Anda di halaman 1dari 12

KEBIJAKAN KESEHATAN DAN

KESELAMATAN KERJA
INDUSTRI KIMIA

OLEH:
J U M R AH
15.101.172

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena berkat rahmat

dan inayah-Nyalah sehingga kami masih diberi kesehatan dan kesempatan untuk

menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(K3) yang mengenai Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

pada Industri Kimia.

Tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata

kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang tiada henti-hentinya

membimbing kami dan memberikan waktu untuk menyelesaikan tugas ini.

Kami menyadari bahwa asuhan keperawatan anak ini masih memiliki

kekurangan, maka dari itu kami mengharapkan kepada pembaca untuk

memberikan sarannya agar kami dapat menutupi kekurangan dalam menyusun

asuhan keperawatan berikutnya.

Gowa, Desember 2016

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Selalu ada resiko kegagalan (risk of failures) pada setiap

aktifitas pekerjaan. Dan saat kecelakaan kerja (work accident) terjadi,

seberapapun kecilnya, akan mengakibatkan efek kerugian (loss). Karena itu

sebisa mungkin dan sedini mungkin, potensi kecelakaan kerja harus dicegah

atau setidak-tidaknya dikurangi dampaknya. Penanganan masalah keselamatan

kerja di dalam sebuah perusahaan harus dilakukan secara serius oleh seluruh

komponen pelaku usaha, tidak bisa secara parsial dan diperlakukan sebagai

bahasan-bahasan marginal dalam perusahaan.


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk

upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari

pencemaran lingkungan, sehingga dapat melindungi dan bebas dari kecelakaan

kerja pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa tetapi juga kerugian

materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi dapat mengganggu proses produksi

secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak

pada masyarakat luas. Visi Pembangunan Kesehatan di Indonesia yang

dilaksanakan adalah Indonesia Sehat 2010 dimana penduduknya hidup dalam

lingkungan dan perilaku sehat, mampu memperoleh layanan kesehatan yang

bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya (Depkes RI, 2002).


Kesehatan kerja dapat tercapai secara optimal jika tiga komponen

berupa kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja dapat berinteraksi

baik dan serasi (Sumamur P.K, 1996).

Kondisi kerja yang buruk berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja,

mudah sakit, stres, sulit berkonsentrasi sehingga menyebabkan menurunnya

produktif kerja. Kondisi kerja meliputi variabel fisik seperti distribusi jam

kerja, suhu, penerangan, suara, dan ciri-ciri arsitektur tempat kerja lingkungan

kerja yang kurang nyaman, misalnya : panas, berisik, sirkulasi udara kurang,

kurang bersih, mengakibatkan pekerja mudah stress (Supardi, 2007).


B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari karya tulis ini adalah sebagai berikut:
1. Seberapa penting Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) perlu diterapkan

di industri kimia?
2. Apa saja jenis kecelakaan kerja yang perlu diwaspadai sehingga perlu

menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)?


3. Bagaimana cara menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di

industri kimia agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan?


C. Tujuan Dan Manfaat
Adapun tujuan dan manfaat diadakannya makalah ini antara lain adalah;
1. Memberikan informasi mengenai pentingnya penerapan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) di industri kimia.


2. Memberikan informasi mengenai kecelakaan kerja yang sering terjadi

di industri kimia.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kebijakan Keselamatan Kerja


Suatu perusahaan mempunyai kebijakan untuk selalu memperhatikan

dan menjamin implementasi peraturan keselamatan, kesehatan dan lingkungan

yang meliputi :
1. Peningkatan berkelanjutan.
2. Sesuai dengan aturan dan perundangan keselamatan dan kesehatan di tempat

kerja yang berlaku.


3. Mengkomunikasikan ke seluruh karyawan agar karyawan sadar

mengenai kewajiban keselamatan dan kesehatan pribadi


4. Evaluasi berkala untuk mempertahankan agar tetap relevan dansesuai

dengan perusahaan.

Keselamatan Kerja merupakan faktor yang sangat diperhatikan dalam

dunia industri modern terutama bagi mereka yang berstandar internasional.

Kondisi kerja dapat dikontrol untuk mengurangi bahkan menghilangkan

peluang terjadinya kecelakaan di tempat kerja. Kecelakaan dan kondisi kerja

yang tidak aman berakibat pada luka-luka pada pekerja, penyakit, cacat,

bahkan kematian, juga harus diperhatikan ialah hilangnya efisiensi dan

produktivitas pekerja dan perusahaan. Saat ini sekitar 7 orang dari 100 pekerja

penuh (full time) yang bekerja di sektor swasta setiap tahunnya di Amerika

mengalami kecelakaan atau penyakit di tempat kerja. Di dunia sekitar 2,8 juta

kasus mengakibatkan hilangnya waktu berproduksi dan setiap tahunnya pula

6000 pekerja meninggal dunia akibat kecelakaan di tempat kerja.

