Anda di halaman 1dari 12

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan

karunia-Nya kami dapat menyelesakan makalah yang berjudul HUKUM KESEHATAN ini

dengan penuh kemudahan, tanpa pertolongan-Mu mungkin makalah ini tidak dapat kami

selesaikan.

Pembuatan makalah dimaksudkan untuk memenuhi tugas yang di berikan

Dosen sebagai bahan pembelajaran dan penilaian.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu

kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi

kesempurnaan makalah kami.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Dosen pembimbing mata kuliah

Etika Keperawatan yang telah membimbing kami dalam belajar dan juga pembuatan makalah

ini.

Akhir kata, semoga makalah yang berjudul HUKUM KESEHATAN ini

bermanfaat bagi para pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu meridhoi segala usaha

kami.

Kolaka, 8 Maret 2017


BAB I
PENDAHULUAN

A. RUANG LINGKUP HUKUM KESEHATAN


Ruang lingkup hukum kesehatan mencakup penyusunan peraturan perundang-
undangan, pelayanan advokasi hukum dan peningkatan kesadaran dikalangan masyarakat.

Dewasa ini kemajuan iptek dibidang kesehatan telah sangat berkembang pesat dengan
di dukung oleh sarana kesehatan semakin canggih, perkembangan ini turut mempengaruhi
jasa profesionalisme di bidang kesehatan yang dari waktu ke waktu semakin berkembang
pula.
Dalam banyak hal yang berhubungan dengan masalah kesehatan , sering di temui kasus
kasus yang merugikan pasien, oleh sebab itu tidak mengherankan apabila profesi kesehatan
ramai di perbincangkan baik di kalangan masyarakat ataupun di kalangan intelektual.
Sehingga sering timbul gugatan dari pasien yang merasa dirugikan akibat adanya kesehatan
atau kelalaian yang di lakukan oleh tenaga kesehatan di dalam melaksanakan pemberian
pelayanan kesehatan, maka keadaan keadaan seperti inilah yang menunjukkan suatu gejala,
bahwa dunia kesehatan (pelayan kesehatan ) mulai di landa krisis etik etik medis, bahkan
juga krisis keterampilan medis yang pada dasarnya semuanya tidak dapat tidak dapat di
selesaikan dengan kode etik etika profesi para tenaga kesehatan semata, melainkan harus
diselesaikan dengan cara yang lebih luas, yaitu melalui jalur hukum.
Munculnya kasus kasus pelayanan kesehatan yang terjadi di tengah tengah lapisan
masyarakat dalam hal masalah kesehatan dan banyaknya kritikan kritikan yang muncul
terhadap pelayanan kesehatan itu merupakan indikasi bahwa kesadaran hukum oleh
masyarakat dalah hal masalah kesehatan semakin meningkat pula.
Hal ini juga yang menyebabkan masyaraaakat tidak mau lagi menerima begitu saja cara
pelayanan yang kurang efisien yang akan dilakukan para tenaga medis kesehatan kepada
masyarakat, akan tetapi ingin menjalani bagaimana pemberian pelayanan kesehatan
kepada masyarakat itu harus dilakukan, serta bagaimana masyarakat harus bertindak sesuai
dengan hak dan kepentinganya apabila mereka menderita kerugian akibat dari
kelalaian pelayanan kesehatan yang pada dasarnya adalah kesalahan atau kelalaian
pelayanan kesehatan merupakan suatu hal yang penting untuk di bicarakan dalam hal ini yang
di sebabkan akibat dari kelalaian atau kesalahan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
tersebut yang mempunyai dampak yang sangat merugikan, selain merusak atau mengurangi
kepercayaan masyarakat terhadap profesi pelayanan kesehatan, juga menimbulkan kerugian
terhadap pasien atau masyarakat.
Maka untuk itu di dalam memahami ada tidak adanya kesalahan ataupun kelalaian
yang dilakuakan tenaga medis , maka hal itu harus dihadapkan dengan kewajiban profesi
disamping harus pula memperhatikan aspek hukum yang mendasari terjadinya hubungan
hukum antara dokter dengan pasien, yang di karenakan bahwa setiap kegiatan dalam upaya
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
dilaksanakan berdasarkan prinsip non diskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam
rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya
saing bangsa bagi pembangunan nasional mengingat bahwa kesehatan merupakan hak asasi
manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-
citabangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

B. Konsep Hukum
a. Sejarah hukum kesehatan

Lahirnya hukum kesehatan tidak dapat dipisahkan dengan proses perkembangan


kesehatan,sehingga perkembangan kesehatan sangat diperlukan bagi permasalahan hukum
kesehatan. Upaya tersebut tidak dapat dipisahkan dari tingkat dan pola berpikir masyarakat
tentang proses terjadinya penyakit, karena setiap upaya penanggulangan penyakit selalu
berdasarkan pola berpikir tersebut.

