Anda di halaman 1dari 12

Rabu, 30 Oktober 2013

PENDEKATAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

PENDEKATAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN


A. Pengertian Pengambilan Keputusan
Para individu dalam organisasi membuat keputusan (decision), artinya mereka membuat
pilihan-pilihan dari dua alternative atau lebih. Sebagai contoh, manajer puncak bertugas
menentukan tujuan-tujuan organisasi, produk atau jasa yang ditawarkan, cara terbaik untuk
membiayai berbagai operasi, produk atau jasa yang menempatkan pabrik manufaktur yang
baru. Manajer tingkat menengah dan bawah menentukan jadawal produksi, menyeleksi
karyawan baru, dan merumuskan bagaimana meningkatkan bayaran karyawan. Karyawan
nonmanajerial juga membuat keputusan yang mempengaruhi pekerjaan dan organisasi tempat
mereka bekerja. Semakin banyak organisasi memberikan karyawan nonmanajerial otoritas
pembuatan keputusan yang berkaitan dengan pekerjaan, maka pengambilan keputusan
individual merupakan satu bagian penting dari perilaku organisasi.
Pengambilan keputusan mengandung arti pemilihan altematif terbaik dari sejumlah
Alternatif yang tersedia. Teori-teori pengambilan keputusan bersangkut paut dengan masalah
bagaimana pilihan-pilihan semacam itu dibuat. Beberapa pegertian tentang keputusan
menurut beberapa tokoh (dhino ambargo: 2) adalah sebagai berikut :
- Menurut Davis (1988) keputusan adalah hasil dari pemecahan masalah yang dihadapinya
dengan tegas. Hal ini berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai apa
yang harus dilakukan dan seterusnya mengenai unsur-unsur perencanaan. Keputusan dibuat
untuk menghadapi masalah-masalah atau kesalahan yang terjadi terhadap rencana yang telah
digariskan atau penyimpangan serius terhadap rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tugas pengambilan keputusan tingkatnya sederajad dengan tugas pengambilan rencana dalam
organisasi.
- Siagian (1996) menyatakan, pada hakikatnya pengambilan keputusan adalah suatu
pendekatan sistematis terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data.
Penentuan yang matang dari altenatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut
perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
- Claude S. George, Jr (2005) menyatakan, proses pengambilan keputusan itu dikerjakan oleh
kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran yang termasuk
pertimbangan, penilaian dan pemilihan di antara sejumlah alternatif.
- Horolddan Cyril O'Donnell (2005) juga berpendapat bahwa pengambilan keputusan adalah
pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak yaitu inti dari perencanaan, suatu
rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jika tidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat
dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.
- Dee Ann Gullies (1996) menjelaskan definisi Pengambilan keputusan sebagai suatu proses
kognitif yang tidak tergesa-gesa terdiri dari rangkaian tahapan yang dapat dianalisa,
diperhalus, dan dipadukan untuk menghasilkan ketepatan serta ketelitian yang lebih besar
dalam menyelesaikan masalah dan memulai tindakan. Definisi yang lebih sederhana
dikemukakan oleh Handoko (1997), pembuatan keputusan adalah kegiatan yang
menggambarkan proses melalui serangkaian kegiatan dipilih sebagai penyelesaian suatu
masalah tertentu.
- Ralp C. Davis dalam Imam Murtono (2009) menyatakan keputusan dapat dijelaskan sebagai
hasil pemecahan masalah, selain itu juga harus didasari atas logika dan pertimbangan,
penetapan alternatif terbaik, serta harus mendekati tujuan yang telah ditetapkan. Seorang
pengambil keputusan haruslah memperhatikan hal-hal seperti; logika, realita, rasional, dan
pragmatis.
Dari beberapa penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengambilan
keputusan ini adalah sesuatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat suatu masalah,
pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi, dan
mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
Pengambilan keputusan yang dilakukan biasanya memiliki beberapa tujuan , seperti ;
tujuan yang bersifat tunggal (hanya satu masalah dan tidak berkaitan dengan masalah lain)
dan tujuan yang bersifat ganda (masalah saling berkaitan, dapat bersifat kontradiktif ataupun
tidak kontradiktif).
Adapun faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pengembilan keputusan adalah :
1. hal-hal yang berwujud maupun tidak berwujud, yang emosional maupun rasional perlu
diperhitungkan dalam pengambilan keputusan;
2. setiap keputusan nantinya harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi;
3. setiap keputusan janganlah berorientasi pada kepentingan pribadi, perhatikan kepentingan
orang lain;
4. jarang sekali ada 1 pilihan yang memuaskan;
5. pengambilan keputusan merupakan tindakan mental. Dari tindakan mental ini kemudian
harus diubah menjadi tindakan fisik;
6. pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama;
7. diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang baik;
8. setiap keputusan hendaknya dikembangkan, agar dapat diketahui apakah keputusan yang
diambil itu betul; dan
9. setiap keputusan itu merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan berikutnya.

