Ked (406071030)
BAB XXXI
GANGGUAN TIDUR PADA LANJUT USIA
TUJUAN BELAJAR
TUJUAN KOGNITIF
Setelah membaca bab ini dengan seksama, maka anda sudah akan dapat :
1. Mengatahui fisiologi tidur normal pada dewasa muda dan lanjut usia.
2. Mengetahui jenis jenis gangguan tidur pada lanjut usia.
2.1. Mengetahui penyebab penyebab dari masing masing jenis gangguan tidur pada
lanjut usia.
3. Mengatahui bagaimana mendiagnosa gangguan tidur pada lanjut usia.
4. Mencegah terjadinya gangguan tidur pada lanjut usia.
4.1 Mengidentifikasikan depresi yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan tidur.
4.2 Menilai keseimbangan pola hidup dan aktivitas untuk menghindari terjadinya
gangguan tidur.
5. Mengetahui pendekatan diagnostik dan penatalaksanaan gangguan tidur.
TUJUAN AFEKTIF
Setelah membaca ini dengan penuh perhatian, maka penulis mengharapkan anda sudah
akan dapat :
1. Mencegah terjadinya gangguan tidur pada lanjut usia.
2. Mencoba hal hal lain selain obat obatan yang dapat digunakan sebagai
penanggulangan gangguan tidur yang terjadi pada lanjut usia.
3. Memberi obat obat yang sesuai dan tidak berlebihan.
I. PENDAHULUAN
Tidur bagi manusia adalah hal yang sangat penting, karena tidur
mengendalikan irama kehidupan kita sehari-hari. Jika kita kurang tidur atau
mengalami gangguan dalam tidur, maka hari-hari kita akan menjadi lambat dan
kurang bergairah. Sebaliknya tidur yang cukup dan berkualitas akan membantu
kita memiliki energi dan gairah dalam menjalani aktifitas sehari-hari. Setiap
manusia menghabiskan seperempat sampai sepertiga dari kehidupannya untuk
tidur. Menurut penelitian, hampir setiap manusia pernah mengalami masalah
tidur. Satu dari tiga orang dilaporkan mengalami gangguan tidur dan satu dari
sembilan orang memiliki masalah tidur yang cukup serius. Karena beberapa
masalah tidur dapat diatasi oleh individu yang bersangkutan dan yang lain
memerlukan bantuan dokter, maka self diagnosis (diagnosis diri) menjadi sangat
penting.
Tidur merupakan fenomena alamiah manusia yang mendasar dan
merupakan suatu kebutuhan tubuh untuk sementara waktu mengistirahatkan kerja
organ dan memperbaiki sel-sel jaringan yang rusak. Tidur juga bermanfaat bagi
otak untuk memperbaiki keseimbangan metabolisme kalori, mengatur
keseimbangan tubuh, memperbaiki imunitas tubuh dan mengkonsolidasikan
kembali fungsi kognitif dan emosi.
Definisi tidur yaitu suatu ketidaksadaran dimana orang dapat
dibangunkan dengan rangsang sensoris atau rangsang lain yang tepat.
Ketidaksadaran pada waktu tidur berbeda dengan ketidaksadaran pada waktu
anestesi yang dalam, ketidakaktivan total dari system aktivasi retikularis dalam
keadaan sakit (koma), dan kegiatan aktivasi retikularis yang berlebihan pada
epilepsi umum.
Tidur pada manusia juga dipengaruhi oleh faktor hormonal misalnya
kortisol. Hormon ini akan menurun pada sore hari menjelang malam, dimana
dibutuhkan tidur untuk mengembalikan ke kadar semula, yang akan dibutuhkan
pada pagi harinya agar seseorang dapat melakukan aktivitas selanjutnya.
Tidur yang baik membutuhkan total waktu tidur yang cukup seperti
halnya tidur yang sesuai dengan irama sirkadian (irama yang seirama dengan
rotasi bola dunia). Masalah pengaturan pola tidur pada usia lanjut biasanya
meliputi; sulit untuk tidur, tidur dalam yang sebentar, bangun terlalu pagi dan
total waktu tidur yang sedikit. Kebiasaan tidur yang buruk seperti waktu bangun
yang tidak teratur dan seringnya tertidur pada siang hari pada lanjut usia bisa
menjadi faktor predisposisi untuk terjadinya insomnia. Minuman yang
mengandung caffeine dan alkohol bisa mempengaruhi pola tidur.