Lahirnya hukum kesehatan tidak berarti menghapus atau meniadakan norma etika.
Dalam pelaksanaannya, norma etika menghadapi berbagai problematika oleh akibat sifatnya
yang terlalu umum sehingga mengakibatkan penafsiran yang beraneka ragam. Meskipun
demikian keberadaan norma etika tetap dibutuhkan.

b. Pengertian Hukum Kesehatan


Istilah hukum kesehatan ( medical law ) dalam negara yang menganut sistim hukum
eropa kontinental ( anglo saxon ) seperti, belanda , perancis berbeda dengan health law bagi
negara yang menganut sistim hukum common law system ( amerika serikat, inggris ) yang
dikarenakan bahwa helath law merupakan istilah ruang lingkupanya lebih luas dibanding
dengan medical law karena sebagian orang yang menyatakan bahwa medical law adalah
bagian dari health law.
Menurut prof. Van der mija yang mengatakan bahwa hukum kesehatan adalah
merupakan sekumpulan peraturan yang berkaitan dengan pemberian perawatan dan juga
penerapanya kepada hukum perdata, hukum pidana, dan hukum administrasi
negara.Sedangkan hukum medis ( medical law ) yaitu hukum yuridis dimana dokter menjadi
salah satu pihak dan bagian dari hukum kesehatan.
Sedangkan menurut prof. H.J.J. Leneen mengatakan bahwa hukum kesehatan adalah
semua peraturan peraturan hukum yang berhubungan langsung dengan pemberian
pelayanan kesehatan dan penerapanya kepada hukum perdata, hukum pidana, dan hukum
administarsi negara.
Dari dua pengertian yang di kemukakan diatas maka hukum kesehatan itu mencakup
ruang lingkup yang lebih luas dari pada medical law. Pada medical law berkaitan dengan segi
penyembuhanyan saja, sedangkan dalam hukum kesehatan ( health law ) meliputi tidak
hanya dalm segi penyembuhan akan tetapi juga meliputi sampai ke pemulihan pasien.
Dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
yang di maksud dengan Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan
penyakit.

c. Fungsi Hukum

Fungsi hukum kesehatan tersebut antara lain:

1. Menjaga ketertiban didalam masyarakat. Hukum berdasar pengertian sebagai


peraturan, memiliki berbagai fungsi,salah satunya adalah menjaga ketertiban
masyarakat. Hukum disini sebagai ketentuan yang mengatur perilaku individu dalam
bermasyarakat, manahal yang boleh dilakukandan tidakboleh dilkakukan.
Pelanggaran terhadap hal yang menjadi ketentuan hukum jelas akan berdampak pada
ganguan ketertiban dalam masyarakat, Contoh: peraturan daerah (perda) tentang
pembuangan sampah.
2. Menyelesaikan sengketa yang timbul di masyarakat. Sifat masyarakat yang heteronom
dengan kepentingan dan kebutuhan masing-masing yang beragam sangat berpotensi
menimbulkan gesekan dan berkembang menjadi sengketa di antara pihak. Hukum
disini tampil sebagai pedoman untuk menetukan pihak yang salah dan pihak yang
benar. Karena sebagai pedoman untuk menentukan pihak yang salah dan pihak yang
benar. Karena sebagai pedoman dalam sengketa, hukum ini bersifat independen dan
netral, sehingga keputusan hukum itu sendiri tidak terikat oleh pihak manapun.
Contoh: gugatan malpraktik.
3. Merekayasa masyarakat ( social engineering). Kadang terjadi dimasyarakat, seorang
yang dituduh melakukan kejahatan yang kemudian ditangkap oleh masyarakat,
kemudian langsung dihakimi sebagai contoh lain, dokter/perawat mungkin akan
berbeda dalam menangani pasien biasa (orang baik-baik) dengan menangani pasien
yang diketahui adalah pencuri uangnya sewaktu dinas malam dirumah sakit. Disini
hukum merekayasa masyarakat agar berpikir dan bertindak secara proporsional.

