Anda di halaman 1dari 26

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Istilah tanah dalam Mekanika Tanah mencakup semua bahan dari lempung sampai
batu-batu besar, tetapi tidak mencakup batuan tetap. Pekerjaan teknik tidak dapat
dipisahkan dari tanah, karena tanah dalam Geologi Teknik berfungsi sebagai pondasi dan
bahan bangunan, oleh karena itu pemahaman tentang sifat-sifat tanah menjadi sangat
penting.
Penyelidikan sifat tanah pada umumnya dilakukan dengan cara mengambil contoh
tanah dari lapangan untuk kemudian diselidiki di laboratorium. Diharapkan agar sifat
yang diselidiki di laboratorium mencirikan sifat sifat tanah tersebut di lapangan, maka
contoh tanah yang diselidiki harus berada pada kondisi aslinya di lapangan (tidak
terganggu). Untuk itu contoh tanah diambil secara undisturbed dari lapangan. Metode
pemboran tangan (hand auger boring) termasuk metoda pengamatan yang banyak
digunakan untuk eksplorasi geoteknik dangkal dari jenis tanah lunak dan kenyal.

2. Maksud dan Tujuan


Untuk menentukan urutan ketebAlan dan lapisan tanah kearah lateral dan jika
dibutuhkan elevasi bataan besar
Untuk memperoleh contoh data terganggu dan tidak terganggu yang cukup
mewakili keperluan indifikasi, parameter parameter tanah yang relevan
Untuk mengindifikasi kondisi air tanah
Mengetahui profil dan karakteristik lapisan tanah dan muka air tanah
Mengetahui kedalaman untuk pengambilan contoh tanah asli dan tidak asli
Mengumpulkan informasi/data untuk menggambarkan profil tanah
Mengambil contoh tanah dalam keadaan asli untuk penelitian laboratorium
BAB 2

STUDI LITERATUR

A. Batuan dan Tanah


Batuan dan Tanah merupakan material geologi. Definisi batuan dan tanah dapat
diterapkan di semua keadaan, misalnya di daerah transisi. Pada daerah tersebut, dapat ditemukan
batuan yang sedang tererosi menjadi tanah atau ditemukan tanah yang memiliki kenampakan
seperti batuan. Secara umum definsi tanah dan batuan adalah sebagai berikut.

a) Batuan
Material yang berasal dari Kerak Bumi yang tersusun dari satu atau lebih mineral yang
memiliki ikatan yang sangat kuat sehingga kecil pengaruh alterasi akibat pelapukan

b) Tanah
Sejumlah material lepas yang memiliki ikatan lemah antar materialnya. Merupakan
produk hasil pelapukan batuan, baik tertransportasi maupun tidak dan terdapat sejumlah
material tambahan lain mapupun tidak.
Definisi di atas diberikan berdasarkan ilmu kegeologian dan tak aplikatif untuk masalah
keteknikan yang membutuhkan solusi terkait hidrolik maupun kenampakan mekanik agar
diketahui sifat fisiknya, contoh kekerasan. Untuk masalah keteknikan, lebih utama untuk
mendeskripsi dan mengklasifikasikan berdasarkan kondisi dan kenampakan fisik suatu material,
dibanding mendefinisikan suatu material termasuk batuan atau tanah.

B. Pengelompokkan dan Klasifikasi Batuan


Berdasarkan aspek geologi, batuan dikelompokkan berdasarkan asalnya seperti batuan
beku, sedimen, atau metamorf dan klasifikasi berdasarkan karakteristik petrografi seperti
kandungan mineral, tekstur, dan fabric.

Berdasarkan aspek keteknikan, batuan sering dikelopokkan menjadi intact atau in situ.
Batuan intact adalah blok atau fragmen dari batuan lepas yang tererosi, kenampakan hidrolik dan
mekaniknya dikontrol oleh aspek petrografi, baik itu batuan segar ataupun yang terlapukkan.
Klasifikasi ini berdasarkan kekuatan dan kekerasan.