Faktor usia merupakan faktor terpenting yang berpengaruh terhadap
kualitas tidur, dimana keluhan terhadap kualitas tidur berjalan seiring dengan
penambahan usia. Sebagian besar lanjut usia memiliki resiko gangguan tidur
yang disebut dyssomnia yang dapat terbagi menjadi bermacam gangguan dengan
penyebabnya dan juga parasomnia.
II. EPIDEMIOLOGI
Wanita memiliki prevalensi yang tinggi terhadap gangguan tidur:
Kesulitan tidur (> 65 tahun) .Pria 10 %, Wanita 18 %.
Gangguan tidur sering terjadi pada pasien-pasien yang berada di rumah sakit
dan penghuni rumah perawatan.
Pola tidur berubah seiring dengan usia, tetapi perubahan dapat ditandai
dengan perubahan fisik atau psikologi.
Gambar 1. Hypnograms memerlihatkan perbedaan karakter tidur pada orang muda dan
orang tua. Dibandingkan dengan orang muda, Orang tua cenderung memiliki onset tidur
yang lama, tidur yang terfragmentasi, bangun terlalu dini di pagi hari dan menurunnya tidur
tahap 3 dan 4.
Aktivitas otak selama tidur dapat direkam melalui gelombang otak pada
Elektroensephalogram (EEG), gerakan bola mata Elektrookulogram (EOG), dan
tonus otot pada Elektromiogram (EMG).
Tidur adalah proses yang amat diperlukan oleh manusia untuk terjadinya
pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak (natural
healing mechanism), memberi waktu organ tubuh untuk beristirahat maupun
untuk menjaga keseimbangan metabolisma dan biokimiawi tubuh. Hal penting
yang terjadi pada saat kita tidur adalah menurunnya frekuensi gelombang otak.
Jadi dengan memahami proses penurunan frekuensi gelombang otak,
kita dapat melihat bahwa tidur memiliki beberapa tahapan, mulai dari kondisi
relaksasi (gelombang alpha), tidur dengan mimpi (adanya REM Rapid Eye
Movement) atau dalam kondisi kreatif yaitu gelombang theta, dan tidur lelap
tanpa mimpi pada frekuensi gelombang delta. Jika kita dapat mengatur frekuensi
gelombang otak kita sampai pada taraf gelombang delta, kita tidak memerlukan
waktu tidur yang panjang, tetapi tidur yang berkualitas yaitu lelap tanpa mimpi.
Jika kita sering berada dalam kondisi relaksasi, maka kita tidak memerlukan
banyak tidur. Ketegangan dan stress membuat kita membutuhkan banyak tidur,
namun justru dalam kondisi tersebut kita menjadi susah tidur.
Sadar : EEG rekaman menunjukan rekaman dengan gelombang yang
berfrekuensi 8-13 siklus per detik (spd), disebut juga sebagai gelombang alfa.
Adapun fase tidur normal dibagi 2 fase:
1. REM (Rapid Eye Movement) :
Tidur REM ditandai dengan pergerakan bola mata yang cepat, refleks tendon
yang melemah atau menghilang, tekanan darah dan pernapasan meningkat, dan
mimpi biasanya terjadi pada stadium ini.
2. NREM (Non Rapid Eye Movement) dibagi kedalam 4 tahap :
Tidur tahap 1 : EEG memperlihatkan gelombang bervoltase rendah,
berkurang gelombang alfa dan munculnya gelombang yang
berfrekuensi lebih lambat tanpa adanya gelombang tidur
( sleep spindle ).Pada tahap ini tonus otot berkurang, kelopak
mata menutup dan tampak gerakan bola mata ke kanan dan
ke kiri.Tahap ini berlangsung 3-5 menit dan stimulus ringan
sudah dapat membangunkannya.
Tidur tahap 2 : Tidur memasuki tahap ke dua bilamana tampak gelombang
tidur (sleep spindle )pada EEG. Gelombang ini berupa
gelombang cepat bervoltase tinggi, frekuensi 14-18 spd
dengan latar belakang gelombang lambat(3-6 spd) bervoltase
rendah. Otot bola mata berhenti bergerak, tetapi tonus otot
tetap terpelihara.
