Anda di halaman 1dari 65

BAB IV

ANALISIS

IV.1 Aspek Manusia

IV.1.1 Analisis Pelaku Kegiatan

Adapun pelaku kegiatan di dalam Mesjid di Kebon Jeruk adalah:

A. Jemaah

Yaitu orang yang melakukan ibadah seperti shalat, mengaji, atau kegiatan

beribadah lainnya pada mesjid di Kebon Jeruk tersebut.

B. Pengelola

Yaitu pihak yang mengelola kegiatan yang berlangsung di dalam mesjid.

C. Pengunjung

Yaitu tamu baik tamu di luar kegiatan beribadah maupun tamu pengelola. Yang

dimaksud tamu di luar kegiatan ibadah di sini adalah tamu pengunjung yang

datang hanya untuk menggunakan fasilitas pada mesjid tanpa melakukan

ibadah pada mesjid tersebut seperti perpustakaan, toko buku, internet dan lain

sebagainya.

IV.1.2 Analisis Pemakai Mesjid

Sasaran pemakai mesjid ini yaitu penduduk muslim di sekitar tapak pada

khususnya dan penduduk muslim Kotamadya Jakarta Barat pada umumnya

ditambah penduduk pendatang muslim yang bekerja di sekitar tapak. Dengan

48
diadakan mesjid pada tapak tersebut diharapkan bisa sedikit mengatasi masalah

kekurangan mesjid pada wilayah Kotamadya Jakarta Barat, sehingga pada waktu-

waktu tertentu (misalnya pada waktu ibadah shalat Jumat) tidak terjadi luberan

jemaah yang biasanya sampai memakai badan jalan untuk melakukan shalat Jumat.

Adapun pemakai Mesjid ini terbagi atas jemaah pria dan jemaah wanita,

dimana di dalam hukum Islam di dalam melaksanakan ibadah harus dipisahkan

shaf/ barisan antara jemaah pria dan wanita. Dengan demikian perlu dibuat

pemisahan alur antara sirkulasi jemaah pria dan jemaah wanita.

Analisis Aktifitas Pemakai Bangunan dan Kebutuhan Ruang

Tabel IV-1 Aktifitas Pemakai Bangunan dan Kebutuhan Ruang

Kebutuhan ruang
Jenis Kegiatan Kegiatan Pelaku
Datang Jemaah, pengelola, tamu Hall penerima
Wudhu Jemaah Ruang wudhu
Buang air Jemaah Toilet
Utama
Adzan Muadzin Minaret
Ibadah
Shalat Jemaah Ruang shalat
Ceramah Penceramah Mihrab
Mengaji Jemaah Ruang mengaji
Belajar Jemaah, tamu Perpustakaan
Ruang pendidikan
Edukatif Mengaji Jemaah
Al-Quran
Membeli buku Jemaah, tamu Toko buku
Resepsi pernikahan Pengelola, tamu Ruang serbaguna
Khitanan Pengelola, tamu Ruang serbaguna
Sosial Acara Santunan Pengelola, tamu Ruang serbaguna

Pengelola Ruang kepala


Mengelola mesjid Kepala pengelola mesjid
pengelola mesjid
Membantu Ruang Wk. Ka.
Wk. Ka. Pengelola mesjid
pengelolaan Pengelola mesjid
Membantu
Sekretaris Ruang sekretaris
pengelolaan
Sebagai tempat Ruang penitipan
Pengelola, jemaah, tamu
penitipan barang barang
Buang air Karyawan pengelola Toilet

49
Sebagai ruang
tempat menyiapkan
Pengelola Pantry
makanan dan
minuman

Kegiatan
Tata usaha Ruang tata usaha
administrasi
Komersil Pengelola, jemaah, tamu Toko
Kebersihan Pengelola Janitor
Reservoir
Penyediaan Air Pengelola
Ruang Pompa Air
Service Septic Tank,
Pengolahan Air Pengelola
Penampungan Air
Ruang Genset
Listrik Pengelola
Ruang Panel

Analisa Pengelompokan Jenis Kegiatan

Pengelompokan kegiatan berdasarkan sifat kegiatannya, adalah sebagai berikut :

Tabel IV-2 Pengelompokkan Kegiatan Berdasarkan Sifat Kegiatannya

Jenis Kegiatan Keterangan Sifat Kegiatan

Kegiatan jemaah beribadah pada


Kegiatan Utama Semi Publik
bangunan mesjid, seperti shalat
Kegiatan jemaah/ tamu untuk
Edukatif Semi Publik
menambah ilmu pengetahuan
Mengadakan acara yang bersifat
Sosial sosial biasanya memakai ruang Semi Publik
serba guna
Kegiatan yang menunjang
administrasi, seperti pengelolaan Privat
Pengelola mesjid
Kegiatan komersil seperti toko
Publik
buku.
Kegiatan yang memelihara
Service kelangsungan bangunan dan Service
kegiatan mesjid

Analisis Perhitungan Jumlah Pengunjung Mesjid

Karena target mesjid ini diperuntukkan buat penduduk muslim pada wilayah

Kotamadya Jakarta Barat dan juga khususnya diperuntukkan buat penduduk muslim

50
pada wilayah tapak tersebut. Berikut data jumlah penduduk wilayah Kotamadya

Jakarta Barat

Tabel IV-3 Jumlah Penduduk Kotamadya Jakarta Barat

Statistik Kepadatan Penduduk


Jumlah Penduduk Jakarta Sampai Bulan 8/2006 adalah : 1,561,542 orang
WNI WNI WNA WNA
Wilayah Total LUAS KEPADATAN
Pria Wanita Pria Wanita
CENGKARENG 117,693 113,008 25 19 230,745 26 53,872
GROGOL 107,822 109,717 73 48 217,660 11 143,069
PETAMBURAN
KALIDERES 86,579 79,532 9 3 166,123 30 29,934
KEBON JERUK 101,859 98,412 32 31 200,334 18 82,200
KEMBANGAN 71,297 67,716 23 29 139,065 23 35,931
PALMERAH 95,562 94,965 52 41 190,620 8 173,660
TAMANSARI 75,704 77,618 226 198 153,746 4 326,723
TAMBORA 133,156 129,924 90 79 263,249 5 521,476
Total 789,672 770,892 530 448 1,561,542 125 1,366,865
Sumber : Suku Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Jakarta Barat

Di Kotamadya Jakarta Barat terdapat 536 mesjid dengan kapasitas

seluruhnya 200.000 orang. Jika dilihat pada tabel, jumlah penduduk Kotamadya

Jakarta Barat 1.561.542 orang dengan prosentase penduduk muslim 80 % (menurut

dinas kependudukan walikota Jakarta Barat), maka jumlah penduduk muslim di

Kotamadya Jakarta Barat terdapat 1.249.235 orang dan bila dikaitkan dengan

kapasitas seluruh mesjid Kotamadya Jakarta Barat, maka sangatlah jauh untuk dapat

memenuhi kekurangan tersebut.

Maka dari itu saya perkecil kekurangannya dengan mengambil kebutuhan

mesjid diwaktu shalat Jumat (dikarenakan biasanya hanya kaum pria yang

melaksanakan shalat Jumat). Jumlah pria di wilayah Kotamadya Jakarta Barat yaitu

789.672 penduduk, maka dengan prosentase penduduk muslim 80 %, maka jumlah

penduduk muslim pria di wilayah Kotamadya Jakarta Barat yaitu 631.737 penduduk

51
muslim dan bila dikaitkan dengan jumlah kapasitas seluruh mesjid di Kotamadya

Jakarta Barat, maka masih sangat kekurangan akan bangunan ibadah mesjid.

Maka dari itu untuk dapat sedikit menjawab permasalahan kekurangan

mesjid tersebut, maka pada tapak tersebut harus dibuat mesjid raya yaitu mesjid

yang mempunyai skala kota. Mengingat luas tapak yang terbatas, maka mesjid ini

akan memiliki daya tampung 4000 orang.

IV.1.3 Analisis Zoning

Berdasarkan kegiatan yang ada dan perbedaan tujuan antara pengguna

bangunan, maka bangunan diklasifikasikan ke dalam area privat, semi publik,

publik, dan servis.

Gambar IV-1 Zoning Vertikal dan Horizontal

Keterangan :

: Merupakan area publik dimana semua orang dapat mengaksesnya,

seperti ruang penerima hall.

: Merupakan area semi publik, dimana tidak semua orang dapat masuk

ke area ini, seperti ruang shalat, ruang perpustakaan, ruang serbaguna,

toko buku.

: Merupakan area privat, dimana dimana hanya pengelola yang dapat

mengaksesnya, seperti ruang pengelola, ruang mihrab.

52
IV.2 Aspek Bangunan

IV.2.1 Analisis Bentuk Dasar dan Gubahan Massa Bangunan

Bentuk Dasar Bangunan

Bentuk merupakan dimensi yang memiliki volume. Terbentuk melalui

bidang yang ditarik secara paralel. Dan garis tersebut merupakan perwujudan dari

dua titik yang dihubungkan antara satu dan yang lainnya. Sebuah bentuk memiliki

rupa, skala, warna, tekstur, posisi, orientasi, dan kekokohan visual. Keseluruhan

properti dari bentuk ini akan memberikan nilai yang kuantitatif dan kualitatif.

