Anda di halaman 1dari 17

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan diuraikan tentang beberapa konsep dasar, diantaranya adalah konsep
lansia dan konsep Rheumatoid Artritis dan Konsep Asuhan Keperawatan Lansia dengan
Rheumatoid Artritis.

2.1 Konsep Lansia


2.1.1 Pengertian
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) serta
memperbaiki kerusakan yang diderita (Wahjudi Nugroho, 2008).
Menurut WHO dan UU No. 13 Tahun 1998 pada Bab 1 Pasal 1 Ayat (2), (3), dan (4)
tentang kesehatan dan kesejahteraan lanjut usia dikatakan bahwa lanjut usia merupakan
seseorang yang memasuki usia lebih dari 60 tahun, baik pria maupun wanita (Dikutip oleh
Kushariyadi, 2010).
Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus-
menerus dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis
dan biokimia pada tubuh, sehingga akan memengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara
keseluruhan (DEPKES RI, dikutip oleh Siti Maryam, (2008)).

2.1.2 Batasan-Batasan Lanjut Usia


Menurut Kushariyadi (2010), Siti Bandiyah (2009) dan Wahjudi Nugroho (2008) usia yang
dijadikan untuk lanjut usia berbeda-beda, umumnya berkisar antara 60-65 tahun. Beberapa
pendapat para ahli tentang batasan usia adalah sebagai berikut:
1. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), ada 4 tahapan yaitu ; Usia pertengahan
(middle age) usia 45-59 tahun, Lanjut usia (elderly) usia antara 60-74 tahun, Lanjut usia
tua (old) usia antara 75-90 tahun, dan Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun.
2. Menurut Prof. DR. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad (Alm.), Guru Besar Universitas
Gajah Mada Fakultas Kedokteran, membagi periodisasi biologis perkembangan
manusia dibagi menjadi ; Masa bayi (usia 0-1 tahun), Masa prasekolah (usia 1-6 tahun),
Masa sekolah (usia 6-10 tahun), Masa pubertas (usia 10-20 tahun), Masa setengah
umur/prasenium (usia 40-65 tahun), dan Masa lanjut usia/senium (usia > 65 tahun).
3. Menurut Dra. Ny. Jos Masdani, psikolog dari Universitas Indonesia, kedewasaan dibagi
menjadi 4 bagian, yaitu ; Fase iuventus (usia 25-40 tahun), Fase verilitas (usia 40-50
tahun), Fase prasenium (usia 55-65 tahun), dan Fase senium (usia 65 tahun hingga tutup
usia).
4. Menurut Prof. DR. Koesoemanto Setyonegoro, Sp.Kj., batasan usia dewasa sampai
lanjut usia dikelompokkan menjadi :
1) Usia dewasa muda (elderly adulthood) usia 18/20-25 tahun,
2) Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas usia 25-60/65 tahun,
3) Lanjut usia (geriatric age) usia 65/70 tahun, terbagi atas ; Young old (usia 70-75
tahun), old (usia 75-80 tahun), dan very old (usia 80 tahun).

2.1.3 Klasifikasi Lansia


Menurut Siti Maryam (2008) lansia diklasifikasikan menjadi 5, yaitu :
1. Pralansia (prasenilis) : Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2. Lansia : Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3. Lansia resiko tinggi : Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
4. Lansia potensial : Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan
yang dapat menghasilkan barang/jasa.
5. Lansia tidak potensial : Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung dengan bantuan orang lain.
2.1.4 Tipe Lansia
Menurut Siti Maryam (2008) dan Wahjudi Nugroho (2008) beberapa tipe lansia bergantung
pada karakter, pengalaman hidup, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya. Tipe tersebut
dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Tipe Arif Bijaksana :
Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
2. Tipe Mandiri :
Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan baru,
selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta memenuhi undangan.
3. Tipe Tidak Puas :
Lanjut usia ini yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses
penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya cantik jasmani,
kehilangan kekuasaan, statua, teman yang disayangi, pemarah tidak sabar, mudah
tersinggung, menuntut, sulit dilayani, dan pengkritik.
4. Tipe Pasrah :
Lanjut usia ini yang sallu menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai
konsep habis (habis gelap datang terang), mengikuti kegiatan beribadah, ringan kaki,
pekerjaan apa saja dilakukan.
5. Tipe Binggung :
Lanjut usia ini yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa
minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh.
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen
(ketergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militan dan serius, tipe pemarah/frustasi
(kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta tipe putus asa (benci pada
diri sendiri).

