Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembesaran prostat jinak (PPJ) atau disebut juga benign prostatic

hyperplasia (BPH) adalah hiperplasia kelenjar periuretral prostat yang akan

mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer, sering diketemukan pada pria usia

lanjut. Meskipun jarang mengancam jiwa, namun keluhannya sangat menggangu

aktivitas sehari-hari ( Akbar, 2008; Olumi & Richie, 2004).

Tahun 1963, Takahashi dan Ouchi adalah orang pertama yang

menggambarkan prostat dengan penggunaan Transrectal Ultrasound (TRUS)

untuk mengevaluasi prostat. Tampilan kelainan patologis dengan TRUS pertama

kali digambarkan oleh Watanabe et al. (1967) dengan menggunakan frekuensi

transduser 3,5 MHz. Dengan penggunakan ultrasonografi semakin pesat,

kemajuan teknologi ultrasonografi semakin berkembang. Tuntunan penggunaan

TRUS dalam mengevaluasi penyakit prostat pun bertambah. Pada pertengahan

1980, TRUS menjadi standar diagnostik pada bidang urologi dan radiologi.

Sekarang, alat yang digunakan memakai transduser dengan frekuensi antara 3,5

MHz sampai 10 MHz dengan frekuensi optimal 7 MHz. Akhirnya transduser

transrektal dengan berbagai bentuk dan ukuran banyak tersedia dengan diameter

antara 1,2 cm sampai 2 cm (Anonymous, 2012).

Ultrasonografi dapat bermanfaat mengukur volume prostat dan penuntun

pada saat dilakukan biopsi. Ultrasonografi transabdominal dengan full bladder

biasanya dapat memperlihatkan dan memungkinkan mengukur volume prostat.

15
16

Pengukuran volume prostat yang lebih akurat dapat dilakukan dengan

ultrasonografi transrektal (Roehrborn et al., 2001).

Meskipun secara klinis kurang bermanfaat karena gejala, komplikasi dan

terapi PPJ tidak berhubungan dengan volume prostat. Namun kadang kadang

urolog membutuhkan pengukuran volume prostat untuk membantu memutuskan

apakah akan dilakukan retropubic prostatectomy atau standar transurethral

prostatectomy (Kabala et al., 2002; Akbar, 2008).

Kelenjar prostat merupakan organ pria yang sering mengalami kelainan.

Kelainan yang terjadi adalah pembesaran prostat yang bersifat jinak disebut

pembesaran prostat jinak (PPJ). Pembesaran prostat jinak atau lebih dikenal

sebagai benign prostatic hyperplasia (BPH) sering diketemukan pada pria usia

lanjut (Pakasi, 2009). Istilah BPH sebenarnya merupakan istilah histopatologis,

yaitu terdapat hiperplasia sel-sel stroma dan sel-sel epitel kelenjar prostat.

Hiperplasia dimulai pada zona transisi kelenjar prostat (Beckman & Mynderse,

2005). Pembesaran prostat jinak ini dapat dialami oleh sekitar 70% pria di atas

usia 60 tahun. Angka ini akan meningkat hingga 90% pada pria di atas 80 tahun

(McVary, 2006).

Diagnosis PPJ masih merupakan tantangan besar dikarenakan kriteria

diagnosis tidak selalu nyata pada pria dengan gejala saluran kemih bawah (lower

urinary tract symptoms atau LUTS). Ukuran prostat tidak pasti berkorelasi dengan

LUTS dan beberapa kondisi selain PPJ dapat menyebabkan LUTS (Beckman &

Mynderse, 2005).
17

Pemeriksaan melalui metode non invasif terbagi menjadi 2 kategori :

pengukuran non urodinamik dan urodinamik non invasif. Pengukuran non

urodinamik antara lain post void residual urine (PVR), Prostate Specific Antigen

(PSA) dan pengukuran yang diperoleh dari pemeriksaan ultrasonografi seperti

volume prostat, ketebalan dinding kandung kemih, berat kandung kemih (bladder

weight) dan protrusi prostat (Reis et al., 2008). Pemeriksaan ultrasonografi

transabdominal merupakan salah satu modalitas pemeriksaan noninvasif di

bidang urologi terutama pada PPJ. Selain itu pemeriksaan ini nyaman, mudah,

akurat dan ketersediaanya luas di tempat pelayanan kesehatan (Ali & Mochtar,

2009; Aganovic et al., 2012).

Pembesaran prostat bermanifestasi dengan perkembangan protrusi prostat

ke dalam kandung kemih. Pembesaran prostat lobus medius dan lobus lateral akan

memberikan gambaran protrusi pada pemeriksaan ultrasonografi transabdominal.

Protrusi ini menyebabkan obstruksi mekanik akibat fenomena ball valve, protrusi

prostat akan menjadi semacam katup yang akan menutup leher kandung kemih

pada setiap buang air kecil. Protrusi prostat tidak hanya berhubungan dengan

obstruksi urin tetapi juga memberikan informasi keparahan dari obstruksi tersebut

(Reis et al., 2008; Aganovic et al., 2012). Protrusi prostat menjadi komponen

yang penting dalam meramalkan obstruksi infravesika, penilaian perkembangan

penyakit dan kebutuhan akan intervensi bedah (Aganovic et al., 2012).


18

B. Perumusan Masalah

1) Seringnya permintaan pemeriksaan ultrasonografi transrektal pada pasien PPJ

oleh pihak urologi, namun kebanyakan pasien merasakan kurang nyaman.

2) Pemeriksaan pencitraan ultrasonografi transrektal kurang menyenangkan

aplikasinya terhadap pasien serta persiapan pasien yang lebih kompleks bila

dibandingkan dengan pemeriksaan ultrasonografi transabdominal.