Pada dasarnya pengambilan keputusan adalah suatu akibat adanya reaksi atas sebuah
masalah (problem), yang artinya ada ketidaksesuian antara perkara saat ini dan keadaan yang
diinginkan, yang membutuhkan pertimbangan untuk membuat beberapa tindakan alternative.
Namun, berpaling dari hal ini keputusan yang dibuat haruslah keputusan yang baik, rasional,
dan mengandung nilai-nilai etis dalam batasan-batasan tertentu. Oleh karena itu haruslah ada
kerangka kerja pengambilan keputusan yang etis atau ethical decision making (EDM)
Framework.

B. Perkembangan Terkini
Skandal Enron, Arthur Andersen, dan WorldCom telah menunjukkan kepada masyarakat
luas, runtuhnya pasar modal, dan pada akhirnya Sarbanes Oxley Act 2002, yang membawa
reformasi tata kelola yang luas. Skandal-skandal korporasi berikutnya, termasuk Adephia,
Tyco, HealthSouth, dan skandal lainnya menyajikan kesadaran publik yang semakin tinggi
bahwa para eksekutif dapat membuat keputusan yang lebih baik. Kasus pengadilan
berikutnya terkait denda, hukuman penjara, dan penyelesaiannya telah menggaris bawahi
kebutuhan akan keputusan untuk menghasilkan tindakan yang legal. Pengadilan pendapat
umum juga telah secara kejam berdampak pada perusahaan dan individu yang telah bertindak
tidak etis. Kehilangan reputasi akibat tindakan tidak etis atau ilegal telah menyebabkan
penurunan pendapatan dan keuntungan, merusak harga saham, dan akhir karir bagi banyak
eksekutif meskipun tindakan tersebut belum diinvestigasi secara penuh dan tanggung jawab
bagi mereka belum sepenuhnya terbukti.

C. Ethical Decision Making (EDM) Framework


Kerangka kerja EDM menilai etis atau tidaknya suatu keputusan atau tindakan dengan
menguji :

Konsekuensi atau kemunculan keuntungan atau biaya bersih

Hak dan kewajiban yang terpengaruh

Keadilan yang ada


Motivasi atau kebajikan yang diharapkan
Tiga pertimbangan pertama dari empat pertimbangan diatas, yaitu konsekuensialisme,
deontologi dan keadilan, diuji dengan menitikberatkan pada dampak suatu keputusan
terhadap pemegang saham dan pemangku kepentingan lain yang terpengaruh, yang dikenal
dengan analisis dampak pemangku kepentingan. Pertimbangan keempat, motivasi pengambil
keputusan, adalah pendekatan yang dikenal dengan etika kebajikan. Keempat pertimbangan
harus sungguh-sungguh diuji dan nilai etika yang sesuai harus diterapkan dalam keputusan
dan implementasinya jika suatu keputusan atau tindakan dapat dipertahankan secara etis.
D. Pendekatan-pendekatan pengambilan keputusan etis (Leonard J Brooks : 330)
1. Pendekatan filosofi
a. Konsekuensialisme, Utilitarianisme, atau Teleologi
Pelaku Konsekuensialisme sungguh-sungguh dalam memaksimalkan manfaat yang
dihasilkan oleh keputusan. Paham ini berpegang pada prinsip bahwa suatu tindakan itu benar
secara moral jika dan hanya jika tindakan itu memaksimalkan manfaat bersih. Dengan kata
lain, suatu tindakan dan juga keputusan disebut etis jika konsekuensi yang menguntungkan
lebih besar daripada konsekuensi yang merugikan. Utilitarianisme klasik berkaitan dengan
utilitas keseluruhan, mencakup keseluruhan varian, dan karenanya hal ini hanyalah sebagian
manfaat dalam pengambilan keputusan etis dalam konteks bisnis, profesional dan organisasi.
Konsekuensialisme dan utilitarianisme berfokus pada hasil atau akhir dari tindakan, maka
disebut juga Teleological.