2.1.5 Teori Proses Menua (Ageing Process Theory)


1. Teori Biologi
Teori ini berfokus pada proses fisiologi dalam kehidupan seseorang dari lahir sampai
meninggal. Perubahan pada tubuh dapat secara independen atau dapat dipengaruhi oleh
faktor luar yang bersifat patologis. Teori biologi dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
1) Teori Stokastik/ Stochastic Theories
Bahwa penuaan merupakan suatu kejadian yang terjadi secara acak/ random dan
akumulasi setiap waktu. Teori ini terdiri dari :
a. Error Theory
Teori kesalahan didasarkan pada gagasan di mana kesalahan dapat terjadi di dalam
rekaman sintese DNA. kesalahan ini diabadikan dan secepatnya didorong kearah sistem
yang tidak berfungsi di tingkatan yang optimal. Jika proses transkripsi dari DNA
terganggu maka akan mempengaruhi suatu sel dan akan terjadi penuaan yang berakibat
pada kematian.
b. Free Radical Theory/ teori radikal bebas
Teori ini menyatakan bahwa penuaan disebabkan akumulasi kerusakan ireversibel
akibat senyawa pengoksidan. Radikal bebas adalah produk metabolisme selular yang
merupakan bagian molekul yang sagat reaktif. Molekul ini mempunyai muatan
ekstraselular kuat yang dapat menciptakan reaksi dengan protein, mengubah bentuk dan
sifatnya ; molekul ini juga dapat bereaksi dengan lipid yang berada dalam membran sel,
mempengaruhi permeabilitasnya, atau dapat berikatan dengan organel sel lainnya.
Proses metabolisme oksigen diperkirakan menjadi sumber radikal bebas terbesar,
secara spesifik, oksidasi lemak, protein dan karbohidrat dalam tubuh menyebabkan
formasi radikal bebas. Polutan lingkungan merupakan sumber eksternal radikal bebas.