Batuan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar yaitu

a) Batuan Beku
Merupakan batuan yang terbentuk dari kristalisasi sejumlah massa batuan cair yang
bersal dari bawah permukaan Bumi.
b) Batuan Sedimen
Merupakan batuan yang terbentuk dari sedimen yang terkadang mengalami transportasi
dan terendapkan melalui presipitasi kimia atau dari sisa tumbuhan dan makhluk hidup
yang terlitifikasi karena pengaruh tekanan dan temperature tinggi akibat pembebanan
lapisan sedimen atau reaksi kimia

c) Batuan Metamorf
Merupakan batuan yang terbentuk dari batuan lain yang terkena gaya atau proses tektonik
yang menyebabkan aliran plastis dan dikombinasikan dengan panas dan air. Atau karena
panas dari batuan cair yang masuk ke dalam batuan dan menyebabkan reaksi kimia dan
membentuk mineral baru.

1. Identifikasi Petrografi
Batuan dideskripsi dan di klasifikasikan berdasarkan karakteristik petrografinya seperti
kandungan mineral, tekstur, dan fabric. Pengetahuan tentang jenis mineral pada batuan dapat
berguna dalam memprediksi karakteristik keteknikan dari sisa dekomposisi kimia pada
paleoklimat.
Berikut ini adalah aspek-aspek yang diperhatikan dalam identifikasi petrografi

a) Mineral
Mineral pada batuan umumnya dibentuk dari dua atau lebih elemen, walaupun beberapa
jenis batuan hanya terdiri dari satu elemen seperti karbon, sulfur, atau metal

b) Elemen
98% komposisi Kerak Bumi terdiri dari oksigen, silicon, alumunium, besi, kalsium,
magnesium, dan kalium. 75% dari itu terdiri dari oksigen. Elemen tersebut menjadi
komposisi utama dari suatu batuan.

c) Kelompok
Kelompok mineral contohnya seperti silikat, oksida, silikat hidrous, karbonat, dan
karbonat sulfat. Silikat dan oksida merupakan kelompok yang utama. Berikut ini akan
ditampilkan karakteristik dari kelompok mineral hasil dari erosi.
d) Tekstur
Tekstur bergantung pada ukuran partikel dalam batuan secara umum. Dengan klasifikasi
sebagai berikut.

e) Fabrik
Fabrik bergantung pada orientasi butir, yang dapat dideskripsi berdasarkan geologi
maupun keteknikan.

2. Karakteristik Keteknikan dari Massa Batuan


Karakteristik tersebut terbagi menjadi tiga aspek dalam keadaan umum seperti competent
rock, decomposed rock, dan nonintact rock.
a) Competent Rock
Merupakan jenis batuan segar, tak mengalami erosi, discontinuities, dan bereaksi sebagai
massa padat ketika mendapat gaya dinamakan competent rock pada nomenklatur
keteknikan. Permeabilitas, kekuatan, tingkat deformasinya bergantung pada kekerasan
dan densitas nya, berbanding lurus dengan fabric dan sementasinya.

b) Decomposed Rock
Dekomposisi akibat pelapukan menyebabkan batuan lebih permeable, lebih kompresibel,
dan lebih lemah. Pada derajat dekomposisi lebih lanjut, mempengaruhi competent rock
dan discontinuities, sifa fisik mendekati tanah. Produk akhir dan ketebalan menyerupai
komposisi mineral batuan utamanya, iklim, dan faktor lingkungan lainnya.

c) Nonintact Rock
Discontinuities, menunjukkan kelemahan bidang pada massa batuan, dikontrol oleh aspek
keteknikan yang membagi massa utuh batuan menjadi blok yang terdiri dari sesar, kekar,
foliasi, belahan, bedding, dan slickenside.

3. Deskripsi Massa Batuan dan Klasifikasi


Merupakan sistem yang menunjukkan keakuratan deskripsi dan klasifikasi dari massa
batuan yang merupakan hal utama untuk formulasi penentuan respon masalah keteknikan seperti
kesulitan ekskasi, kestabilan lereng, kapasitan beban berkelanjutan, dan kapasitas mengalirkan
air.

Deskripsi dibuat berdasarkan pengecekan singkapan, eksplorasi pits dan adits, dan core.
Berikut ini aspek-aspek deskripsi dari massa batuan.

a) Karakteristik Intact Rock


Deskripsi termasuk kekerasan, tingkat pelapukan, tipe batuan, warna, tekstur, dan fabric

b) Discontinuities
Jarak antar kekar dan karakteristik kekar dideskripsi, detail dari orientasi kekar dan jarak
harus diilustrasikan dengan foto dan sketsa untuk menunjukkan secara 2-D dan 3-D

c) Kondisi Air Tanah


Observasi dibuat dari perpotongan dan kenampakan lain yang harus berhubungan denan
kondisi cuaca saat itu, musim, dan iklim regional.