b. Deontologi
Berbeda dengan konsekuensialisme, deontologi berfokus pada kewajiban dan tanggung
jawab yang memotivasi suatu keputusan atau tindakan dan bukan pada konsekuensi dari
tindakan. Tindakan yang didasarkan pada pertimbangan kewajiban, hak, dan keadilan sangat
penting bagi professional, direktur, dan eksekutif yang diharapkan memenuhi kewajibannya.
Menambah konsekuensialisme dengan analisis deontologi secara khusus termasuk perlakuan
yang adil akan menjaga terhadap situasi dimana untuk kepentingan apa pertimbangan
konsekuensi yang menguntungkan akan diperbolehkan untuk membenarkan tindakan ilegal
atau tidak etis dalam mencapai tujuan.

c. Virtue Ethics
Kalau kedua pendekatan tadi menekankan pada konsekuensi dari tindakan atau tanggung
jawab, hak dan prinsip-prinsip sebagai panduan untuk membenarkan kebiasaan moral, etika
kebajikan berkaitan dengan aspek motivasi dari karakter moral yang ditunjukkan oleh
pengambil keputusan.
Stakeholder Impact Analysis alat untuk menilai keputusan dan tindakan
Sejak berkembangnya konsep utilitarianisme pada 1861, suatu pendekatan yang
diterima untuk menilai keputusan dan hasil tindakan adalah dengan mengevaluasi hasil akhir
atau konsekuensi dari tindakan, yang secara tradisional didasarkan pada dampak keputusan
terhadap kepentingan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Biasanya, dampak ini
diukur dari keuntungan atau kerugian yang terjadi, karena keuntungan telah menjadi ukuran
keberadaan yang ingin dimaksimalkan oleh pemegang saham. Pandangan tradisional ini
sekarang berubah dalam dua jalan. Pertama, asumsi bahwa semua pemegang saham ingin
memaksimalkan hanya keuntungan jangka pendek menunjukkan fokus yang terlalu sempit.
Kedua, hak dan tuntutan kelompok-kelompok non-pemegang saham, seperti pekerja,
konsumen/klien, supplier, pemerhati lingkungan, dan pemerintah yang mempunyai
kepentingan dalam keluaran keputusan, atau didalam perusahaan itu sendiri, statusnya diakui
dalam pengambilan keputusan perusahaan. Perusahaan modern sekarang akuntabel terhadap
pemegang saham dan kelompok non-pemegang saham, yang keduanya menjadi pemangku
kepentingan, kepada siapa respon perusahaan ditujukan. Biasanya, maksimalisasi keuntungan
dalam jangka waktu lebih dari setahun memerlukan hubungan yang harmonis dengan
kelompok pemangku kepentingan dan kepentingannya.

Kepentingan mendasar dari pemangku kepentingan


Pengambil keputusan mengkonsolidasikan kepentingan kelompok pemangku kepentingan
kedalam tiga kepentingan yang umum atau mendasar, yaitu :
Kepentingan mereka seharusnya menjadi lebih baik sebagai hasil dari keputusan
Keputusan tersebut seharusnya menghasilkan pembagian yang adil dalam keuntungan dan
beban
Keputusan tersebut seharusnya tidak menyinggung hak para pemangku kepentingan,
termasuk para pembuat keputusan
Jadi, keputusan yang ditawarkan dapat dikatakan tidak etis jika keputusan tersebut gagal
untuk memberikan keuntungan bersih, tidak adil, atau mengganggu hak para pemangku
kepentingan.
Analisis dampak pemangku kepentingan pengambilan keputusan pendekatan
Beberapa pendekatan dikembangkan memanfaatkan analisis dampak pemangku
kepentingan untuk memberikan bimbingan tentang kepatutan tindakan yang diusulkan untuk
pengambil keputusan.
Memilih pendekatan yang paling berguna tergantung pada apakah dampak keputusan pendek
daripada jangka panjang, melibatkan eksternalitas dan / atau probabilitas, atau mengambil
tempat dalam pengaturan perusahaan.
Pendekatan dapat digabung disesuaikan untuk mengatasi situasi tertentu.
Analisis etis yang komprehensif melebihi model Tucker, Velasquez, dan Pastin
dikembangkan untuk menggabungkan penilaian dari motivasi, kebajikan, dan karakter sifat
dipamerkan dibandingkan dengan yang diharapkan oleh stakeholder.