Apabila nilai kuantitatif merupakan kriteria yang bisa diukur seperti luasan ruang,

luasan bidang, panjang, dan skala. Nilai kualitatif berasal dari kesan/ekspresi yang

ditimbulkan oleh bentuk seperti warna, tekstur, posisi, orientasi, dan kekokohan

visual.

Penentuan bentuk bangunan didasarkan pada :

z Kegiatan yang ditampung

z Keadaan tapak dan lingkungan sekitar

z Efisiensi ruang

Proses penciptaan bentuk dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :

z Sensasi Primer

Bentuk-bentuk dasar yang dikenal dalam dunia geometri secara mendasar dan

sifatnya obyektif.

53
z Sensasi Sekunder

Bentuk-bentuk dasar yang mengalami pengurangan dan penambahan atau

artikulasi lain yang disesuaikan dengan fungsi dan indera perasa secara

subyektif.

Tabel IV-4 Bentuk Dasar Bangunan

Bentuk Keuntungan Kerugian


1. Segitiga Bentuk stabil dan Kurang efisien
berkarakter kuat Fleksibilitas ruang kurang
Mudah digabungkan Layout ruang sulit
menjadi bentuk-bentuk Tidak sesuai dengan tapak
geometris lain (misalnya yang ada.
segienam, segidelapan,
dsb.)
Orientasi ruang pada tiap-
tiap sudutnya
Pengembangan ruang pada
ketiga sisinya.

2. Segi empat Bentuk statis Orientasi ruang cenderung


Mudah dikembangkan statis
Orientasi ruang pada
keempat sisi pembatasnya
Layout ruang baik
Ruang memiliki efisiensi
yang tinggi, mudah
digabungkan dengan
bentuk lain
Sesuai dengan tapak yang
ada

3. Lingkaran Bentuk halus Sulit dikembangkan


Orientasi ruang memusat Fleksibilitas ruang rendah
dan statis Sulit digabungkan dengan
Indah dilihat dari luar bentuk lain
Layout ruang sulit
Tidak sesuai dengan tapak
yang ada

Sumber : Ching, F. (1999). Arsitektur : Bentuk Ruang dan Susunannya

Dalam pemilihan terhadap bentuk massa bangunan dapat ditinjau dan

dipertimbangkan dari :

z Penyesuaian terhadap bentuk tapak dan lingkungan sekitar.

54
z Efisiensi, fleksibilitas dan kesan ruang yang tinggi.

z Karakter bangunan yang mencerminkan sifat kegiatan bangunan.

z Dominasi bentuk di lingkungan sekitar.

z Kegiatan utama di dalam bangunan.

Dalam penyusunan komposisi massa bangunan, banyak hal yang harus

diperhatikan, yaitu :

z Syarat-syarat program ruang pada bangunan, seperti letak-letak fungsi,

persyaratan ukuran, klasifikasi ruang dan syarat-syarat untuk pencapaian,

cahaya atau pandangan.

z Kondisi-kondisi luar dari tapak yang mungkin akan membatasi bentuk.

z Pertimbangan estetika dari ekspresi bentuk yang akan diciptakan sesuai

dengan Judul, Topik, dan Tema yang diambil.

Kesimpulan :

Bentuk dasar yang akan digunakan dalam mesjid di Kebon Jeruk ini adalah

bentuk segiempat, yang akan dikembangkan lebih lanjut. Bentuk segiempat

dipilih berdasarkan atas pertimbangan-pertimbangan berikut:

a. Ruang utama dalam mesjid yaitu ruang shalat, memerlukan efisiensi ruang

yang sangat tinggi dikarenakan di dalam mesjid sering dilaksanakan shalat

secara berjamaah (secara bersama-sama dengan banyak orang yang dipimpin

oleh satu orang yang disebut imam) dan memerlukan ruang yang luas.

Pemanfaatan ruang secara maksimal sangat diperlukan untuk bangunan

tersebut.

55
b. Disesuaikan dengan bentuk tapak yaitu berbentuk segi empat tidak beraturan dan

juga disesuaikan dengan bentuk massa bangunan disekitarnya yang kebanyakan

berbentuk segi empat.

Gambar IV-2 Tapak dan Lingkungan di Sekitarnya

c. Bentuk segi empat mudah digabungkan dengan bentuk yang lain.

d. Bentuk segiempat merupakan bentuk yang mudah untuk dikembangkan.

Gambar IV-3 Gubahan Massa Bangunan

56
Keterangan :

: Area Publik : Ruang Hijau

: Area Semi Publik : Bangunan

: Area Privat : Pedestrian

: Area Servis : Jalan Kendaraan Pribadi

: Jalan Kendaraan Servis

Kesimpulan :

Berdasarkan atas analisa terhadap zoning dan tata ruang luar, maka gubahan massa

yang didapat adalah seperti gambar berikut.

Gambar IV-4 Kesimpulan Analisis Gubahan Massa Bangunan

1
4

2
3
1
1

Keterangan :

1. Merupakan area publik, yaitu sebagai daerah penerima pengunjung mesjid dan

berupa plaza atau hall penerima. Pada daerah tersebut terdapat ruang wudhu,

toilet dan juga tempat penitipan barang

2. Merupakan area semi publik. Lantai dasar berupa ruang serbaguna sedangkan

untuk lantai atasnya digunakan sebagai ruang shalat.

57
3. Pada lantai bawah merupakan area privat yaitu berupa ruang pengelola dan di

lantai atasnya merupakan area semi publik yaitu berupa ruang shalat.

4. Merupakan ruang semi publik. Pada daerah tersebut terdapat ruang pendidikan

Al-Quran, perpustakaan dan toko buku.

IV.2.2 Analisis Orientasi Massa Bangunan

Dasar pertimbangan dari orientasi massa bangunan mesjid ini yaitu arah

kiblat, matahari, dan angin.

Analisis arah kiblat

Arah kiblat menjadi suatu yang utama dalam mempertimbangkan orientasi

massa bangunan mesjid, dikarenakan dalam melakukan ibadah shalat umat Islam

diwajibkan menghadap arah Kabah yang terdapat pada Masjidil Haram di Mekah

(QS. Al-Baqarah, ayat 144). Arah kiblat untuk daerah-daerah di Indonesia yaitu ke

arah Barat Barat Laut. Tepatnya arah kiblat pada daerah Kebon Jeruk yaitu

295,16 N.

Gambar IV-5 Kabah Gambar IV-6 Analisis Arah Kiblat

Sumber : www.google image.com

Sumber : www.Qibla Locator.com

58
Kesimpulan :

Orientasi ke arah Barat sudah hal yang mutlak dalam meletakkan mihrab (sebuah

ceruk atau ruang relatif kecil yang masuk ke dalam dinding, sebagai tanda arah

kiblat). Hal ini dikarenakan, mihrab sebagai patokan arah kiblat di dalam suatu

mesjid. Bila mana kita ingin mengetahui arah kiblat pada suatu mesjid, kita hanya

tinggal melihat dimana mihrab itu diletakkan.

Dengan adanya, Mihrab dapat mempengaruhi dimana arah pintu masuk atau keluar

pengunjung dan hal ini berkaitan dengan sirkulasi pengunjung.

Analisis shaf/ barisan jemaah

Gambar IV-7 Alternatif Bentuk Massa Bangunan 1

Mihrab

Bentuk bangunan memanjang ke belakang kurang baik, karena sangat sulit bagi

jemaah yang terdapat di daerah belakang untuk melihat ke arah mihrab, karena jarak

mereka sangat jauh dari mihrab, sehingga jemaah yang terdapat di bagian belakang

59
akan sangat sulit memperhatikan imam ketika berkhutbah atau memimpin shalat

pada mihrab.

Gambar IV-8 Alternatif Bentuk Massa Bangunan 2

Mihrab

Bentuk bangunan memanjang ke samping juga kurang baik. Hal ini berpengaruh

kepada jemaah yang terdapat pada sisi kiri dan kanan bangunan. Jemaah tersebut

akan merasa kesulitan dalam memperhatikan imam ketika berkhutbah atau

memimpin shalat.

Gambar IV-9 Alternatif Bentuk Massa Bangunan 3

Mihrab

60
Bentuk segi empat sama sisi ini merupakan bentuk yang netral dan terbaik, karena

jemaah dapat melihat mihrab dari segala sisi dengan jarak yang sama.

Analisis arah matahari

Gambar IV-10 Alternatif Massa Bangunan 1

Keuntungan :

1. Matahari tidak secara langsung menyinari bukaan mesjid sehingga hanya cahaya

matahari saja yang masuk sementara sinarnya tidak.

2. Tidak perlu adanya proteksi terhadap sinar matahari yang panas.

3. Semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata setiap saat.

Kerugian :

Bangunan tidak memperoleh cahaya matahari pagi.

61
Gambar IV-11 Alternatif Massa Bangunan 2

Keuntungan :

Mesjid mendapatkan sinar matahari pagi.