Berikut ini akan diberikan contoh dari pengklasifikasian massa batuan


a) Simple Classification System
Mengklasifikasi Kekar berdasarkan jaraknya

a) Complex Classification System


Sistem yang dibuat untuk menyediakan detail informasi pada batuan yang termasuk
faktor kekar seperti orientasi, lebar bukaan, irregularity, kondisi air, isian, dan faktor
lainnya. Sangat berguna pada keteknikan terowongan

b) Rock Mass Rating


Bergantung pada enam parameter yaitu uniaxial compressive steength, RQD, jarak antar
kekar, kondisi kekar, orientasi kekar, dan kondi air tanah. Tiap parameter diberi rating
dari yang paling baik hingga yang paling buruk

C. Pengelompokkan dan Pengklasifikasian Tanah


Secara geologi, tanah dikelompokkan atau dikasifikasikan berdasarkan sejumlah faktor
yaitu asal, keterjadian, tekstur, dan pedologic

Tanah diklasifikasikan berdasarkan gradasi, plastisitas, kandungan organic, dan aspek


deskriptif secara umum seperti kohesi/adhesi dan berbutir/tak berbutir. Pengelompokan tanah
berdasarkan kekuatan/kelemahan, tingkat sensitivitas, tingkat kompresi, tingkat ekspansif,
pervious; atau pengelompokkan berdasarkan fenomena fisik seperti tingkat erosi, tingkat
kebekuan, atau metastable. Tanah juga dikelopokkan secara umum menjadi kerikil, pasir, lanau,
lempung, gamping, dan campuran.

Berikut ini merupakan definisi dari tanah berdasarkan aspek geologi dan keteknikan:

a) Secara kegeologian, pengelompokkan atau pengklasifikasian tanah bergantung pada


asal, keterbentukan, tekstur, dan pedologi.

b) Secara keteknikan, pengelompokkan tanah dibagi menjadi kelas dan grup. Kelas
bergantung pada gradasi, plastisitas, dan kandungan organic. Dideskripsi sebagai
cohesionless dan cohesive soil. Grup bergantungpada karakteristik keteknikan seperti
kuat/lemah, sensitive/insensentive, compressible/incompressible, swelling/unsweling,
pervious, impervious; atau bergantung pada fenomena fisik seperti erosi, tingkat beku,
atau metastable. Secara umum dideskripsi menjadi kerikil, pasir, lanau, lempung,
organic, dan mikstur.

Pada bagian ini akan banyak dibahas menngenai komponen tanah, butir dan cohesionless
soil, lempung, material organic, sifat keteknikan terkait, dan klasifikasi dan deskripsi tanah.

1. Komponen Tanah
- Komponen dasar berupa ukuran butir (bongkah-lempung)
- Kelompok utama berupa ukuran butir, karakteristik fisik, dan komposisi

2. Butir dan Cohesionless Soil


- Bongkah dan kerakal secara normal merespon gaya yang diterima sebagai
satuan unit. Kerikil, pasir, dan lanau merepon gaya sebagai massa dan yang
paling signifikan tanah granular. Aspek utama dari tipe ini adalah
cohesionless dan nonplastic
- Mineral butir dapat berupa kuarsa (dominan), garnet, magnetit, dan
hornblende (terkadang), calcareous dan karbonat (lepas pantai). Komposisi
mineral bergantung pada batuan induknya
- Lanau sering dikelompokkan dengan lempung sebgai tanah berbutir halus.
Lanau terkadang diklasifikasikan sebagai inorganic, antara nonplastis-plastis,
atau organic, biasanay mengandung sejumlah material organic

3. Lempung
Karakteristik lempung yang terdiri dari partikel mineral yang memanjang,
umumnya berukuran kurang dari dua micrometer. Partikel lempung terdiri dari
tiga tipe struktur flocculated (a), fresh water (b), dan dispersed (c)

Lempung juga diklasifikasikan berdasarkan kation yang diserap dari partikel


permukaan dari mineral (H, Ca, K, Mg, atau Na). Umumnya mineral lempung
yang dikenal adalah kaolinit, halosit, ilit, dan monmotilonit. Tiap mineral
memiliki keterbentukannya, aktivitas, dan kenampakan partikel masing-masing.