3) Pemeriksaan pencitraan ultrasonografi transabdominal merupakan

pemeriksaan awal dan pilihan untuk menilai abnormalitas pada pasien dengan

kecurigaan PPJ. Pengukuran parameter-parameter pemeriksaan ultrasonografi

beragam dan parameter baru juga ditemukan.

4) Mengingat ultrasonografi transabdominal lebih menyenangkan penggunaanya

dan ketersediaan alatnya lebih mudah didapatkan, serta persiapan pasien yang

lebih sederhana dibanding ultrasonografi transrektal.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasar latar belakang yang diuraikan di atas menjadikan dasar

pemikiran bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan penelitian sebagai

berikut: Adakah perbedaan bermakna antara volume prostat yang diukur

menggunakan ultrasonografi transabdominal dengan pemeriksaan ultrasonografi

transrektal pada pasien dengan pembesaran prostat jinak ?


19

D. Keaslian Penelitian

Penulis menemukan laporan penelitian (tabel 1) yang berkaitan dengan

pemeriksaan utrasonografi transabdominal dengan ultrasonografi transrektal pada

pasien pembesaran prostat jinak. Penelitian-penelitian tersebut juga menjadi bahan

referensi pada penelitian ini.

Tabel1. Penelitian-penelitian terkait pemeriksaan utrasonografi transabdominal


dengan ultrasonografi transrektal pada pasien pembesaran prostat jinak.
Tahun/ Subyek Topik Hasil
Peneliti
Kim et 94 pasien Hubungan metode pengukuran Memiliki korelasi yang bermakna antara
al., 2008 normal, volume prostat antara transabdominal dan transrektal tetapi
dengan atau pemeriksaan ultrasonografi tidak bermakna pada tiga dimensi US
tidak transabdominal, transrektal dan pengalamanan pemeriksa sangat
pembesaran dan tiga dimensi menentukan volume prostatnya.
prostat ultrasonografi Pada penelitian ini dilakukan
pemeriksaan ultrasonografi tiga dimensi
Chung et 100 pasien Membandingkan pengukuran Tidak ada perbedaan bermakna secara
al.,2004 dengan BPH volume prostat antara statistik volume prostat antara
transabdominal sonography pemeriksaan ultrasonografi
dan transrectal sonography transabdominal dengan transrektal
Pada penelitian ini, menggunakan
rancang bangun korelasi, sedangkan
penelitian penulis menggunakan rancang
bangun analitik komparatif numerik
berpasangan.
Ozden et 100 pasien Analisa pengukuran volume Memiliki hubungan yang sangat
al., 2002 dengan BPH prostat antara suprapubik dan bermakna antara suprapubik dan
transrektal, Apakah transrektal pada volume prostat < 50 mL
pemeriksaan ultrasonografi (r=0,77;P<0.001) atau > 50 mL
transrektal perlu dilakukan (r=0,90;P<0.001).
dalam mengukur volume Pada penelitian ini, menggunakan
prostat ? rancang bangun korelasi, sedangkan
penelitian penulis menggunakan rancang
bangun analitik komparatif numerik
berpasangan
Park et 60 pasien Penentuan volume prostat Pengukuran volume prostat dengan
al.,2000 yang akan di dengan membandingkan transrektal secara transaksial lebih akurat
prostatekto pengukuran transaksial dan dibandingkan dengan midsagital dan
mi radikal midsagital berdasarkan USG mendekati volume prostat
transrektal dan volume prostat sesungguhnya. Pada penelitian
sesungguhnya ditekankan tentang tehnik cara
pemeriksaan transabdominal
dibandingkan dengan hasil operasi.
20

Penelitian yang mengukur perbedaan volume prostat antara pemeriksaan

ultrasonografi transabdominal dengan pemeriksaan ultrasonografi transrektal pada

pasien dengan pembesaran prostat jinak menurut sepengetahuan penulis belum

pernah dilakukan di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta. Sejauh pengetahuan penulis

belum ada di temukan penelitian yang dipublikasi di Indonesia.

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menilai perbedaan antara ukuran volume

prostat pada pemeriksaan utrasonografi transabdominal dibandingkan dengan

pemeriksaan ultrasonografi transrektal pada pasien pembesaran prostat jinak.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi pelayanan kesehatan :

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi dokter di

pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang Urologi dan Radiologi.

Pemeriksaan ultrasonografi transabdominal merupakan pemeriksaan yang

mudah, murah, tidak invasif dan ketersediaanya luas, diharapkan dengan

penelitian ini dapat membantu klinisi dalam proses diagnosis, terapi dan

evaluasi pada pasien dengan pembesaran prostat jinak.

2. Bagi masyarakat umum :

Pembesaran prostat jinak sering dialami oleh pria lanjut usia.

Penelitian ini diharapkan membantu masyarakat yang membutuhkan

pelayanan kesehatan khususnya di bidang Urologi. Masyarakat diharapkan

mendapatkan pelayanan kesehatan yang profesional dan pada akhirnya

mengurangi morbiditas pada masyarakat.


21

3. Bagi peneliti :

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan

wawasan peneliti khususnya dalam pemeriksaan ultrasonografi bidang

urologi, sehingga peneliti dapat memahami teknik yang benar, parameter

pemeriksaan USG, informasi yang diperlukan bagi teman sejawat lain

dalam bidang urologi.

4. Bagi pendidikan :

Penelitian ini merupakan sarana proses pendidikan khususnya

dalam melatih cara bepikir dan meneliti peserta didik.

5. Bagi pengembangan penelitian :

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu dasar

untuk penelitian-penelitian selanjutnya di bidang Urologi dan Radiologi,

khususnya pada pemeriksaan pencitraan ultrasonografi.

Anda mungkin juga menyukai