Tidur tahap 3 dan 4 : EEG memperlihatkan gelombang delta yang berfrekuensi
1-2 spd dengan voltase tinggi. Gelombang delta pada tahap
4 lebih banyak dari pada tahap 3.
Keempat tahap tidur dilalui dalam 70 - 100 menit pertama setelah
seseorang mulai tidur. Pada tahap REM sebagian besar mimpi dapat diingat
kembali bila orang terbangun, sebaliknya pada tahap tidur Non-REM, hanya
sebagian kecil yang dapat diingat kembali. Selama tidur itu, tidur REM dan
NREM terjadi bergantian 4-6 kali. Jumlah tidur tahap 3, 4 dan REM makin
berkurang sesuai dengan makin meningkatnya usia. Pada lanjut usia, tidur REM
terbagi secara merata sepanjang malam dan tahap 3 dan 4 yang sangat pendek,
bahkan sering tidak ada sama sekali.
Diuretics
Herbal remedies
Histamine H2 blockers
Levodopa
Nicotine
Sympathomimetics
Kebiasaan tidur yang Buruk
Depresi dan kecemasan biasa terjadi pada pasien lanjut usia yang
mengalami kesulitan tidur. Depresi sering berhubungan dengan pola
terbangun pada tengah malam atau bangun terlalu pagi, meskipun pasien
dengan fase depresi dari gangguan tidur bipolar (penyakit manik depresi)
dapat juga mengalami tidur yang berlebihan. Kecemasan biasanya
berhubungan dengan kesulitan untuk memulai tidur. Dari berbagai
penyebab, gangguan tidur juga dapat terjadi sekunder akibat ganngguan
sistem saraf pusat. Insomnia sering disertai demensia multi infark,
Alzheimer, delirium, dan demensia lainnya. Meskipun penurunan fungsi
yang dihubungkan dengan kondisi ini ringan, perpindahan kedalam
lingkungan baru seperti Rumah Sakit atau Rumah Perawatan dapat
menimbulkan disorientasi. Pada malam hari saat sedikit yang dapat dilihat,
pasien dapat mengalami disorientasi dan agitasi (sun downing). Merupakan
hal yang terpenting lainnya adalah menyingkirkan sebab-sebab metabolic
atau toksik seperti infeksi atau uremia.
- Gangguan medis
Adanya gejala gejala yang berhubungan dengan gangguan medis yang
dapat mengganggu tidur pada lanjut usia. Penyakit kronik yang disebabkan
proses degeneratif atau rheumatoid arthritis adalah sebab yang biasa
menyebabkan pasien terbangun saat tidur. Penyakit jantung Kongestif
(CHF), Asma dan COPD dapat menyebabkan pasien sesak dan terbangun
pada malam hari (nocturnal dyspnea), Makroglosia yang berhubungan
dengan Hipertiroid juga dapat mempengaruhi nafas pada malam hari
melalui obstruksi atau sumbatan saluran nafas bagian atas, dan sakit
kencing manis yang tidak terkontrol juga dapat mempengaruhi tidur karena
seringnya buang air kecil pada malam hari
- Penggunaan obat-obatan, alkohol, dan zat lain
Meskipun tidak terduga, alkohol, kafein dan obat-obatan sering
menimbulkan insomnia. Walaupun minuman beralkohol sering digunakan
untuk merangsang tidur, waktu paruh yang pendek dapat menyebabkan
seseorang terbangun pada malam hari. Pasien dengan alkoholik kronis
sering merasakan insomnia selama berbulan-bulan walaupun telah
mencapai keadaan tidak mabuk yang menyebabkan mengganti alkohol
dengan agen sedative lain. Pasien-pasien yang menerima pengobatan sedatif
atau obat-obatan hipnotik untuk periode waktu tertentu , merasakan bahwa
mereka tidak dapat tidur tanpa obat tersebut bahkan cenderung untuk
menambah dosis obat. Hal ini merupakan masalah toleransi yang akan
lebih bermasalah pada obat yang sudah lama ditemukan seperti barbiturate,
gluthethymide (doriden), metyprylon (noludar), dan ethchlorvinol
(ploacydil) jika dibandingkan dengan benzodiazepine yang baru. Walaupun
demikian masih banyak pasien menggunakan obat-obat tersebut.