4. Material Organik
Berasal dari penguraian tumbuhan mati dan terkadang hewan. Formasi material
organik dapat dibagi menjadi top soil, rootmat, dan peat. Karakteristik dan
endapan organic adalah densitas alami yang sangat rendah, kandungan air yang
sangat tinggi, dan substansi yang mengering

5. Sifat Keteknikan Terkait


Pengelompokkan utama tanah dibedakan berdasarkan karakteristik terkait dengan
sifat keteknikannya. Misalnya tanah granular yang dilihat berupa gradasi, densitas
relative, bentuk butir, dan komposisi mineral. Tanah lempung yang dilihat tipe
mineral, sifat kimia, plastisitas, dan gaya terdahulu. Material organik yang dilihat
berupa persentase materi organik dengan partikel tanah dan gaya terdahulu.
Mikstur yang dilihat berupa karakteristik kombinasi, tapi densitas relative kurang
signifikan
- Kerikil dan Pasir
1) Sifat hidrolik
Permeabilitas material bebas memiliki kapasitas yang besar (baik),
bekerja sebagai aquifer atau reservoir alami, menyediakan sumber
aliran air melalui penggalian, atau melewati, sekitar bendungan
bawah tanah, Kapilaritas tak berarti. Titik beku tak berpengaruh.
Pencairan berpotensi menignkat seiring semakin halusnya butir,
Material lepas sangat halus paling rentan; kerikil tidak rentan
2) Kekuatan Pecahan
Kekuatan didapatkan dari gesekan antar butir
3) Deformabilitas
Deformasi biasanya plastis dengan sejumlah kompresi elatis
bergantung pada butirnya
- Lanau (inorganic)
1) Sifat hidrolik
Mengalirkan air dengan lambat, kapilaritas tinggi, kerentanan titik
beku tinggi, pencairan tinggi
2) Kekuatan Pecahan
Kekuatan berasal dari gesekan antar butir dan kohesi semu ketika
lanau tersaturasi sebagian.
3) Deformabilitas
Karakteristik mengalirkan air dengan lambat menghasilkan
lambatnya efek deformasi yag dirasakan. Sulit terjadi kompaksi.
- Lempung
1) Sifat hidrolik
Permeabilitas buruk, kapilaritas tinggi, rentan beku pada iklim
dingin dengan banyak lapisan es tipis, tidak rentan pencairan
2) Kekuatan Pecahan
Berasal dari hubungan embun alami, cairan, batas plastis, dan gaya
kompresif yang terbatas. Sesar berasal dari general shear, local
shear, dan punching shear.
3) Deformabilitas
Kompresi, dengan deformasi plastis, terjadi pada lempung saat
proses konsolidasi
- Tanah Organik
1) Sifat Hidrolik
Permeabilitas dari peat, rootmat, dan material berserat umumnya
sangat tinggi, namun pada lanau dan lempung organic rendah
2) Kekuatan Pecahan
Peat dan Rootmat cenderung hancur ketika ditimpa beban. Lanau
dan lempung organic cenderung memiliki kekuatan yang lemah
3) Deformabilitas
Material organic sangat kompresibel
4) Corossivity
Sangat mudah korosi

6. Klasifikasi dan Deskripsi dari Tanah


Saat ini ada beberapa klasifikasi dan deskripsi tanah yang digunakan yaitu
- American Association of Statr Highway Officials (AASHO M-145)

- United Classification System (ASTM D2487)

- American Society for Engineering Education System


- MIT Classification System
a) Tingkat Pelapukan
Klasifikasi tanah berdasarkan tingkat pelapukan terbagi menjadi enam bagian yang
ditunjukkan pada gambar ini.

Tingka Deskripsi
t
Segar (Fresh). Tidak terlihat tanda-tanda pelapukan material batuan, mungkin
I
sedikit terjadi perubahan warna pada bidang diskontinuitas utama
Agak Lapuk (Slightly Weathered). Terjadi perubahan warna yang menunjukkan
II pelapukan material batuan dan bidang diskontinuitas. Seluruh material batuan
mungkin berubah warna karena pelapukan.
Lapuk Sedang (Moderately Weathered) Kurang dari 50% material batuan beralih
III ke tanah. Batuan segar atau sudah berubah warna tetap ada sebagai bagian tak
menerus atau batuan inti.
IV Sangat Lapuk (Highly Weathered). Lebih dari 50% material batuan beralih ke
tanah. Batuan segar atau sudah berubah warna tetap ada sebagai bagian tak
menerus atau batuan inti.
Lapuk Sempurna (Completely Weathered). Seluruh material batuan telah beralih
V
menjadi tanah. Struktur massa asli sebagian masih ada (intact).
Tanah Residual (Residual Soil). Seluruh material batuan telah beralih menjadi
VI tanah. Struktur massa dan material fabric telah hancur. Terjadi perubahan besar
dalam volume tetapi tanah belum mengalami transportasi berarti.