Kerugian :

1. Pada pagi hari, sisi bangunan sebelah Timur memperoleh cahaya matahari,

sementara pada sisi bagian barat tidak mendapat cahaya matahari dan

sebaliknya.

2. Sisi bangunan yang berhadapan langsung dengan Barat dan Timur menjadi

panas.

3. Memerlukan proteksi terhadap sinar matahari yang panas.

62
Analisis angin

Jakarta terletak di dekat garis khatulistiwa, sehingga arah angin

dipengaruhi oleh angin musim. Angin musim Barat bertiup antara November dan

April dari Barat Daya ke Timur Laut, sedang angin musim Timur antara Mei dan

Oktober dari Timur Laut ke Barat Daya.

Gambar IV-12 Alternatif Massa Bangunan 1

Aliran angin yang masuk sangat besar dikarenakan bagian bangunan yang panjang

menerima banyak angin yang masuk, sehingga bangunan akan banyak menerima

angin dengan kencang. Angin yang besar bisa dapat menyebabkan pengunjung

masuk angin.

Gambar IV-13 Alternatif Massa Bangunan 2

63
Angin melewati bagian bangunan yang lebih pendek, sehingga angin yang masuk

tidak begitu kencang dan udara di dalam banguan akan terasa sejuk. Di sini cross

ventilation dapat diterapkan secara optimal.

Analisa Bising

Gambar IV-14 Alternatif Massa Bangunan 1

B
I
S
I
N
G

BISING

Sedikit memperoleh bising karena sisi yang menghadap bising lebih kecil, dan

bukaan tidak ke arah sumber bising.

64
Gambar IV-15 Alternatif Massa Bangunan 2

B
I
S
I
N
G

BISING

Banyak memperoleh bising karena bukaan menghadap sumber bising. Bukaan besar

yang menghadap daerah bising dapat diberi sound bearing seperti pohon.

Kesimpulan :

Berdasarkan hasil analisis terhadap arah kiblat, shaf/ barisan jemaah, matahari,

angin, dan bising, orientasi massa yang bisa menggunakan potensi matahari untuk

pencahayaan, angin untuk penghawaan dan menghindari kebisingan sehingga

memberikan kenyamanan bagi jemaah adalah sebagai berikut.

Gambar IV-16 Kesimpulan Orientasi Massa Bangunan

65
IV.2.3 Analisis Pencapaian pada Tapak

Peta IV-1 Analisis Lalu Lintas di Sekitar Tapak

BATU SARI

KEBON JERUK 2

RAWA BELONG

Foto IV-1 Keadaan Lalu Lintas Sekitar Tapak

66
Sumber : Survey Lapangan

Tabel IV-5 Alternatif Entrance dan Exit

No Keuntungan Kerugian

- Mudah kelihatan bagi orang yang - Melewati area padat lalu lintas
1
pertama kali mengunjungi tapak dan dapat menimbulkan kemacetan lalu
- Terletak di jalan utama lintas
- Mudah kelihatan bagi orang yang - Melewati area padat lalu lintas
2
pertama kali mengunjungi tapak dan dapat menimbulkan kemacetan lalu
- Terletak di jalan utama lintas
-Terhindar dari kemacetan di Jalan - Untuk orang yang pertama kali
3 Raya Kebon Jeruk dan Rawa Belong mengunjungi tapak akan mengalami
-Jalan relatif lebar cukup untuk 2 kebingungan
mobil berpapasan

Kesimpulan :

1. Tidak cocok untuk digunakan sebagai jalan masuk dan keluar mobil karena akan

menambah kemacetan lalu lintas. Tetapi sesuai untuk digunakan sebagai jalan

masuk dan keluar untuk pejalan kaki akses bagi pejalan kaki ke dalam tapak

lebih mudah.

2. Tidak cocok untuk digunakan sebagai jalan masuk dan keluar mobil karena akan

menambah kemacetan lalu lintas. Tetapi sesuai untuk digunakan sebagai jalan

67
masuk dan keluar untuk pejalan kaki akses bagi pejalan kaki ke dalam tapak

lebih mudah.

3. Cocok untuk digunakan sebagai jalan masuk dan keluar mobil karena jalan

relatif lebar dan terdapat pembagian jalur jalan. Selain itu juga terhindar dari

kepadatan lalu lintas di jalan Raya Rawa Belong dan Kebon Jeruk.

Peta IV-2 Pintu Masuk dan Keluar Tapak

Sumber : PEMDA Jakarta

: Pintu masuk dan keluar untuk pejalan kaki. Ini diletakkan ke

arah Jalan Raya Rawa Belong.

: Pintu masuk dan keluar untuk mobil. Pintu masuk diletakkan ke arah

Jalan Raya Kebon Jeruk dan Rawa Belong, agar dapat terlihat oleh

pengunjung, Sementara untuk pintu keluar diletakkan ke arah Jalan

Raya Rawa Belong, sehingga tidak terjadi cross antara kendaraan

68
masuk dan keluar dan agar mengurangi kemacetan pada Jalan Raya

Rawa Belong dan Kebon Jeruk .

: Pintu masuk dan keluar servis sehingga tidak mengganggu aktivitas di

dalam tapak.

IV.2.4 Analisis Kebutuhan Luas Ruang

1. Ruang Shalat Utama

Tabel IV-6 Kapasitas Ruang Shalat Utama Mesjid Raya dan Luasannya

At-Tin Dian Al-Mahri Istiqlal

Luas Bangunan

Dalam 6.000 m 7.200 m 10.000 m

Kapasitas

Jemaah 9.000 orang 12.000 orang 16.000 orang

Ukuran satu 6.000 : 9.000 = 7.200 : 12.000 = 10.000 : 16.000 =

orang jemaah 0,67 m 0,6 m 0,6 m

Sumber : Survey Lapangan

- Berdasarkan hasil studi banding, maka satu orang jemaah dalam melakukan

ibadah shalat membutuhkan ruang 0,6 m (60 cm x 100 cm)

- Berdasarkan hasil studi banding, maka luas ruang shalat untuk mesjid raya

yaitu antara 4.000 m - 10.000 m

69
- Berdasarkan hasil studi banding, maka kapasitas jemaah mesjid raya yaitu

antara 8.000 -16.000 orang dengan luasan ruang dalam shalat 6.000 m -

10.000 m.

2. Ruang Wudhu

Berdasarkan studi banding kebutuhan satu orang untuk berwudhu membutuhkan

ruang 60 cm.

Dengan asumsi 10 % dari jumlah total kapasitas yaitu 10 % x 4000 = 400 orang.

3. Toilet

Berdasarkan hasil studi banding didapatkan luasan toilet 1,5 m dengan

kapasitas 1 orang.

4. Tempat Penitipan Barang

Berdasarkan hasil studi banding didapatkan ukuran rak barang 30 cm x 30 cm.

Dengan ukuran standar ruang per orang 0,2 m.

5. Minaret/ Menara

Tabel IV-7 Tinggi Minaret

At-Tin Dian Al-Mahri Istiqlal

Tinggi Minaret 42 m 40 m 66,6 m

Berdasarkan studi banding didapatkan tinggi menara 40 m 66,6 m dengan

garis tengah 5 m.

6. Mihrab

Berdasarkan studi banding didapatkan besaran ruang mihrab 9 m.

70
Program Ruang

Tabel IV-8 Program Ruang Kegiatan Shalat

Ruang Standar Sumber Kapasitas Perhitungan Luas

Shalat 0,6 m2 / org Studi Banding 4.000 orang 0,6 x 4.000 2.400 m2

Wudhu 0,6 m2 / org Studi Banding 400 orang 0,6 x 400 240 m2

Toilet 1,6 m2 / unit NAD 200 orang 1,6 x 200 300 m2

Urinoir 0,6 m2 / org NAD 200 orang 0,6 x 200 120 m2

R. Mihrab 6 m2 / ruang Studi Banding 1 orang 6x1 6 m2

Minaret 7 m / diameter Studi Banding 1 unit 7x1 7 m2

Total 3.073 m2

Sirkulasi 20 % 614,6 m2

Total + Sirkulasi 20 % 3.687,6 m2

Tabel IV-9 Program Ruang Kegiatan Penunjang

Ruang Standar Sumber Kapasitas Perhitungan Luas

R. Hall 0,8 m2 / org NAD 500 orang 0,8 x 500 400 m2

R. Perpustakaan 2,7 m2 / org TSS 100 orang 2,7 x 100 270 m2

R. Serbaguna 1,2 m2 / org AS 1.000 orang 1,2 x 1.000 1.200 m2

R. Pendidikan Al- 2,5 m2 / org NAD 48 orang 2,5 x 48 120 m2


Quran
R. Penitipan 0,2 m2 / org NAD 270 orang 0,2 x 270 54 m2
Barang
Total 2.044 m2