Penghentian penggunaan obat-obatan secara bertahap penting untuk
memperbaiki tidur, tetapi tetap diperlukan perawatan untuk menghindari
delirium atau serangan. Insomnia dapat juga berhubungan dengan
penggunaan obat psikostimulan , seperti amphetamine atau methylphenidate
, setara dengan penggunaan minuman yang mengandung kafein , seperti
kopi. Penentuan pengobatan dapat mempengaruhi tidur . Theophyline dan
obat serupa yang digunakan untuk mengobati penyakit pernafasan juga
dapat merangsang dan pasien dengan gangguan pernafasan dapat dengan
mudah menggunkan obat obatan inhalasi secara berlebih. Beberapa obat
VI. DIAGNOSIS
Faktor faktor yang harus menjadi pertimbangan pada waktu mengevaluasi
mengenai gangguan tidur pada orang tua.
Apakah pasien mengeluh tidur yang berlebihan, ketiakmampuan untuk tertidur pada
waktu jam tidur, Bangun yang terlalu dini atau kombinasi dari gejala-gejala diatas?
Apakah total waktu tidur tidak cukup dan apakah percobaan tidur pada waktunya tidak
sinkronise dengan irama sirkardian ?
Apakah stressor atau factor lingkungan, Seperti suara anjing, bunyi telepon, terlalu terang
atau suhu yang tidak nyaman di kamar tidur?
1. Riwayat
a. Riwayat tidur
b. Riwayat psikiatri
Karena banyaknya gangguan tidur yang behubungan dengan atau memiliki
komponen psikiatri, dokter harus menanyakan tentang kecemasan atau
depresi, terapi psikiatri sebelumnya, riwayat keluarga dengan gangguan tidur
atau perubahan personalitas kepribadian sekarang (dapat terjadi
hipersomnia). Dalam hal ini, respon keluarga terhadap gangguan tidur perlu
diperhatikan.
c. Riwayat pengobatan
Gejala yang berhubungan dengan kardiovaskuler, pernafasan, otot
rangka dan gangguan endokrin yang dapat mempengaruhi tidur seperti
diindikasikan di bawah ini :
1. Kardiovaskular
Riwayat sesak di malam hari, sakit dada atau berdebar-debar
menimbulkan dugaan bahwa insomnia berhubungan dengan penyakit
kardiovaskular.
2. Paru-Paru
Batuk menetap, wheezing, dan rasa tidak nyaman yang disebabkan
retensi CO2 dan hipoksia (seperti pada COPD) dapat menimbulkan
insomnia pada pasien lanjut usia. Sleep Apnea kadang-kadang
berhubungan dengan penyakit paru kronik.
3. Otot Rangka
Rasa sakit disebabkan penyakit sendi dapat mencetuskan kesulitan tidur
atau dapat membangunkan pasien di malam hari. Pasien lanjut usia dapat
mengalami kram kaki pada malam hari yang mengganggu tidur.
4. Endokrin
Agitasi berhubungan dengan hipertiroid atau seringnya kencing malam
hari akibat control yang kurang baik dari DM (disfungsi kandung kemih
yang berhubungan dengan DM) dapat menyebabkan Insomnia.
5. Susunan Saraf Pusat
Pasien dan keluarganya harus ditanya tentang kehilangan memori atau
perburukan penilaian untuk mengidentifikasi demensia awal sebagai
sebab insomnia.
2. Pemeriksaan Fisik
Perhatian khusus harus dilakukan pada pasien-pasien dengan gangguan
pernapasan, kardiovaskuler dan gangguan Endokrin.
a. Pemeriksaan Psikiatri
Pasien perlu diperiksa untuk tanda-tanda depresi, kecemasan, dan gangguan
pikiran. Depresi serius yang terjadi dan menetap dalam bentuk kesedihan,
diduga disebabkan oleh 4 atau lebih hal yang disebutkan, yaitu: gangguan
tidur (biasanya insomnia, jarang hipersomnia), kehilangan minat, kondisi
menyalahkan diri sendiri yang berlebihan, penurunan energi, ketidak
mampuan berkonsentrasi, pengurangan selera makan, kemunduran
psikomotor, ide-ide bunuh diri.
b. Pemeriksaan Medis
1. Penyakit Kardiovaskular
Tanda-tanda seperti udem perifer, pembesaran jantung, pulmonary rates
dan pulsasi yang tidak teratur dapat merupakan indikasi bahwa penyakit
jantung menyebabkan insomnia.