b) USCS
Pengklasifikasian tanah berdasarkan USCS pada intinya membagi tanah menjadi dua
kelompok besar berdasarkan ukuran butirnya yaitu di atas >200 mesh dan <200 mesh.
Pengklasifikasian berdasarkan sistem ini terdiri dari dua huruf. Huruf pertama mewakili jenis
tanah, huruf kedua mewakili sortasi (> 200 mesh) dan plastisitasnya (<200 mesh). Huruf pertama
dari sistem klasifikasi ini adalah

> 200 mesh


G = gravel
S = sand

< 200 mesh

M = silt

C = clay

O = organic

Huruf kedua dari sistem klasifikasi ini adalah

> 200 mesh

W = well graded

P = poor graded

< 200 mesh

L = Low plasticity

H = High plasticity
Bisa juga dilihat dari gambar berikut ini

D. Handauger
Sampel DS atau disturbed sample merupakan sampel yang sudah terganggu (leak

moisture content). Tahapan ini dilakukan dengan menggunakan hand auger atau bor tangan.

Pertama dilakukan pemasangan alat yaitu mata bor dan rod/batang dirangkai. Alat bor auger

yang sudah dirangkai kemudian diberi pemberat sambil diputar dengan dua poros. Untuk
menghindari runtuhnya dinding sumur yang telah dibor, bor yang masih berputar diusahakan

untuk selalu berada di tengah-tengah sumur dan tidak menyentuh dinding sumur. Setelah Post-

hole Auger telah terisi penuh oleh tanah, Bor diangkat perlahan dan tanahnya dikeluarkan.

Tanah tersebut lalu dilabeli dan dideskripsi secara insitu sesuai dengan urutan deskripsi.
BAB 3

METODE PENELITIAN

1. Survey LokasidanPerizinan
Sebelum melakukan pengambilan sampel, terlebih dahulu perlu dilakukan survey lokasi

dan perizinan. Survey penentuan lokasi harus memperhatikan beberapa aspek, di antaranya

terbukanya lahan tempat pengambilan data dan lokasi-lokasi pengambilan data yang mappable.

Sedangkan perizinan meliputi perizinan ke warga sekitar maupun pemilik lahan tempat

diambilnya data serta perizinan secara resmi ke fakultas serta ke kantor administrasi setempat.

Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari stigma negatif warga terhadap kegiatan pengambilan

data.
2. TeknisPengambilan Data
a. DeskripsiKondisi
Deskripsi kondisi meliputi kondisi singkapan dan regional di luar kondisi sampel

itu sendiri. Deskripsi kondisi secara regional meliputi jenis-jenis litologi, keadaan

morfologi serta kondisi-kondisi lain yang akan berkaitan dengan data yang diambil

misalnya vegetasi dan lain sebagainya. Sedangkan pengamatan singkapan terdiri dari

deskripsi litologi dan geometri dari singkapan.


Jenis litologi di wilayah penelitian dapat dilihat dengan beracuan kepada lembar

peta geologi regional ataupun dari data geologi di lapangan. Morfologi berkaitan

dengan resistansi litologi terhadap pelapukan yang kemudian berhubungan dengan

tanah di wilayah penelitian sebagai hasil lapukan. Pengamatan morfologi ditentukan

melalui observasi bentang alam di sekitar singkapan.


Deskripsi litologi dan geometri singkapan dilakukan apabila masih terdapat

kontak dengan batuan dasar dan berfungsi untuk mengetahui tingkat pelapukan data

yang diambil.
b. Pengambilan Disturbed Sample
Sampel DS atau disturbed sample merupakan sampel yang sudah terganggu (leak

moisture content). Pada pengambilan sampel ini alat-alat yang dibutuhkan yaitu

berupa mata bor, rod/batang, stang, dan kunci inggris.