c. Cross-Linkage Theory
Teori ini seperti protein yang metabolisme tidak normal sehingga banyak produksi
sampah didalam sel dan kinerja jaringan tidak dapat efektif dan efisien.
d. Wear and Tear Theory
Teori ini mengatakan bahwa manusia diibaratkan seperti mesin. Sehingga perlu
adanya perawatan. Dan penuaan merupakan hasil dari penggunaan.
2) Teori Non Stokastik/Non Stochastic Theories
Proses penuaan disesuaikan menurut waktu tertentu.
a. Programmed Theory
Pembelahan sel dibatasi oleh waktu, sehingga suatu saat tidak dapat regenerasi
kembali.
b. Immunity Theory
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan. Walaupun
demikian, kemunduran kamampuan sistem yang terdiri dari sistem limfatik dan
khususnya sel darah putih, juga merupakan faktor yang berkontribusi dalam proses
penuaan.
Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca translasi, dapat menyebabkan
berkurangnya kemampuan system imun tubuh mengenali dirinya sendiri. Mutasi
somatic menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal ini
dapat menyebabkan system imun tubuh mengalami perubahan, dan dapat dianggap
sebagai sel asing. Hal inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa autoimun. Dilain
pihak, system imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada
proses penuaan dan daya serangnya terhadap sel kanker mengalami penurunan.
2. Teori Psikologis (PSYCHOLOGIC THEORIES AGING )
Teori ini akan menjelaskan bagaimana seseorang berespon pada tugas
perkembangannya. Pada dasarnya perkembangan seseorang akan terus berjalan meskipun
orang tersebut telah menua.
1) Teori Hierarki Kebutuhan Manusia Maslow (Maslows Hierarchy of Human
Needs)
Dari hierarki Maslow kebutuhan dasar menusia dibagi dalam lima tingkatan dari
mulai yang terendah kebutuhan fisiologi, rasa aman, kasih sayang, harga diri sampai pada
yang paling tinggi yaitu aktualisasi diri. Seseorang akan memenuhi kebutuhan tersebut dari
mulai tingkat yang paling rendah menuju ke tingkat yang paling tinggi.
Menurut Maslow semakin tua usia individu maka individu tersebut akan mulai
berusaha mencapai aktualisasi dirinya. Jika individu telah mencapai aktualisasi diri maka
individu tersebut telah mencapai kedewasaan dan kematangan dengan semua sifat yang ada
di dalamnya; otonomi, kreatif, independent dan hubungan interpersonal yang positif.
2) Teori Individualism Jung (Jungs Theory of Individualism)
Menurut Carl Jung sifat dasar menusia terbagi menjadi dua yaitu ekstrovert dan
introvert. Individu yang telah mencapai lansia dia akan cenderung introvert, dia lebih suka
menyendiri seperti bernostalgia tentang masa lalunya.
Menua yang sukses adalah jika dia bisa menyeimbangkan antari sisi introvertnya
dengan sisi ekstrovertnya namun lebih condong kearah introvert. Dia tidak hanya senang
dengan dunianya sendiri tapi juga terkadang dia ekstrovert juga melihat orang lain dan
bergantung pada mereka.
3) Teori Delapan Tingkat Perkembangan Erikson (Eriksons Eight Stages of Life)
Menurut Erikson tugas perkembangan terakhir yang harus dicapai individu adalah
ego integrity vs disapear. Jika individu tersebut sukses mencapai tugas ini maka dia akan
berkembang menjadi individu yang arif dan bijaksana (menerima dirinya apa adanya,
merasa hidup penuh arti, menjadi lansia yang bertanggung jawab dan kehidupannya
berhasil). Namun jika individu tersebut gagal mencapai tahap ini maka dia akan hidup
penuh dengan keputusasaan (lansia takut mati, penyesalan diri, merasakan kegetiran dan
merasa terlambat untuk memperbaiki diri).
4) Optimalisasi Selektif dengan Kompensasi (Selective Optimization with
Compensation)
Menurut teori ini, kompensasi terhadap penurunan tubuh ada 3 elemen yaitu:
a. Seleksi.
Adanya penurunan dari fungsi tubuh karena proses penuaan maka mau tidak mau
harus ada peningkatan pembatasan terhadap aktivitas sehari-hari.
b. Optimalisasi.
Lansia tetap menoptimalkan kemampuan yang masih dia punya guna meningkatkan
kehidupannya.
c. Kompensasi.
Aktivitas-aktivitas yang sudah tidak dapat dijalakan arena proses penuaan diganti
dengan aktifitas-aktifitas lain yang mungkin bisa dilakukan dan bermanfaat bagi
alnsia.
3. Teori Kultural
Ahli antropologi menjelaskan bahwa tempat kelahiran seseorang berpengaruh pada
budaya yang dianut oleh seseorang. Hal ini juga dipercaya bahwa kaum tua tidak dapat
mengabaikan sosial budaya mereka. Jika hal ini benar maka status tua dalam perbedaan
sosial dapat dijelaskan oleh sejarah kepercayaan dan tradisi.
Blakemore dan Boneham yang melakukan penelitian pada kelompok tua di Asia dan
Afro Caribbean menjelaskan bahwa kaum tua merupakan komunitas yang minoritas yang
dapat menjamin keutuhan etnik, ras dan budaya. Sedangkan Salmon menjelaskan tentang
konsep Double Jeoparoly yang digunakan untuk karakteristik pada penuaan.
Penelitian umum pada kelompok Afrika Amerika dan Mexican American yaitu jika
budaya membantu umtuk menjelaskan karakteristik penuaan, maka hal ini merupakan
tuntutan untuk dapat digunakan dalam pemeriksaan lebih lanjut.
Budaya adalah attitude, perasaan, nilai , dan kepercayaan yang terdapat pada suatu
daerah atau yang dianut oleh sekelompok orang kaum tua , yang merupakan kelompok
minoritas yang memiliki kekuatan atau pengaruh pada nilai budaya.Sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa budaya yang dimiliki seseorang sejak lahir akan tetap dipertahankan
sampai tua. Bahkan mempengaruhi orang orang disekitaryauntuk mengikuti budaya
tersebut sehingga tercipta kelestarian budaya.
4. Teori Spiritual
Pada dasarnya, ketika seseorang menjadi tua akan menjadi :
1) Menjauhkan diri dari hawa nafsu duniawi
2) Melaksanakan amanah agama yang dianut, dengan berdoa demi kententraman hidup
pribadi dan orang lain
3) Menuju penyempurnaan diri dan mengarah pada pencerahan atau pemenuhan diri untuk
dapat mengarah pada kemanunggalan dengan Illahi
Melalui pengalaman hidup, setiap orang akan berupaya menjadi lebih arif dan akan
mengembangkan dirinya ke labih yang berarti : melalui prestasi yang diraihnya di kala
muda, seseorang akan berupaya meraih nilai-nilai luhur di hari tua khususnya keserasian
hidup dengan lingkungannnya.
Kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan oleh usia lanjut sebagai upaya dalam meniti
dan meningkatkan taraf kehidupan spiritual yang baik antara lain:
1) Mendalami kitab suci sesuai agama masing-masing supaya kekurangan dan kesalahan
yang sudah dilakukan dapat diperbaiki
2) Melakukan latihan meditasi
3) Berdoa untuk menjalin hubungan yang lebih dalam dengan Tuhan YME, dengan berani
dan terbuka mengakui kesalahan dan melakukan pertaubatan
4) Kotemplasi, pelibatan diri dalam kondisi dan situasi yang sesuai dengan kitab suci dan
diaplikasikan dalam kehidupan masa kini
Kegiatan-kegiatan di atas tersebut menyiapkan usia lanjut untuk kembali secara
sempurna dan utuh ke pangkuan Illahi.