2. Pendekatan 5 pertanyaan
Kerangka 5-pertanyaan adalah pendekatan berguna untuk pertimbangan tertib masalah tanpa
banyak eksternalitas dan di mana fokus khusus yang diinginkan oleh perancang proses
pengambilan untuk pengobatan yang diperluas dari pendekatan ini.
Pendekatan 5 pertanyaan opsional dirancang untuk memfokuskan proses pengambilan
keputusan pada relevansi isu tertentu untuk organisasi atau pengambil keputusan yang
terlibat.

3. Pendekatan standar moral.


Pendekatan standar moral untuk analisis dampak stakeholder yang dibangun langsung pada
tiga kepentingan mendasar dari stakeholder. Hal ini agak lebih umum dalam fokus dari
pendekatan 5-pertanyaan, dan memimpin pengambil keputusan untuk analisis yang lebih luas
berdasarkan keuntungan bersih bukan hanya profitabilitas sebagai tantangan pertama dari
keputusan yang diusulkan. Akibatnya, ia menawarkan sebuah kerangka yang lebih cocok
untuk pertimbangan keputusan yang memiliki dampak signifikan di luar korporasi dari
kerangka kerja 4-pertanyaan.
Pertanyaan berfokus pada keadilan distributif, atau keadilan, ditangani dengan cara yang
sama seperti dalam pendekatan 5-pertanyaan.

MORAL STANDARD QUESTION OF PROPOSED DECISION


Bermanfaat
Maximaize bersih manfaat bagi masyarakat apakah tindakan memaksimalkan manfaat
secara keseluruhan sosial dan meminimalkan cedera social
hak-hak individual
Menghormati dan melindungi adalah sction yang konsisten dengan hak
setiap orang?
Keadilan
Distribusi manfaat yang adil dan beban akan memimpin untuk ajust distribusi
manfaat dan beban?
Semua standar moral harus diterapkan ada: tidak ada adalah tes cukup dengan itu sendiri

4. Pendekatan pastin
Pastin menggunakan konsep etika aturan dasar untuk apture gagasan bahwa individu
dan organisasi memiliki aturan-aturan dasar atau nilai-nilai fundamental yang mengatur
perilaku mereka atau perilaku yang diinginkan. Jika keputusan dipandang menyinggung nilai-
nilai ini, ada kemungkinan bahwa disenchamtment atau relatiation akan terjadi. Sayangnya,
hal ini dapat menyebabkan pemecatan seorang karyawan yang bertindak tanpa pemahaman
aturan dasar etika baik dari organisasi pengusaha yang terlibat. Dalam rangka untuk
memahami aturan dasar yang berlaku untuk benar mengukur komitmen organisasi untuk
proposal dan untuk melindungi pembuat keputusan., Pastin menunjukkan bahwa pemeriksaan
keputusan masa lalu atau tindakan dibuat. Ia menyebut ini pendekatan reverse engineering
keputusan, karena upaya ini dilakukan untuk mengambil keputusan masa lalu terpisah untuk
melihat bagaimana dan mengapa mereka dibuat. Pastin menunjukkan bahwa orang sering
dijaga (secara sukarela atau tanpa sadar) tentang mengekspresikan nilai-nilai mereka, dan
bahwa reverse engineering menawarkan cara untuk melihat, melalui tindakan masa lalu, apa
nilai-nilai mereka.
Pastin menggunakan konsep etika aturan dasar untuk apture gagasan bahwa individu
dan organisasi memiliki aturan-aturan dasar atau nilai-nilai fundamental yang mengatur
perilaku mereka atau perilaku yang diinginkan. Jika keputusan dipandang menyinggung nilai-
nilai ini, ada kemungkinan bahwa disenchamtment atau relatiation akan terjadi.