2. Penyakit pernapasan
Bukti adanya obstruksi jalan napas yang kronik (sianosis pemanjangan
fase ekspirasi, wheezing, barrel chest, nail clubbing) dapat menyebabkan
insomnia atau sleep apnea.
3. Penyakit otot rangka
Yang ditandai dengan bengkak, lunak dan sakit pada pergelangan sendi.
4. Penyakit endokrin
Dapat ditandai dengan pulsasi yang cepat dan kulit yang kering yang
merupakan bentuk hipertiroid. Kencing manis dapat diduga dengan
adanya perubahan pada retina atau bukti adanya neuropati.
5. Demensia atau gangguan neurologist sentral
Dapat memberi kesan dengan bukti adanya kekurangan memori,
kemunduran penilaian dan kemunduran dalam mengemukakan hal yang
abstrak. Screening test yang berguna adalah MMSE (Mini Mental State
Examination)
.
VII. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan insomnia :
Tujuan penatalaksanaan pada pasien insomnia :
- Menghentikan ketergantungan obat tidur.
- Meningkatkan pelaksanaan hygiene tidur.
- Memperbaiki gangguan tidur spesifik, contohnya :
# Nocturnal myoklonus
# Obstruktif sleep apnea
# Central sleep apnea
- Memperbaiki keadaan yang menganggu tidur.
- Memonitor respon terapi secara obyektif.
Populasi lanjut usia merupakan kelompok terbesar dalam menggunakan obat
hipnotik untuk mengatasi masalah-masalah mereka. Seharusnya tindakan
penggunaan obat tidak digunakan sebagai usaha terakhir tetapi terapi
nonfarmakologis harus didahulukan terlebih dahulu sebelum terapi farmakologis.
A. Terapi Non Farmakologis
B. Terapi Farmakologis
Hipnotik
Pada pemakaian pertama obat hipnotik , memang cenderung mengurangi
jeda- jeda pemutus tidur dan memungkinkan orang untuk lebih cepat jatuh
tertidur lebih lama . Kebanyakan obat- obatan hipnotik mengurangi tidur
REM.
Alkohol
Telah lama dikenal berfungsi sebagai hipnotik tua yang selektif
bila diminum dalam jumlah yang tidak banyak , akan tetapi bila berlebih,
maka alkohol akan menginduksi tidur , namun kemudian dapat
menyebabkan gangguan pada tidur.
L- Triptofan
Merupakan asam amino alamiah yang terdapat dalam susu ,
daging , dan beberapa sayur hijau . terdapat beberapa bukti bahwa L-
Triptofan dapat menginduksi tidur bila diminum dalam dosis 1 gram
dimalam hari.
Benzodiazepin
Dalam pemberian Benzodiazepin harus dapat diresepkan dalam
jumlah kecil (misalnya jumlah yang cukup untuk pemberian minggu saja
untuk setiap kali pemberian), dan pengulangan resep harus dihindari .
Pasien harus diingatkan agar supaya berhati hati dalam beraktivitas
sehari hari seperti menyetir , dan lain sebagainya agar tidak
membahayakan dirinya sendiri . Berikan dosis efektif yang sekecil
mungkin . Benzodiazepin tidak akan mempengaruhi gangguan emosional
dasar yang menyertai insomnia kronis.
Golongan ini akan mengganggu pertimbangan social , gampang agresif
dan resiko bunuh diri meningkat. Obat obatan ini di metabolisme dihati
dan beberapa diantaranya menghasilkan metabolit metabolit aktif yang
ekskresinya dari tubuh lebih lambat dibanding dengan senyawa asalnya.
Semua obat ini perlu digunakan secara hati hati apabila pasien memiliki
gangguan pada fungsi hati, khususnya obat- obatan yang mengalami
oksidasi.