C. Konsep Kesehatan

Sistem Kesehatan Nasional

Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan


meningkatkan kesadaran, kemauan , dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setingi-tingginya. Untuk menjamin tercapainya
pembangunan kesehatan diperlukan dukungan sistem kesehatan nasional yang tangguh. Di
Indonesia, sistem kesehatan nasional (SKN) telah ditetapkan pada tahun 1982.

Prinsip dasar SKN adalah norma, nilai dan aturan pokok yang bersumber dari falsafah
dan budaya bangsa indonesia, yang digunakan sebagai acuan berpikir dan bertindak dalam
penyelenggaraan SKN.

D. Konsep Keperawatan

Pengertian Keperawatan

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan profesional yang merupakan


bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk
pelayanan biopsiko-sosi-spiritual yang komprehensif, ditunjukan kepada individu, keluarga,
dan masyarakat, baik sakit maupun sehat, yang mencakup seluruh proses kehidupan.

Tujuan Perawat

1. Membantu individu menjadi bebas dari masalah kesehatan yang dihadapi dengan
mengajak individu/keluarga berpartisipasi dalam meningkatkan kesehatannya.
2. Membantu individu/keluarga mengembangkan potensinya dalam memelihara
kesehatan seoptimal mungkin ,agar tidak selalu bergantungpada orang lain dalam
memelihara kesehatannya.
3. Membantu individu/keluarga mempeoleh derajat kesehatan seoptimal mungkin.
BAB II
HUBUNGAN HUKUM DALAM PELAYANAN KESEHATAN

A. HUBUNGAN HUKUM ANTARA DOKTER DENGAN PASIEN


Hubungan hukum antara dokter dengan pasien pada dasarnya merupakan perjanjian
perbintenis yang di karena berupaya untuk mewujudkan apa yang di perjanjikan kedua pihak
antara dokter dengan pasien, yang sebagaimana diatur dalam pasal 1320 kitab undang hukum
perdata tentang sahnya suatu perjanjian. Ketika hubungan antara dokter dan pasien termasuk
dalam ruang lingkup perjanjian, maka apapun ketentuan ketentuan yang di atur pada
KUHPeradata berlaku terhadap perjanjian teraupeutik, yang karena pada dasarnya
kedatangan seorang pasien kepada dokter dianggap sudah adanya perjanjian ( mutual consent )
Dalam tahapan perkembangan hubungan hukum antara dokter dengan pasien di dalam
memberikan pelayanan kesesahatan ini dikenal menjadi 3 ( tiga ) tahapan perkembangan
hubungan hukum yaitu sebagai berikut :
1. Hubungan aktif pasif.
Pada tahapan hubungan ini, pasien tidak memberikan kontribusi apapun, dimana pasien
hanya menyerahkan sepenuhnya akan tindakan dokter yang akan di lakukan dalam hal
pemberian jasa kesehatan.
2. Hubungan kerja sama terpimpin.
Pada tahapan hubungan ini, sudah tampak adanya partisipasi dari pasien dalam proses
pelayanan kesehatan sekalipun peranan dokter masih bersifat dominan di dalam menetukan
tidakan tindakan yang akan di lakukan, pada thapan ini pula kedudukan dokter sebagai
orang yang di percaya oleh pasien masih bersifat signifikan.
3. Hubungan partisipasi bersama.
Pada tahapan hubungan ini, pasien menyadari bahwa dirinya, sederajat dengan dokter
dan dengan demikian apabila terbentuk suatu hubungan hukum maka hubungan tersebut
dibangun atas dasar perjanjian yang di sepakati bersama antara pasien dengan dokter.
Menurut Lumenta hubungan antara dokter dengan pasien ada 3 ( tiga ) hubungan
yanitu :
1. Hubungan patnerlistik.
2. Hubungan individualistik.
3. Hubungan kolegial.
Sedangkan menurut Veronika Komalawati bahwa hubungan antara dokter dengan
pasien di kenal dengan 3 ( tiga ) tahapan yaitu :
1. aktiviti pasivity relation.
2. Qwidance corporation relation.
3. Mutual partisipation.
Menurut Dasen sebagai mana di kutip oleh Soejhono Soekanto ada terdapat beberapa
alasan mengapa seorang pasien mendatangi dokter, yaitu :
1. Pasien pergi kedokter semata mata karena ada merasa sesuatu yang membahyakan
kesehatanya.
2. Pasien pergi kedoter di karenakan mengetahui bahwa dirinya sakit dan dokter dianggap
mampu intuk menyembuhkan.
3. Pasien pergi keokter guna mendapatkan pemeriksaan yang intensif dan mengobati penyakit
yang di temukan.
Di dalam hubungan hukum antara dokter dengan pasien menurut undang-undang
Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran pada pasal 52 dan
pasal 53 dalam hal hak dan kewajiban pasien ditemui hubungan hukum pasien dengan dokter
yaitu :
1. Pasal 52 mengatakan bahwa Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran,
mempunyai hak sebagai berikut :
a. mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 45 ayat (3);
b. meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain
c. mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis
d. menolak tindakan medis; dan
e. mendapatkan isi rekam medis.
2. Dan di Pasal 53 mengatakan bahwa Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik
kedokteran, mempunyai kewajiban sebagai berikut :
a. memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya
b. mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi
c. mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan; dan
d. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
B. ASAS ASAS HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN DOKTER DENGAN PASIEN