Sirkulasi 20 % 408,8 m2

Total + Sirkulasi 20 % 2.452,8 m2

71
Tabel IV-10 Program Ruang Kegiatan Pengelola

Ruang Standar Sumber Kapasitas Perhitungan Luas

Ruang Kepala NAD 20 x 1


20 m2/orang 1 orang 20 m2
Pengelola
Ruang Wakil NAD 16 x 1
16 m2/orang 1 orang 16 m2
Kepala Pengelola
NAD 10 x 1
Ruang Sekretaris 10 m2/orang 1 orang 10 m2
Ruang Tata NAD 6x5
6 m2/orang 5 orang 30 m2
Usaha
NAD 12 x 1
Ruang Arsip 12 m2/ruang 1 ruang 12 m2
NAD 2 x 10
Ruang Rapat 2 m2/orang 10 orang 20 m2
AS 12 x 1
Pantry 12 m2/ruang 1 ruang 12 m2
NAD 1,6 x 2
Toilet 1,6 m2/unit 2 unit 3,2 m2
AS 20 x 1
Toko Buku 20 m2/ruang 1 ruang 20 m2
Total
143,2 m2
Sirkulasi 20 %
28,64 m2
Total + Sirkulasi 20 %
171,84 m2

Tabel IV-11 Program Ruang Servis

Ruang Standar Sumber Kapasitas Perhitungan Luas

20 x 1
Ruang Pompa Air 20 m2/ruang UB 1 ruang 20 m2
45 x 1
Ruang Genset 45 m2/ruang UB 1 ruang 45 m2
20 x 1
Ruang Panel 20 m2/ruang AS 1 ruang 20 m2
Ruang Gardu 20 x 1
20 m2/ruang AS 1 ruang 20 m2
Listrik
20 x 1
Ruang Sampah 20 m2/ruang AS 1 ruang 20 m2
70 m3/960 70 x 1
STP UB 1 ruang 70 m2
orang
Reservoir Air 200.000
200.000 liter AS 27 m2
Bersih liter

72
Penampungan Air 200.000
200.000 liter AS 27 m2
Kotor liter
Penampungan Air 200.000
200.000 liter AS 27 m2
Olahan liter
Total
276 m2
Sirkulasi 20 %
55,2 m2
Total + Sirkulasi 20 %
331,2 m2

Keterangan :

Pemakaian air per orang per hari :

z Wudhu = 5 liter

z Toilet = 45 liter

TOTAL = 50 liter

Daya tampung mesjid = 4000 orang

Kebutuhan air per hari = 4000 * 50

= 200.000 liter

Perhitungan Parkir

Diasumsikan tamu yang datang dan membawa kendaraan adalah 200 orang. Dengan

asumsi 35% membawa mobil dan 65% membawa motor.

Jumlah mobil = 35% x 200 = 70 mobil

Jumlah motor = 65% x 200 = 130 motor

Diasumsikan untuk servis dapat memuat 1 truk.

Total parkir mobil = 70 mobil

73
Total parkir motor = 130 motor

Kebutuhan luas parkir :

Luas parkir mobil = 70 mobil x 35 m2/mobil

= 2450 m2

Luas parkir motor = (2x1) x (20% x 2 x 1) x 130 motor

= 104 m2

IV.2.5 Analisis Sirkulasi dalam Bangunan

Gambar IV-17 Skematik Hubungan Ruang Makro

Ruang Shalat R. Pengelola


Utama

Fasilitas
Penunjang Hall

Service
Plaza
Komersial Umum
Parkir

Main Entrance

74
Gambar IV-18 Skematik Hubungan Ruang Mikro Beribadah

Tempat
Toilet
Wudhu

Ruang Shalat
Utama Hall

Gambar IV- 19 Skematik Hubungan Ruang Mikro Kegiatan Pengelola

Ruang Kepala Ruang Wakil Ruang


Pengelola Pengelola Sekretaris

Ruang Tata
Toilet
Usaha

Ruang
Penitipan Hall

Barang

Gambar IV- 20 Skematik Hubungan Ruang Mikro Kegiatan Fasilitas

Penunjang

75
Toko
Buku

Ruang Serba Ruang


Hall
Guna Perpustakaan

Ruang Pendidikan
Al-Quran

Gambar IV- 21 Skematik Hubungan Ruang Mikro Kegiatan Servis

Reservoir

STP

R. Sampah

Hall R. Panel

R. Genset

R. Pompa

Gardu Listrik

Kesimpulan :

76
Berdasarkan skematik hubungan antar ruang yang terlihat diatas, sirkulasi di

dalam bangunan yang paling sesuai adalah sirkulasi linear bercabang. Hal ini

dikarenakan ruangan-ruangan yang ada saling berhubungan satu sama lainnya dan

tidak memungkinkan adanya suatu ruangan yang terpusat karena akan

memerlukan ruangan yang lebih luas.

IV.2.6 Analisis Struktur Bangunan

Pemilihan struktur bangunan dipertimbangkan terhadap :

z Fungsi bangunan sebagai bangunan umum.

z Nilai ekonomis.

z Memenuhi persyaratan fleksibilitas bangunan agar ruangan yang ada di

dalamnya dapat dimanfaatkan seefektif mungkin.

z Ketinggian bangunan.

z Faktor teknis dan persyaratan bangunan

z Keadaan fisik tanah dan kondisi di sekitar tapak.

Analisis Sub-Structure

Sub-Structure yang dimaksud disini adalah pondasi yang memikul

keseluruhan berat bangunan. Oleh karena itu, dalam menentukan jenis pondasi yang

digunakan, hal-hal yang dipertimbangkan adalah :

z Daya dukung tanah.

z Beban bangunan.

z Pertimbangan nilai ekonomi (bahan, waktu, dan tenaga kerja).

Jenis pondasi yang biasa digunakan dalam bangunan tinggi adalah:

77
Tabel IV-12 Jenis Pondasi

JENIS
PEMBUATAN KEUNTUNGAN KERUGIAN
PONDASI
Dibuat secara Pemancangan relatif Pada saat pemancangan
Pondasi Tiang pracetak (untuk cepat menimbulkan getaran,
Pancang bahan beton). Kualitas lebih terjamin. sehingga menganggu
Ditanam Persediaan cukup lingkungan sekitar.
dengan cara banyak, kecuali dalam Untuk tiang yang tidak
dipancang ukuran-ukuran khusus. cukup panjang perlu
dengan Dapat digunakan peyambungan, dan
menggunakan sebagai pondasi air. hasilnya kurang baik.
alat pancang Pelaksanaan mudah, Memerlukan tempat
khusus. tidak memerlukan penampungan di lokasi.
tenaga ahli Untuk tiang berdiameter
besar, perlu alat
pemancang yang besar.

Langkah awal Getaran yang Karena diameter lebih


Pondasi Bored adalah ditimbulkan pada saat besar, maka pekerjaan
Pile pengeboran pelaksanaan cukup ini memerlukan biaya
pada lokasi di kecil, cocok digunakan besar.
titik-titik pada daerah yang Waktu pelaksanaan
pondasi. padat, dan tidak relatif lama.
Setelah dibor menganggu lingkungan
pondasi sekitar
langsung dicor Pelaksanaan tidak
di tempat menyebabkan bising.
dengan Tiang cukup panjang,
menggunakan tidak memerlukan
bahan beton dan sambungan
tulangan besi. Ukuran diameter
biasanya lebih besar
dari ukuran pracetak,
sehingga daya dukung
tiap tiang lebih besar.

Kesimpulan :

Pondasi yang akan digunakan pada Mesjid di Kebon Jeruk adalah pondasi bored

pile. Ini didasarkan atas pertimbangan getaran yang ditimbulkan pada saat

pelaksanaan cukup kecil sehingga cocok untuk digunakan di daerah padat. Karena

getaran yang dihasilkan kecil, maka kerusakan lingkungan yang ditimbulkan juga

78
kecil sehingga lingkungan tetap terjaga ekosistemnya dan tidak menyebabkan

kebisingan yang akan merusak kualitas lingkungan.

Analisis Upper-Structure

Upper-Structure yang dimaksud disini adalah kolom dan plat lantai yang

berfungsi sebagai pendukung dan penyalur beban pada bangunan. Dalam

menentukan jenis struktur yang digunakan, hal-hal yang dipertimbangkan adalah :

z Struktur harus sesuai untuk bangunan dengan ketinggian rendah (3-4 lantai).

z Kemampuan menahan dan menyalurkan beban sesuai dengan kebutuhan.

z Mudah, cepat, dan murah dalam pembangunan dan perawatan.

z Fleksibel terhadap kemungkinan perluasan dan pengembangan.

Sistem struktur yang dapat digunakan adalah:

a. Struktur rangka

Sistem struktur ini berupa grid-grid yang terdiri dari balok dan kolom, seperti

gambar di bawah ini.

Karakteristik struktur rangka :

- Cukup fleksibel dalam pembagian ruang karena dindingnya hanya

merupakan elemen non-struktural.

- Pelaksanaan bangunan tidak terlalu dipengaruhi oleh struktur.