Memperluas dan pencampuran pendekatan


Dari waktu ke waktu, masalah etika akan naik yang tidak cocok dengan sempurna ke
salah satu pendekatan yang dijelaskan. Untuk eksistensi, masalah yang diangkat oleh suatu
masalah etika dapat diperiksa dengan pendekatan 5-pertanyaan, mengharapkan bahwa ada
dampak jangka panjang yang signifikan atau eksternalitas yang panggilan untuk analisis
biaya-manfaat daripada profitability sebagai pertanyaan tingkat pertama. Untungnya, biaya-
manfaat analisis dapat diganti atau ditambahkan ke pendekatan untuk memperkayanya.
Demikian pula, konsep dasar etika aturan dapat dicangkokkan ke pendekatan non-Pastin, jika
diperlukan dalam keputusan yang berhubungan dengan pengaturan di dalam perusahaan.
Perawatan harus diambil ketika memperluas dan blending pendekatan, bagaimanapun, untuk
memastikan Thet setiap bidang baik offness, keadilan, dan dampak pada hak-hak individu
diperiksa dalam analisis keputusan-lain komprehensif terakhir mungkin rusak.

Mengintegrasikan pendekatan dampak analisis filosofis dan stakeholder


Pendekatan-konsekuensialisme filosofis, deontologi, dan kebajikan-etika yang
dikembangkan pada awal bab mendasari, dan harus disimpan dalam pikiran untuk
menginformasikan dan memperkaya, analisis bila menggunakan pendekatan tiga pemangku
kepentingan dampak. Pada gilirannya, dampak pemangku kepentingan analisis pendekatan
yang digunakan harus memberikan pemahaman tentang fakta, hak, kewajiban, dan keadilan
yang terlibat dalam keputusan atau tindakan yang aseential ke analisis etis yang tepat dari
motivasi, vitues, dan karakter yang diharapkan. Akibatnya, dalam analisis, efektif
komprehensif dari ethicality dari keputusan atau tindakan yang diusulkan, pendekatan-
pendekatan filosofis tradisional harus menambah model stakeholder dan sebaliknya.

Menilai motivasi, dan kebajikan yang diharapkan dan karakter


Sebagaimana dicatat sebelumnya, suatu analisis etis yang komprehensif harus melampaui
Tucker, Velasques, dan model Pastin untuk memasukkan penilaian motivasi, kebajikan, dan
karakter yang terlibat dibandingkan dengan yang diharapkan oleh stakeholder. Kebajikan
harapan, bagaimanapun, belum secara luas diakui sebagai penting dalam analisis stakeholder,
sebagai skandal terakhir menunjukkan mereka harus. Keputusan yang dibuat oleh eksekutif
perusahaan dan oleh akuntan dan pengacara yang terlibat dalam Enron, Arthur Andersen,
WorldCom, Tyco, Adephia, dan lain-lain telah menunjukkan bahwa para pengambil
keputusan banyak yang gagal untuk hidup sampai dengan harapan para pemangku
kepentingan. Beberapa termotivasi akan keserakahan, bukan oleh kepentingan enlighteded
berfokus pada kebaikan semua. Lain pergi bersama dengan keputusan etis karena mereka
tidak mengakui bahwa mereka diharapkan untuk berperilaku berbeda dan memiliki kewajiban
untuk melakukannya.
Beberapa beralasan bahwa karena semua orang sedang melakukan sesuatu yang
mirip, bagaimana bisa salah? Mereka lupa untuk mempertimbangkan cukup kebajikan (dan
kewajiban) mereka diharapkan untuk menunjukkan. Apabila suatu kewajiban fidusia telah
memiliki masa depan kepada pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya,
keutamaan sifat-karakter yang diharapkan seperti integritas, profesionalisme, keberanian, dan
sebagainya-tidak cukup diperhitungkan. Oleh karena itu akan bijaksana untuk includde
penilaian harapan etika moralitas sebagai langkah yang terpisah dalam setiap proses EDM
untuk memperkuat sistem pemerintahan dan penjaga terhadap keputusan etis.

