Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS

FRAKTUR KLAVIKJULA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program Internship


Di RS. Surodadi Tegal

Disusun Oleh :

Putri Indah Wulandari H.R


01.209.5984
Pembimbing :
Dr.Layali Musafiroh

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
TEGAL
2016

1
BAB I
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
Nama : Tn. S
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : laki laki
Alamat : desa demangharjo rt 04 rw 01 ttegal
Pekerjaan : swasta
Agama : Islam
Tgl masuk RS : 10-01-2016
Bangsal : Melatti

II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama : nyeri pada bahu kanan
B. Keluhan Tambahan : luka robek pada kaki kanan
C. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien post KLL pada tanggal 10-01-2016 sekitar pukul 15.30 WIB ,
datang ke IGD RS Surodadi Tegal tanggal 10-01-2016 pukul 16.30 WIB
dengan keluhan nyeri pada bahu sebelah kanan. Pasien mengenakan sepeda
motor, Pasien tersenggol truk tronton dan pasien ingin menghindari truk
tersebut, sehingga pasien terjatuh ke sebalah kanan dan menabrak trotoar
jalan. bahu pasien terbentur trotoar jalan.. Saat kejadian pasien sadar.
Setelah kejadian pasien mengeluh bahu sebelah kanan terasa nyeri dan
sulit digerakkan. Terdapat fraktur terttutup pada bahu sebelah kanan . dan
luka robek ukuran 3x1x0.5 cm di kaki kanan,serta beberapa luka lecet

D. Anamnesis Sistem :

Sistem Cerebrospinal : Pusing (+).

Sistem Kardiovaskuler : Nyeri dada (-), Sesak (-),Perdarahan (-).

2
Sistem Gastrointestinal : Mual (+), Muntah (+) sedikit.

Sistem Urologi : BAK (+), darah (-)

Sistem Integumentum : VL (+) VE (+), Hematom (+).

Sistem Muskuloskeletal : Nyeri di regio klavikula (+), nyeri otot


(+).

Sistem Neuromuskular : kelemahan anggota gerak (+).

E. Riwayat Penyakit Dahulu :


Riwayat Asma :
disangkal
Riwayat DM :
disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Alergi Obat dan Makanan : disangkal

F. Riwayat Penyakit Keluarga :


Riwayat DM : disangkal
Riwayat Asma : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat Alergi Obat dan Makanan : disangkal

G. Riwayat Pribadi, Sosial dan Ekonomi


Pasien tinggal bersama istri dan satu anak laki-lakii. Pekerjaan pasien swasta.
Biaya pengobatan ditanggung oleh jasa raharja.

3
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Primary Survey
A : tidak ada gangguan jalan napas
B : RR 20 x/menit
C : TD : 130/70 mmHg, N : 76 x/menit, akral hangat, capp refill < 2
D : GCS 15 (E4M6V5), pupil isokor 3mm/3mm
E : suhu 37 C, terdapat jejas pada bahu sebelah kanan.
2. Secondary Survey
Keadaan Umum : tampak lemah
Kesadaran/GCS : Compos Mentis / GCS 15 (E4M6V5)
Vital Sign :T : 110/70 mmHg
N : 76 x/menit
R : 20 x/menit
t : 37 C

A. Status Generalis
1. Kepala
Mata : Conjunctiva Anemis -/-, Sklera Ikterik -/-, pupil isokor
3mm/3mm, Refleks Cahaya +/+
Telinga : Discharge (-)
Hidung : Discharge (-)
Mulut dan gigi : Kering pada bibir (-), pucat (-), sianosis (-)

2. Leher
Thyroid : tidak mengalami pembesaran,
Limfe : tidak mengalami pembesaran
Deviasi trakea :-
Kaku kuduk :-

3. Thorax

4
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba tak kuat angkat
- Perkusi : Batas kanan ICS V LS dextra
Batas atas ICS II LPS sinistra
Batas pinggang ICS III LPS sinistra
Batas kiri ICS V 2 cm ke medial LMC sinistra
- Auskultasi : irama reguler, bising (-), BJ I BJ II (+)
Paru
- Inspeksi : Simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi otot bantu (-)
- Palpasi : Sterm fremitus kanan = kiri,
ketinggalan gerak (-)
- Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru kanan dan
kiri
- Auskultasi : Suara dasar : vesikuler
Suara tambahan : -
Abdomen
- Inspeksi : Datar
- Auskultasi : Bising usus (+) normal
- Perkusi : Timpani
- Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba

4. Genetalia : dbn

5. Ekstremitas :
Superior Inferior
Warna Sawo matang Sawo matang
Edema -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Capp refill <2/<2 <2/<2

5
B. Status Lokalis
- Look : luka tertutup , bone expose (+), swelling (+), hematom
(+), false movement (+), deformitas (+).
- Feel : nyeri tekan (+), krepitasi (+), pulsasi (+), akral hangat
(+), sensasi (+), capp refill (< 2)
- Move : gerakan aktif dan pasif terhambat

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan Radiologi

2. Pemeriksaan Laboratorium (Tanggal 10-01-2016)


Hematologi
Hb : 11.7 g / dl (11-16,5 g/dl)
Ht : 37,8 % (36.8-48.8 %)
Eritrosit : 5.36 juta / l (3,58-5,58 juta / l)
MCV : 70.5 fl (80.8-99 fl)
MCH : 21.8 pg (26,8-32,8 pg)
MCHC : 31.0 g / dl (32.8,5-36.8 g/dl)
Leukosit : 13.200 / l (4,8-10 ribu / l)
Trombosit : 166.000 / l (150-450 ribu / l)
Kimia Klinik
GDS : 99 mg / dl (70-115 mg/dl)
Ureum : 17 mg / dl (0-50 mg/dl)
Creatinin : 0.8 mg / dl (0-1,3 mg/dl)
HbsAG Negatif

6
HIV Negatif

V. ASSESMENT
- Close fraktur klavikula dexstra

VI. PLANNING
Medikamentosa
a. Tatalaksana di IGD

a. Wound toilet

b. Hecting VL di pedis dexstra lateral

c. Bidai klavikula dexstra

d. Inf.RL 20 tpm

e. Inj.ketorolac 1 A

f. Inj. Cefxon 2x500 mg

g. Inj Ranitidin

b. Operatif : Reposisi terbuka dan Pasang ORIF ( Open Reduction Internal


fixation )

c. Medikamentosa Post Operatif :

Awasi KU/VS

Infuse RL 20 tpm.

Inj cefxon 2x1.

Inj. Ranitidine 3x1 Ampul.

Inj. Ketorolac 2x1 Ampul.

7
Inj. Sages tam 2x1

Caltrax 2x1

Caltaro 2x1.

VII. MONITORING DAN EDUKASI


Monitoring
Keadaan umum, tanda vital, perbaikan tanda dan gejala, pola makan,
hasil pemeriksaan penunjang, kondisi luka operasi, perbaikan
movement.
Edukasi
Penjelasan mengenai penyakit dan prognosisnya, minum obat teratur,
makanan tinggi protein, vitamin dan mineral, menjaga kebersihan luka,
cukup istirahat, tenangkan pikiran dan menahan emosi..

VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. A. Pendahuluan

Tulang merupakan alat penopang dan sebagai pelindung pada tubuh. Tanpa
tulang tubuh tidak akan tegak berdiri. Fungsi tulang dapat diklasifikasikan
sebagai aspek mekanikal maupun aspek fisiologikal.
Dari aspek mekanikal, tulang membina rangka tubuh badan dan memberikan
sokongan yang kokoh terhadap tubuh. Sedangkan dari dari aspek fisiologikal
tulang melindungi organ-organ dalam seperti jantung, paru-paru dan lainnya.
Tulang juga menghasilkan sel darah merah, sel darah putih dan plasma. Selain
itu tulang sebagai tempat penyimpanan kalsium, fosfat, dan garam magnesium.
Namun karena tulang bersifat relatif rapuh, pada keadaan tertentu tulang
dapat mengalami patah, sehingga menyebabkan gangguan fungsi tulang terutama
pada pergerakan. Patah tulang atau fraktur merupakan hilangnya kontinuitas
tulang yang umumnya disebabkan oleh tekanan. Peristiwa ini dapat terjadi
karena :
1. Peristiwa trauma tunggal.