79
Tabel IV-13 Bahan Struktur Rangka

Bahan Struktur Keuntungan Kerugian


- Tahan terhadap api. - Dikerjakan secara
- Bebas korosi bertahap.
- Bentuk dapat kaku - Hanya kuat menahan
maupun fleksibel. gaya tekan.
Beton Bertulang - Bahan struktur mudah - Bila bentangan besar
didapat. maka dimensinya akan
- Kesan penampilannya bertambah besar.
formil, keras, kaku, dan
kokoh.
- Proses pemasangannya - Tahan api, tetapi akan
singkat. melengkung bila terkena
- Bersifat lentur. api terus-menerus.
Baja - Kesan penampilannya - Hanya kuat menahan gaya
keras, kokoh, dan kasar. tarik.
- Tidak fleksibel.
- Korosi.
- Proses pemasangannya - Berat struktur relarif lebih
singkat. besar.
- Kuat terhadap gaya tarik - Biasanya bahan dan
Komposit
dan tekan. pelaksanaannya mahal.
(Gabungan Baja dan
- Tahan terhadap api.
Beton)
- Bebas korosi.
- Kesan penampilannya
keras, kokoh, dan kaku.

b. Struktur dinding geser

Sistem struktur ini terdiri dari dinding-dinding struktural yang menyangga

beban bangunan, seperti gambar di bawah ini.

Karakteristik struktur dinding geser:

- Tidak fleksibel dalam penempatan ruang karena adanya bidang masif.

- Biaya pelaksanaan relatif mahal untuk bangunan di bawah sepuluh lantai.

80
Kesimpulan :

Untuk struktur dinding dan plat lantai pada bangunan Mesjid di Kebon Jeruk,

digunakan sistem struktur rangka berdasarkan atas pertimbangan berikut :

a. Cukup fleksibel dalam pembagian ruang karena dinding-dindingnya hanya

merupakan elemen non-struktural. Dengan demikian, akan lebih memudahkan

untuk menyusun modul ruang-ruang di dalam mesjid.

b. Memungkinkan untuk membuat bukaan sebanyak mungkin, tidak seperti

dinding geser yang hanya bisa membuat bukaan sebesar 5% saja karena akan

mempengaruhi struktur bangunan. Dengan demikian, pencahayaan dan

penghawaan alami akan lebih dapat diterapkan.

c. Biaya bangunan untuk struktur lebih murah, sehingga menyebabkan harga sewa

pada ruang serbaguna juga akan lebih murah.

Struktur rangka akan menggunakan bahan beton pra-tegang atau pre-stress dengan

pertimbangan sebagai berikut :

a. Bahan tersebut tahan terhadap api dan air, sehingga dari segi penggunaan ia

memiliki dukungan yang besar terhadap penerapan desain ekologi terhadap

bangunan, seperti misalnya penyediaan taman gantung.

b. Bahan tersebut bebas korosi.

c. Bentuk dapat kaku maupun fleksibel.

d. Bahannya mudah didapat.

e. Bahan beton pra-tegang tidak mahal dan tidak memerlukan energi yang besar

dalam pembuatan dan pengerjaannya.

81
f. Bahan beton pre-stress dapat digunakan kembali setelah masa pakainya habis.

g. Bahan beton pre-stress dapat dipakai untuk bentang kolom yang cukup lebar,

dan tidak membutuhkan balok dengan ukuran yang besar.

IV.2.7 Analisis Bahan Bangunan

Bangunan yang ekologis berarti bangunan yang memperhatikan efek

bahan bangunan terhadap lingkungan sekitarnya maupun terhadap pengguna

bangunan. Adapun penggolongan bahan bangunan adalah sebagai berikut.

Tabel IV-14 Penggolongan Bahan Bangunan

Golongan Bahan Bangunan Contoh Bahan

Anorganik : batu alam, tanah


Bau kali, kerikil, pasir, kapur, tras
Bahan Bangunan liat, tras, dsb
Alam Organik : kayu, bambu, Bermacam-macam kayu, bambu, rumbia,
dedaunan, serat, rumput, dsb ijuk, alang-alang
Bahan yang dibakar Batu merah, genteng
Bahan Bangunan Bahan yang dilebur Kaca
Buatan Bahan yang dikempa/diperes Conblock, batako
Bahan kimia dan petrokimia Plastik, bitumen, kertas, cat
Logam mulia Emas, perak
Bahan Bangunan Logam setengah mulia Air raksa, nikel, kobalt
Logam Logam besi Besi, baja
Logam non-besi Aluminium, kuningan, perunggu
Sumber : http://www.lmbunika.com/PDF/StandardI.pdf

Agar ekosistem lingkungan tidak rusak, bahan bangunan yang

digunakan harus sesuai dengan prinsip ekologis. Adapun klasifikasi bahan

bangunan adalah sebagai berikut :

82
Tabel IV-15 Klasifikasi Bahan Bangunan

Klasifikasi bahan secara ekologis Contoh bahan

Bahan bangunan yang dapat Kayu, bambu, rotan, rumbia, serabut kelapa, ijuk, kulit
dibudidayakan kembali kayu, kapas, kapuk, wol
Bahan bangunan alam yang dapat Tanah, tanah liat, lempung, tras, kapur, batu kali, batu
digunakan kembali alam
Bahan bangunan buatan yang dapat Limbah, potongan, sampah, ampas, bahan bungkusan
didaur ulang (kaleng, botol), mobil bekas
Bahan bangunan yang mengalami Batu merah, conblock, batako, genteng, bis beton,
perubahan transformasi sederhana semen, beton tanpa tulangan
Bahan bangunan yang mengalami Plastik, damar epoksi, produk petrokimia yang lain
beberapa tingkat perubahan
transformasi
Bahan bangunan komposit Beton bertulang, pelat serat semen, cat kimia, perekat
Sumber : http://www.lmbunika.com/PDF/StandardI.pdf

Untuk menjaga kelestarian lingkungan, sampah yang berasal dari

kegiatan pembangunan harus diolah dan digunakan kembali sehingga kelestarian

lingkungan tetap terjaga. (Lihat Lampiran Tabel L-1)

IV.2.8 Analisis Utilitas Bangunan

Perancangan sistem utilitas bangunan sebisa mungkin berdasarkan pada

prinsip arsitektur ekologis baik dalam plumbing, pencahayaan dan pengudaraan.

Sistem Plumbing

Sistem plumbing pada bangunan mesjid tersebut ada 2, yaitu sistem air

bersih dan air kotor.

z Sistem Air Bersih

Digunakan untuk tempat wudhu, kamar mandi, toilet, pantry, menyiram

tanaman dan antisipasi kebakaran. Adapun sistem pendistribusian air bersih

adalah seperti gambar berikut.

83
Gambar IV-22 Pendistribusian Air Bersih

z Sistem Air Kotor

- Air Kotor Padat

Kotoran padat dari kloset dibuang melalui saluran air kotor dan kemudian

disalurkan ke STP.

- Air Kotor Cair

Air kotor yang berasal dari kamar mandi, tempat wudhu, pantry dan air

hujan.

84
Gambar IV-23 Pendistribusian Air Kotor

Proses pengambilan air dari dalam tanah, bila tidak diiringi dengan

pengembalian air ke dalam tanah, maka lama kelamaan akan terjadi erosi, banjir,

longsor yang akan berdampak pada konsidi tanah yang kering dan tandus sehingga

akan mengganggu ekosistem yang berpengaruh pada daur ulang hidrologi. Adapun

skema daur ulang hidrologi dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar IV-24 Skema Daur Ulang Hidrologi

Sumber : Panduan Sistem Bangunan Tinggi

85
Untuk mencegah terjadinya hal diatas, sistem air di dalam bangunan

Mesjid di Kebon Jeruk akan menggunakan ekosistem arsitektural yang mirip

dengan proses alam tersebut, yaitu dengan cara :

1. Menanam tanaman penahan air

Dengan menanam tanaman penahan air dan rumput, dapat mengurangi

penyiraman tanaman atau pengairan dan biaya pemeliharaan lansekap hingga

85%. Dengan demikian, selain mencegah terjadinya erosi, juga dapat

mengurangi debit pemakaian air.

2. Menggunakan kembali air kotor

Pemakaian air bersih setiap hari untuk bangunan ibadah adalah sekitar 50 liter/

orang/ hari. Setelah digunakan, air tersebut akan menjadi air kotor. Salah

satunya cara untuk mengurangi konsumsi air adalah dengan menggunakan

kembali air yang sudah dibuang sebagai air abu-abu yang tidak boleh

diminum, untuk toilet ataupun tempat cuci yang airnya tidak digunakan untuk

minum. Dalam beberapa kasus, tanaman ataupun organisme lain juga digunakan

untuk merubah air kotor menjadi air yang dapat diminum. Dengan demikian,

secara teori, semua air kotor yang dihasilkan oleh bangunan dapat didaur ulang.

3. Menampung air hujan

Penampungan air hujan dapat mengurangi biaya pengairan untuk rumah maupun

bangunan. Selain itu, air hujan juga dapat digunakan untuk menyiram toilet, air

pemadam kebakaran.

86
Kesimpulan:

Adapun skema ekosistem arsitektural yang menyerupain sistem alam yaitu seperti

gambar di bawah ini.

Gambar IV-25 Skema Penggunaan Air

Sistem Pencahayaan

Sistem pencahayaan terdiri dari dua, yaitu sistem pencahayaan alami dan

sistem pencahayaan buatan. Untuk dapat memaksimalkan penggunaan

pencahayaan alami, bangunan diberikan bukaan-bukaan yang cukup.

