Anda di halaman 1dari 56

SISTEM KEAMANAN RUANGAN

DENGAN SENSOR LDR DAN HANDPHONE

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan


memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

SYARIF ABDILLAH SITORUS


052408080

PROGRAM STUDI D-3 FISIKA INSTRUMENTASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
ii

PERSETUJUAN

Judul : SISTEM KEAMANAN RUANGAN DENGAN


SENSOR LDR DAN HANDPHONE
Kategori : TUGAS AKHIR
Nama : SYARIF ABDILLAH SITORUS
Nomor Induk Mahasiswa : 052408080
Program Studi : DIPLOMA TIGA (D3) FISIKA INSTRUMENTASI
Departemen : FISIKA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA

Diluluskan di
Medan, September 2008

Diketahui
Departemen Fisika FMIPA USU
Ketua Program Studi D3 FIN Pembimbing

Drs. Syahrul Humaidi, M.Sc. Dra. Justinon, M. Si


NIP : 132 050 870 NIP : 130 877 995

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
iii

PERNYATAAN

SISTEM KEAMANAN RUANGAN


DENGAN SENSOR LDR DAN HANDPHONE

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, September 2008

SYARIF ABDILLAH S.
052408080

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
iv

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhanahuwataala, sang penguasa
langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya. Yang senantiasa melimpahkan
karunia-Nya dan selalu memberikan kemudahan dan kelancaran sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini sesuai waktu yang telah ditetapkan.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah
Sallallahualaihiwassalam sang pembawa petunjuk dan selalu menjadi inspirasi dan
teladan bagi penulis.

Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan ucapan terima kasih
kepada Dekan dan Pembantu Dekan FMIPA USU, Ketua Jurusan DIII Fisika
Instrumentasi Bapak Drs.Syahrul Humaidi,M.Sc. Sekretaris Jurusan Departemen
Fisika Ibu Dra. Justinon,M.Si. sekaligus sebagai Dosen Pembimbing penulis dalam
penulisan dan penyusunan tugas akhir ini yang telah banyak membantu dan
memberikan kepercayaan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
Serta kepada seluruh staf dan Dosen pengajar di Departemen Fisika FMIPA USU
yang telah banyak membantu penulis selama menempuh pendidikan di bangku
perkuliahan.

Tak lupa penulis berikan penghargaan dan penghormatan kepada keluarga


tercinta, Ayahanda Juhari Sitorus dan Ibunda Sumisah, serta Abang Surya Alamsyah
S,SE. dan kakak Safrida Mayasari S,SE. yang telah banyak memberikan bantuan moril
maupun materil selama ini. Spesial buat Sri Hariati Anggraini (Ankgrie) yang telah
memberikan semangat dan motivasi kepada penulis selama ini. Bang Bryan Habsyah
terima kasih atas segala bantuan dan kerja samanya semoga Allah membalasnya
dengan pahala terbaik. Buat sahabat-sahabat seperjuanganku : Agunk, Choir, Citra,
Poetra, Wahyu, dan anak-anak kos M38 2008, terima kasih untuk semua kebaikan
yang kalian berikan, serta untuk seluruh keluarga besar FIN-05. Semoga Allah
Subhanahuwataala melimpahkan kesejahtraan dan keselamatan kepada kita semua.

Penulis menyadari bahwa dalam Laporan Tugas Akhir ini masih banyak
terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun untuk perbaikan dan kesempurnaan Laporan Tugas Akhir ini
dimasa yang akan datang. Semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat kepada
para pembaca dan memberikan suatu inspirasi bagi penerapan teknologi dalam
kehidupan sehari-hari.

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
v

ABSTRAK

Kajian ini bertujuan untuk merancang alat keamanan pada gedung, rumah, ataupun
sebuah ruangan, dengan menggunakan sistem pengendalian dari jarak jauh. Alarm
akan aktif dan handphone akan menghubungi pemiliknya jika ada orang yang masuk.
Menggunakan sensor cahaya yang berguna untuk pengamanan sebuah tempat
penyimpanan barang-barang berbahaya, atau untuk menjaga keamanan suatu tempat
penyimpanan barang berharga dari orang-orang yang tidak berwenang terhadap
barang-barang berharga tersebut. Konsep kerja dari alat ini menerima cahaya sebagai
input LDR yang kemudian diinverter oleh LDR juga, sehingga pada saat ada cahaya
yang diterima oleh LDR1, panggilan ini tidak akan bekerja namun akan bekerja pada
saat tidak ada cahaya yang diterima oleh LDR1. LDR2 digunakan sebagai pemicu
pada rangkaian monostabil timer 555. Untuk melakukan pengendalian ini digunakan
handphone sebagai media komunikasinya. Sinyal dari handphone akan diperkuat oleh
Op Amp dan masuk ke DTMF, kalau ternyata sinyal yang diterima merupakan
kombinasi nada yang sesuai dengan ketentuan, DTMF akan mengeluarkan kode biner
sesuai dengan kombinasi nada tersebut. Keluaran dari DTMF ini akan diproses oleh
mikrokontroller AT89S51. Pada mikrokontroler telah dimasukkan program yang akan
mengeksekusi perintah dari DTMF untuk menjalankan saklar yang terhubung pada
pintu.Dengan cara demikian rumah dapat dipantau dari jarak jauh sehingga keamanan
rumah dapat terjaga.