Patah tulang pada peristiwa ini biasanya dikarenakan oleh kekuatan yang
tiba-tiba berlebihan dapat berupa pemukulan, penekukan, pemuntiran
ataupun penarikan.
2. Tekanan yang berulang-ulang.

Tekanan yang berulang-ulang dapat menimbulkan keretakan. Sebagai


contoh seorang pelari yang menempuh jarak jauh dapat mengalami retak
tulang pada daerah tibia, fibula maupun metatarsal.
3. Fraktur patologik.

Pada peristiwa ini tulang mengalami patah oleh tekanan yang normal
dikarenakan tulang tersebut lemah atau rapuh. Bisa disebabkan oleh penyakit
tertentu, misalnya tumor. Banyak sekali kasus patah tulang yang terjadi dan

9
berbeda-beda pada daerah patah tulang tersebut. Pada kasus ini akan dibahas
mengenai patah tulang bagian klavikula.

B. Etiologi Faktur Klavikula


Menurut sejarah fraktur pada klavikula merupakan cedera yang sering terjadi
akibat jatuh dengan posisi lengan terputar/tertarik keluar (outstreched hand)
dimana trauma dilanjutkan dari pergelangan tangan sampai klavikula, namun
baru-baru ini telah diungkapkan bahwa sebenarnya mekanisme secara umum
patah tulang klavikula adalah hantaman langsung ke bahu atau adanya tekanan
yang keras ke bahu akibat jatuh atau terkena pukulan benda keras. Data ini
dikemukankan oleh Nowak et a,l Nordqvist dan Peterson.
Patah tulang klavikula karena jatuh dengan posisi lengan tertarik keluar
(outstreched hand) hanya 6% terjadi pada kasus, sedangkan yang lainnya karena
trauma bahu. Kasus patah tulang ini ditemukan sekitar 70% adalah hasil dari
trauma dari kecelakaan lalu lintas. Kasus patah tulang klavikula termasuk kasus
yang paling sering dijumpai. Pada anak-anak sekitar 1016 % dari semua
kejadian patah tulang, sedangkan pada orang dewasa sekitar 2,6-5%
C. Patofisiologi Klavikula
Klavikula adalah tulang pertama yang mengalami proses pengerasan selama
perkembangan embrio minggu ke-5 dan 6. Tulang klavikula, tulang humerus
bagian proksimal dan tulang skapula bersama-sama membentuk bahu. Tulang
klavikula juga membentuk hubungan antara anggota badan atas dan Thorax.
Tulang ini membantu mengangkat bahu ke atas, ke luar, dan ke belakang thorax.
Pada bagian proksimal tulang clavikula bergabung dengan sternum disebut
sebagai sambungan sternoclavicular (SC). Pada bagian distal klavikula
bergabung dengan acromion dari skapula membentuk sambungan
acromioclavicular (AC).
Patah tulang klavikula pada umumnya mudah untuk dikenali dikarenakan
tulang klavikula adalah tulang yang terletak dibawak kulit (subcutaneus) dan
tempatnya relatif di depan. Karena posisinya yang teletak dibawah kulit maka
tulang ini sangat rawan sekali untuk patah. Patah tulang klavikula terjadi akibat

10
dari tekanan yang kuat atau hantaman yang keras ke bahu. Energi tinggi yang
menekan bahu ataupun pukulan langsung pada tulang akan menyebabkan
fraktur.

D. Klasifikasi patah tulang secara umum adalah :


a) Fraktur lengkap

Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas sehingga


tulang terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya menyeberang dari
satu sisi ke sisi lain.

b) Fraktur tidak lengkap

Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan garis patah


tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai korteks (masih ada korteks
yang utuh).
Menurut Black dan Matassarin (1993) fraktur berdasarkan hubungan
dengan dunia luar, meliputi:
a) Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh,
tulang tidak menonjol malalui kulit.

b) Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya
hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi
infeksi.