Tabel IV-16 Penggunaan Cahaya pada Ruangan di Siang Hari

Jenis Ruangan Cahaya Alami Cahaya Buatan


Hall X
Ruang Shalat X
Ruang Mihrab X
Ruang Minaret X
Ruang Pengelola X

87
Toilet X
Ruang Wudhu X
Ruang Perpustakaan X
Ruang Serbaguna X
Pantry X
Ruang Pengajian Al-Quran X
Toko X
Ruang Penitipan Barang X
Ruang servis X
Keterangan :
= memerlukan
X = tidak memerlukan

Kesimpulan:

Untuk sistem pencahayaan pada Mesjid di Kebon jeruk, semaksimal mungkin

menggunakan pencahayaan alami dan menggunakan cahaya buatan hanya pada

ruangan yang memerlukan intensitas cahaya yang stabil dan juga menggunakan

cahaya buatan pada malam hari. Untuk dapat memaksimalkan penggunaan cahaya

alami, bangunan diberikan bukaan-bukaan yang cukup seperti void di tengah

bangunan.

Sistem Penghawaan

Sistem penghawaan terdiri dari 2 jenis yaitu penghawaan alami dan

penghawaan buatan.

Untuk mendapatkan penghawaan yang baik, ruang di sekitar bangunan

sebaiknya dilengkapi dengan pohon peneduh. Dengan adanya pohon ataupun

tanaman di sekitar bangunan, dapat menurunkan suhu hingga 4oC.

88
Gambar IV-26 Penghijauan di Sekitar Bangunan

Sumber : http://www.lmbunika.com/PDF/StandardI.pdf

Selain itu, untuk mendapatkan penghawaan alami secara maksimal,

orientasi bangunan harus tepat. Bangunan berorientasi ke arah Utara-Selatan

sehingga cahaya matahari tidak langsung masuk ke bangunan melalui bukaan.

Untuk bangunan yang berorientasi ke arah Timur-Barat, digunakan kisi-kisi vertikal

sehingga cahaya matahari masih tetap bisa masuk ke dalam bangunan sementara

radiasi mataharinya terhalangi.

Gambar IV-27 Letak Gedung yang Menguntungkan

Sumber : http://www.lmbunika.com/PDF/StandardI.pdf

Atap yang paling bagus menahan panas adalah atap dengan ruang atap

yang penghawaannya berfungsi baik, atau atap bertanaman yang dapat

meresapkan air hujan maupun mengatur iklim ruang dalam.

89
Kesimpulan:

Mesjid di Kebon Jeruk akan menggunakan penghawaan alami dan buatan. Untuk

penghawaan buatan, hanya digunakan pada ruangan serba guna dan perpustakaan

dan ruangan lainnya memanfaatkan penghawaan alami.

Sistem Elektrikal

Daya listrik yang diperlukan berasal dari dua sumber, yaitu:

z PLN

Merupakan sumber listrik utama dari pemakaian listrik sehari-hari.

z Genset

Sebagai sumber listrik cadangan sewaktu sumber aliran listrik dari PLN

terputus. Sumber daya ini melayani hampir seluruh keperluan bangunan.

Gambar IV-28 Skema Arus Listrik

PLN Incoming Outgoing Trafo Panel

Genset

Kesimpulan :

Arus listrik di Mesjid Kebon Jeruk berasal dari PLN dan menggunakan genset

apabila listrik dari PLN mati.

90
Sistem Keamanan

z Pengamanan terhadap bahaya kebakaran

Alat pengaman yang digunakan untuk mencegah bahaya kebakaran adalah:

1. Pencegahan aktif

a. Detektor, untuk mendeteksi bila ada asap maupun suhu yang terlalu

tinggi di dalam ruangan.

b. Hidran dan Selang kebakaran, yang ditempatkan setiap jarak 35 meter.

c. Sprinkler, yang berguna sebagai pertolongan pertama terhadap

kebakaran dimana sprinkler akan pecah bila terdeteksi suhu di ruangan

mencapai titik tertentu.

Tabel IV-17 Penggunaan Sprinkler Menurut Jenis Bangunan


Klasifikasi
Tinggi / Jumlah Lantai Penggunaan Sprinkler
Bangunan
Tidak Ketinggian sampai dengan 8
Tidak diharuskan
bertingkat meter atau 1 lantai
Bertingkat Ketinggian sampai dengan 8
Tidak diharuskan
rendah meter atau 2 lantai
Bertingkat Ketinggian sampai dengan
Tidak diharuskan
rendah 14 meter atau 4 lantai
Bertingkat Ketinggian sampai dengan Diharuskan, mulai dari
tinggi 40 meter atau 8 lantai lantai 1
Bertingkat Ketinggian lebih dari 40 Diharuskan, mulai dari
tinggi meter atau di atas 8 lantai lantai 1
Sumber : Juwana, J.S. Sistem Bangunan Tinggi

d. Fire Extinguisher, merupakan pemadam berisi bahan kimia yang bisa

digunakan oleh orang awam sekalipun.

2. Pencegahan Pasif

a. Konstruksi tahan api, misalnya dengan menggunakan beton.

91
b. Pintu keluar, yang terbuat dari bahan tahan api sekurang-kurangnya 2

jam sehingga bila terjadi kebakaran, api tidak merambat ke dalam tangga

kebakaran.

c. Koridor dan jalan keluar yang ditandai tanda Exit atau Keluar.

Tabel IV-18 Jarak Tempuh Keluar

Jarak Tempuh Maksimal


Batasan Lorong
Fungsi Tanpa Dengan
Buntu
Sprinkler (m) Sprinkler (m)
Hunian
- Hotel 10 30 45
- Apartemen 10 30 45
- Asrama 0 30 45
- Rumah Tinggal Tidak Perlu Tidak Perlu Tidak Perlu

Sumber : Juwana, J.S. Sistem Bangunan Tinggi

d. Tangga kebakaran, dengan persyaratan sebagai berikut :

- Jarak tiap titik terjauh maksimum 25m.

- Lebar tangga kebakaran minimal 1.2 m, dengan pintu minimal 90cm,

dan tahan api selama minimum 2 jam.

- Dilengkapi dengan shaft asap yang dihubungkan dengan intake fan

yang berfungsi memberikan tekanan udara dalam ruang yang lebih

besar dibanding udara luar agar asap tidak masuk.

- Pintu ruang tangga darurat membuka ke dalam ruang tangga.

z Pengamanan terhadap bahaya kriminal

Keamanan terhadap bahaya kriminal yang akan digunakan dalam Mesjid di

Kebon Jeruk adalah pengontrolan secara manual melalui penjaga atau satpam

di setiap pintu keluar maupun pintu masuk ke dalam tapak.

92
z Pengamanan terhadap bahaya petir

Sistem penangkal petir yang akan diterapkan pada bangunan Mesjid di Kebon

Jeruk adalah sistem tiang penangkap petir (lighting rods) yang menggunakan

sistem kurungan Faraday, yaitu tiang berada di daerah bangunan yang paling

tinggi, dan dihubungkan dengan kabel yang melewati sisi gedung yang

kemudian berakhir ke dalam tanah.

IV.3 Aspek Lingkungan

IV.3.1 Analisis Lingkungan

Tapak terletak pada pertigaan jalan Kebon Jeruk dan Batusari. Lingkungan

di sekitar tapak merupakan daerah yang padat penduduk dan padat lalu lintas. Selain

sebagai daerah pemukiman, di sekitar tapak juga terdapat yayasan Islam, daerah

bisnis/ komersial dan lingkungan sekolah.

Foto IV-2 Lingkungan di Sekitar Tapak

Sumber : Google Earth

93
Jalan di sebelah utara tapak bernama Jalan Flamboyan dengan lebar jalan 5

m dan berbatasan dengan hunian menengah ke bawah. Jalan di sebelah Timur tapak

bernama Jalan Batusari berukuran lebar 8 m dan berbatasan dengan yayasan

pandidikan Islam. Jalan di sebelah Selatan bernama Jalan Kebon Jeruk Raya

berukuran lebar 8 m dan berbatasan dengan area bisnis/ komersial. Batas di sebelah

barat merupakan jalan kecil yang berukuran 2,5 m.

Foto IV-3 Jalan Flamboyan

Foto IV-4 Jalan Batusari

94
Foto IV-5 Jalan Kebon Jeruk dengan Area Bisnis

Foto IV-6 Jalan Kecil di Sebelah Barat Tapak

Kondisi dan Ketinggian Bangunan Sekitar

Bangunan-bangunan yang berada di sekitar tapak antara lain :

Bangunan hunian 1-2 lantai (hunian golongan menengah ke bawah) dan hunian-

hunian kost, dengan masyarakat heterogen (Betawi dan pendatang) di semua

bagian, Utara, Timur, Selatan, dan Barat.

95
Bangunan sekolah 4 lantai di sebelah Utara

Bangunan bisnis 1-2 lantai sebagian di sebelah Utara, Timur, dan Selatan

Bangunan fasilitas umum (yayasan pendidikan Islam), 2 lantai berlokasi di

sebelah Timur tapak.