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
vi

DAFTAR ISI

Persetujuan ............................................................................................................ ii
Pernyataan............................................................................................................... iii
Penghargaan ........................................................................................................... iv
Abstrak ................................................................................................................... v
Daftar isi ................................................................................................................. vi
Daftar Tabel ......................................................................................................... viii
Daftar Gambar ........................................................................................................ ix

Bab I Pendahuluan .......................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................. 2
1.4 Batasan Masalah .................................................................................. 2
1.5 Metode Pengumpulan Data .................................................................. 3
1.6 Sistematika Penulisan .......................................................................... 4

Bab II Landasan Teori ........................................................................................... 6


2.1 LDR Sebagai Sensor Cahaya ............................................................... 6
2.1.1 Gambaran Umum ............................................................... 6
2.1.2 Karakteristik Bahan LDR .................................................. 6
2.1.3 Prinsip Kerja LDR ............................................................. 7
2.2 IC Flip Flop (FF) Atau Timer (CLK) .................................................. 8
2.2.1 Fungsi dari Masing-masing Pin ......................................... 10
2.2.2 Operasi Monostabil ............................................................ 12
2.3 Saklar Relay ......................................................................................... 15
2.4 Mikrokontroler AT89S51 ..................................................................... 17
2.4.1 Kontruksi AT89S51 .......................................................... 19
2.4.2 Pin-pin pada Mikrokontroler AT89S51 ............................ 20
2.4.3 Bahasa Assembly MCS-51 ............................................... 23

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
vii

Bab III Rancangan Sistem .................................................................................. 27


3.1 Diagram Blok Rangkaian ................................................................. 27
3.2 Rangkaian Power Supply .................................................................. 28
3.3 Rangkaian Mikrokontroler AT89S51................................................. 29
3.4 Rangkaian DTMF Dekoder .............................................................. 30
3.5 Rangkaian Pengendali Motor Stepper ............................................... 31
3.6 Rangkaian Monostabil Timer 555 ..................................................... 33
3.7 Rancangan Sebuah Saklar Pemicu .................................................... 35

Bab IV Pengujian Rangkaian ............................................................................. 37


4.1 Pengujian Rangkaian Mikrokontroler AT89S51 ................................ 37
4.2 Pengujian Rangkaian Driver Motor Stepper ...................................... 39
4.3 Pengujian Rangkaian Penguat............................................................ 42
4.4 Pengujian Rangkaian DTMF Dekoder ............................................... 43
4.5 Pengujian Rangkaian Monostabil Timer 555 .................................... 43
4.6 Pengujian Sensor LDR ..................................................................... 44

Bab V Kesimpulan dan Saran ............................................................................ 45


5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 45
5.2 Saran ................................................................................................ 46
Daftar Pustaka ................................................................................................... 47
Lampiran

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Fungsi Pin pada Port 3 AT89S51 ........................................................ 21


Tabel 4.1 Perhitungan Waktu Tunda .................................................................. 38
Tabel 4.2 Logika Memutar Motor Stepper ......................................................... 41
Tabel 4.3 Logika Untuk Membuka Motor Stepper .............................................. 42
Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Rangkaian Penguat ................................................ 42
Tabel 4.5 Hasil Pengujian DTMF Pada Tombol Hand Phone ............................. 43

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sensor Cahaya LDR ...................................................................... 6


Gambar 2.2 Bentuk Fisik Relay .......................................................................... 15
Gambar 2.3 IC Mikrokontroler AT 89S51 .......................................................... 20
Gambar 3.1 Diagram Blok Rangkaian Sistem Pengamanan ................................ 27
Gambar 3.2 Rangkaian Power Supply ................................................................ 28
Gambar 3.3 Rangkaian Mikrokontroler AT89S51 .............................................. 29
Gambar 3.4 Rangkaian DTMF Dekoder ............................................................. 30
Gambar 3.5 Rangkaian Pengendali Motor Stepper ............................................. 32
Gambar 3.6 Rangkaian Monostabil Timer 555 ................................................... 34
Gambar 3.7 Rangkaian Sensor LDR .................................................................. 35
Gambar 4.1 Rangkaian Driver Motor Stepper ..................................................... 39
Gambar 4.2 Perputaran Nilai Pada Accumulator ................................................ 41
Gambar 4.3 Perputaran Perintah Rr .................................................................... 42

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dimasa sekarang ini peradapan manusia tentang moral dan pola pikir sudah banyak

yang menyimpang, sehingga satu sama lain tidak lagi memperdulikan nilai-nilai hak

masing-masing, yang berakibat banyak terjadinya pemindahan hak milik tanpa

sepengetahuan pemilik, atau dalam bahasa kriminalnya pencurian .

Keamanan merupakan suatu hal yang sangat diperlukan oleh seseorang.

Diantaranya adalah keamanan rumah, gedung atau ruangan yang memiliki nilai

penting bagi pemilik. Setiap orang juga menginginkan rasa nyaman jika meninggalkan

tempat yang dianggap penting tersebut dan tetap bisa mengontrolnya tanpa

keterbatasan jarak.

Untuk memberikan rasa aman, pemilik biasanya memberikan alarm pada

tempat-tempat yang diinginkan tersebut, namun itu belum cukup untuk memberikan

rasa aman jika kita berada di luar atau keterbatasan jarak dari tempat kejadian

peristiwa karena pemilik tidak akan mengetahuinya.

1.2. Rumusan Masalah

Dalam masalah tersebut diatas penulis tertarik untuk membuat alat yang dapat

melindungi harta milik dengan penjagaan secara elektronik dan dapat dikendalikan

dari jarak jauh Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk membuat sistem

pengaman yang lebih baik dari sistem pengamanan seperti tersebut di atas dan

mengangkat permasalahan tersebut kedalam bentuk Tugas Akhir dengan judul

Sistem Keamanan Ruangan dengan Sensor LDR dan Handphone

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
2

Sensor cahaya yang berguna untuk pengamanan sebuah tempat penyimpanan

barang-barang berbahaya, atau untuk menjaga keamanan suatu tempat penyimpanan

barang berharga dari orang-orang yang tidak berwenang terhadap barang-barang

berharga tersebut. Sehingga kita dapat beristirahat tanpa was-was.

Pada alat ini akan digunakan sebuah rangkaiam monostabil dengan IC timer

555 dan dengan mikrokontroler AT89S51, sebuah rangkaian DTMF decoder dan

beberapa rangkaian pendukung lainnya.

Mikrokontroler AT89S51 sebagai otak dari system, yang berfungsi

mengendalikan seluruh sistem yang akan dikehendaki. Sensor optik digunakan untuk

mendeteksi adanya bayangan yang melewati areal tertentu, dan DTMF decoder

berfungsi untuk menterjemahkan data tone dari handphone sebagai input password

yang benar.