Pada lanjut usia metabolisme Benzodiazepin berlangsung lebih lambat
dan perlahan dan metabolit yang terkonjugasi di ekskresi lebih lambat
karena penurunan fungsi ginjal dengan pertambahan usia . Dengan
demikian , efek obat ini akan lebih nyata pada lanjut usia . Pada
pemberian hipnotik ini sebaiknya diberikan saat perut dalam keadaan
kosong , karena adanya makanan akan memperlambat absorbsi. Keluhan
utama sindrom putus obat adalah kecemasan , depresi, perubahan
persepsi , perasaan depersonalisasi dan nausea. Insomnia sering terjadi
suatau gejala akibat putus obat.
Diazepam 5 30 mg
Obat ini baik diberikan pada dosis tunggal dimalam hari sebelum
tidur. Metabolit utamanya , dismentil diazepam , mempunyai waktu
paruh yang panjang . Hal ini membuat diazepam terutama bermanfaat
pada insomnia yang disebabkan oleh neurosis cemas . Dapat pula terjadi
perasaan melayang saat bangun tidur setelah mabuk pada malam
sebelumnya (hangover)
Klorazepat dikalium
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur
Periode 06 April 2009 09 Mei 2009 127
Gangguan Tidur Pada Lanjut Usia Nancy Sujono, S. Ked (406071030)
Klonazepam
Dosis yang diberikan 0, 252 mg menjelang tidur , mengatasi
mioklonus malam hari.
Flurazepam
Secara eksklusif didasarkan sebagai obat untuk mengatasi
insomnia . Hasil dari uji klinis terkontrol telah menunjukan bahwa
flurazepam mengurangi secara bermakna waktu induksi tidur, jumlah dan
lama terbangun selama tidur, maupun lamanya tidur . Mula mula efek
hipnotik rata- rata 17 menit setelah pemberian obat secara oral dan
berakhirnya hingga 8 jam . Efek residu sedasi disiang hari terjadi pada
sebagian besar penderita , untuk metabolik aktifnya yang masa kerjanya
panjang , karena obat itu obat ini cocok untuk pengobatan insomnia
jangka panjang dan jangka pendek disertai gejala anxietas di siang hari.
Efek sampai pusing , vertigo , ataksia , dan gangguan keseimbangan
terutama pada lanjut usia dan penderita yang keadaannya lemas.
Flurazepam dikontraindikasikan pada wanita hamil . Penderita juga perlu
diperingatkan terhadap kemungkinan efek adiktif oleh alkohol sehari
setelah pemberian flurazepam. Dosis oral untuk induksi tidur dewasa 30
mg pada waktu tidur ( bagi beberapa penderita cukup 15 mg , pada lanjut
usia dan penderita yang keadaanya lemas 15 mg ).
Flurazepam dan Nitrazepam
Sebaiknya dihindari karena dapat menimbulkan akumulasi dalam
tubuh , metabolik aktif , dan aktivitas di siang hari
Obat-obat jenis lain :
a) Amitriptilin, doksepin, dotiepin atau nianserin, cocok diberikan
kepada insomnia yang disertai depresi. Semua obat golongan ini
tergolong sedative. Efek samping pada jantung mungkin tidak
diharapakan pada kelompok usia pertengahan dan lanjut usia.
b) Kloralhidrat 500-2000 mg di malam hari merupakan hipnotik
yang popular, efektif dan terjangkau harganya. Obat ini terutama
bermanfaat pada lanjut usia karena kecil potensinya untuk terjadi
ketergantungan fisik atau psikis. Kloralhidrat tidak menyebabkan
perasaan kacau dan hanya sedikit mempengaruhi siklus tidur. Bekerja
dalam waktu 30 menit dan efeknya berlangsung hingga 8 jam.
Dimetabolisme oleh hati dan diekskresi oleh ginjal, sehingga tidak boleh
digunakan pada penyakit hati dan ginjal. Dapat terjadi gastrirtis dan ruam
kulit. Obat ini dikontraindikasikan pada penderita gastritis dan tukak
peptic.
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur
Periode 06 April 2009 09 Mei 2009 128
Gangguan Tidur Pada Lanjut Usia Nancy Sujono, S. Ked (406071030)
3. Narkolepsi
Tidur siang secara teratur dan tidur malam yang lebih panjang dapat
membantu mencegah serangan tidur di siang hari dan sedikitnya mengurangi
frekuensinya.