2.1.6 Perubahan-perubahan Akibat Proses Penuaan yang Terjadi pada Lansia


Menurut Wahjudi Nugroho (2008) dan Siti Maryam (2008) perubahan-perubahan yang
terjadi pada lansia akibat proses penuaan dalam hal perubahan fisik dan psikologis diantaranya :
1. Perubahan-perubahan Fisik
1) Sel
a. Jumlah sel menurun / lebih sedikit.
b. Ukuran sel lebih besar.
c. Jumlah cairan tubuh dan cairan intraselular berkurang.
d. Proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati menurun.
e. Jumlah sel otak menurun.
f. Mekanisme perbaikan sel terganggu. Otak menjadi atrofi.
g. Beratnya berkurang 5-10%.
h. Lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar.
2) Sistem Persyarafan
a. Menurun hubungan persarafan.
b. Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap otang berkurang tiap harinya).
c. Respons dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya terhadap stress.
d. Saraf panca-indra mengecil.
e. Penglihatan berkurang, pendengaran menghilang, saraf penciuman dan perasa mengecil,
lebih ensitif terhadap perubahan suhu, dan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
f. Kurang sensitive terhadap sentuhan.
g. Defisit memori.

3) Sistem Pendengaran
a. Gangguan pendengaran. Hilangnya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama
terhadap bunyi suara atu nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-
kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.
b. Membrane timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
c. Terjadi pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya keratin.
d. Fungsi pendengaran semakin menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan /
stress.
e. Tinitus (bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinngi atau rendah, bisa terus
menerus atau intermiten).
f. Vertigo (perasaan tidak stabil yang terasa seperti bergoyang atau berputar).
4) Sistem Penglihatan
a. Sfingter pupil timbul sklerosis dan respons terhadap sinar menghilang.
b. Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
c. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjadi katarak, jelas menyebabkan
gangguan penglihatan.
d. Meningkatnya ambang, pengamatan sinptasi, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih
lambat, susah melihat dalam gelap.
e. Penurunan / hilangnya daya akomodasi, dengan manifestasi presbiopia, seseorang sulit
melihat dekat yang dipengaruhi berkurangnya elastisitas lensa.
f. Lapang pandang menurun: luas pandang berkurang.
g. Daya membedakan warna menurun, terutama warna biru atau hijau pada skala.
5) Sistem Kardiovaskular
a. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
b. Elastisitas dinding aorta menurun.
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun. Hal ini menyebabkan kontraksi dan volume menurun (frekwensi denyut jantung
maksimal = 200 umur).
d. Curah jantung menurun (isi semenit jantung menurun).
e. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, efektivitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi berkurang, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa
menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing
mendadak)
f. Kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan perdarahan.
g. Tekanan dara meninggi akibat resistensi pembuluh darah perifer meningkat. Systole
normal 170 mmHg, diastole 95 mmHg.
6) Sistem Pengaturan Suhu Tubuh
Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat, yaitu
menetapkan suatu suhu tertentu. Kemunduran terjadi berbagai faktor yang
mempengaruhinya. Yang sering ditemui antara lain :
a. Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis 35C ini akibat metabolisme
yang menurun.
b. Pada kondisi ini, lanjut usia akan meras kedinginan dan dapat pula menggigil, pucat,
dan gelisah.
Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak
sehingga terjadi penurunan aktivitas otot.
7) Sistem Pernafasaan (Respiration System)
a. Otot pernafasan mengalami kelemahan akibat atrofi, kehilangan kekuatan, dan menjadi
kaku.
b. Aktivitas silia menurun.
c. Paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik napas lebih berat,
kapasitas pernapasan maksimum menurun dengan kedalaman bernapas menurun.
d. Ukuran alveoli melebar (membesar secara progesif) dan jumlah berkurang.
e. Berkurangnya elastisitas bronkus.
f. Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.