1.3. Tujuan Penulisan

Penulisan laporan proyek ini bertujuan untuk:

a. Sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan program Diploma Tiga

(D-III) Fisika Instrumentasi FMIPA Universitas Sumatera Utara.

b. Pengembangan kreatifitas mahasiswa dalam bidang ilmu instrumentasi

pengontrolan dan elektronika sebagai bidang yang telah diketahui.

c. Untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari perkuliahan

terhadap realita.

d. Membuat dan mengetahui cara kerja rangkaian sistem keamanan

memanfaatkan LDR dan IC timer 555.

1.4. Batasan Masalah

Pembahasan masalah dalam laporan proyek ini hanya mencakup masalah-masalah

sebagai berikut:

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
3

a. Cara kerja rangkaian yang meliputi analisis rangkaian pada tiap blok, serta

menguraikan secara umum fungsi masing-masing blok.

b. Pemanfaatan sensor optik (LDR) dan IC Timer sebagai suatu komponen pada

rangkaian system keamanan.

c. Pengendalian keamanan dari jarak jauh menggunakan handphone berbasis

basis AT 89S51.

1.5. Metode Pengumpulan Data

Data-data yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini diperoleh melalui beberapa

metode. Adapun metode yang digunakan penulis dalam pengumpulan data adalah

sebagai berikut :

1. Studi kepustakaan.

Penulis mengumpulkan data dan teori yang dibutuhkan dalam penulisan tugas

akhir melalui buku-buku dan referensi lainnya yang berkaitan dengan tugas

akhir ini.

2. Lembar data (Datasheet) komponen yang dipakai pada alat

Lembar data (Datasheet) merupakan data-data yang dikeluarkan oleh produsen

komponen elektronika mengenai fungsi, karakteristik dan data-data penting

lainnya tentang komponen hasil produksi dari produsen komponen elektronika

yang bersangkutan

3. Pengujian Alat.

Data diperoleh setelah alat yang dibuat diuji dan diambil kesimpulan kemudian

dilakukan pengujian tersebut.

4. Berkonsultasi dengan Dosen pembimbing.

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
4

Penulis melakukan konsultasi dengan berdiskusi dan bertanya secara langsung

pada Dosen pembimbing penulis mengenai segala sesuatu yang berhubungan

dengan penulisan tugas akhir ini.

1.6. Sistematika Penulisan


Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman maka penulis membuat

sistematika pembahasan bagaimana sebenarnya prinsip kerja dari sebuah sistem

keamanan ruangan.

BAB I PENDAHULUAN

Dalam hal ini berisikan mengenai latar belakang, tujuan penulisan,

batasan masalah, metode pengumpulan data untuk penulisan tugas

akhir, serta sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini dijelaskan tentang teori pendukung yang digunakan

untuk pembahasan meliputi gambaran umum, prinsip kerja, spesifikasi

dan keunggulan sensor yang digunakan, teori pendukung itu antara lain

tentang power supply, rangkaian monostabil, IC Timer 555, LDR, relay

dan komponen pendukung lainnya.

BAB III RANCANGAN SISTEM

Pada bab ini dipaparkan mengenai rangkaian-rangkaian yang

digunakan pada sistem keamanan dan pengendaliannya dari jarak jauh

yang meliputi prinsip kerja dan fungsi rangkaian.

BAB IV PENGUJIAN RANGKAIAN

Pembahasan rangkaian yang dijalankan serta pengujian rangkaian.

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
5

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan penutup yang meliputi tentang kesimpulan dari

pembahasan yang dilakukan dari tugas akhir ini serta saran apakah

rangkaian ini dapat dibuat lebih efisien dan dikembangkan perakitnnya

pada suatu metode lain yang mempunyai sistem kerja yang sama.

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
6

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 LDR Sebagai Sensor Cahaya

2.1.1 Gambaran umum

Sensor cahaya berfungsi untuk mendeteksi cahaya yang ada di sekitar kita. Sensor

yang terkenal untuk mendeteksi cahaya ialah LDR. LDR adalah singkatan dari light

dependent resistor yaitu resistor yang tergantung pada cahaya.

Gambar 2.1 Sensor Cahaya LDR

LDR digunakan untuk mengubah energi cahaya menjadi energi listrik. Saklar

cahaya otomatis dan alarm pencuri adalah beberapa contoh alat yang menggunakan

LDR. Akan tetapi karena responsnya terhadap cahaya cukup lambat, LDR tidak

digunakan pada situasi dimana intesitas cahaya berubah secara drastis.

2.1.2 Karakteristik bahan LDR

LDR merupakan sebuah sensor jenis semikonduktor yang dibuat dari cadmium

selenoide dan timah sulfida. Sebuah light dependent resistor (LDR) terdiri dari sebuah

piringan bahan semilkonduktor dengan dua buah elektroda pada permukaannya. LDR

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
7

tergantung pada cahaya, artinya nilai tahanannya akan berubah-ubah apabila terkena

cahaya yang diterima.

Dalam gelap atau dibawah cahaya yang redup, bahan piringan hanya

mengandung elektron bebas dalam jumlah yang relatif sangat kecil. Hanya tersedia

sedikit elektron bebas untuk mengalirkan muatan listrik. Hal ini berarti bahwa, bahan

bersifat sebagai konduktor yang buruk untuk arus listrik. Dengan kata lain, nilai

tahanan bahan sangat tinggi.

Di bawah cahaya yang cukup terang, lebih banyak elektron yang melepaskan

diri dari atom-atom bahan semikonduktor ini. Terdapat lebih banyak elektron bebas

yang dapat mengalirkan muatan listrik. Dalam keadaan ini, bahan bersifat sebagai

konduktor yang baik. Semakin terang cahaya yang mengenai bahan, semakin banyak

elektron bebas yang tersedia, dan semakin rendah pula tahanan listrik bahan.

2.1.3 Prinsip Kerja LDR

Prinsip kerjanya bila sinar atau cahaya mengenai permukaan yang kondusif

dari LDR, maka tahanannya menjadi lebih kecil dan arusnya menjadi lebih besar

sedangkan bila tidak ada sinar yang mengenai permukaan maka nilai tahanannya akan

menjadi besar tergantung dari intensitas cahaya yang masuk pada permukaan kondusif

dari LDR.

Sebuah LDR dirangkai seri dengan satu resistor yang nilainya dapat diubah

dan satu resistor yang nilainya tetap. Rangkaian seri ini berfungsi sebagai pembagi

tegangan.

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
8

Saat LDR terkena cahaya tegangan yang ada pada resistor R1 menjadi besar

karena tahanan pada R1 lebih besar dari tahanan LDR akibatnya transistor dalam

keadaan saturasi (jenuh), dan tegangan kolektor TR (Vc) sebesar 0 VOLT. Tegangan

0 Volt ini tidak menggerakan SCR sehingga SCR dalam keadaan off dan relay tidak

bekerja sehingga lampu padam.

Pada saat LDR tidak terkena cahaya maka tegangan yang ada pada R1 menjadi

kecil. Karena nilai tahanan pada LDR menjadi lebih besar daripada tahanan R1.

akibatnya transistor berubah menjadi cut off (terputus) dan tegangan kolektor R1 (Vp)

menjadi sama dengan Vcc. Tegangan ini dapat menggerakkan SCR, sehingga SCR

dalam keadaan ON ( bekerja ) dan dapat mengaktifkan relay.

Cahaya yang masuk menimbulkan tahanan keluaran dan tegangan keluaran

yang besarnya sebanding dengan jumlah cahaya yang masuk. Orde khas pertambahan

penerangan sebesar 0,7 ampere untuk setiap pertambahan setiap 1 fc (foot candle),

cahaya adalah eksponsitas terhadap pertambahan penerangan.

2.2 IC Flip-Flop (FF) atau Timer (CLK)

IC timer 555 adalah salah satu komponen yang sangat luas pengunaannya. Komponen

ini pertama kali diperkenalkan di Inggris oleh Sugnetic, tetapi saat ini sudah

diproduksi hampir setiap pabrik-pabrik semikonduktor.

Disamping penggunaan IC yang serba guna, ia juga memiliki kestabilan yang

sangat baik terhadap perubahan suhu atau temperatur. Pada umumnya IC ini

mempunyai 8 pin ( kaki ) yang terpasang sejajar.

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
9

IC ini banyak digunakan pada rangkaian pembangkit (multivibrator) untuk

memberi umpan atau sumber detak (oscilator) pada IC digital atau untuk keperluan

lain. Misalnya NE 555 untuk alarm multiguna, signal injektor, penguji hubungan,

saklar sentuh, timer lampu FF, frekuensi meter, pengacau frekuensi, otak rangkaian

power amplifier, regulator pada power adaptor (dapat berfungsi seperti IC Power

Amplifier dan Power Adaptor), pengusir serangga, organ elektronik dan lain-lain.

Contoh tipe IC -nya NE 555, NE 556 (dua NE 555), M7555 dan sebagainya.

IC logika biasanya dikendalikan oleh suatu detak (Clock) dari sumber detak

(Oscilator). Periksa bagian-bagian pembangkit detak, misalnya IC NE 555. Untuk

memeriksa keluaran detak dari NE 555, periksa pin 3 dari IC NE 555, sudah

menghasailkan detak berupa pulsa atau belum.

Timer 555 merupakan sebuah IC timer yang bekerja berdasar rangkaian RC

dan komparator yang dirangkai dengan komponen digital (R-Sflip-flop). 555 yang

pertama diproduksi oleh Signetics yaitu tipe SE-555 yang bekerja pada -55C s.d.

125C dan NE-555 yang bekerja pada 0C-70C. Kemudian 555 diproduksi dengan

desain yang berbeda meliputi LM555, 556(versi dual), dan LMC-555(versi CMOS).

Timer 555 beroperasi pada power supply dc +5v s.d. +18V dengan stabilitas

temperatur 50ppm/C(0,005%/C). Output 555 dapat berupa arus sink/source hingga

200mA. IC 555 kompatibel dengan komponen-komponen TTL, CMOS, op-amp,

transistor dan jenis IC linear lain.

Timer 555 dapat beroperasi baik sebagai monostabil maupun astabil. Keluaran

gelombang kotak yang dihasilkan dapat memiliki variasi duty cycle mulai dari 50

99.9% dan frekuensi kurang dari 0,1Hz sampai dengan lebih dari 100KHz.

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
10

Operasi monostabil (gambar) membutuhkan masukan pulsa trigger pada pin2 dari IC

555. Masukan trigger berupa drop level tegangan lebih dari+2/3Vcc menuju tegangan

kurang dari +Vcc/ 3.

Rangkaian 555 terdiri atas dua buah komparator tegangan (COMP1 dan

COMP2), sebuah flip-flop kontrol R-S(reset/set) yang dapat direset dari luar melalui

pin 4, sebuah penguat pembalik output (A1), dan sebuah transistor discharge (Q1).

Level bias kedua kompartor ditentukan oleh resistor-resistor pembagi tegangan (Ra,

Rb, dan Rc) yang terdapat antara Vcc dan ground. Input inverting komparator1 diberi

masukan 2/3Vcc dan input noninverting dari komparator2 diberi masukan 1/3Vcc.

2.2.1 Fungsi dari masing-masing pin

Berikut adalah fungsi dari masing-masing pin :

Ground (pin1)

Pin ini merupakan titik referensi untuk seluruh sinyal dan tegangan pada

rangkaian 555, baik rangkaian intenal maupun rangkaian eksternalnya.

Trigger (pin2)

Masukan trigger biasanya dijaga pada tegangan lebih dari 1/3Vcc agar output

pin3 dari IC555 low. Jika masukan trigger menjadi low (<1/3Vcc) mengakibatkan

output pin3 menjadi high. Otput pin3 akan bertahan high selama masukan

triggernya low, tetapi tidak serta merta menjadi low ketika pin2 kembali high.

Output (pin3)

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
11

Output pada 555 dapat mengalir arus baik sinking(masuk) maupun

sourcing(keluar) hingga 200mA. Tidak seperti IC lain yang biasanya hanya dapat

mengalirkan arus source (keluar) yang sangat kecil.

berikut menjelaskan arus sinking maupun source.

a) Arus masuk (sinking current)

Sebuah beban luar (Rl) dihubungkan antara output 555 dan Vcc.Maka, arus hanya

akan mengalir melalui beban tersebut jika output 555 dalam keadaan low. Pada

saat tersebut Rl dgroundkan melalui pin1 sehingga mengalir arus Rs1 dari pin3 ke

pin1(ground).

b) Arus keluar (source current)

RL dihubungkan antara pin3 dan ground, maka ketika output pin3 high maka Rl

terhubung dengan Vcc melalui Rs2 dan pin8.

Reset (pin4)

Pin reset ini terhubung dengan input preset dari R-S flip-flop kontrol. Jika pin4

diberi masukan low output dari 555 akan serta merta menjadi low. Biasanya, jika

tidak digunakan pin4 dihubungkan ke Vcc untuk menjaga agar tidak terjadi keadaan

low.

Control Voltage (pin5)

Biasanya diberi 2/3Vcc (hasil dari pembagi tegangan). Dengan memberi

sumber tegangan eksternal atau dengan menghubungkan sebuah resistor ke ground

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
12

akan mengubah duty cycle outputnya. Jika pin5 tidak digunakan harus dihubungkan

dengan decoupling kapasitor 0,01-0,1mikroFarad.

TreshHold (pin6)

Pin ini terhubung pada input noninverting komparator1 untuk memonitor

tegangan kapasitor pada rangkaian RC eksternal. Apabila tegangan pin6 <2/3Vcc,

output komparator1 akan low, output flip-flop low(Q-), output pin3 high.

Sebaliknya jika >2/3Vcc output komparator1 akan high, output Flip-flopnya high,

dan pin3 low.

Discharge (pin7)

Pin ini terhubung ke kaki kolektor transistor NPN Q1 dan kaki emiter Q1

terhubung ke groud, basis Q1 terhubung dengan Qnot R-S flip-flop. Ketika output 555

high maka Qnot low menyebabkan resistansi CE sangat besar sehingga Q1 off.

Ketika Qnothigh CE resistensinya sangat kecil menyebabkan CE grounded sehingga

Q1 on. Dengan kata lain, pin7 grounded (arus mengalir dari pin7 lewat CE ke pin1)

Vcc(pin8)

Vcc (sumber tegangan dc) dihubungkan antara pin8 dengan pin1 (ground).

2.2.2 Operasi Monostabil

Monostable Multivibrator (MMV) juga disebut one shot, menghasilkan output

sebuah pulsa dengan periode tertentu ketika dipicu dengan sebuah pulsa masukan.

Output dari oneshot akan seketika menuju high mengikuti pulsa pemicunya (trigger)

dan akan tetap high sesuai dengan periodenya. Ketika periodenya telah habis maka

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
13

outputnya akan kembali low. Outpt oneshot akan tetap low sampai ada trigger

lainnya. IC 555 dapat dioperasikan sebagai MMV dengan menambahkan rangkaian

eksternal yang sesuai.

Kedua komparator internal diberi tegangan prasikap dengan level tegangan

tertentu oleh pembagi tegangan yang dirangkai seri (Ra,Rb,Rc). Input inverting

komparator1 diberi tegangan hingga 2/3Vcc, dan input noninverting komparator2

diberi tegangan Vcc/3. Tegangan tersebutlah yang mengakibatkan beroperasinya 555

baik sebagai monostabil maupun astabil.

Rangkaian timing eksternal (R1C1) dihubungkan antara Vcc dan input

noninverting komparator1 melalui pin6. Pin7 juga dihubungkan dengan pin6 yang

mengakibatkan terhubungnya transistor ke kapasitor C1. Ketika transistor on,

resistansi kapasitor sangat rendah sehingga terhubung (short) melalui hubungan CE

transistor.

Ketika 555 dihubungkan dengan sumber tegangan, input inverting

komparator1 akan mendapat tegangan sebesar 2/3Vcc dan input noninverting

komparator2 akan mendapat tegangan sebesar Vcc/3. Hal tersebut menyebabkan R-S

flip-flop dalam kondisi reset, sehingga output Qnot-nya high. Oleh karena flip-flop

terhubung pada output pin3 melalui sebuah penguat pembalik (A1) maka keluaran 555

low. Pada kondisi tersebut kapasitor mengisi (charging).Qnot dalam kondisi high

menyebabkan transistor Q1 jenuh yang berarti terhubung ke ground melalui kapasitor

C1. Maka pada kondisi ini kapasitor melepas muatan (discharge) sehingga Vc=0.

Apabila pin2 dieri masukan trigger, pada saat pulsatrigger bergerak menuju

tegangan kurang dari 1/3Vcc seperti yang terlihat pada gambar, maka input

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
14

noninverting komparator2 lebih positif dari input invertingnya, sehingga output

komparator2 akan high. Pada saat itu, fip-flop dalam kondisi set, sehingga keluaran

Qnot-nya low dan keuaran 555 high. Karena output Qnot-nya low, berarti

transistor dalam kondisi off. Arus mengalir dari Vcc ke ground melalui kapasitor C1.

Dengan kata lain, kapasitor kembali mengisi.(gambar). Tegangan kapasitor akan terus

naik hingga mencapai 2/3Vcc, di mana pada saat Vc=2/3Vcc keluaran komparator1

menjadi high dan menyebabkan flip-flop reset dan keluaran 555 kembali low.

Keluaran 555 tersebut akan tetap bertahan sampai ada masukan trigger lainnya.