Alat-alat yang digunakan pada pengambilan disturbed sample/DS


Tahapan ini dilakukan dengan menggunakan hand auger atau bor tangan. Target pada

praktikum ini yaitu mengambil hingga 6 jenis sampel ke bawah permukaan. Pertama

dilakukan pemasangan alat yaitu mata bor dan rod/batang dirangkai. Alat bor auger yang

sudah dirangkai kemudian diberi pemberat sambil diputar dengan dua poros. Untuk

menghindari runtuhnya dinding sumur yang telah dibor, bor yang masih berputar

diusahakan untuk selalu berada di tengah-tengah sumur dan tidak menyentuh dinding

sumur. Setelah Post-hole Auger telah terisi penuh oleh tanah, Bor diangkat perlahan dan

tanahnya dikeluarkan. Tanah tersebut lalu dilabeli dan dideskripsi secara insitu sesuai

dengan urutan deskripsi.


c. Pendeskripsian Insitu Disturbed Sample
Sampel pertama, pada kedalam 0 29 cm, merupakan tanah kohesif dengan

kondisi kekuatan lunak (soft). Sampel ini menunjukan warna utama coklat dengan warna

tambahan merah (reddish brown). Ukuran partikelnya merupakan tanah berbutir halus

dengan tipe dasar tanah lempung (clays). Nilai plastisitas sampel ini sangat plastis dan
kandungan air lembab (moist). Sampel ini berada pada tingkat pelapukan VI yang

merupakan tanah residual (residual soil) dengan struktur homogen/seragam.


Sampel kedua dengan kedalam 29 53 cm, merupakan tanah kohesif dengan

kondisi kekuatan lunak (soft). Sampel ini menunjukan warna utama coklat dengan warna

tambahan kuning (yellowish brown). Ukuran partikelnya merupakan tanah berbutir halus

dengan tipe dasar tanah lempung (clays). Nilai plastisitas sampel ini sangat plastis dan

kandungan air lembab (moist). Sampel ini berada pada tingkat pelapukan VI yang

merupakan tanah residual (residual soil) dengan struktur homogen/seragam.


Sampel ketiga, pada kedalam 53 69,5 cm, merupakan tanah kohesif dengan

kondisi kekuatan lunak (soft). Sampel ini menunjukan warna utama coklat terang dengan

warna tambahan merah (reddish light brown). Ukuran partikelnya merupakan tanah

berbutir halus dengan tipe dasar tanah lempung (clays). Nilai plastisitas sampel ini semi

plastis dan kandungan air lembab (moist). Sampel ini berada pada tingkat pelapukan VI

yang merupakan tanah residual (residual soil) dengan struktur homogen/seragam.


Sampel keempat, pada kedalam 69,5 87,5 cm, merupakan tanah kohesif dengan

kondisi kekuatan teguh (firm). Sampel ini menunjukan warna utama kuning dengan

warna tambahan merah (reddish yellow). Ukuran partikelnya merupakan tanah berbutir

halus dengan tipe dasar tanah lempung (clays). Nilai plastisitas sampel ini semi plastis

dan kandungan air agak lembab (slightly moist). Sampel ini berada pada tingkat

pelapukan VI yang merupakan tanah residual (residual soil) dengan struktur

homogen/seragam.
Sampel kelima, pada kedalam 87,5 100 cm, merupakan tanah kohesif dengan

kondisi kekuatan kaku (stiff). Sampel ini menunjukan warna utama merah dengan warna

tambahan kuning (yellowish red). Ukuran partikelnya merupakan tanah berbutir halus

dengan tipe dasar tanah lempung (clays). Nilai plastisitas sampel ini sangat plastis dan
kandungan air agak lembab (slightly moist). Sampel ini berada pada tingkat pelapukan VI

yang merupakan tanah residul (residual soil) dengan struktur homogen/seragam.