g. Karbon dioksida pada arteri tidak berganti. Pertukaran gas terganggu.
h. Refleks dan kemampuan untuk batuk berkurang.
i. Sensitivitas terhadap hipoksia dan hiperkarbia menurun.
j. Sering terjadi emfisema senilis.
k. Kemampuan pegas dinding dada dan kekakuan otot pernapasan menurun seiring
pertambahan usia.
8) Sistem Pencernaan (Gastrointestinal System)
a.Kehilangan gigi, penyebab utama periodontal disease yang biasa terjadi setelah umur 30
tahun. Penyebab lain meliputi kesehatan gigi dan gizi yang buruk.
b. Indra pengecap menurun, adanya iritasi selaput lender yang kronis, atrofi indra
pengecap (80%), hilangnya sensitivitas saraf pengecap di lidah, terutama rasa manis
dan asin, hilangnya sensitivitas saraf pengecap terhadap rasa asin, asam, dan pahit.
c.Esofagus melebar.
d. Rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam lambung menurun,
motilitas, motilitas dan waktu pengosongan lambung menurun.
e.Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
f. Fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu, terutama karbohidrat).
g. Hati semakin mengecildan tempat penyimpanan menurun, aliran darah berkurang.
9) Sistem Reproduksi
a. Wanita
a) Vagina mengalami kontraktur dan mengecil.
b) Ovari menciut, uterus mengalami atrofi
c) Atrofi payudara.
d) Atrofi vulva.
e) Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi berkurang,
sifatnya menjadi alkali dan terjadi perubahan warna.
b. Pria
a) Testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun ada penurunan secara
berangsur-angsur.
b) Dorongan seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun, asal kondisi kesehatannya
baik, yaitu diantaranya :
(a) Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia.
(b) Hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan kemampuan
seksual.
(c) Tidak perlu cemas karena prosesnya alamiah.
(d) Sebanyak 75% pria diatas 65 tahun mengalami pembesaran prostat.
10) Sistem Genitorurinaria
a.Ginjal
Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, melalui urin
darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal yang disebut
nefron (tepatnya di glomerulus). Mengecilnya nefron akibat atrofi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50% sehingga fungsi tubulus berkurang. Akibatnya, kemampuan
mengonsentrasi urine menurun, berat jenis urine menurun, proteinurea (biasanya +1),
BUN (blood urea nitrogen) meningkat sampai 21 mg%, nilai ambang ginjal terhadap
glukosa meningkat.
b. Vesika Urinaria
Otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan
frekuensi buang air seni meningkat. Pada pria lanjut usia, vesika urinaria sulit
dikosongkan seingga mengakibatkan retensi urine meningkat.
c.Pembesaran Prostat
Kurang lebih 75% dialami oleh pria usia di atas 65 tahun.
d. Atrofi Vulva
e.Vagina
Seseorang yang semakin menua, kebutuhan hubungan seksualnya masih ada. Tidak
ada batasan umur tertentu kapan fungsi seksual seseorang berhenti. Frekuensi hubungan
seksual cenderung menurun secara bertahap setiap tahun, tetapi kapasitas untuk
melakukan dan menikmatinya berjalan terus sampai tua.
11) Sistem Endokrin
Kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu dalam tubuh manusia yang memprouksi
hormon. Hormon pertumbuhan berperan sangat penting dalam pertumbuhan,
pematangan, pemeliharaan, dan metabolism organ tubuh. Yang termasuk hormone
kelamin adalah :
a. Esterogen, progesterone, dan testosterone yang memelihara alat reproduksi dan
gairah seks. Hormon ini mengalami penurunan.
b. Kelenjar pankreas (yang memproduksi insulin dan sangat penting dalam pengaturan
gula darah).
c. Kelenjar adrenal/anak ginjal yang memproduksi adrenalin. Kelenjar yang berkaitan
dengan ormon pria/wanita. Salah satu kelenjar endokrin dalam tubuh yang
mengatur agar arus darah ke organ tertentu berjalan dengan baik, dengan jalan
mengatur vasokontriksi pembuluh darah. Kegiatan kelenjar anak ginjal ini
berkurang pada usia lanjut.
d. Produksi hamper semua hormone menurun.
e. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
f. Hipofisis : pertumbuhan hormon ada, tetapi lebih rendah dan hanya didalam
pembuluh darah; berkurangnya produksi ACTH, TSH, FSH, dan LH.
g. Aktivitas tiroid, BMR (basal metabolic rate), dan daya pertukaran zat menurun.
h. Produksi aldosteron menurun.
i. Sekresi hormon kelamin, misalnya progesterone, esterogen, dan testosterone,
menurun.