Semua IC timer bergantung pada kapasitor eksternal untuk menentukan

interval waktu off-on pulsa outputnya. Kapasitor akan memerlukan waktu tertentu

untuk pengisian atau pelepasan muatan melalui resistor. Waktu tersebut dapat

dijelaskan dan dihitung dari nilai resistan dan kapasitas yang diberikan. Persamaan

periode pulsa untuk 555 tergantung pada waktu yang diperlukan oleh kapasitor pada

saat mengisi hingga mencapai tegangan 2/3Vcc yang diberikan oleh konstanta waktu

RC. Dengan demikian, jika tegangan kapasitor besarnya e = E(1 - (-t/RC)), dapat

dihitung waktu yang akan mengaktifkan ambang komparatornya sebagai berikut :

2/3 = 1 - (-t/RC)

-1/3 = -(-t/RC)

1/3 = (-t/RC)

ln(1/3) = -t/RC

-1.0986123 = -t/RC

t = 1.0986123RC

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
15

t = 1.1RC

2.3 Saklar Relay

Relay adalah sebuah saklar yang dikendalikan oleh arus, terdiri dari suatu rangkaian

switch magnetik yang bekerja bila mendapat catu dan suatu rangkaian trigger. Relay

memiliki tegangan dan arus nominal yang harus dipenuhi output rangkaian pendriver

atau pengemudinya. Arus yang digunakan pada rangkaian adalah arus DC.

Konstruksi dalam suatu relay terdiri dari lilitan kawat (coil) yang dililitkan

pada inti besi lunak. Jika lilitan kawat mendapatkan aliran arus, inti besi lunak kontak

menghasilkan medan magnet dan menarik switch kontak. Switch kontak mengalami

gaya listrik magnet sehingga berpidah posisi ke kutub lain atau terlepas dari kutub

asalnya. Keadaan ini akan bertahan selama arus mengalir pada kumparan relay. Dan

relay akan kembali keposisi semula yaitu normaly ON atau Normaly OFF, bila tidak

ada lagi arus yang mengalir padanya, posisi normal relay tergantung pada jenis relay

yang digunakan. Dan pemakaian jenis relay tergantung pada kadaan yang diinginkan

dalam suatu rangkaian.

Menurut kerjanya relay dapat dibedakan menjadi :

a. Normaly Open (NO), saklar akan tertutup bila dialiri arus

b. Normaly Close (OFF), saklar akan tertutup bila dialiri arus

c. Change Over (CO), relay ini mempunyai saklar tunggal yang nomalnya

tertutup yang lama, bila kumparan 1 dialiri arus maka saklar akan terhubung ke

terminal A, sebaliknya bula kumparan 2 dialiri arus maka saklar akan terhubung

ke terminal B.

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
16

Gambar 2.2. Bentuk Fisik Relay

Sebuah relay yang tipikal dari jenis ini dapat diaktifkan dalam waktu sekitar 10

ms. Sebagian besar relay modern ditempatkan di dalam sebuah kemasan yang

sepenuhnya tertutup rapat. Relay-relay yang berukuran lebih besar dapat

menyambungkan arus hingga 10 A pada tegangan 250 V AC. Tegangan maksimum

untuk pensaklaran DC selalu jauh lebih rendah, seringkali bahkan hanya setengah,

dari tegangan maksimum untuk AC.

Transistor tidak dapat berfungsi sebagai sebagai switch (saklar) tegangan DC

atau tegangan tinggi .Selain itu, umumnya tidak digunakan sebagai switching untuk

arus besar (>5 A). Dalam hal ini, penggunakan relay sangatlah tepat. Relay berfungsi

sebagai saklar yang bekerja berdasarkan input yang dimilikinya.

Keuntungan relay :

dapat switch AC dan DC, transistor hanya switch DC

Relay dapat switch tegangan tinggi, transistor tidak dapat

Relay pilihan yang tepat untuk switching arus yang besar

Relay dapat switch banyak kontak dalam 1 waktu

Kekurangan relay :

Relay ukurannya jauh lebih besar daripada transistor

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
17

Relay tidak dapat switch dengan cepat

Relay butuh daya lebih besar disbanding transistor

Relay membutuhkan arus input yang besar

2.4 Mikrokontroler AT89S51

Mikrokontroller, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan

microkomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar (market need) dan teknologi baru.

Sebagai teknologi baru, yaitu teknologi semi konduktor dengan kandungan transistor

yang lebih banyak namun hanya membutuhkan ruang kecil serta dapat diproduksi

secara massal (dalam jumlah banyak) sehingga harga menjadi lebih murah

(dibandingkan microprocessor). Sebagai kebutuhan pasar, mikrokontroler hadir untuk

memenuhi selera industri dan para konsumen akan kebutuhan dan keinginan alat-alat

bantu dan mainan yang lebih canggi serta dalam bidang pendidikan.

Tidak seperti sistem komputer, yang mampu menangani berbagai macam

program aplikasi (misalnya pengolah kata, pengolah angka, dan lain sebagainya),

Microcontroller hanya bisa digunakan untuk satu aplikasi tertentu saja. Perbedaan

lainnya terletak pada perbandingan RAM dan ROM-nya. Pada sistem komputer

perbandingan RAM dan ROM-nya besar, artinya program-program pengguna

disimpan dalam ruang RAM yang relatif besar, sedangkan rutin-rutin antar muka

perangkat keras disimpan dalam ruang ROM yang kecil. Sedangkan Pada

mikrokontroler, perbandingan ROM dan RAM-nya yang besar artinya program

control disimpan dalam ROM yang ukurannya relatif lebih besar, sedangkan RAM

digunakan sebagai tempat penyimpanan sederhana sementara, termasuk register-

register yang digunakan pada Microcontroller yang bersangkutan.

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
18

Microcontroller AT89S8253 merupakan salah satu keluarga dari MCS-51

keluaran Atmel. Jenis Microcontroller ini pada prinsipnya dapat digunakan untuk

mengolah data per bit ataupun data 8 bit secara bersamaan.