Potensi Lingkungan

Beberapa potensi lingkungan di sekitar tapak antara lain :

Adanya aktivitas yang sejalan karena berdekatan dengan yayasan pendidikan

Islam Darul Ulum

Foto IV-7 : Yayasan Pendidikan Islam Darul Ulum

Daerah ini merupakan daerah yang strategis, berada di tengah kota sehingga

pencapaian dari area di luar lingkungan tidak sulit.

Adanya jalur angkutan umum / kota mikrolet yang memberi kemudahan akses

ke tapak. Beberapa jalur angkutan kota antara lain Metromini 91, Mikrolet M-

11, dan Mikrolet M-44, yang ketiganya melalui Jalan Raya Kebun Jeruk.

96
Bangunan-bangunan hunian yang cenderung memerlukan ketenangan, cocok

dengan beberapa kegiatan di Mesjid yang juga memerlukan ketenangan.

Daerah ini merupakan daerah dengan sejarah Betawi Arab yang kental,

digunakan sebagai potensi lingkungan yang akan mendukung untuk

didirikannya mesjid sebagai sarana beribadah.

Ada beberapa fasilitas umum / komersial yang cukup bermanfaat bagi kegiatan

sehari-hari di tapak, seperti, klinik, bank, fotokopi, dan lain-lain, sebagai

pelengkap kebutuhan sehari-hari pengguna bangunan.

Kendala / Permasalahan Lingkungan

Kendala / permasalahan lingkungan yang paling utama, menurut Rencana

Tata Ruang Wilayah Kecamatan Kebon Jeruk adalah masalah kemacetan pada jam-

jam tertentu di ruas Jalan Rawa Belong, daerah sekitar kampus Bina Nusantara,

serta di Jalan Palmerah dikarenakan tingginya volume kendaraan dan banyaknya

pedagang kaki lima terutama di sepanjang Jalan Rawa Belong.

Visi 1 : Alternatif pemunduran / set back massa bangunan sehingga ruang

publik terasa lebih luas, longgar, dan bisa mengurangi kepadatan jalan di depan

tapak yang diperkirakan akan bertambah pada hari tertentu atau pada waktu shalat

Jumat dengan diadakannya proyek Mesjid.

Visi 2 : Alternatif lainnya yaitu menyediakan area drop-off di dalam tapak

sehingga sirkulasi dan jumlah mobil-mobil yang berhenti di depan tapak akan

berkurang, dan akan mengurangi kepadatan.

97
Area Hijau

Di kawasan tapak tersebut sangat minim akan penghijauan kota. Hal ini

dikarenakan daerah tersebut merupakan pemukiman yang padat. Belum lagi,

kebutuhan lahan untuk kegiatan ekonomi. Penambahan jumlah kendaraan bermotor

akibat bertambah padatnya penduduk pun menuntut penambahan kuantitas jalan.

Semua itu akan mengubah fungsi sebagian lahan yang tadinya terbuka dan hijau

menjadi hutan beton, perumahan, dan jalan. Maka lahan terbuka yang ditumbuhi

berbagai tanaman, besar dan kecil, semakin berkurang. Padahal, ruangan terbuka

dengan tetumbuhan menghijau sangat diperlukan bagi kehidupan itu sendiri.

Yang termasuk ruang terbuka hijau itu di antaranya taman kota, hutan kota,

jalur hijau, halaman rumah, perkantoran, dan pusat bisnis, serta kebun binatang. Ia

berfungsi sebagai filter udara dan daerah tangkapan air. Daun-daun pepohonannya

bertugas menyerap polutan-polutan di sekitarnya. Sebaliknya, dedaunan itu akan

melepaskan oksigen (O2) yang membuat udara di sekitarnya menjadi segar. Ketika

hujan turun, tanah dan akar-akar pepohonan itu akan "mengikat" air yang jatuh

sehingga menjadi cadangan air.

Karakteristik lingkungan yang baik adalah lingkungan yang penghijauan

kotanya baik sehingga kualitas kehidupan dalam kota meningkat. Kota yang

memiliki keteduhan dengan banyaknya pohon besar yang rindang dapat mengurangi

lalu lintas bermotor (karena penduduk lebih bersedia berjalan kaki). Di samping hal

tersebut, penghijauan di lingkungan kota meningkatkan produksi oksigen yang

mendukung kehidupan sehat bagi manusia, mengurangi pencemaran udara, dan

meningkatkan kualitas iklim mikro.

98
Tabel IV-19 Hasil Tumbuhan sebagai Peningkat Kualitas Lingkungan

1 pohon berumur + 100 tahun Tumbuh-tumbuhan* seluas 1 hektar


Produksi O2 1.7 kg/jam 600 kg/hari
Penerimaan CO2 2.35 kg/jam 900 kg/hari
Zat arang yang terikat 6 ton -
Penyaringan debu - Sampai 85%
Penguapan air 500 liter/hari -
Penurunan suhu - Sampai 4oC
Sumber : Frick. H. Dan Mulyani, T.H.(2006). Arsitektur Ekologis.
* Pohon peneduh, perdu, semak belukar, dan tanaman hias berbunga dengan sedikit sekali rumput.

Visi 1 : Ruang Terbuka Hijau akan disediakan pada tapak sebagai kontribusi

terhadap lingkungan sekitar yang padat.

Visi 2 : Penyediaan Ruang Terbuka Hijau akan dipertimbangkan sesuai

dengan zoning tapak dan lokasi Ruang Terbuka Hijau eksisting di lingkungan,

sehingga perletakannya tepat dan bisa bermanfaat bagi bangunan dan lingkungan

sekitarnya.

Gambar IV-29 Penghijauan dapat Mengurangi Suhu Ruangan

Sumber : Frick. H. Dan Mulyani, T.H.(2006). Arsitektur Ekologis.

99
Gambar IV-30 Penghijauan dapat Meningkatkan Produksi Oksigen

Sumber : Frick. H. Dan Mulyani, T.H.(2006). Arsitektur Ekologis.

Gambar IV-31 Penghijauan Mengurangi Kebisingan

Sumber : Frick. H. Dan Mulyani, T.H.(2006). Arsitektur Ekologis

Kesimpulan :

Lingkungan yang akan didesain pada Mesjid di Kebon Jeruk adalah lingkungan

yang memiliki penghijauan yang cukup sehingga dapat meningkatkan produksi

oksigen yang mendukung kehidupan sehat bagi manusia, mengurangi pencemaran

udara, mengurangi polusi suara, dan meningkatkan kualitas iklim mikro.

100
IV.3.2 Analisis Perhitungan Kebutuhan Ruang Luar

Ruang luar yang dibutuhkan disini adalah ruang hijau, sirkulasi tapak,

serta tempat parkir. Perbandingan antara ruang hijau dan perkerasan adalah 25 %

untuk ruang hijau dan 15 % untuk perkerasan. Dengan demikian, perhitungan

ruang luar adalah sebagai berikut :

Luas Tapak : 10.000 m2

KDB : 60 % x 10.000 m2 = 6.000 m2

Ruang hijau : 25 % x 10.000 m2 = 2.500 m2

Perkerasan : 15 % x 10.000 m2 = 1.500 m2

IV.3.3 Analisis Tata Ruang Luar

Ruang luar adalah ruang yang tidak beratap, tidak berdinding dan berada

di luar bangunan.

Ruang luar berfungsi sebagai berikut:

z Sebagai transisi/ruang penghubung dari luar bangunan ke dalam bangunan.

z Membantu pembentukan ruang luar dan pengarahan pengunjung untuk masuk

ke dalam bangunan.

z Memperindah bangunan dan menyegarkan suasana di sekitar bangunan.

z Membantu penataan sirkulasi yang baik bagi pemakai bangunan berkendaraan

dan pejalan kaki serta pengaturan parkir.

z Elemen-elemen pembentuk ruang luar juga dapat berperan sebagai peneduh

terhadap sinar matahari, sebagai penyaring terhadap udara kotor, dan yang tidak

101
kalah penting bagi bangunan hunian yang memerlukan suasana yang tidak

bising adalah sebagai penahan suara dari luar bangunan.

Elemen elemen pembentuk ruang luar terdiri dari:

1. Elemen Lunak (Soft Material)

Yang dimaksud dalam elemen lunak adalah penghijauan atau vegetasi yang

dapat berfungsi :

z Sebagai penghasil O2 yang diperlukan makhluk hidup untuk bernapas.

z Sebagai pengatur tata air, suhu, pencemaran udara atau pelindung

lingkungan.

z Menambah segi estetika karena dengan terdapatnya unsur-unsur

penghijauan yang direncanakan secara baik dan menyeluruh akan

menembah keindahan lingkungan.

z Mengurangi kebisingan di dalam gedung.

(Untuk jenis tanaman dan manfaatnya, Lihat Lampiran Tabel L-2)

2. Elemen Keras (Hard Material)

Elemen keras terdiri dari:

z Perkerasan, terbagi atas dua yaitu perkerasan untuk jalan dan pedestrian.