12) Sistem Kulit/Integumen (Integumentary System)


a. Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
b. Permukaan kulit cenderung kusam, kasar, dan bersisik (karena kehilangan proses
keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk sel epidermis).
c. Timbul bercak pigmentasi akibat proses melanogenesis yang tidak merata pada
permukaan kulit sehingga tampak bintik-bintik atau nodaa coklat.
d. Terjadi perubahan pada daerah sekitar mata, tumbuhnya kerut-kerut halus di ujung
mata akibat lapisan kulit menipis.
e. Respons terhadap trauma menurun.
f. Mekanisme proteksi kulit menurun :
a) Produksi serum menurun,
b) Produksi vitamin D menurun,
c) Pigmentasi kulit terganggu.
g. Kulit kepala dan rambut menipis dan warna kelabu.
h. Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
i. Berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi.
j. Pertumbuhan kuku lebih lambat.
k. Kuku jari menjadi keras dan rapuh.
l. Kuku menjadi pudar, kurang bercahaya.
m. Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.
n. Jumlah dan fungsi kelenjar keringat berkurang.
13) Sistem Muskuloskeletal (Musculosceletal System)
a. Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh.
b. Gangguan tulang, yakni mudah mengalami demineralisasi.
c. Kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terutama vertebra, pergelangan, dan paha.
Insiden osteoporosis dan fraktur meningkat pada area tulang tersebut.
d. Kartilago yang meliputi permukaan sendi tulang penyangga rusak dan aus.
e. Kifosis.
f. Gerakan pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas.
g. Gangguan gaya bejalan.
h. Kekakuan jaringan penghubung.
i. Diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya berkurang).
j. Persendian membesar dan menjadi kaku.
k. Tendon mengerut dan mengalami sklerosis.
l. Atrofi serabut otot, serabut otot mengecil sehingga gerakan menjadi lamban, otot
kram, dan menjadi tremor (perubahan pada otot cukup rumit dan sulit dipahami).
m. Komposisi oto berubah sepanjang waktu (myofibril digantikan oleh lemak,
kolagen, dan jaringan parut).
n. Alitan darah ke otot berkurang sejalan dengan proses menua.
o. Otot polos tidak begitu berpengaruh.
2. Aspek Psikologis Akibat Lanjut Usia
Aspek psikologis pada lansia tidak dapat berlangsung tampak. Salah satu pengertian
yang umum tentang lansia adalah bahwa mereka mempunyai kemampuan memori dan
kecerdasan mental yang kurang.
Penelitian tentang kemampuan aspek kognitif dan kemampuan memori pada lansia
dalam kelompok dan kemampuan mereka untuk memcahkan masalah, ternyata tidak
mendukung gambaran diatas. Adalah benar bahwa banyak lansia mempunyai cara berbeda
dalam memecahkan masalah, bahkan mereka dapat melakukannya dengan baik walaupun
kondisinya menurun. Akan tetapi, juga terdapat bukti bahwa lansia mengalami kemunduran
mental yang substansil atau luas.