Lokasi patah tulang pada klavikula diklasifikasikan menurut Dr. FL


Allman tahun 1967 dan dimodifikasi oleh Neer pada tahun 1968, yang
membagi patah tulang klavikula menjadi 3 kelompok :
1. Kelompok 1 ( Fraktur 1/3 tengah klavikula) :

a) patah tulang pada sepertiga tengah tulang klavikula (insidensi kejadian


75-80%).

11
b) Pada daerah ini tulang lemah dan tipis.

c) Umumnya terjadi pada pasien yang muda.

2. Kelompok 2 : ( Fraktur klavikula 1/3 distal (15-25%)).

Terbagi secara umum menjadi 3 tipe berdasarkan lokasi ligament


coracoclavicular yakni (yakni, conoid dan trapezoid).
type 1: undisplaced jika ligament intak
type 2 : displaced jika ligamen korako-kiavikula rupture.
type 3 : fraktur yang mengenai sendi akromioklavikularis.

Secara Khusus dijelaskan sebagai berikut :

a) Tipe 1 :Patah tulang secara umum pada daerah distal tanpa


adanya perpindahan tulang maupun ganguan ligament coracoclevicular.

b) Tipe2A :Fraktur tidak stabil dan terjadi perpindahan tulang, dan


ligament coracoclavicular masih melekat pada fragmen.

c) Tipe 2B :Terjadi ganguan ligament. Salah satunya terkoyak


ataupun kedua-duanya.

d) Tipe 3 :Patah tulang yang pada bagian distal clavikula yang


melibatkan AC joint.

e) Tipe 4 :Ligament tetap utuk melekat pata perioteum, sedangkan


fragmen proksimal berpindah keatas.

12
f) Tipe 5 :Patah tulang kalvikula terpecah menjadi beberapa

fragmen.

3. Kelompok 3: (Fraktur klavikula 1/3 proksimal (5%)).

Pada kejadian ini biasanya berhubungan dengan cidera


neurovaskuler. Mekanisme trauma dapat berupa trauma langsung dan
trauma tak langsung pada bagian lateral bahu yang dapat menekan
klavikula ke sternum . Jatuh dengan tangan terkadang dalam posisi
abduksi.

E. Gambaran klinis

13
Pada patah tulang klavikula biasanya penderita datang dengan keluhan
jatuh atau trauma. Pasien merasakan rasa sakit bahu dan diperparah dengan
setiap gerakan lengan. Pada pemeriksaan fisik pasien akan terasa nyeri tekan
pada daerah fraktur dan kadang-kadang terdengar krepitasi pada setiap
gerakan. Dapat juga terlihat kulit yang menonjol akibat desakan dari fragmen
patah tulang. Pembengkakan lokal akan terlihat disertai perubahan warna
lokal pada kulit sebagai akibat trauma dan gangguan sirkulasi yang
mengikuti fraktur.

Untuk memperjelas dan menegakkan diagnosis pemeriksaan penunjang


yang dapat dilakukan adalah :
Pemeriksaan rontgen: Untuk menentukan lokasi, luas dan jenis
fraktur.

Scan tulang/

CT-scan/ MRI: Memperlihatkan frakur dan mengidentifikasikan


kerusakan jaringan lunak.

F. Penanganan

Pada prinsipnya penangan patah tulang klavikula adalah untuk mencapai


penyembuhan tulang dengan minimum tingkat morbiditas, hilangnya fungsi, dan
sisa kelainan bentuk. Kebanyakan patah tulang klavikula telah berhasil ditangani
dengan metode tanpa operasi. Perawatan nonoperative dengan cara mengurangi
gerakan di daerah patah tulang. Tujuan penanganan adalah menjaga bahu tetap
dalam posisi normalnya dengan cara reduksi tertutup dan imobilisasi. Modifikasi
spika bahu (gips klavikula) atau balutan berbentuk angka delapan atau strap
klavikula dapat digunakan untuk mereduksi fraktur ini, menarik bahu ke
belakang, dan mempertahankan dalam posisi ini.
Bila dipergunakan strap klavikula, ketiak harus diberi bantalan yang memadai
untuk mencegah cedera kompresi terhadap pleksus brakhialis dan arteri aksilaris.
Peredaran darah dan saraf kedua lengan harus dipantau. Fraktur 1/3 distal

14
klavikula tanpa pergeseran dan terpotongnya ligamen dapat ditangani dengan
sling dan pembatasan gerakan lengan. Bila fraktur 1/3 distal disertai dengan
terputusnya ligamen korakoklavikular, akan terjadi pergeseran, yang harus
ditangani dengan reduksi terbuka dan fiksasi interna. Selama imobilisasi pasien
diperkenankan melakukan latihan gerakan tapi harus menghindari aktivitas yang
berat.
Tindak lanjut perawatan dilakukan dengan pemantauan yang dijadwalkan 1
hingga 2 minggu setelah cedera untuk menilai gejala klinis dan kemudian setiap
2 hingga 3 minggu sampai pasien tanpa gejala klinis. Pemeriksaan foto rontgen
tidak perlu selama proses perawatan, tetapi akan lebih baik dilakukan pada saat
proses penyatuan tulang yang biasanya dapat dilihat pada minggu ke 4 sampai
minggu ke 6 (pada saat fase remodeling pada proses penyembuhan tulang).
Tanda klinis penyatuan tulang adalah berkurangnya rasa sakit atau rasa sakit
hilang, dapat melakukan gerakan bahu secara penuh, dan kekuatan kembali
normal. Tidakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut :
Fraktur terbuka.

Terdapat cedera neurovaskuler.

Fraktur comminuted.

Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.

Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).

15
Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya

"Verband figure of
(malunion). eight"

Pemberian obat pada kasus patah tulang dapat dilakukan untuk mengurangi
rasa nyeri. Obat-obat yang dapat digunakan adalah obat kategori analgesik
antiinflamasi seperti acetaminophen dan codeine dapat juga obat golongan
NSAIDs seperti ibuprofen.
Penatalaksanaan :
Konservatif : "Verband figure of eight" sekitar sendi bahu. Pemberian
analgetika.
Operatif : fiksasi internal.

Rehabilitasi Perawatan Pascabedah

Commersial strap yang berbentuk angka 8, harus di follow up apakah


sudah cukup kencang. Strap ini harus dikencangkan secara teratur. Anak anak
<10 tahun menggunakan strap atau splint selama 3-4 minggu sampai bebas
nyeri, sedangkan orang dewasa biasanya membutuhkan waktu 4-6 minggu.

G. Prognosis
Patah tulang akan sembuh dengan baik jika dilakukan tindakan operative.

16
H. Komplikasi :
A. Komplikasi akut :

a) Cedera pembuluh darah.

b) Pneumouthorax.

c) Haemothorax.

B. Komplikasi lambat :

a) Mal union : proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam


waktu semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.

b) Non union : kegagalan penyambungan tulang setelah 4 sampai 6


bulan.

meninggalkan suatu benjolan, yang biasanya hilang pada


waktunya.

untuk memperoleh basil kosmetik yang baik dan cepat dapat


menjalani terapi yang lebih drastis yaitu fraktur direduksi dibawah
anastesi dan dipertahankan reduksinya dengan menggunakan gips
yang mengelilingi dada ( wirass)

c) Kekakuan bahu : sering ditemukan, hanya sementara, akibat rasa takut


untuk menggerakkan fraktur. Jari juga akan kaku dan membutuhkan
waktu berbulan-bulan untuk memperoleh kembali gerakan, kecuali
kalau dilatih.

17
Daftar Pustaka :

1. A Graham Appley, 1995, Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem


Applay Edisi 7, Widya Medika, Jakarta.

2. Chairuddin Rasjad, 2007, Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, Yarsif


Watampone, Jakarta

3. Richard S. Snell, 2006, Anatomi Klinik Edisi 6, EGC, JakartaL Joseph


Rubino, 2006, Clavicle Fractures,
http://www.emedicine.com/orthoped/topic50.htm

4. Kevin J Eerkes, 2008, Clavicle Injuries,


http://www.emedicine.com/sports/TOPIC25.HTM

5. Jeffrey A. Housner, John E. Kuhn, 2003, Clavicle Fractures,


http://www.physsportsmed.com/issues/2003/1203/housner.htm

18

Anda mungkin juga menyukai