G. Pengembangan tindakan lebih etis


Perbaikan yang berulang adalah salah satu keuntungan menggunakan kerangka yang
diusulkan EDM. Menggunakan set pendekatan filosofis, 5 - pendekatan pertanyaan, standard
moral, pastin, atau pendekatan yang umum memungkinkan aspek etis dari keputusan untuk
diidentifikasi, dan kemudian dimodifikasi untuk meningkatkan interatively dampak
keseluruhan dari keputusan. Sebagai contoh, jika keputusan itu diharapkan tidak adil kepada
kelompok stakeholder tertentu, mungkin keputusan dapat diubah dengan meningkatkan
kompensasi untuk kelompok itu, atau dengan menghilangkan atau mengganti tindakan. Pada
akhir setiap pendekatan EDM, harus ada khusus untuk solusi saling menguntungkan. Proses
ini melibatkan latihan imajinasi moral.
Kadang-kadang, direktur, eksekutif, atau profesional akuntan akan kesulitan
mengambil keputusan karena kompleksitas analisis atau ketidakmampuan untuk menentukan
pilihan yang terbaik karena ragu ragu, terbentur waktu atau alasan lain. Herbert
Simon__memberikan konsep untuk memecahkan masalah ini. Dia berargumen bahwa
seseorang "seharusnya tidak membiarkan kesempurnaan menjadi musuh dari kebaikan"----
perbaikan iteratif sampai tidak ada kemajuan lebih lanjut dapat dibuat untuk menghasilkan
solusi yang harus dipertimbangkan cukup baik dan bahkan pada titik optimal dalam waktu.

Kebiasan yang keliru pada para pembuat keputusan :


- Berfokus pada keuntungan jangka pendek dan kepentingan pemegang saham. Seringkali,
dampak yang paling signifikan (pemegang saham, pemegang saham) dari suatu tindakan
yang diusulkan adalah mereka bahwa permukaan di masa depan dan mereka dengan
nonshareholder stakeholder pertama. Hanya setelah kelompok ini bereaksi terhadap
pemegang saham menanggung biaya kesalahan. Obat untuk miopia ini adalah untuk
memastikan cakrawala waktu yang cukup untuk analisis, dan untuk mempertimbangkan
eksternalitas akun berdasarkan biaya-manfaat, meskipun dampaknya diukur awalnya oleh
sekelompok nonshareholder.
- Berfokus pada keuntungan jangka pendek dan pemegang saham
Seringkali, dampak yang paling signifikan (pemegang saham, pemegang saham) dari suatu
tindakan yang diusulkan adalah mereka bahwa permukaan di masa depan dan mereka dengan
nonshareholder stakeholder pertama. Hanya setelah kelompok ini bereaksi terhadap
pemegang saham menanggung biaya kesalahan. Obat untuk miopia ini adalah untuk
memastikan cakrawala waktu yang cukup untuk analisis, dan untuk mempertimbangkan
eksternalitas akun berdasarkan biaya-manfaat, meskipun dampaknya diukur awalnya oleh
sekelompok nonshareholder.
- Berfokus hanya pada legalitas
banyak manajer yang hanya peduli dengan apakah suatu tindakan sesuai dengan aturan.
Hukum, beranggapan bahwa "Jika itu sesuai aturan hukum, berarti tindakannya etis."