1) Perubahan-Perubahan Psikososial
a.Pensiun
Nilai seseorang sering di ukur oleh produktivitasnya dan identitas dikaitkan
dengan peranan dalam pekerjaaan . Bila seseorang pensiun (purna tugas) , ia akan
mengalami kehilangan-kehilangan,antara lain:
Kehilalngan financial (income berkurang)
Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi, lengkap
dengan fasilitasnya)
Kehilangan teman / kenalan atau relasi
Kehilangan Pekerjaan atau kegiatan
b. Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality)
c.Perubahan dalam cara hidup, yaitu measuring rumah perawatan bergerak lebih
sempit
d. Ekonomi akkibat pemberhentian dari jabatan (economic deprivation)
Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya biaya
pengobatan.
e.Penyakit kronis dan ketidak mampuan
f. Gangguan syaraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian
g. Gangguan gizi
h. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-teman dan
family
i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri.
j. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow, 1970)
k. Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya , hal ini terlihat dalam
berfikir dan bertindak dalam sehari-hari .( Murray dan Zentner, 1970 )
l. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menu rut folwer ( 1978 ),
universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah brisker dan
bertindak dengan cara memberikan contoh cacra manicotti dan keadilan.

2.1.7 Permasalahan yang Terjadi pada Lansia


Menurut Siti Bandiyah (2008) terdapat berbagai permasalahan yang berkaitan dengan
pencapaian kesejahteraan lanjut usia, antara lain :
1) Permasalahan Umum.
1) Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.
2) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut
kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati.
3) Lahirnya kelompok masyarakat industri.
4) Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia.
5) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.
2) Permasalahan Khusus.
1) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik, mental
maupun sosial.
2) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.
3) Rendahnya produktifitas kerja lansia.
4) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.
5) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat
individualistik.
6) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan fisik
lansia.

2.1.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Lansia


Kesehatan merupakan suatu keadaan tidak adanya penyakit atau ketidakmampuan.
Kesehatan untuk lansia adalah kemampuan untuk hidup dan berfungsi secara efektif dalam
masyarakat dan melatih rasa percaya diri dan otonomi sampai tingkat maksimum yang dapat
dilakukan, tetapi tidak perlu bebas dari penyakit secara total (Mickey Stanley & Patricia
Gauntlett Beare, 2006).
Menurut Mickey Stanley & Patricia Gauntlett Beare (2006) kesehatan untuk lansia
merupakan interaksi yang kompleks sebagai berikut :
1. Fungsional
Keterbatasan fungsional merupakan manifestasi dari penyakit sehingga pengkajian
tentang defisit fungsional akan memperjelas kebutuhan pelayanan yang spesifik bagi lansia.
2. Mental dan Emosional
Lansia dapat mengalami berbagai perubahan fisik, mental, dan emosional seiring
dengan bertambahnya usia. Masalah mental dan emosional seperti penurunan rasa berharga
dan ketertarikan serta takut menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat dapat
dimanifestasikan dalam berbagai macam gejala fisik yang menunjukkan adanya adanya suatu
penyakit.
3. Psikososial
Defisit nurologis yang menyebabkan penarikan diri, isolasi dan rasa asing
menyebabkan lansia binggung dan mengalami disorientas seta hilangnya fungsi tubuh dan
gangguan gambaran diri turut berperan terhadap hilangnya harga diri klien.
4. Promosi Kesehatan.
Pola multidemensional dari tindakan dan pesepsi yang berasal dari dalam diri sendiri
yang dapat memelihara atau meningkatkan kesejahteraan.Aktivitas promosi kesehatan utama
yang tepat untuk lansia adalah aktivitas fisik, mental, dan sosial secara teratur, nutrisi yang
adekuat, pengendaliaan berat badan dan manajemen stres.
5. Perlindungan Kesehatan
Perilaku Perlindungan kesehatan adalah aktivitas yang diarahkan untuk mengurangi
resiko individu terhadap berkembangnya penyakit tertentu. Misalnya olah raga secara teratur
merupakan perilaku untuk melindungi kesehatan jika dilakukan untuk mengurangi resiko
seseorang menderita penyakit kardiovaskuler, depresi, daibetes millitus pada saat dewasa
akibat obesitas dan osteoporosis.
6. Proses Penyakit
Penyebab penyakit pda lansia pada umumnya berasal dari dalam tubuh (endogen),
sedangkan pada orang dewasa berasal dari luar tubuh (eksogen). Halm ini disebabkan karena
pada lansia telah terjadi penurunan fung dari berbagai organ-organ tubuh akibat kerusakan
sel-sel karena proses menua, sehingga produksi hormon, enzim, dan zat-zat yang diperlukan
untuk kekebalan tubuh menjadi berkurang.