Pada prinsipnya program pada Microcontroller dijalankan bertahap, jadi pada

program itu sendiri terdapat beberapa set instruksi dan tiap instruksi itu dijalankan

secara bertahap atau berurutan.

Beberapa fasilitas yang dimiliki oleh mikrokontroller AT89S8253 adalah

sebagai berikut :

Sebuah Central Processing Unit 8 bit

o Osilatc : internal dan rangkaian pewaktu

o RAM internal 128 byte

o Flash memori 4 Kbyte + 2Kbyte EEprom

o Daya tahan 1000 kali baca/tulis

o Tiga level kunci memori progam

o Lima buah jalur interupsi (dua buah interupsi eksternal dan tiga buah interupsi

internal)

o Empat buah programable port I/O yang masing-masing terdiri dari delapan

buah jalur I/O

o Sebuah port serial dengan kontrol serial full duplex UART

o Kemampuan untuk melaksanakan operasi aritmatika dan operasi logika

o Kecepatan dalam melaksanakan instruksi per siklus 1 mikrodetik pada

frekuensi 12 MHz.

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
19

2.4.1 Kontruksi AT89S51

Microcontroller AT89S51 hanya memerlukan tambahan 3 kapasitor, 1 resistor

dan 1 kristal serta catu daya 5 volt. Kapasitor 10 micro-fard dan resistor 10 kilo Ohm

dipakai untuk membentuk rangkaian riset. Dengan adanya rangkaian riset ini

AT89S51 otomatis diriset begitu rangkaian menerima catu daya. Kristal dengan

frekuensi maksimum 24MHz dan kapasitor 30 mikro-farad dipakai untuk melengkapi

rangkaian oscilator pembentuk clock yang menentukan kecepatan kerja

Microcontroller.

Memori merupakan bagian yang sangat penting pada Microcontroller.

Microkontroller memiliki dua macam memori yang sifatnya berbeda.

Read Only Memory (ROM) yang isinya tidak berubah meskipun IC

kehilangan catu daya. Sesuai dengan keperluannya, dalam susunan MCS-51 memori

penyimpanan program ini dinamakan sebagai memori program.

Random Access Memory (RAM) isinya akan sirna begitu IC kehilangan catu

daya, dipakai untuk menyimpan data pada saat program bekerja. RAM yang dipakai

untuk menyimpan data ini disebut sebagai memori data.

Ada berbagai jenis ROM. Untuk Microcontroller dengan program yang sudah

baku dan diproduksi secara massal, program diisikan kedalam ROM pada saat IC

Microcontroller dicetak dipabrik IC. Untuk keperluan tertentu Microcontroller

menggunakan ROM yang dapat diisi ulang atau Programble-Eraseable ROM yang

disingkat menjadi PROM (PEROM). Dulu banyak UV-EPROM (Ultra Violet

Eraseable Programble ROM) yang kemudian dinilai mahal dan ditinggalkan setelah

ada flash PEROM yang harganya jauh lebih murah.

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
20

Jenis memori yang dipakai untuk memori program AT89S51 adalah flash

PEROM, program untuk mengendalikan Microcontroller diisikan ke memori itu lewat

bantuan alat yang dinamakan sebagai AT89C4051 flash PEROM Programmer.

Memori data yang disediakan dalam chip AT*(S51 sebesar 128 kilo byte

meskipun hanya kecil saja tapi untuk banyak keperluan memori kapasitas itu sudah

cukup.

AT89S51 dilengkapi UART (Universal Asyncronous Receiver/Transmiter)

yang biasa dipakai untuk komunikasi data secara seri. Jalur untuk komunikasi data

seri (RXD dan TXD) diletakkan berhimpitan dengan P1.0 dan P1.1. pada kaki nomor

2 dan 3, sehingga kalau sarana input/output bekerja menurut fungsi waktu. Clock

penggerak untaian pencacah ini bisa berasal dari oscillator kristal atau clock yang

diumpan dari luar lewat T0 dan T1/T0 dan T1 berhimpitan dengan P3.4 dan P3.5,

sehingga P3.4 dan P3.5 tidak bisa dipakai untuk jalur input/output paralel kalau T0

dan T1 dipakai.

AT89S51 mempunyai enam sumber pembangkit interupsi, dua diantaranya

adalah sinyal interupsi yang diumpankan ke kaki INT0 dan INT1. Kedua kaki ini

berhimpitan dangan P3.2 dan P3.3 sehingga tidak bisa dipakai sebagai jalur

input/output paralel kalau INT0 dan INT1 dipakai untuk menerima sinyal interupsi.

Port1 dan 2, UART, Timer 0, Timer 1 dan sarana lainnya merupakan yang

secara fisik merupakan RAM khusus, yang ditempatkan di Special Function Register

(SFR).

2.4.2 Pin-Pin pada Mikrokontroler AT89S51

Deskripsi pin-pin pada Microcontroller AT89S51 :

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
AT89S8252 21
1 40
P1.0 Vcc
2
P1.1 39
3 P0.0 (AD0)
P1.2 38
4 P0.1 (AD1)
P1.3 37
5 P0.2 (AD2)
P1.4 36
6 P0.3 (AD3)
P1.5 35
7 P0.4 (AD4)
P1.6 34
8 P0.5 (AD5)
P1.7 33
P0.6 (AD6)
9 32
RST P0.7 (AD7)

10 31
P3.0 (RXD) EA/VPP
11 30
P3.1 (TXD) ALE/PROG
12 29
P3.2 (INT0) PSEN
13
P3.3 (INT1) 28
14 P2.7 (A15)
P3.4 (T0) 27
15 P2.6 (A14)
P3.5 (T1) 26
16 P2.5 (A13)
P3.6 (WR) 25
17 P2.4 (A12)
P3.7 (RD) 24
P2.3 (A11)
18 23
XTAL2 P2.2 (A10)
19 22
XTAL1 P2.1 (A9)
20 21
GND P2.0 (A8)

Gambar 2.3. IC Mikrokontroler AT89S51

VCC (Pin 40)

Suplai tegangan

GND (Pin 20)

Ground

Port 0 (Pin 39-Pin 32)

Port 0 dapat berfungsi sebagai I/O biasa, low order multiplex address/data ataupun

penerima kode byte pada saat flash progamming Pada fungsi sebagai I/O biasa port ini

dapat memberikan output sink ke delapan buah TTL input atau dapat diubah sebagai

input dengan memberikan logika 1 pada port tersebut.

