tentang
penggunaan bahasa geopolitik dalam menjelaskan Kebijakan luar negeri Amerika Serikat
khususnya pada era perang dingin atau post-war. Tulisannya berusaha menunjukkan
konseptualisasi kembali geopolitik dalam konteks dikursus dan mengaplikasikan hal tersebut ke
kebijakan luar negeri Amerika Serikat secara umum . Banyak yang menganggap geopolitik
seharusnya merupakan pembahasan mengenai praktik, seperti power, invasi, perang, dan
pengerahan kekuatan militer dan bukan mengenai dikursus -pemahaman mengenai pidato dan
cara menulis, dalam memandang peristiwa-. Namun Tuathail berargumen bahwa dari setiap
praktik yang dikeluarkan melalui kebijakan dari pemerintah pasti ada dikursus yang harus dilalui
sebelum praktik tersebut menjadi kenyataan.

Diskursus geopolitik merupakan cara untuk membuat suatu tindakan menjadi bermakna dan
mepunyai nilai kebenaran meskipun tindakan tersebut adalah tindakan perang atau invansi
(Sprout & Sprout 1992)1. Tuathail (1992, 79) dalam tulisannya menunjukkan pemahaman
1 Gearid Tuathail dan John Agnew, "Geopolitics and Discourse", Political
Geography, 1992, hal. 190-204.

1
geopolitik non-diskursif menekankan kepada lingkungan fisik yang terpisah dari dimensi sosial,
politik dan dasar politik internasional. Sedangkan, Tuathail & Agnew (1992, 79) kemudian
berpandangan bahwa geopolitik bukan fenomena non-diskursif yang terpisah dari ideologi dan
politik, melainkan sebuah diskursus sosial dan hsitoris, berdasarkan interaksi power dan
pengetahuan (Foucault, 1992)2. Diskursus geopolitik merupakan konsep yang dinamis melalui

peran dan keahlian statesman merumuskan kebijakan luar negeri.

Tuathail dan Agnew membagi tulisannya menjadi dua bagian, pertama adalah usahnya untuk
menjelaskan teori geopolitik menggunakan konsep dikursus. Bagian kedua menjawab pertanyaan
mengenai geopolitik Amerika dan memberikan fitur yang konsisten dari penalaran geopolitik di
mana kebijakan luar negeri Amerika berusaha untuk dituliskan . Dalam pembahasan mengenai
bagian kedua Tuathil menganalisis secara detail dua teks terkenal yang berasal dari masa perang
dingin: Long Telegram milik George Kennan yang ditulis pada tahun 1946, dan artikel Mr X
pada tahun 1974. Ironi dari teks geopolitik yang berpengaruh ini adalah tidak adanya

keterwakilan geografi secara konkret.

Geopolitik seperti yang dijelaskan oleh Tuatahil dan Agnew adalah sebagai fokus terhadap
geografi dari politik internasional, khususnya hubungan antara lingkungan fisik (lokasi, sumber
daya, wilayah) dan pelaksanaan dari kebijakan luar negeri . Fitur historis dari tulisan geopolitik
adalah pengakuan bahwa geopolitik adalah penggagalan terhadap idealisme, ideologi, dan
keinginan manusia. Melalui pemahaman dan istilah geopolitik mengambil kenyataan yang berat,

kenyataan material, dan fakta alamiah yang tidak dapat digantikan . Ironi dari tulisan geopolitis

adalah sangat ideologis dan dianalisis secara politis dan mendalam . Di dalam geografi politik,

tradisi geopolitis telah lama ditentang oleh pemberontak. Geopolitk yang dinginkan oleh Tuatahil
dan Agnew adalah praktik dikursif yang dikonseptualisasikan ulang di mana para ahli negara
menspasialisai politik internasional sebagaimana dunia nyata dengan bentuk tempat, manusia,
dan drama.

2 Ibid.

2
Dikursus seperti tata bahasa, memiliki keberadaan yang semu . Diskursus bukanlah konstruksi

menyeluruh seperti bagaimana struktur diwakilkan. Mereka adalah satu set kemampuan yang

keberadaannya kita simpulkan dari realisasi dalam aktivitas, teks dan pidato.