Psikoterapi individual atau kelompok baik dari pasien atau keluarga yang
dapat membantu dan memahami segala sesuatu yang berhubungan dengan
penyakit dan kecacatannya.
Untuk mengatasi berbagai aspek yang berbeda dari sindroma ini diperlukan
pengobatan yang berbeda pula. Kebanyakan penderita mengeluh bahwa
serangan tidur di siang hari adalah yang paling menggangu dalam hidup
mereka.
Kafeine, ephedrine dan antikonvulsan tidak memiliki tempat dalam
pengobatan narkolepsi.
Metilfenidat 80 mg / per hari peroral dapat digunakan untuk mengatasi rasa
mengantuk di siang hari. Dosis awal biasanya 5 mg per oral pada jam 8, 12,
dan jam 4 sore. Obat ini memiliki masa kerja yang singkat. Absorpsinya
berkurang oleh makanan, oleh karena itu harus diberikan 1 jam sebelum atau
sesudah makan.
Imipramin 10 25 mg dalam dosis terbagi selama siang hari, digunakan
untuk mengatasi gejala Narkolepsi lainnya. Dosis rendah lebih efektif untuk
katapleksi dari pada untuk pengobatan depresi.
Pemberian bersama Metilfenidat dan Imipramin dapat digunakan untuk
mengatasi serangan tidur dan gejala-gejala penyertanya.
Fenelzin dipakai untuk pengobatan narkolepsi yang resisten dan mengatasi
semua gejala pada gangguan ini.
Protriptiline diberikan sebagai dosis tunggal sebelum tidur.
Propanolol 240 480 mg / hari peroral efektif mengatasi serangan tidur
pada narkolepsi.
4. Transient Insomnia
Mungkin tidak diperlukan obat, akan tetapi apabila pasien memerlukan nya dapat
diberikan derivat benzodiazepine yang bekerja cepat seperti Triazolam dan
Lorazepam, yang juga cepat hilang dari tubuh. Pasien cukup diberi pil saja, sering
tidak perlu diobati sampai seminggu.
7. Parasomnia
Aktivitas motorik termasuk gerakangerakan menendang di tempat tidur atau
tidur berjalan dapat diatasi dengan obat REM suppressant seperti antidepresan
trisiklik dan monoamin oksidase inhibitor. Akan tetapi obat ini beresiko membuat
lemah pada pasien lanjut usia. Hal yang penting adalah memindahkan benda-
benda yang berbahaya dan mebel yang ujungnya tajam dari sekitar pasien dengan
kondisi ini.
VIII. KESIMPULAN
Gangguan tidur pada lanjut usia seringkali berhubungan dengan gangguan
medis dan gangguan psikiatrik lainya, seringkali tidak terdiagnosis secara pasti dan
tidak di terapi dengan baik sebagai mana mestinya. Untuk itu diperlukan
peningkatan pengetahuan dan pemahaman tentang gangguan tidur (insomnia)
khususnya pada lanjut usia. Dengan mengetahui dan memahami berbagai jenis
gangguan atau penyakit tidur kita dapat mengambil langkah yang diperlukan.
Sepanjang masih bisa diatasi sendiri dengan teknik-teknik manajemen diri
(relaksasi dan pemrograman bawah sadar, meditasi, dan pola hidup yang sehat dan
seimbang), maka kita sebenarnya dapat menjadi bagian dari solusi masalah yang
kita hadapi. Untuk gangguan atau penyakit yang serius seperti narcolepsy maupun
apnea, kita harus berkonsultasi dengan dokter ahli, karena mengabaikan gangguan
tersebut dapat berakibat fatal (mematikan) bagi penderita.
Pemeriksaan yang cermat sangat penting untuk menetapakan apakah
penderita gangguan tidur mengalami sleep disorder atau sleep disturbance. Peran
dokter dan perawat untuk mengambil riwayat gangguan, riwayat medik-psikiatrik,
penggunaan obat sebelumnya, catatan observasi tidur maupun rekaman tidur
sangat membantu penegakkan diagnosa dan pemberiaan tatalaksana yang tepat
Adapun cara yang baik untuk mendapatkan tidur yang baik :
1. Buat jadwal coba untuk mengatur jadwal bangun dan tidur setiap harinya tepat
waktu, hari libur pun termasuk.