- Keadilan yang terbatas


Kadang-kadang pengambil keputusan bersikap adil hanya untuk kelompok yang disukai. Dan
mereka tak punya kemampuan mengendalikan opini umum dan ujung ujungnya membayar
untuk mengawasi mereka. Banyak eksekutif telah menunda masalah dan mengabaikan atas
resiko. Cara yang terbaik untuk menjamin suatu keputusan itu etis bila berlaku adil untuk
semua pemangku kepentingan.
- Pembatasan hak yang teliti
Pengambil keputusan seharusnya meneliti dampak terhadap hak seluruh pemangku
kepentingan.
- Konflik kepentingan
Perkiraan/prasangka bukan satu-satunya alasan untuk menunjukkan penilaian tindakan yang
diusulkan. Penghakiman dapat diliputi oleh konflik kepentingan - kepentingan pribadi dari
pembuat keputusan terhadap kepentingan terbaik perusahaan , atau sekelompok pengambilan
keputusan adalah penyimpangan terhadap kepentingan terbaik perusahaan
- Keterkaitan pemangku kepentingan
Seringkali pembuat keputusan gagal mengantisipasi bahwa apa yang mereka putuskan untuk
satu kelompok akan mempengaruhi kelompok yang lain.
- Kegagalan untuk mengidentifikasi semua kelompok stakeholder
Kebutuhan untuk mengidentifikasi semua stakeholder dan kelompok kepentingan sebelum
mengevaluasi dampak dari masing-masing bukti diri. Namun, ini merupakan langkah yang
diambil untuk diberikan berulang kali, dengan hasil bahwa isu-isu penting tidak diketahui.
Sebuah pendekatan yang berguna untuk membantu masalah ini adalah untuk berspekulasi
tentang bagaimana buruk itu bisa pergi dari tindakan yang diusulkan dan mencoba untuk
menilai bagaimana media bereaksi. Hal ini sering mengarah pada identifikasi kelompok yang
paling rentan stakeholder.
- Kegagalan memberi peringkat pada kepentingan stakeholder
Kecenderungan untuk memperlakukan semua kepentingan stakeholders sama tingkat
pentingnya. Namun, sering memperlakukan kepentingan yang mendesak yang paling
penting. Mengabaikan ini tidak benar dan dapat menyebabkan keputusan kurang optimal dan
tidak etis.
- Meninggalkan kebaikan, kejujuran dan hak.
Seperti dijelaskan sebelumnya,, bahwa keputusan etis yang komprehensif tidak bisa
dilakukan jika salah satu dari tiga aspek terlupakan.
- Kegagalan mempertimbangkan motivasi untuk sebuah keputusan
Selama bertahun-tahun, pengusaha dan profesional yang tidak peduli tentang motivasi untuk
tindakan, seperti consenquences dapat diterima. Sayangnya, banyak produsen telah
kehilangan melihat kebutuhan untuk meningkatkan jaringan global untuk semua pengambilan
manfaat (atau sebanyak mungkin) dan keputusan dibuat bahwa manfaat sendiri, atau hanya
sedikit kurang beruntung pendek dan jangka panjang lainnya . Cupet ini, murni SEFT -
pengambil keputusan organisasi yang berminat mewakili risiko tinggi untuk pemerintahan.
- Kegagalan untuk memperhitungkan kebajikan yang seharusnya ditunjukkan
Anggota dewan, eksekutif dan akuntan profesional diharapkan untuk bertindak dengan itikad
baik dan pembuangan kewajiban fidusia kepada orang-orang mengandalkan mereka.
Mengabaikan kebajikan diharapkan dari mereka dapat menyebabkan ketidakjujuran,
kurangnya integritas dalam penyusunan laporan, kegagalan untuk bertindak atas nama
stakeholder, dan kegagalan untuk debit keberanian dalam menghadapi orang lain yang
terlibat dalam tindakan tidak etis, atau meniup peluit bila diperlukan. Akuntan profesional
yang mengabaikan nilai-nilai yang diharapkan dari mereka cenderung lupa bahwa mereka
diharapkan untuk melindungi koleksi publik.

Langkah-langkah untuk mengambil Keputusan yang Beretika


1. Mengidentifikasi fakta dan seluruh kelompok pemangku kepentingan serta
kepentingannya yang terpengaruh

2. Merangking pemangku kepentingan dan kepentingannya, mengidentifikasi yang


terpenting dan memberikan bobot terhadapnya lebih dari isu yang lain dalam analisis

3. Menilai dampak tindakan yang ditawarkan pada masing-masing kepentingan


kelompok pemangku kepentingan dengan memperhatikan keberadaan mereka,
perlakuan adil, dan hak lainnya, termasuk harapan kebajikan, menggunakan kerangka
kerja pertanyaan secara menyeluruh dan meyakinkan bahwa perangkap umum yang
dibicarakan kemudian tidak masuk dalam analisis.

Tujuh langkah analisis pengambilan keputusan oleh amrican accounting association (1993 :
1. Menentukan fakta (what, who, where, when and how)
2. Menetapkan masalah etika
3. Mengidentifikasikan prinsip dasar, peraturan dan nilai
4. Menetapkan alternative pilihan
5. Membandingkan nilai dengan alternative
6. Menetapkan konsekuensinya
7. Membuat keputusan

Anda mungkin juga menyukai