2.1.9 Diagnosa Keperawatan pada Lansia


1. Fisik/Biologis :
1) Gangguan persepsi sensori : pendengaran b/d adanya hambatan penerimaan dan
pengiriman rangsangan.
2) Gangguan persepsi sensorik : penglihatan b/d penurunan ketajaman penglihatan, adanya
presbiopia, glaukoma, faktor eksternal.
3) Gangguan nutrisi : kurang/lebih dari kebutuhan tubuh b/d asupan tidak adekuat, reaksi
obat, anoreksia, depresi, gangguan mengunyah, isolasi sosial, tidak mampu
memasak/menyiapkan hidangan.
4) Perubahan eliminasi defekasi : konstipasi b/d xerostomi, efek obat, gangguan
mengunyah, penyakit periodontal, menurunnya selera/daya pengecapan, gangguan gigi
geligi, hygiene mulut.
5) Perubahan eliminasi urine b/d urgensi, frekuensi, dribbing, nokturia, hesistansi.
6) Perubahan eliminasi urine : inkontinensia b/d fecal lith, defisiensi hormone esterogen,
hipertrofi prostat, infeksi traktus urinaria, reaksi obat, gangguan kognitif.
7) Kurang perawatan diri b/d penurunan minat dalam merawat diri.
8) Perubahan pemeliharaan status kesehatan tubuh : intoleransi aktivitas, penurunan curah
jantung, gangguan perfusi jaringan.
9) Risiko tinggi trauma akibat hipotensi post prandial dan risiko tinggi jatuh/fraktur b/d
osteoporosis, gangguan neurologis/efek samping obat.
10) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d merokok, kifosis, inflamasi, infeksi, penyakit
berat/menahun/keterbatasan gerak.
11) Potensial cedera fisik b/d penurunan fungsi tubuh.
12) Gangguan mobilitas fisik b/d penurunan kekuatan sendi.
13) Ketidaknyamanan pada kulit (gatal/kulit kering) b/d dehidrasi, penuaan kulit,
kelembaban udara sangat rendah.
14) Gangguan integritas kulit b/d inkontinensia, malnutrisi, dehidrasi, keterbatasan gerak,
tirah baring/paparan langsung terhadap sinar matahari.
15) Gangguan pola tidur b/d nyeri, ansietas, depresi, nokturia, inkontinensia, efek obat,
perubahan hormonal selama menopause, perubahan cuaca lingkungan/demensia.
16) Risiko tinggi hipotermia/hipertermia b/d imobilisasi, usia jompo, efek obat/penyakit
kronis.
17) Gangguan pola seksualitas b/d efek obat (hipertensi), penyakit endokrin (Diabetes
Mellitus), Penyakit Jantung Koroner, gangguan genitorurinaria (vaginitis, prostatitis,
inkontinensia).
18) Ketidakpatuhan minum obat b/d gangguan status fungsional, regimen obat yang serba
rumit, rendahnya dukungan sosial, reaksi obat, miskin/kesulitan transportasi, tidak
memahami petunjuk obat.
2. Psikososial :
1) Isolasi sosial b/d perasaan curiga.
2) Menarik diri dari lingkungan b/d perasaan tidak mampu.
3) Depresi b/d isolasi sosial.
4) Harga diri rendah b/d perasaan ditolak.
5) Koping tidak adekuat b/d ketidakmampuan mengemukakan perasaan secara tepat.
6) Cemas b/d sumber keuangan yang terbatas.

3. Spiritual :
1) Reaksi berkabung/berduka b/d ditinggal pasangan.
2) Penolakan terhadap proses penuaan b/d ketidaksiapan menghadapi kematian.
3) Marah terhadap Tuhan b/d kegagalan yang dialami.
4) Perasaan tidak tenang b/d ketidakmampuan melakukan ibadah secara tepat.

Anda mungkin juga menyukai