B. Peraturan Umum K3 Pada Industri Kimia


Peraturan-peraturan mengenai keselamatan dipersiapkan guna

melindungisetiap orang, karenanya setiap orang harus ikut berperan. Berik

utini adalah peraturan-peraturan dasar keselamatan yang umum berlaku :


1. Menjadikan kepedulian utama untuk sadar akan keselamatan setiap saat.
2. Semua cedera sekecil apapun harus dilaporkan dengan segera kepada

safety officer atau supervisor yang akan melakukan penyelidikan

kecelakaan yang menimpa anda dan kemudian membuat laporan

kecelakaan pada manajemen dan mengirim salinannya ke kantor di Jakarta

dalam waktu 24 jam.


3. Setiap crew harus dengan segera melaporkan setiap kecelakaan, nyaris

(near miss) celaka, keadaan dan tindakan yang tidak aman kepada

atasaannya langsung, dan salinannya kepada safety officer di lapangan dan

melakukan tindakan yang perlu untuk perbaikan.


4. Setiap kebakaran apakah itu dapat dipadamkan atau tidak harus

segera dilaporkan kepada safety officer atau supervisor tingkat pertama

yang bertugas pada daerah tersebut.


5. Dilarang keras berkelahi dan bercanda dengan kasar.
6. Dilarang mengoperasikan suatu peralatan kecuali operator tersebut

telah mendapatkan latihan mengenai peralatan tersebut.


7. Pekerjaan tidak boleh dimulai pada setiap unit dan alat tanpa

sepengetahuan dan seijin petugas yang bertanggung jawab terhadap daerah

tersebut.
Merokok hanya diijinkan pada wilayah-wilayah yang

sudah ditetapkan atau diberi tanda diperbolehkan merokok. Dilarang

membawa korek api atau pemantik api di sekitar kawasan proses dan

produksi. Semua wilayah produksi, pengeboran dan konstruksi adalah

wilayah "DILARANG MEROKOK'. Jika pekerja merasa kurang yakin

apakah berada di daerah aman untuk merokok, maka "JANGAN

MEROKOK".
Pada tiap-tiap instalasi terdapat daerah-daerah terlarang, dimana.

hanya petugas tertentu saja yang diperbolehkan untuk memasuki daerah


tersebut personil akan diberikan penjelasan mengenai hal tersebut sesuai

dengan keperluan dan wewenangnya.

Bila bunyi tanda keadaan darurat terdengar atau ada pengumuman

bahwa tempat kerja berada dalam

keadaan darurat, hentikan semua kegiatan kerja, putuskan sambungan semua

peralatan listrik, dan tutup semua kerangan silindergas. Jangan melanjutkan

pekerjaan sampai ada pemberitahuan dari operator. Bila kondisi darurat yang

menyebabkan tanda bahaya berbunyi terletak di daerah ijin kerja dan evakuasi

harus dilakukan, ijin ke daerah yang aman.

C. Pengendalian Bahaya Pencemaran Udara/Polusi.


Pengendalian bahaya akibat pencemarann udara atau kondisi udara yang

kurang nyaman dapat dilakukan antara lain dengan pembuatan ventilasi

yang memadai. Penyelenggaraan ventilasi dapat dibedakan menjadi beberapa

jenis :
1. Ventilasi Umum : pengeluaran udara terkontaminasi dari suatu ruang kerja

melalui suatu bukaan pada dinding bangunan dan pemasukan udara segar

melalui bukaan lain atau kebalikannya.


2. Ventilasi pengeluaran setempat: pengisapan dan pengeluaran kontaminan

secara serentak dari sumber pancaran sebelum kontaminan tersebar ke

seluruh ruangan.
3. Ventilasi penurunan panas : perlakuan udara dengan pengendalian suhu,

kelembaban, kecepatan aliran dan distribusi untuk mengurangi beban panas

yang diderita naker.

Maksud diselenggarakannya ventilasi adalah :


1. Menurunkan kadar kontaminan dalam lingkungan kerja sampai pada tingkat

yang tidak membahayakan kesehatan naker yaitu di bawah NAB sehingga

terhindar dari PAK.


2. Menurunkan kadar yang tidak menimbulkan kebakaran atau peledakan yaitu

di bawah Batas Ledak Terendah (BLT) atau Lower Explosive Limit (LEL).
D. Alat Perlindungan Diri (Personal Protective Equipment)
1. Head & Face protection
2. Eyes protection
3. Hearing protection
4. Respiratory protection
5. Hand protection
6. Foot protection
E. Kata kunci untuk pengaturan APD
1. Upayakan perbaikan tempat ganti, cuci dan kakus agar terjamin kesehatan
2. Sediakan tempat makan dan istirahat yang layak agar unjuk kerja baik
3. Perbaiki fasilitas kesejahteraan bersama pekerja
4. Sediakan ruang pertemuan dan pelatihan
5. Yakinkan bahwa penggunaan APD sangat diperlukan
6. Yakinkan bahwa penggunaan APD dapat diterima oleh pekerja
F. Penanganan dan Penyimpanan Bahan
1. Tandai dan perjelas rute transport barang
2. Pintu dan Gang harus cukup lebar untu arus dua arah
3. Permukaan jalan rata, tidak licin dan tanpa rintangan
4. Kemiringan tanjakan 5-8%, anak tangga yang rapat
5. Gunakan kereta beroda untuk pindahkan barang

Prioritas terpenting bagi perusahaan yang berhubungan dengan

kesehatan karyawan adalah jaminan kesehatan & keselamatan kerja, baik untuk

pekerja maupun tenaga kontraktor.

G. Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran


Pertimbangan utama mengapa perlu upaya penanggulangan bahaya

kebakaran adalah karena : adanya potensi bahaya kebakaran di semua tempat,

kebakaran merupakan peristiwa berkobarnya api yang tidak dikehendaki dan

selalu membawa kerugian. Dengan demikian usaha pencegahan harus

dilakukan oleh setiap individu dan unit kerja agar jumlah


peristiwa kebakaran, penyebab kebakaran dan jumlah kecelakaann dapat

dikurangi sekecil mungkin melalui perencanaan yang baik. Melalui pelatihan

ini diharapkan peserta mampu : mengidentifikasi potensi penyebab kebakaran

di lingkungan tempat kerjanya dan melakukan upaya pemadaman kebakaran

dini.
H. Antisipasi Dan Tindakan Pemadaman Kebakaran
1. Tempatkan APAR selalu pada tempat yang sudah ditentukan, mudah

dijangkau dan mudah dilihat, tidak terlindung benda/perabot seperti

lemari, rak buku dsb. Beri tanda segitiga warna merah panjang sisi 35 cm.
2. Siagakan APAR selalu siap pakai.
3. Bila terjadi kebakaran kecil : bertindaklah dengan tenang, identifikasi

bahan terbakar dan tentukan APAR yang dipakai.


4. Bila terjadi kebakaran besar : bertindaklah dengan tenang, beritahu orang

lain untuk pengosongan lokasi, nyalakan alarm, hubungi petugas pemadam

kebakaran.
I. Bahaya Radiasi
Dua tipe energi radiasi menyebabkan masalah kesehatan

yang harus diselesaikan oleh teknisi keselamatan. Pertama energi radiasi pa

nas dari proses seperti pengolahan baja, dan kedua adalah radiasi alpa, be

ta, gamma yang meningkatkan emisi partikel radio aktif. Kenaikan suhu

panas menimbulkan kekejangan, iritasi kulit, dan penyakit psikologi bagi

pekerja. Sumber panas biasanya dapat terlindungi atau didaur

ulang untuk mengurangi jumlah energi yang dilepaskan. Pendingin udara

dan sistem ventilasi mungkin mengurangi masalah sumber panas, dan

melindungi peralatan dan pakaian.


Sinar gamma memiliki energi yang sangat besar dan

dapat menyebabkan masalah bahan radio aktif untuk melindungi terhadap


radiasi sinar gamma, perlu membangun sarana konstruksi gedung yang tebal

beberapa kaki, sebaiknya sinar alpa dan beta kurang berenergi, dapat dilindungi

terhadap lapisan plastik tebal.


Bagian yang tak terlindungi radiasi energi secara langsung berkaitan

dengan waktu. Itu sebabnya mengapa penting untuk mengukur intensitas sumber

panas, dan panjang bagian yang terlindungi pada periode intensitas yang telah

diketahui. Perlindungan juga dapat berisikan penggunaan kantang atau

pengendali jarak jauh yang tak terlindungi mengurangi proporsi jarak setiap

persegi.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Untuk mencegah kecelakaan kerja, sebelumnya harus diketahui

sebab dari kecelakaan tersebut, baru dapat dicari jalan pemecahannya.

Penyebab utama yang sering terjadi adalah situasi dan perilaku pekerja yang

tidak aman yang terjadi di dalam bahan kimia, dan akar penyebabnya adalah
kurangnya penanganan keselamatan dan kesehatan kerja di dalam bahan

kimia . Oleh sebab itu, untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, adalah

dengan cara memperkuat penanganan keselamatan dan kesehatan kerja,

dorongan agar perusahaan benar-benar melaksanakan penanganan

keselamatan dan kesehatan kerja.


B. Saran
1. Sebaiknya pekerja menggunakan Alat Pelindung Diri dalam melakukan

kegiatan industri kimia demi mencegah terjadi kecelakaan kerja.


2. Sebaiknya Pemerintah penanganan khusus bahan-bahan kimia yang

berbahaya bagi keselamatan dan kesehatan pekerja.

DAFTAR PUSTAKA

Ridwan, Diktat Keselamatan Kerja Dan Pencegahan Kecelakaan (Jakarta, 1995)

Milos Nedved, Soemanto Imamkhasani, Fundamentals Chemical Safety And

Major Hazard Control (Jakarta, 1991)

Milos Nedved, Soemanto Imamkhasani, Fundamentals Chemical Safety And

Major Hazard Control (Jakarta, 1991)

Rosskam F., Chamicals In The Workplace (Geneva, 1996)..

Safety Department, Buku Panduan Safety (Banten, 2003)

Soesanto Ismadi, et al., Hukum Ketenagakerjaan (Jakarta, 1992)


Imam Sjahputra, Amin Widjaja, Peraturan Perundang-undangan

Ketenagakerjaan Baru Di Indonesia (Jakarta, 2004)

Anda mungkin juga menyukai