Di dalam hubungan hukum antara dokter dengan pasien terdapat beberapa asas asas
yang di atur di dalam Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang
Praktik Kedokteran, pasal 2 sebagai mana di sebutkan bahwa Praktik kedokteran
dilaksanakan berasaskan Pancasila dan didasarkan pada nilai ilmiah, manfaat, keadilan,
kemanusiaan, keseimbangan, serta perlindungan dan keselamatan pasien.
Di dalam penjelasan pasal 2 Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
2004 Tentang Praktik Kedokteran, dapat diartikan asas asas tersebut di dalam pegertianya
di uraikan yang mana di dalam ketentuan ini yang dimaksud adalah :
a. Nilai ilmiah adalah bahwa praktik kedokteran harus didasarkan pada ilmu pengetahuan dan
teknologi yang diperoleh baik dalam pendidikan termasuk pendidikan berkelanjutan maupun
pengalaman serta etika profesi
b. Manfaat adalah bahwa penyelenggaraan praktik kedokteran harus memberikan manfaat
yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat
c. Keadilan adalah bahwa penyelenggaraan praktik kedokteran harus mampu memberikan
pelayanan yang adil dan merata kepada setiap orang dengan biaya yang terjangkau oleh
masyarakat serta pelayanan yang bermutu
d. Kemanusiaan adalah bahwa dalam penyelenggaraan praktik kedokteran memberikan
perlakuan yang sama dengan tidak membedakan suku, bangsa, agama, status sosial, dan ras
e. Keseimbangan adalah bahwa dalam penyelenggaraan praktik kedokteran tetap menjaga
keserasian serta keselarasan antara kepentingan individu dan masyarakat
f. Perlindungan dan keselamatan pasien adalah bahwa penyelenggaraan praktik kedokteran
tidak hanya memberikan pelayanan kesehatan semata, tetapi harus mampu memberikan
peningkatan derajat kesehatan dengan tetap memperhatikan perlindungan dan keselamatan
pasien.
Maka selain dari pada itu, ada pula yang menyebutkan beberapa asas yang harus di
pedomani oleh dokter untuk menjadikan dasar dalam pemberian pelayanan kesehatan yaitu :
1. Asas legalitas.
2. Asas keseimbangan.
3. Asas tepat waktu.
4. Asas kejujuran.
5. Asas keterbukaan.
6. Asas kehati hatian.
Demikian pula di dala informed konsent ( persetujuan medes ) menganut ada 2 ( dua )
unsur antara lain yaitu :
a. Informasi yang di berikan oleh dokter kepada pasien mengenai tindakan apa yang di lakukan.
b. Persetujuan yang di berikan oleh pasien kepada dokter.

Seperti yang di maksud di dalam Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 29


Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran di dalam pasal 45 yang menyatakan bahwa :
1. Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau
dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan.
2. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien mendapat
penjelasan secara lengkap.

3. Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya mencakup :


a. diagnosis dan tata cara tindakan medis
b. tujuan tindakan medis yang dilakukan
c. alternatif tindakan lain dan risikonya
d. risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan
e. prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.
Perjanjian teraupeutik sebagaimana di dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 80 tahun 1969 yang di sempurnakan dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 483/Men.Kes/X/1982, yang mengatakan tentang Transaksi Teraupeutik adalah
perjanjian antara dokter dan pasien yang berupa hubungan hukum yang melahirkan hak dan
kewajiban bagi kedua belah pihak. Berbeda dengan perjanjian yang pada umumnya, karena
ke khususan itu terletak pada objek yang di perjanjikan, akan tetapi disini adalah yang
menjadi objek yang di perjanjikan adalah upaya untuk melakukan penyembuhan pasien.
Dengan demikian maka perjanjian teraupeutik adalah suatu perjanjian untuk
menetukan atau upaya mencari terapi yang paling tepat bagi pasien yang di lakukan oleh
dokter. Hubungan hukum antara dokter dengan pasien merupaka perjanjian perbintens,
karena berupaya untuk mewujudkan apa yang di perjanjiakan.
Dalam hal terpenuhinya suatu perjanjian transaksi teraupeutik, maka dalam hal ini
pasien bisa saja melakuakan tuntutan hukum kepada tenaga kesehatan dalam masalah
pertanggung jawaban hubungan hukum antara dokter dan pasien, apabila dokter melakukan
penyimpangan, malaui tuntutan, antara lain:
a. dalam aspek hukum perdata.
Wanprestasi pasal 1339 KUHPerdata.
Di katakan wanprestasi pabila :
a. Tidak melakukan apa yang disepakati
b. Melakukan apa yang di sepakati tetapi terlambat
c. Melakukan apa yang di sepakati tetapi tidak sebagaimana yang di perjanjiakan.
d. Melakukaan surat perbuatan yang menurut hakikatnya perjanjian itu tidak di perbolehkan.
Onrecht mangitedaad ( perbuatan melawan hukum ) pasal 1365 KUHPerdata.
KUHPerdata pasal 1365 yang mengatakan yang perbuatan melanggar hukum, yang
membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya
menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.
Unsur perbuatan melawan hukum ( Onrecht mangitedaad ) yaitu :
Menimbulkan kerugian kepada orang lain, yang di sebabkan antara lain :
a. Adanya kesalahan.
b. Adanya kerugian yang di timbulkan.
c. Adanya hubungan hukum antara kalusual dengan perbuatan yang di lakukan.
b. Dalam aspek hukum pidana
Hubungan hukum antara dokter dengan pasien dalam aspek hukum pidana dapat dilihat
apabila pada saat memberikan pelayanan kesehatan ditemukan adanya kesalahan dan
kerugian yang di timbulkan. Sebagai mana di sebut dalam pasal 359 dan 361 KUHP yang
mengakibatkan orang mati atau luka yang karena salahnya. Untuk melihat adanya kesalahan
dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan adalah dapat dilihat melaui satandart
operasional prosedural dan medical record.
Daftar Pustaka

Achadiat, Chrisdiono. M. 1996. Pernik-Pernik Hukum Kedokteran , Melindungi Pasien dan


Dokter. Widya Medika , Jakarta.
Adji, Umar Seno. 1991. Profesi Dokter Etika Profesional dan Hukum Pertangungjawaban
Pidana Dokter Erlangga Jakarta.
Ameln, Fred. 1991. Kapita Selekta Hukum Kedokteran. Jakarta : Grafikatama Jaya.
Anderson & Foster. 1986. Antropologi Kesehatan Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Apeldoorn, LJ Van. 2001. Pengantar Ilmu Hukum. PT. Pradya Paramita, Jakarta.
Arras, John & Hans, Robert. 1983. Ethical Issues In Modern Medicine. Mayfield Publising
Company, USA.
Bertens, K. 2001. Dokumen Etika dan Hukum Kedokteran. Universitas Atmajaya , Jakarta.
Dahlan, Sofwan. 2000. Hukum Kesehatan. Rambu-Rambu Bagi Profesi Dokter. BP UNDIP,
Semarang.
Dupuis, Heleen, M. Tengker , F. 1990 . Apa Yang Laik Bagi Dokter Dan Pasien. Nova,
Bandung.
Gunawan. 1991. Memahami Etika Kedokteran. Kanisius, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai