Anda di halaman 1dari 14

PENGEMBANGAN MODEL PEMANTAUAN JENTIK NYAMUK

AEDES EGYPTI BERJENJANG DALAM PENANGGULANGAN


DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) MELALUI
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Hamzah Hasyim
Dosen FK PSKM Universitas Sriwijaya

Abstrak
Kejadian demam berdarah dengue (DBD) yang memiliki pola cyclic trend, bisa meluas
menjadi kejadian luar biasa (KLB), menimbulkan korban serta menimbulkan dampak baik ekonomi,
sosial, politik maupun pariwisata, kasus ini sebenarnya dapat dicegah baik sebelum maupun
sesudah kejadian, asal penanganannya cepat.
Dilakukan pengembangan model pemantauan jentik nyamuk aedes egypti berjenjang,
sebagai usulan kegiatan penanggulangan DBD melalui pemberdayaan masyarakat di Kelurahan
Sukabangun, Kecamatan Sukarame pada 30 responden ibu rumah tangga. Melalui metode Action
Research, dilakukan tahapan kegiatan yaitu preliminary survey keadaan dan potensi
masyarakat melalui kegiatan Focus Group Discussion (FGD), dilanjutkan dengan kegiatan
penyuluhan dan pelatihan DBD, serta evaluasi dan monitoring sistem pelaporan berjenjang
(multilevel monitoring) terhadap angka bebas jentik (ABJ) nyamuk aedes aegypti, sebagai bagian
dari kegiatan pemberdayaaan berbasis masyarakat yang efektif dan efesien.
Dari FGD diperoleh informasi dari masyarakat, bahwa DBD merupakan ancaman kesehatan
yang perlu ditanggulangi bersama melalui keterlibatan aktif masyarakat, Pada kegiatan pre dan post
penyuluhan dan pelatihan DBD, menggunakan uji beda dua mean dependen atau paired t test,
ada hubungan tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan responden antara pengukuran pertama
dan kedua (Pv < 0,05), yang bermakna kegiatan ini efektif untuk meningkatkan KAP (knowledge,
attitude, practice) responden. Pada kegiatan sistem pelaporan berjenjang (multilevel monitoring)
menggunakan teknologi formulir pemeriksaan jentik (FPJ I III), terhadap angka bebas jentik
(ABJ) nyamuk aedes aegypti, diperoleh hasil 77 rumah yang diperiksa terdapat 5 rumah yang
positif jentik aedes aegypti, sehingga ABJ di Kelurahan Sukabangun pertanggal 14 mei 2006
adalah 93,5%
Agar pengembangan model pemantauan jentik nyamuk aedes egypti berjenjang, sebagai
alternatif metode penanggulangan DBD berbasis masyarakat, melalui peningkatan partisipasi ibu
rumah tangga, dapat berjalan optimal dan sustain perlu keterlibatan aktif dan dukungan dari semua
sektor terkait, termasuk keterlibatan khususnya dari kelompok mahasiswa kesehatan sebagai
supervisor kegiatan lapangan.

Kata-Kata Kunci : Kasus DBD, model pemantauan jentik nyamuk aedes egypti berjenjang dan
Partisipasi ibu rumah tangga

Hamzah Hasyim : Pengembangan Model Pemantauan Jentik Nyamuk Aedes Aegepty


Berjenjang
Jurnal Pembangunan Manusia edisi 5

Pendahuluan 100.000 penduduk dengan CFR =


Latar belakang 1,96%, pada tahun 2002 terdapat
Penyakit dengeu haemmorhagic 1.051 kasus dari 1.512.485 penduduk
fever (DHF) atau demam berdarah dengan angka kejadian sebesar 72,55
dengue (DBD) masih menjadi per 100.000 penduduk dengan CFR =
ancaman dan masalah kesehatan 1,68% dan pada tahun 2003 sebesar
masyarakat (Triple Burden) di 63,39 per 100.000 penduduk dengan
Indonesia, dapat endemik diberbagai CFR = 1,70%. Angka bebas jentik di
wilayah Kabupaten/Kota, serta Kota Palembang pada triwulan I tahun
memiliki potensi KLB, memiliki 2004 belum dilaporkan. (5, 6)
dampak luas serta dijadikan prioritas Kepadatan jentik yang diukur dengan
pemberantasan penyakit menular indikator angka bebas jentik (ABJ)
secara nasional (1-4) memperlihatkan angka cakupan rata-
Dari data Kabupaten/Kota, rata diatas 80%, kecuali pada akhir
Palembang merupakan salah satu tahun 2002 mengalami penurunan
daerah endemis DBD yang paling menjadi 78%. Apabila dibandingkan
banyak ditemukan kasus yaitu 943 dengan standar nasional angka
kasus dan 16 meninggal dunia (IR = tersebut masih berada dibawah
23,3 per 100.000 penduduk). Sampai standar yaitu 95%, yang berarti
dengan bulan April 2004 telah terjadi kepadatan jentik nyamuk di Kota
773 kasus dengan angka kematian 7 Palembang masih cukup tinggi.
kasus (CFR = 0,91% dan IR = 9,78 Tahun 2001 ketika ABJ menunjukkan
per 100.000 penduduk). Angka bebas angka 82% diperoleh data 816 kasus
jentik di Propinsi Sumatera Selatan DBD dan pada tahun 2002 ketika ABJ
pada triwulan I tahun 2004 adalah mengalami penurunan menjadi 78 %
69,3%. Laporan dari Sub Din P2P diperoleh peningkatan 1074 kasus
Dinkes Kota Palembang didapatkan DBD. (5, 7)
data kejadian DBD pada tahun 2000 Indikator dari pemberantasan
sebesar 105,65 per 100.000 vektor adalah angka bebas jentik
penduduk dengan CFR = 1,15%, (ABJ). ABJ merupakan angka bebas
tahun 2001 sebesar 55,12 per jentik yang dapat menggambarkan

Hamzah Hasyim : Pengembangan Model Pemantauan Jentik Nyamuk Aedes Aegepty


Berjenjang
Jurnal Pembangunan Manusia edisi 5

besaran masalah DBD. ABJ tahun pemberantasan sarang nyamuk (PSN)


1998, 1999 dan 2000 relatif sama belum maksimal. Sehingga belum
yaitu sebesar 83,73 %, pada tahun dapat menahan bahkan mengurangi
2001 sedikit menurun menjadi angka kesakitan secara nyata. ABJ
80,60%. ABJ menunjukkan bahwa yang diharapkan dapat membatasi
partisipasi masyarakat terhadap penyebaran DBD adalah 95%. (8-10).

Gambar 1. Insidens Ratio Kasus DBD Di Kota Palembang

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kota Palembang

Berdasarkan informasi yang pemeriksaan jentik nyamuk berkala,


diperoleh dari salah seorang petugas kerumah penduduk sangat terbatas
sanitarian disalah satu Puskesmas, dalam satu wilayah kerja Puskesmas.
yang bersangkutan terkadang Sampai dengan tanggal 18 Januari
merasakan kesulitan dalam 2005, terdapat 59 kasus DBD dan 2
melakukan pemeriksaan jentik orang meninggal dunia. Berita di
nyamuk berkala, karena sumber daya harian Sripo, 20 Januari 2005,
yang terbatas baik sumber dana dan menuliskan dari 14 kecamatan yang
SDM. Pembangunan Puskesmas ada di Palembang, Kecamatan
ditingkat kelurahan, berdasarkan Sukarame merupakan Kecamatan
pendekatan wilayah yaitu yang yang paling banyak kasus DBD. Peran
memiliki jumlah penduduk berkisar serta masyarakat sangat diperlukan
30.000 jiwa.(11) sedangkan petugas dan diharapkan, pemerintah tidak bisa
puskesmas yang melakukan bekerja sendiri. dalam menangani

Hamzah Hasyim : Pengembangan Model Pemantauan Jentik Nyamuk Aedes Aegepty


Berjenjang
Jurnal Pembangunan Manusia edisi 5

penyakit DBD, tanpa peran serta cerminan upaya penanggulangan


masyarakat penanggulangan DBD DBD berbasis masyarakat yang
tidak akan tercapai. Mengatasi DBD proaktif, efektif dan efesien serta tidak
harus dimulai dari rumah sendiri, hanya mengandalkan upaya PSN
Lingkungan RT, Lurah dan yang bersifat top-down, yang pada
Kecamatan. Oleh karena itu akhirnya tercipta sistem kegiatan dan
pendekatan pemberantasan penyakit pelaporan proaktif, dari masyarakat ke
DBD yang berwawasan kepedulian pihak terkait maupun ke petugas
masyarakat merupakan salah satu kesehatan, sebagai bentuk sinergisme
alternatif pendekatan baru. pemerintah dan masyarakat dalam
Berdasarkan latar belakang diatas penanggulangan kasus DBD.
perlu dilakukan pengembangan model Khusus
pemantauan jentik nyamuk aedes 1. Diperolehnya gambaran keadaan
egypti berjenjang, sebagai alternatif awal dan potensi masyarakat
metode penanggulangan DBD dilokasi penelitian.
berbasis masyarakat, melalui 2. Diperolehnya peningkatan KAP
peningkatan partisipasi ibu rumah (knowledge, attitude, practice)
tangga dalam pemberantasan sarang meliputi peningkatan pengetahuan
nyamuk (PSN) sebagai vektor (knowledge) pemeriksaan jentik
penularnya nyamuk berkala, manfaat dari index
larva, peningkatan keterampilan
Tujuan (practice) memberikan abate pada
Umum semua tempat perindukan sarang
Diperolehnya pengembangan nyamuk (potential breeding places)
model pemantauan jentik nyamuk serta sikap positif (atitude) terhadap
aedes egypti berjenjang, sebagai PSN DBD, melalui kegiatan
alternatif metode penanggulangan penyuluhan dan pelatihan DBD
DBD berbasis masyarakat, melalui pada ibu rumah tangga.
peningkatan partisipasi ibu rumah 3. Diperolehnya sistem pelaporan
tangga dalam pemberantasan sarang berjenjang terhadap angka bebas
nyamuk (PSN) sebagai vektor jentik (ABJ) nyamuk aedes aegypti,
penularnya, yang merupakan melalui multilevel monitoring ABJ

Hamzah Hasyim : Pengembangan Model Pemantauan Jentik Nyamuk Aedes Aegepty


Berjenjang
Jurnal Pembangunan Manusia edisi 5

nyamuk aedes aegypti, sebagai pemberdayaaan berbasis masyarakat


bagian dari kegiatan yang efektif dan efesien melalui
pemberdayaaan berbasis monitoring dan evaluasi (monev)
masyarakat yang efektif dan sistem pelaporan. Seluruh item
efesien. kegiatan melibatkan mahasiswa
PSKM FK UNSRI yang bertindak
Metodologi selain sebagai panitia gabungan
Jenis Penelitian kegiatan penyuluhan dan pelatihan
Dilakukan penelitian menggunakan DBD, juga sebagai supervisor
Action Research, melalui beberapa kegiatan lapangan yang
tahapan kegiatan yaitu ; pertama keberadaannya sagat membantu
telaah data sekunder dilakukan upaya monev sistem multilevel
pemilihan lokasi berdasarkan kasus monitoring ABJ nyamuk aedes
terbanyak DBD, Preliminary survey aegypti.
keadaan dan potensi masyarakat
melalui kegiatan Focus Group Populasi dan Sampel
Discussion (FGD), untuk mengetahui Populasi adalah jumlah
permasalahan dan potensi yang keseluruhan dari unit analisis yang
terdapat dilokasi penelitian. ciri-cirinya akan diduga (14) Populasi
Dilanjutkan dengan kegiatan pada penelitian ini adalah ibu-ibu di
penyuluhan dan pelatihan DBD pada Kelurahan Sukamaju Kota
ibu rumah tangga, untuk mengetahui Palembang. Teknik pengambilan
efektifitas kegiatan terhadap sampel pada penelitian ini yaitu
peningkatan variabel pengetahuan, purposive sampling. Kriteria inklusi
sikap dan tindakan. Dilakukan pre dan yang digunakan adalah ibu rumah
post test pada kelompok sampel, yang tangga dengan pendidikan akhir
dibandingkan berasal dari subjek yang minimal SD, telah berdomisili
sama. (12, 13). Dilanjutkan follow up diwilayah kegiatan selama 1 tahun,
melalui sistem pelaporan berjenjang aktif dalam kegiatan dasawisma/sosial
(multilevel monitoring) terhadap angka kemasyarakatan lainnya serta
bebas jentik (ABJ) nyamuk aedes bersedia mengikuti paket penyuluhan
aegypti, sebagai bagian dari kegiatan dan pelatihan. Berdasarkan kriteria

Hamzah Hasyim : Pengembangan Model Pemantauan Jentik Nyamuk Aedes Aegepty


Berjenjang
Jurnal Pembangunan Manusia edisi 5

diatas, diperoleh 30 sampel penelitian Sukabangun. Hasil dari kegiatan


ibu rumah tangga. diperoleh informasi bahwa masyarakat
Instrument memandang kasus DBD adalah
Preliminary survey menggunakan ancaman bagi kesehatan yang perlu
instrument FGD. Digunakan mendapatkan upaya penanggulangan,
instrument kuesioner PSP tetapi tidak banyak yang mengetahui
(pengetahuan, sikap dan perilaku) bahwa penyebab utama kasus DBD,
berisi sejumlah pertanyaan tertulis berasal dari kehadiran jentik nyamuk
yang digunakan untuk memperoleh aedes aegypti yang ada disekitar
informasi dari responden pada lingkungan mereka. Masyarakat perlu
kegiatan kegiatan penyuluhan dan bantuan melalui kegiatan kegiatan
pelatihan DBD (15). Serta instrument penyuluhan dan pelatihan DBD pada
teknologi formulir pemeriksaan jentik ibu rumah tangga. Setelah itu
(FPJ I III), terhadap angka bebas ditentukan hari kegiatan dengan
jentik (ABJ) nyamuk aedes aegypti melibatkan panitia gabungan antara
untuk melakukan monev multilevel mahasiswa PSKM FK UNSRI dan ibu
monitoring rumah tangga terpilih dilokasi
kegiatan. Pola ini dilakukan agar
Hasil nuansa kegiatan murni dari
(Focus Group Discussion) FGD masyarakat, sementara pihak PSKM
Penanggulangan demam berdarah FK UNSRI semata hanya sebagai
dilakukan melalui kerjasama dua fasilitator kegiatan, yang merupakan
belah pihak yaitu organized salah satu wujud organized
government respons dan organized community respons, diperlukan
community respons. (16). Salah satu tindakan serempak melalui organized
bentuk organized community respons government respons antara lain
adalah melakukan Preliminary survey sebagai fasilitator kegiatan
keadaan dan potensi masyarakat penyuluhan dan pelatihan DBD,
melalui kegiatan FGD yang dimana masyarakat tetap terlibat aktif
melibatkan masyarakat dalam hal ini sebagai panitia, sekaligus follow up
adalah pada ibu rumah tangga, serta kegiatan nantinya.
tokoh masyarakat antara lain Lurah

Hamzah Hasyim : Pengembangan Model Pemantauan Jentik Nyamuk Aedes Aegepty


Berjenjang
Jurnal Pembangunan Manusia edisi 5

Penyuluhan dan pelatihan sebagai bagian dari kegiatan


Dilakukan Kegiatan penyuluhan pemberdayaaan berbasis masyarakat
dan pelatihan DBD pada ibu rumah yang efektif dan efesien melalui
tangga, untuk mengetahui efektifitas monitoring dan evaluasi (monev)
kegiatan, terhadap variabel penelitian sistem pelaporan, melalui keterlibatan
yaitu tingkat pengetahuan, sikap dan mahasiswa PSKM FK UNSRI yang
tindakan. Dilakukan pre dan post test sebagai supervisor kegiatan lapangan
pada kelompok sampel, yang keberadaannya sagat membantu
menggunakan kuesioner PSP. Dari uji upaya monev multilevel monitoring.
beda dua mean dependen atau paired Ibu rumah tangga diajarkan
t test, diperoleh kesimpulan ada pengisian form pemantauan jentik
perbedaan antara tingkat (FPJ I, II dan III), yang merupakan
pengetahuan, sikap dan tindakan suatu terobosan teknologi baru,dalam
responden antara pengukuran hal hasil pemeriksaan jentik berkala
pertama dan kedua (Pv < 0,05), yang (PJB) berbasis masyarakat, karena
bermakna kegiatan ini berguna untuk dilakukan secara multilevel monitoring
peningkatan tingkat pengetahuan, oleh masyarakat ke instusi terkait.
sikap dan tindakan responden. Dari Dari setiap Form pemeriksaan jentik
hasil tersebut dilakukan upaya (FPJ) akan didapatkan ABJ untuk
peningkatan pengetahuan ibu rumah tingkatan keluarga mengunakan FPJ I,
tangga melalui kegiatan pengisian ABJ untuk tingkatan RT/RW
form pemeriksaan jentik nyamuk yang mengunakan FPJ II serta ABJ untuk
akan dievaluasi secara berkala dan tingkatan kelurahan dengan
perhitungan infestasi A. aegypti mengunakan FPJ III, seperti gambar
dengan menggunakan index larva. terlampir

Pelaporan berjenjang (multilevel Pembahasan


monitoring) (Focus Group Discussion) FGD
Dilanjutkan follow up melalui sistem Kegiatan FGD pada ibu rumah
pelaporan berjenjang (multilevel tangga, selaku masyarakat target
monitoring) terhadap angka bebas kegiatan merupakan upaya yang
jentik (ABJ) nyamuk aedes aegypti, cukup penting untuk memperoleh

Hamzah Hasyim : Pengembangan Model Pemantauan Jentik Nyamuk Aedes Aegepty


Berjenjang
Jurnal Pembangunan Manusia edisi 5

informasi mendalam tentang masalah jangka panjang, diharapkan mampu


yang dialami dan potensi yang dimiliki mendorong masyarakat untuk mandiri
oleh masyarakat, sehingga alaternatif dalam menjaga kesehatan melalui
pemecahan masalah nantinya murni kesadaran yang lebih tinggi dengan
berasal dari dan untuk masyarakat, mengutamakan aspek promotif dan
yang merupakan cerminan kegiatan preventif, tanpa mengabaikan aspek
pemberdayaan keluarga berbasis kuratif dan rehabilitatif. (20)
masyarakat. Intervensi Kegiatan penyuluhan dan
pemberantasan penyakit DBD pelatihan
umumnya diterapkan secara top-down Pemberdayaan masyarakat adalah
di Indonesia, antara lain dengan segala upaya fasilitasi yang bersifat
pemberantasan sarang nyamuk non-instruktif guna meningkatkan
(PSN), fogging massal yang pengetahuan dan kemampuan
dilakukan 2 siklus, pemberantasan masyarakat atau keluarga agar
terhadap jentik nyamuk dengan cara mampu mengidentifikasi masalah,
abatisasi selektif 4 kali setahun dan merencanakan dan melakukan
untuk penanggulangan kejadian luar pemecahannya dengan
biasa (KLB) bagi daerah endemis dan memanfaatkan potensi setempat dan
non endemis dilakukan fogging fasilitas yang ada baik dari instansi
khusus. (17-19). Pemberantasan DBD lintas sektoral maupun LSM dan tokoh
yang telah diterapkan dirasakan masyarakat. Potensi setempat yang
proporsi sifat kegiatannya, relatif dimaksud antara lain ; Community
masih kurang dari aspek leaders, Community organizations,
pemberdayaan masyarakat. Untuk itu Community fund, Community material,
perlu suatu konsep yang mengusun Community knowledge, Community
penerapan paradigma baru dalam technology dan Community decision
pembangunan kesehatan, yaitu making. Tujuan pemberdayaan
Paradigma Sehat, sebagai suatu masyarakat adalah untuk
upaya untuk lebih meningkatkan memberdayakan individu, keluarga
kesehatan masyarakat yang bersifat dan masyarakat khususnya dalam
proaktif. Paradigma sehat sebagai bidang kesehatan agar dapat
model pembangunan kesehatan memelihara, meningkatkan dan

Hamzah Hasyim : Pengembangan Model Pemantauan Jentik Nyamuk Aedes Aegepty


Berjenjang
Jurnal Pembangunan Manusia edisi 5

melindungi kesehatannya sendiri dan diharapkan bantuan tersebut, dapat


lingkungannya menuju masyarakat dikelola dan dikembangkan sendiri
yang mandiri dan produktif. oleh peserta. Untuk mencapai tujuan
Pemberdayaan masyarakat akan yang telah ditetapkan, maka
menghasilkan kemandirian responden diberi materi penyuluhan
masyarakat dengan demikian dan pelatihan meliputi materi ;
pemberdayaan masyarakat perilaku a. aegypti, epidemiologi
merupakan proses sedangkan penyakit DBD, penatalaksanaan
kemandirian masyarakat merupakan kasus DBD berbasis keluarga, deteksi
hasilnya. Jenis intervensi yang cukup dini pengawasan jentik nyamuk dan
penting adalah Family-Based Health teknik pemberian abate, community
Education dan Personal-Based Health diagnosis melalui siklus pemecahan
Education.(16, 21) dalam hal ini masalah (problem solving cycle)
dilakukan kegiatan penyuluhan yang dan manajemen pengorganisasian
bertujuan memperdalam pemahaman pemberantasan penyakit menular
peserta mengenai pemberantasan DBD. Penyampaian materi
DBD berbasis keluarga. Setelah menggunakan gabungan metode
penyuluhan dilakukan kegiatan ceramah, tanya jawab, diskusi
pelatihan dengan menugaskan kelompok, simulasi/demonstrasi dan
peserta mengisi form pemeriksaan penugasan serta test kognitif dan
jentik nyamuk yang akan dievaluasi psikomotorik. Nara sumber kegiatan
secara berkala, sebelumnya dilakukan dilakukan melalui kolaborasi lintas
demonstrasi untuk melakukan sektor. Kedepan diharapkan lokasi
pemeriksaan jentik nyamuk dan teknik kegiatan dapat menjadi daerah binaan
pemberian abate sesuai standar yang sekaligus daerah percontohan tentang
telah ditetapkan pada pelbagai tempat kemandirian ibu rumah tangga dalam
perindukan nyamuk (Potential penanggulangan DBD melalui
Breeding Places). Pemberian kerjasama lintas sektor.
bantuan abate saat kegiatan
penyuluhan dan pelatihan adalah
semata-mata untuk stimulan awal
kegiatan, dimasa yang akan datang

Hamzah Hasyim : Pengembangan Model Pemantauan Jentik Nyamuk Aedes Aegepty


Berjenjang
Jurnal Pembangunan Manusia edisi 5

Pelaporan berjenjang (multilevel hebatnya infestasi Aedes aegypti


monitoring) disuatu daerah, antara lain digunakan
Gerakan PSN dalam memberantas index larva (House index, Container
sarang nyamuk aedes aegypti, telah Index dan Breteu Index) (9) Setiap 3
dibuktikan negara Kuba dalam bulan atau pada saat-saat tertentu,
memberantas demam kuning. (8, 19, misalnya bila ada wabah kader/warga
22). Setiap kelompok kerja (Pokja) masyarakat terlatih melakukan PJB
PJB didampingi oleh satu orang nyamuk sekurang-kurangnya 30
mahasiswa, yang berperan sebagai rumah tiap lingkungan/RW. Pemilihan
supervisor kegiatan. Hasil dapat dilakukan dengan cara acak,
pelaksanaan pergerakan PSN oleh lalu masing-masing RT yang terpilih
masyarakat di level keluarga, RT/RW diperiksa 10 rumah atau dipilih 2-3
dipantau secara berjenjang kelompok rumah secara acak untuk semua RT,
kerja operasional (pokjanal) DBD. ketua kelompok kerja DBD mengelola
Hasil pergerakan PSN yang tidak hasil pemeriksaan jentik menjadi
meningkat atau masih tetap rendah, angka bebas jentik (ABJ) dan
disampaikan pada pertemuan berkala mengisikannya dalan formulir laporan
pokja DBD ABJ atau dirangkaikan pemeriksaan jentik (FPJ I) DBD.
pada saat melakukan kegiatan sosial Index larva selain memiliki nilai
lainnya, serta perlu dibahas prediktif juga bermanfaat bagi
masalah/kesulitan yang dihadapi perencanaan dan evaluasi
dalam menggerakan masyarakat keberhasilan program, oleh karena itu
dalam PSN dan cara mengatasinya. ditekankan benar akan perlunya
Laporan pokja DBD disampaikan penilaian kuantitatif tentang jumlah
kepada ketua pokja diteruskan ke vektor persatuan luas atau persatuan
supervisor untuk laporan kepada populasi orang (8, 23). Menurut
pemerintah kelurahan. Pelaporan Pichon et.al (1968), bila Breteu index
berjenjang (multilevel monitoring) (BI) kurang dari lima, penyakit
dengan melakukan pemeriksaan jentik dengeu tidak akan ditularkan. Bila BI
nyamuk dari tiap perindukan nyamuk, lebih dari 50, maka daerah dengan
mengunakan form pemeriksaan jentik index tersebut berada dalam bahaya
(FPJ I, II dan III). Sebagai ukuran penularan penyakit dengeu.

Hamzah Hasyim : Pengembangan Model Pemantauan Jentik Nyamuk Aedes Aegepty


Berjenjang
Jurnal Pembangunan Manusia edisi 5

Wilayah yang dilakukan PJB ancaman bagi kesehatan yang


sebaiknya dipetakan, (terutama perlu mendapatkan upaya
jalan/gang) agar dapat dibagi menurut penanggulangan bersama, tetapi
tenaga yang tersedia. Pemetaan tidak banyak yang mengetahui
dapat menggunakan aplikasi Sistem bahwa penyebab utama kasus
Informasi Geografis (SIG). Melalui DBD, berasal dari kehadiran jentik
aplikasi SIG dapat diperoleh data nyamuk aedes aegypti yang ada
spasial (data grafis) yaitu peta wilayah dilingkungan mereka. Masyarakat
administrasi DBD (daerah endemik, perlu bantuan melalui kegiatan
sporadik, potensial atau bebas), kegiatan penyuluhan dan pelatihan
lokasi kasus tersangka dan DBD pada ibu rumah tangga.
aksesbilitas fasilitas kesehatan atau 2. Dari uji beda dua mean dependen
pos laboratorium DBD/DSS. Data non atau paired t test, pada kegiatan
spasial (atribut) seperti jumlah kasus penyuluhan dan pelatihan DBD
DBD perbulan, perwilayah. Tingkat pada ibu rumah tangga, diperoleh
ABJ dirumah pertriwulan, tempat kesimpulan ada perbedaan antara
perindukan vektor Aedes aegypti, tingkat pengetahuan, sikap dan
sebaran epidemiologis, kondisi tindakan responden antara
demografi (kepadatan, mobilitas, pengukuran pertama dan kedua
perilaku, penduduk), kondisi geografi (Pv < 0,05), yang bermakna
(ketinggian dari permukaan laut, curah kegiatan ini berguna untuk
hujan, angin, kelembabam, suhu peningkatan tingkat pengetahuan,
udara, musim) sebagai visualisasi sikap dan tindakan responden
kasus dan faktor resiko penyakit DBD 3. Dari hasil kegiatan sistem
dalam perspektif ekosistem (1, 24, 25) pelaporan berjenjang (multilevel
monitoring) menggunakan teknologi
Kesimpulan dan saran formulir pemeriksaan jentik (FPJ I
Kesimpulan III), terhadap angka bebas jentik
1. Dari hasil Preliminary survey (ABJ) nyamuk aedes aegypti,
melalui kegiatan FGD, diperoleh diperoleh hasil 77 rumah yang
kesimpulan bahwa masyarakat diperiksa terdapat 5 rumah yang
memandang kasus DBD adalah positif jentik aedes aegypti,

Hamzah Hasyim : Pengembangan Model Pemantauan Jentik Nyamuk Aedes Aegepty


Berjenjang
Jurnal Pembangunan Manusia edisi 5

sehingga ABJ di Kelurahan masyarakat ke pihak terkait


Sukabangun pertanggal 14 mei maupun ke petugas kesehatan,
2006 adalah 93,5% sebagai bentuk sinergisme
pemerintah dan masyarakat dalam
Saran. penanggulangan kasus DBD.
1. Penanggulangannya demam Sehingga diharapkan dapat
berdarah dilakukan melalui memutuskan proses metamorfosa
kerjasama dua belah pihak yaitu nyamuk Aedes aegypti, yang
organized government respons otomatis akan menurunkan
dan organized community respons. kejadian penyakit DBD
pengembangan model dimasyarakat.
pemantauan jentik nyamuk aedes 2. Sistem pelaporan berjenjang
egypti berjenjang, sebagai (multilevel monitoring) angka
alternatif metode penanggulangan bebas jentik (ABJ) melalui
DBD berbasis masyarakat, melalui pendampingan mahasiswa
peningkatan partisipasi ibu rumah sebagai supervisor, merupakan
tangga dalam pemberantasan terobosan dalam hal PSN DBD.
sarang nyamuk (PSN) sebagai Setiap orang menjadi pemantau
vektor penularnya, merupakan jentik dirumahnya masing-masing,
cerminan upaya penanggulangan yang tentunya akan jauh lebih
DBD berbasis masyarakat yang efesien dan efektif dibanding
proaktif, efektif dan efesien serta menggunakan tenaga pemantau
tidak hanya mengandalkan upaya jentik yang mendapatkan
pemberantasan sarang nyamuk honorarium bulanan, seperti yang
yang bersifat top-down, agar diadakan di DKI Jakarta.
kegiatan dapat berjalan sustain,
memerlukan fasilitasi serta Daftar pustaka
pengawasan dari pelbagai pihak 1. Hasyim Hamzah. Aplikasi Sistem
Informasi Geografis Dalam
yang berkompeten, (motivasi dan Pemetaan Vektor Aedes Aegypti
bimbingan teknis), yang pada (Tinjauan Manajemen
Pemberantasan Penyakit Demam
akhirnya tercipta sistem kegiatan Berdarah Dengue Berbasis
dan pelaporan proaktif dari Wilayah). Simposium Nasional

Hamzah Hasyim : Pengembangan Model Pemantauan Jentik Nyamuk Aedes Aegepty


Berjenjang
Jurnal Pembangunan Manusia edisi 5

Vektor Dan Reservoir Penyakit, Dengeu. Jakarta.: Ditjen PPM dan


Menuju Indonesia Sehat 2010; PL.; 2002.
2005; Puslitbang Ekologi
Kesehatan, Balitbang, Depkes, 10. Dep.Kes RI. Petunjuk
Jakarta; 2005. pelaksanaan pemberantasan
sarang nyamuk demam berdarah
2. WHO. Demam Berdarah Dengue dengeu oleh juru pemantau jentik
Diagnosis, Pengobatan, (jumantik). Jakarta: Dirjen
Pencegahan dan Pengendalian. . P2M&PL; 2004.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC;
1998. 11. Effendy Nasrul. Dasar-Dasar
Keperawatan Kesehatan
3. Depkes.R.I. Profil Pemberantasan Masyarakat Jakarta: EGC; 1998.
Penyakit Menular & Penyehatan
Lingkungan PPM & PL 2003 12. Riwidikdo Handoko. Statistik
Jakarta: Direktorat Jenderal Kesehatan. Yogyakarta: Mitra
Pengendalian Penyakit dan Cendikia Press; 2007
Penyehatan Lingkungan; 2004.
13. Hastono Sutanto Priyo. Modul
4. Kandung I Nyoman. Manual Analisa Data. Departemen
Pemberantasan Penyakit Menular. Biostatistika dan Informatika
Jakarta: Dit.Jen P2M dan PL, Kesehatan, FKM-UI, Depok; 2002.
Depkes RI; 2000.
14. Singarimbun Masri dan Sofian
5. Dinkes Kota Palembang. Profil Effendi. Metode Penelitian Survei.
Kesehatan Kota Palembang. Jakarta: LP3ES; 1995.
Dinkes Kota Palembang; 2005.
15. Arikunto Suharsimi. Prosedur
6. Dinkes Prov SumSel. Profil Penelitian Suatu Pendekatan
Kesehatan Provinsi Sumatera Praktik. V ed. Jakarta: Rineka
Selatan. Provinsi Sumatera Cipta; 2002.
Selatan: Dinkes Provinsi Sumatera
Selatan; 2005. 16. Dep.Kes RI. Penerapan Promosi
Kesehatan Dan Pemberdayaan
7. Muyono. Hubungan Iklim Dengan Keluarga Panduan Bagi Petugas
Kejadian Penyakit Demam Kabupaten Dan Kota. Jakarta:
Berdarah Dengeu Dikota DIRJEN KESMAS Direktorat
Palembang Tahun 1998-2002. PROMKES; 2000.
Depok: Indonesia; 2004.
17. Sungkar Saleha. Pemberantasan
8. Dep.Kes RI. Pencegahan Dan Vektor Demam Berdarah Dengeu.
Pemberantasan Penyakit Demam Majalah Kedokteran Indonesia.
Dengeu Dan Demam Berdarah 2005;55(5).
Dengeu. Jakarta.: WHO, Depkes
RI; 2003. 18. Herman Nadesul. Penyebab,
Pencegahan Dan Pengobatan
9. Dep.Kes RI. Pedoman Survei Demam Berdarah. Jakarta: PT
Entomologi Demam Berdarah

Hamzah Hasyim : Pengembangan Model Pemantauan Jentik Nyamuk Aedes Aegepty


Berjenjang
Jurnal Pembangunan Manusia edisi 5

Pustaka Pembangunan Swadaya 23. Kusnoputranto Haryoto.


Nusantara; 1996. Kesehatan Lingkungan. FKM UI;
2000.
19. Dep.Kes RI. Penyusunan
Rencana Strategis Program 24. Tris Eryando. Sistem informasi
Pemberantasan Sarang Nyamuk geografis Dan Pemanfaatannya Di
Demam Berdarah Dengeu Bidang Kesehatan. FKM UI; 2005.
Kabupaten Kota. Jakarta: Dirjen
P2M&PL; 2002. 25. Zainudin. Analisis Spasial
Kejadian Penyakit Demam
20. Hasyim Hamzah. Menggapai Berdarah Dengue (DBD) di Kota
paradigma sehat Sriwijaya Post. Bekasi Tahun 2003. Depok: UI;
2005. 2005.

21. UNICEF Dep.Kes RI dan. 26. Achmadi Umar Fahmi.


Panduan Umum Pemberdayaan Manajemen Penyakit Berbasis
Masyarakat,. Jakarta: Dep.Kes RI Wilayah. Jakarta: Kompas; 2005.
dan UNICEF; 1999. 27. Dep.Kes RI. Panduan Umum
Pemberdayaan Masyarakat.
22. Rita Kusriastuti. Together Picket Jakarta Dep.Kes RI; 1999.
; Community Activities In Dengeu
Source Reduction In Purwokerto 28. Dep.Kes RI. Mengerakkan
City, Central Java Indonesia. Masyarakat Dalam PSN DBD.
Dengeu Bulletin, WHO. 2004;7. Jakarta Dep.Kes RI; 1996.

Hamzah Hasyim : Pengembangan Model Pemantauan Jentik Nyamuk Aedes Aegepty


Berjenjang

Anda mungkin juga menyukai