Bahan untuk perkerasan adalah :

- Aspal. Jenis perkerasan ini dapat menutupi permukaan yang lebar

dan dapat diselesaikan dalam tekstur yang lembut, kasar. Aspal dapat

menghindari perembesan air hujan hingga 90%.

102
- Concrete Pavers. Bentuk beton cetak pada umumnya adalah persegi,

bulat, atau persegi panjang, dan warnanya abu-abu, hijau muda, atau

merah bata.

- Brick. Brick terdapat dalam berbagai variasi warna, tekstur, dan

bentuk.

- Stone. Perkerasan dengan batu menawarkan kehangatan bahan-bahan

alami, dan kebanyakan sangat tahan lama. Kerugian-kerugiannya

adalah biayanya yang mahal, beratnya bahan tersebut, dan

permukaannya yang akan menjadi licin bila basah.

- Tile. Tile untuk eksterior baik terra cotta maupun jenis lainnya,

memberikan kesan elegan.

- Wood. Kayu anti lapuk seperti cedar, cypress, dan redwood dapat

digunakan secara terpisah atau digabungkan dengan bahan-bahan

perkerasan lainnya untuk memberikan tampak alami.

- Loose pavings. Perkerasan dengan batu kurang cocok untuk area

ruang luar.

z Elemen pengisi buatan

Elemen pengisi buatan adalah kolam, bangku taman, lampu taman,

sculpture, dll. Bahan-bahan yang digunakan seharusnya memiliki

permukaan yang kasar agar tidak memantulkan panas matahari di siang

hari.

103
Kesimpulan :

Elemen pembentuk ruang luar yang akan digunakan dalam Mesjid di Kebon Jeruk

yaitu:

1. Elemen Lunak (Soft Material)

a. Penutup tanah menggunakan rumput, dimana rumput dapat melindungi

permukaan tanah dari terik matahari sehingga tidak terlalu cepat kering dan

berdebu. Selain itu, dengan menggunakan tanaman sebagai penutup tanah,

maka 85-95% air hujan akan merembes ke dalam tanah.

(Perembesan Air Hujan Lihat Lampiran Tabel L-3)

b. Peneduh menggunakan tanaman peneduh seperti pohon flamboyan,

ketapang, beringin, dll. Peneduh diberikan di daerah pinggir jalan mobil

maupun pedestrian serta di daerah hijau yang akan dibuat di dalam tapak.

2. Elemen Keras (hard material)

a. Perkerasan untuk kendaraan, menggunakan beton cetak. Beton cetak yang

disusun dengan pola tertentu, menyediakan celah kecil agar air hujan dapat

merembes ke dalam tanah sebanyak 15% dibandingkan dengan aspal yang

hanya 10%.

Gambar IV-32 Beton Cetak

Sumber : Sunset Landscaping Illustrated

104
b. Perkerasan untuk pedestrian, menggunakan brick, yang mana bentuknya

kecil sehingga mudah untuk digunakan, dan dibentuk sesuai dengan pola

yang diinginkan. Bahan ini dipilih karena pemeliharaannya yang mudah dan

tidak menyebabkan licin di hari hujan seperti keramik maupun batu.

Gambar IV-33 Brick

Sumber : Google image

3. Elemen pengisi buatan

Elemen pengisi yang akan digunakan adalah lampu taman serta bangku taman.

Lampu taman sebagai penerangan di malam hari..

Gambar IV-34 Lampu Taman

Sumber : Google image

105
Gambar IV-35 Tata Ruang Luar

Keterangan :

: Ruang Hijau : Pedestrian

: Bangunan : Jalan Kendaraan Pribadi

: Jalan Kendaraan Servis

Kesimpulan :

1. Ruang hijau diletakkan mengelilingi tapak sehingga kualitas lingkungan tapak

meningkat.

2. Jalan kendaraan diletakkan sesuai arah pintu masuk dan pintu keluar kendaraan.

Misalnya jalan untuk pejalan kaki.

3. Bangunan diletakkan dikelilingi penghijauan sehingga bangunan terhindar dari

polusi baik udara maupun suara.

106
IV.3.4 Analisis Zoning Dalam Tapak

Tapak dapat dibedakan atas beberapa wilayah penzoningan, yaitu pubik,

semi publik, private, dan servis.

a. Publik area publik merupakan area di dalam tapak yang dapat digunakan oleh

siapa saja yang menggunakan bangunan tersebut termasuk pengunjung. Di

mesjid yang termasuk area publik yaitu parkir kendaraan, taman, hall,

perpustakaan.

b. Semi Publik area semi publik merupakan area di dalam tapak dimana bisa

juga diakses oleh orang selain pengurus mesjid, tetapi dengan persyaratan

ataupun dengan izin tertentu. Area ini biasanya berupa ruang serbaguna, ruang

wudhu, toilet, tempat shalat.

c. Privat area privat merupakan area di dalam tapak yang hanya bisa diakses

oleh orang-orang tertentu saja misalnya seperti pengurus mesjid. Area privat

biasanya terletak pada daerah yang tidak terlihat oleh area publik dan biasanya

diberi akses jalan yang berbeda.

d. Servis area servis merupakan area di dalam tapak yang berfungsi sebagai

ruangan yang memberikan servis ke seluruh tapak dan bangunan, seperti ruang-

ruang utilitas, ruang janitor. Hanya petugas servis sajalah yang bisa mengakses

ke tempat tersebut. Area servis diletakkan di belakang sehingga tidak

mengganggu kegiatan penghuni, pengelola, maupun pengunjung.

107
Gambar IV-36 Zoning dalam Tapak

Keterangan :

: Area Publik : Area Semipublik

: Area Privat : Area Servis

IV.3.5 Analisis Sirkulasi Dalam Tapak

Terdapat 2 jenis sirkulasi di dalam bangunan, yaitu sirkulasi horizontal dan sirkulasi

vertikal

108
A) Sirkulasi Horizontal

Sirkulasi horizontal dapat dibedakan mejadi 2 tipe yaitu sirkulasi linier

dan sikulasi radial. Masing-masing jenis sirkulasi memiliki kelebihan dan

kekurangan, yaitu:

Tabel IV-20 Jenis Sirkulasi Horizontal

No Jenis Sirkulasi Kelebihan Kekurangan

1 Linier

Linier Menerus - Jelas dan terarah. - Kurang efisien karena

membutuhkan banyak ruang

Linier Bertekuk - Mudah disesuaikan dengan

tapak berkontur.

Linier Berpotongan - Mudah dalam pencapaian

ke bangunan.

Linier Bercabang - Mudah dalam

pengklasifikasian fungsi di

dalam bangunan.

Linier Berbelok

109
Linier Melingkar

2 Radial - Memusatkan kegiatan / - Arah sirkulasi terpusat

orientasi. pada satu titik sehingga

- Efisiensi tinggi karena perhatian ke titik-titik

hanya membutuhkan ruang lainnya berkurang.

minimal.

- Mudah untuk mencapai ke

titik tertentu.

- Penyesuaian terhadap

kontur cukup baik.

Sumber : Ching, F. Architecture Form, Space and Order.

Sirkulasi horizontal dalam tapak dibedakan menjadi dua, yaitu sirkulasi

pejalan kaki dan sirkulasi kendaraan.

- Sirkulasi kendaraan menggunakan pola sirkulasi linear berbelok dimana

jalan masuk dan keluar kendaraan dipisahkan agar menghindari kemacetan

lalu lintas di luar tapak, dikarenakan tapak tersebut terletak pada pertigaan

jalan yang biasanya terjadi kemacetan pada jam-jam tertentu. Untuk mobil

servis, masuk melalui pintu belakang khusus servis. Pemilihan pola sirkulasi

tersebut didasarkan atas pertimbangan kegiatan di tapak yang membutuhkan

ketenangan, sehingga kendaraan tidak diperbolehkan mengitari seluruh

110
tapak yang dapat menimbulkan kebisingan, maka dari itu parkiran

diletakkan jauh dari bangunan utama dan untuk mencapai bangunan utama

pengunjung diharuskan berjalan dari parkiran menuju gedung utama.

- Untuk sirkulasi pejalan kaki, menggunakan sirkulasi linear bercabang

dimana pedestrian ketika memasuki bangunan akan dipisahkan antara

pedestrian wanita dan pedestrian pria untuk menuju ruang shalat.

Gambar IV-37 Pola Sirkulasi Tapak

Keterangan :

: Jalur Wanita : Jalur Pria

: Pedestrian : Jalan Kendaraan Pribadi

: Bangunan : Ruang Hijau

111
B) Sirkulasi Vertikal

Terdapat 2 tipe sirkulasi vertikal di dalam bangunan, yaitu dengan

menggunakan ramp dan tangga. Kedua sirkulasi tersebut akan di gunakan dalam

perancangan bangunan utama mesjid ini, berdasarkan beberapa pertimbangan,

yaitu:

Tangga :

- Sebagai sirkulasi pendukung utama, selain ramp.

- Sebagai sirkulasi antar lantai.

- Sebagai sirkulasi darurat (tangga darurat).

Ramp :

- Sebagai sirkulasi untuk orang tua.

- Sebagai sirkulasi untuk orang-orang cacat.

112

Anda mungkin juga menyukai