2. Olah raga setiap hari, tetapi jangan sebelum tidur.
3. Hindari caffeine, rokok dan alkohol .
4. Cobalah meluangkan waktu untuk relaksasi sesaat sebelum tidur, bisa dengan
berendam air panas atau membaca buku.
5. Cobalah untuk melihat matahari pagi, tidak perlu keluar ruangan tapi bisa
dengan membuka jendela. Karena matahari membantu mengaktifkan dan
mereset biological clock.
6. Pastikan ruangan yang ditempati tidak terlalu dingin dan tidak terlalu panas.
Untuk menjawab kasus insomnia pada umumnya ada beberapa hal yang
disarankan untuk dilakukan.
Pertama, penderita insomnia harus pergi ke dokter terlebih dahulu. Hal ini sangat
penting untuk mendeteksi apakah yang bersangkutan memiliki gangguan penyakit
fisik yang berdampak terhadap gangguan tidur. Sebab sebagaimana dikatakan di
atas bahwa terdapat penyakit fisik tertentu yang menyebabkan gangguan insomnia.
Jika demikian adanya maka pengobatan dilakukan dengan terapi fisik.
Kedua, jangan mudah menggunakan obat tidur tanpa berdasarkan anjuran dokter.
Jika hal ini dilakukan maka justru insomnia akan tetap resistan. Dalam hal ini perlu
diingat bahwa kalangan terapis justru senantiasa berusaha menghindari
penggunaan obat-obatan. Sebab, pemakaian obat tidur acapkali hanya sebagai
pereda sementara, sehingga jika habis waktu berlakunya maka yang bersangkutan
akan kembali insomnia.
Ketiga, hindari mengkonsumsi barang-barang terlarang, semacam minuman keras,
narkotika, dsb. Sebab hal tersebut akan mengganggu fungsi organ tubuh dan
persarafan secara normal.
Keempat, lakukan makan ataupun minum secara wajar baik dari kualitas,
kuantitas, ataupun waktunya. Hindari minum kopi saat menjelang jam tidur, sebab
kopi mengandung unsur kofein sehingga merangsang saraf untuk sulit tidur.
Hindari makan terlalu kenyang atau terlalu sedikit, karena hal tersebut akan
menyebabkan perut merespons secara tidak normal.
Kelima, aturlah lingkungan kamar tidur secara efektif dan efisien, termasuk lampu
tidur yang memenuhi syarat. Sebab kondisi lingkungan tertentu, semisal suara
bising, lampu sangat terang, akan mengganggu konsentrasi tidur.
Keenam, jika penderita insomnia memang telah mengetahui bahwa penyebabnya
adalah aneka problematika kehidupan maka selesaikan terlebih dahulu secara
sempurna. Berpikirlah rasional bahwa sepanjang badan dikandung badan
manusia mesti memiliki problema. Hadapilah dan selesaikan permasalahan hidup
secara proporsional dengan penuh usaha dan sabar.
Ketujuh, jika akan tidur maka lakukan niat yang kuat dan relaksasi fisik
serileksnya.
DAFTAR PUSTAKA
Budiman R, Insomnia pada Usia Lanjut, Dalam Buku Kumpulan Abstrak/ Makalah,
Healty and Active Ageing Symphosium Successful aging an Emerging
Paradigm of Gerontology : Illness, Crisis and Loss, Jakarta : Kongres
Nasional gerontology, 2004
Setiabudhi T, Gangguan tidur Pada Usia Lanjut, Jakarta: Dalam cermin Dunia
Kedokteran,1997
Walsh D, Insomnia dalam Kapita selekta Penyakit dan terapi, Jakarta: penerbit Buku
Kedokteran EGC, 1997
Wiwie M, Insomnia Pada Usia Senja Deteksi dan Cara Mengatasinya, Dalam Buku
Kumpulan Abstrak/ Makalah, ParadoxicalParadigm Toward Active Ageing,
Jakarta: Kongres Nasional Gerontology.
http://www.neurologychannel.com/sleepdisorders/
http://www.aafp.org/afp/99051ap/2551.html
http://www.medicastore.com/nutracare/isi_calm.php?isi_calm=gangguan_tidur
http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/mandiri/2002/02/1/man01.html
http://www.sinarharapan.co.id/iptek/kesehatan/2004/0730/kes2.html