Pengertian yang diberikan dalam diskusi-diskusi yang ada telah memberikan konseptualisasi
terbaik mengenai terma geopolitik. Hal ini tidak terlepas dari peran para

intelektual statecraft. Ada empat tesis yang merupakan hasil pengamatan dalam

proses reasoning dan pendapat para intelektual tatanegara. Yang pertama adalah studi geopolitik
yang telah kami definisikan termasuk studi komprehensif tentang tata negara sebagai satu
pembelajaran sosial. Geopolitik bukanlah sebuah pertimbangan dan secara relatif mengandung
aktivitas yang dikeluarkan oleh sejumlah orang yang disebut wise-men yang berbicara dengan
bahasa geopolitik klasik. Tesis kedua adalah kebanyakan geopolitical reasoning di politik dunia

bersifat praktis, bukan bersifat formal. Hal ini didasarkan pada asumsi-asumsi para praktisi

perihal lokasi dan identitas. Tesis ketiga yaitu studi mengenai geopolitical
reasoning mengharuskan kita untuk mempelajari proses penciptaan ilmu pengetahuan geografi
dalam pembentukan suatu negara dan sistem dunia. Geografi selain mencakup nation-state juga

komunitas politik di dunia. Tesis keempat mengenai pelaksanaan geopolitical reasoning dalam
konteks sistem dunia dimana negara hegemoni dianggap sebagai pembuat aturan dalam
komunitas dunia, termasuk juga menentukan batas wilayah di dunia 3. Di era Perang Dingin
kompetisi antara dua pihak pemenang Perang Dunia II, yakni Amerika dan Uni Soviet yang
berlomba memperbesar kekuatan mereka melalui sudut pandang geopolitik yang baru yakni
melalui persaingan influence lebih terhadap negara lain. Influence pada pembahasan ini lebih
mengarah pada bagaimana sebuah negara mampu memberikan pengaruh politik bagi negara lain
sebagai rival. Dalam hal ini, pengaruh Liberalisme-kapitalisme Amerika, dengan Komunisme-
sosialisme Uni Soviet mewarnai Perang Dingin untuk membentuk perspektif pemetaan kekuatan
dunia, dimana liberalis-kapitalis akan membentuk persepektif individu bahwa dunia sangat
elaborative, kerjasama di bidang ekonomi akan memunculkan kompetisi di bidang ekonomi .

3 Gearid Tuathail dan John Agnew, "Geopolitics and Discourse", Political


Geography, 1992, hal. 190-204.

3
Sedangkan komunis-sosialis menyusun pemikiran komando dalam suatu negara secara politik
maupun ekonomi untuk kesejahteraan bersama4. Kebijakan luar negeri di era Perang Dingin

menjadi aktor utama dalam dinamika internasional . Geopolitik muncul sebagai alternatif,

ditawarkan untuk menjawab permasalahan tersebut. Geopolitik akan dikaitkan dengan sebagai
practice, bukanlah diskursus, geopolitik adalah aksi yang diambil untuk melawan kekuatan
negara lain. Geopolitik sebagai diskursus dapat mengonstruksi cara berpikir statesman,
sementara Geopolitik sebagai practice lebih merujuk bagaimana aplikasi dan implementasi
kebijakan luar negeri tersebut5.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pola geopolitik di era Perang Dingin cenderung
bergeser dari geopolitik fisik di era imperialisme. Di era Perang Dingin, geopolitik digambarkan
melalui luas persebaran pengaruh satu kubu, baik itu US ataupun USSR ke negara lain. Hal ini
sesuai dengan diskursus geopolitik yang tidak hanya menekankan pada pemahaman geopolitik
secara fisik, melainkan juga dalam aspek ideologis. Teoritisi yang hadir di era Perang Dingin ini
juga kemudian secara langsung memberikan kontribusi geostrategi berupa kebijakan bagi kedua
blok yang ada, misalnya George Keenan atau Mikhail Gorbachev. Berbeda dengan kebijakan
geopolitik pada perang dunia dan era ekspansionisme yang cenderung agresif, kebijakan
geopolitik di era prang dingin lebih bercorak defensif dan preventif. Kebijakan ini banyak
diterapkan oleh Amerika Serikat yang insecuredengan presence Soviet di berbagai belahan dunia
maka muncullah containment policy. Sementara di sisi lain Soviet mengalami perubahan
geopolitik yang cukup berarti dari awalnya yang bersifat preventif dengan menciptakan negara-
negara satelit dan melakukan nuclear threat menjadi bercorak lebih lunak ketika berada di
tangan Gorbachev.

4 Jeremy Black, Geopolitics and Cold War dalam Geopolitics, Social Affairs, 2009,
hal. 141-166.

5 Tuathail, Gearid , and John Agnew. 1992. "Geopolitics and Discourse". Political
Geography, 190-204.

4
Daftar Pustaka

Black, Jeremy. 2009. Geopolitics and Cold War dalam Geopolitics, Social Affairs
Unit: pp. 141-166.

Tuathail, Gearid , and John Agnew. 1992. "Geopolitics and Discourse". Political Geography,
190-204.

Anda mungkin juga menyukai