Sampel keenam, pada kedalam 100 114 cm, merupakan tanah kohesif dengan

kondisi kekuatan kaku (stiff). Sampel ini menunjukan warna utama merah dengan warna

tambahan kuning (yellowish red). Ukuran partikelnya merupakan tanah berbutir halus

dengan tipe dasar tanah lempung (clays). Nilai plastisitas sampel ini sangat plastis dan

kandungan air agak lembab (slightly moist). Sampel ini berada pada tingkat pelapukan VI

yang merupakan tanah residul (residual soil) dengan struktur homogen/seragam.


d. Pengambilan Undisturbed Sample
UDS merupakan sample tanah yang utuh atau tidak terganggu. Merupakan
metode pengambilan sample tanah di lapangan dengan menggunakan tabung kuningan /
tabung tembaga, penggunaan tabung tersebut bertujuan agar sample tanah yang diambil
masih dalam keadaan yang utuh dan belum terganggu atau rusak. Dimana kegunaan
sample UDS ini untuk analisis tanah di laboratorium. Peralatan yang digunakan dalam
pengambilan data UDS ini hampir sama dengan data DS (Disturbed Soil Sample), namun
mata bor pada DS diganti dengan tabung kuningan untuk data UDS. Prinsip pengambilan
data DS dilakukan dengan pemboran secara manual, sedangkan prinsip pengambilan data
UDS yaitu diambil dengan memukul bagian atas dari tiang besi agar tabung semakin
menancap kedalam tanah untuk pengambilan sample tanah secara utuh.
Tahapan melakukan pengambilan sample UDS pada praktikum lapangan ini yaitu,

pertama memasang semua peralatan menjadi satu, mulai dari batang besi dan tabung

kuningan. Setelah itu masukan tabung tersebut kedalam lubang yang telah terbentuk saat

pengambilan data DS sebelumnya sampai batas terdalamnya. Langkah selanjutnya

memukul bagian atas batang besi dengan palu sebanyak 100-300 kali agar tabung

menancap semakin dalam sehingga sample tanah penuh terisi ke dalam tabung.

Selanjutnya angkat alat tersebut lalu pisahkan tabung dari batang besi. Kemudian lapisi

bagian atas dan bawah tabung dengan lilin yang telah dipanaskan sebelumnya agar tanah

didalam tabung terjaga keutuhannya dan tidak masuk udara/oksigen. Langkah terakhir
lapisi bagian atas dan bawah tabung dengan selotip untuk dibawa ke laboratorium.

Pengambilan data UDS telah selesai.

3. Pengolahan Data

Lokasi : Cileunyi Metode : Hand Auger


Tanggal : 14 November 2016/08.00 Koordinat :
Cuaca : Cerah Kelompok : A1
LIMESTONE

MUD &
WACKE

GRAIN
PACK
MUD
INTERPRETASI GEOLOGI KETERANGA
LITOLOGI
SCALE (M)

MUD SAND GRAVEL


N
clay

Lempung,warna reddish brown, sangat Aka


plastis,kohesif,lunak,kandungan air lembab,
r
tingkat pelapukan topsoil (horizon
VI),struktur perlapisan homogen 10 dan
USCS : High Plasticity Clay (CH) dau
1 kali pemboran : 0-29 cm n
20 tana
ma
n
30

40

50

60
70
80
90
110
Lempung,warna yellowish brown, sangat
plastis,kohesif,lunak,kandungan air lembab,
tingkat pelapukan topsoil (horizon
VI),struktur perlapisan homogen
USCS : High Plasticity Clay (CH)
1 kali pemboran : 29-53 cm

Lempung,warna reddish light brown, semi


plastis,kohesif,lunak,kandungan air lembab,
tingkat pelapukan topsoil (horizon
VI),struktur perlapisan homogen
USCS : High Plasticity Clay (CH)
1 kali pemboran : 53-69,5 cm

Lempung,warna reddish yellow, semi plastis,


kohesif, firm, kandungan air agak lembab,
tingkat pelapukan topsoil (horizon VI),
struktur perlapisan homogen
USCS : High Plasticity Clay (CH)
1 kali pemboran : 69,5-87,5 cm

Lempung, warna yellowish red, sangat


plastis,kohesif, kaku, kandungan air lembab,
tingkat pelapukan topsoil (horizon
VI),struktur perlapisan homogen
USCS : High Plasticity Clay (CH)
2 kali pemboran : 87,5-100 cm dan 100-114 cm
100
BAB 4

PEMBAHASAN

1. Kondisi Lingkungan

Lokasi penelitian berada pada wilayah Bandung Utara, tepatnya di Kecamatan Cileunyi.
Kecamatan Cileunyi memiliki kemiringan lereng sekitar 8% - 15%, dengan ketinggian berkisar 750 mdpl.
Batuan yang mendominasi daerah tersebut adalah produk gunung api muda.

2. DS
LOG BOR TA 1
Waktu : 14 November 2016 , 08.00 WIB
Cuaca : Cerah
Lokasi : Kecamatan Cileunyi
Koordinat :

Top Soil : warna reddish brown,


ukuran butir lempung, sangat
plastis, kohesif, lunak, kandungan air
lembab, struktur perlapisan
homogen.

Top Soil : warna yellowish brown,


ukuran butir lempung, sangat plastis,
kohesif, lunak, kandungan air
lembab, struktur perlapisan
homogen.

Top Soil : warna reddish light


brown, ukuran butir lempung, semi
plastis, kohesif, lunak, kandungan air
lembab, struktur perlapisan
homogen.

Top Soil: Warna reddish yellow,


ukuran butir lempung semi plastis,
kohesif, firm, kandungan air agak
lembab, struktur perlapisan
homogen.

Skala 1 : 10 Top Soil : warna yellowish red,


ukuran butir lempung, sangat plastis,
kohesif, kaku, kandungan air
lembab, struktur perlapisan
homogen.

Top Soil : warna yellowish red,


ukuran butir lempung, sangat plastis,
kohesif, kaku, kandungan air
lembab, struktur perlapisan homogen
.

LOG BOR TA 1
Waktu : 14 November 2016 , 08.00 WIB
Cuaca : Cerah
Lokasi : Kecamatan Cileunyi
Koordinat :

Top Soil : warna reddish brown,


ukuran butir lempung, sangat plastis,
kohesif, lunak, kandungan air
lembab, struktur perlapisan
homogen.

Top Soil : warna yellowish brown,


ukuran butir lempung, sangat plastis,
kohesif, lunak, kandungan air
lembab, struktur perlapisan
homogen.

Top Soil : warna reddish light


brown, ukuran butir lempung, semi
plastis, kohesif, lunak, kandungan air
lembab, struktur perlapisan
homogen.

Top Soil: Warna reddish yellow,


ukuran butir lempung semi plastis,
kohesif, firm, kandungan air agak
lembab, struktur perlapisan
homogen.

Top Soil : warna yellowish red,


ukuran butir lempung, sangat plastis,
kohesif, kaku, kandungan air
lembab, struktur perlapisan
Skala 1 : 10 homogen.

Top Soil : warna yellowish red,


ukuran butir lempung, sangat plastis,
kohesif, kaku, kandungan air
lembab, struktur perlapisan homogen
.

BAB 5

KESIMPULAN

Pada disturbed sample, kondisi tanah di lokasi penelitian hingga kedalaman 114 cm merupakan tanah
kohesif yang semuanya adalah tingkat VI atau residual soil dengan warna reddish brown, yellowish
brown, reddish light brown, reddish yellow, yellowish red, plastisitas mulai dari semi plastis hingga sangat
plastis, kondisinya lunak hingga kaku namun didominasi oleh lunak, kandungan air lembab (moist), dan
struktur perlapisannya homogen.
LAMPIRAN

Gambar 1. Pemasangan Alat Gambar 2. Pengambilan sampel DS

Gambar 3. Pengeluaran sampel Gambar 4.Uji plastisitas sampel 1

Gambar 5.Uji plastisitas sampel 2 Gambar 6.Uji plastisitas sampel 3


Gambar 7.Uji plastisitas sampel 4 Gambar 8.Uji plastisitas sampel 5

Gambar 9.Uji plastisitas sampel 6 Gambar 10.Sampel 1, 2, 3, 4, 5, 6

Gambar 11.Pengambilan sampel UDS


DAFTAR PUSTAKA

Hunt, Roy E. 2005. Characteristics of Geologic Materials and Formations: A Field Guide For
Geotechnical Engineers. Florida: Taylor and Francis Group

Materi deskripsi tanah dan batuan laboratorium geologi teknik 2016

Gultom, Edward. 2011. Klasifikasi Tanah Menurut Sistem AASHTO dan USCS.
http://edwardpgultom.blogspot.co.id/2011/08/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html.
Diakses Sabtu, 19 November 2016 Pukul 23.40 WIB.

http://imagebali.net/detail-artikel/963-teknik-penyelidikan-tanah-bangunan.php
http://www.academia.edu/7674699/METODE_PENYELIDIKAN_DAN_PENGUJIAN_TANAH

Anda mungkin juga menyukai