Pada fungsi sebagai low order multiplex address/data, port ini akan mempunyai

internal pull up.terutama pada saat verifikasi program.

Port 2 (Pin 21 pin 28)

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
22

Port 2 berfungsi sebagai I/O biasa atau high order address, pada saat

mengaksememori secara 16 bit. Pada saat mengakses memori 8 bit, port ini akan

mengeluarkan isi dari P2 special function register. Port ini mempunyai internal pull

up dan berfungsi sebagai input dengan memberikan logika 1. Sebagai output, port ini

dapat memberikan output sink keempat buah input TTL.

Port 3 (Pin 10 pin 17)

Port 3 merupakan 8 bit port I/O dua arah dengan internal pullup. Port 3 juga

mempunyai fungsi pin masing-masing, yaitu sebagai berikut :

Nama pin Fungsi

P3.0 (pin 10) RXD (Port input serial)

P3.1 (pin 11) TXD (Port output serial)

P3.2 (pin 12) INTO (interrupt 0 eksternal)

P3.3 (pin 13) INT1 (interrupt 1 eksternal)

P3.4 (pin 14) T0 (input eksternal timer 0)

P3.5 (pin 15) T1 (input eksternal timer 1)

P3.6 (pin 16) WR (menulis untuk eksternal data memori)

P3.7 (pin 17) RD (untuk membaca eksternal data memori)

Tabel 2.1. Fungsi Pin pada Port 3 AT89S51

RST (pin 9)

Reset akan aktif dengan memberikan input high selama 2 cycle.

ALE/PROG (pin 30)

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
23

Address latch Enable adalah pulsa output untuk me-latch byte bawah dari alamat

selama mengakses memori eksternal. Selain itu, sebagai pulsa input progam (PROG)

selama memprogam Flash.

PSEN (pin 29)

Progam store enable digunakan untuk mengakses memori progam eksternal.

EA (pin 31)

Pada kondisi low, pin ini akan berfungsi sebagai EA yaitu mikrokontroler akan

menjalankan progam yang ada pada memori eksternal setelah sistem direset. Jika

kondisi high, pin ini akan berfungsi untuk menjalankan progam yang ada pada

memori internal. Pada saat flash progamming, pin ini akan mendapat tegangan 12

Volt.

XTAL1 (pin 19)

Input untuk clock internal.

XTAL2 (pin 18)

Output dari osilator.

2.4.3 Bahasa Assembly MCS-51

Bahasa yang digunakan untuk memprogram IC mikrokontroler AT89S51

adalah bahasa assembly untuk MCS-51. angka 51 merupakan jumlah instruksi pada

bahasa ini hanya ada 51 instruksi. Instruksi instruksi tersebut antara lain :

1. Instruksi MOV

Perintah ini merupakan perintah untuk mengisikan nilai ke alamat atau register

tertentu. Pengisian nilai dapat secara langsung atau tidak langsung.

Contoh pengisian nilai secara langsung

MOV R0,#20h

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
24

Perintah di atas berarti : isikan nilai 20 Heksadesimal ke register 0 (R0).

Tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah nilai.

Contoh pengisian nilai secara tidak langsung

MOV 20h,#80h
...........
............
MOV R0,20h
Perintah di atas berarti : isikan nilai yang terdapat pada alamat 20

Heksadesimal ke register 0 (R0).

Tanpa tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah

alamat.

2. Instruksi DJNZ

Decreament Jump If Not Zero (DJNZ) ini merupakan perintah untuk

mengurangi nilai register tertentu dengan 1 dan lompat jika hasil

pengurangannya belum nol. Contoh ,

MOV R0,#80h
Loop: ...........
............
DJNZ R0,Loop
............
R0 -1, jika belum 0 lompat ke loop, jika R0 = 0 maka program akan

meneruskan ke perintah pada baris berikutnya.

3. Instruksi ACALL

Instruksi ini berfungsi untuk memanggil suatu rutin tertentu. Contoh :

.............
ACALL TUNDA

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
25

.............
TUNDA:
.................

4. Instruksi RET

Instruksi RETURN (RET) ini merupakan perintah untuk kembali ke rutin

pemanggil setelah instruksi ACALL dilaksanakan. Contoh,

ACALL TUNDA
.............
TUNDA:
.................
RET

5. Instruksi JMP (Jump)

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu. Contoh,

Loop:
.................
..............
JMP Loop

6. Instruksi JB (Jump if bit)

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin yang

dimaksud berlogika high (1). Contoh,

Loop:
JB P1.0,Loop
.................
7. Instruksi JNB (Jump if Not bit)

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin yang

dimaksud berlogika Low (0). Contoh,

Loop:
JNB P1.0,Loop

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
26

.................

8. Instruksi CJNZ (Compare Jump If Not Equal)

Instruksi ini berfungsi untuk membandingkan nilai dalam suatu register

dengan suatu nilai tertentu. Contoh,

Loop:
................
CJNE R0,#20h,Loop
................
Jika nilai R0 tidak sama dengan 20h, maka program akan lompat ke rutin
Loop. Jika nilai R0 sama dengan 20h,maka program akan melanjutkan
instruksi selanjutnya..

9. Instruksi DEC (Decreament)

Instruksi ini merupakan perintah untuk mengurangi nilai register yang

dimaksud dengan 1. Contoh,

MOV R0,#20h R0 = 20h


................
DEC R0 R0 = R0 1
.............

10. Instruksi INC (Increament)

Instruksi ini merupakan perintah untuk menambahkan nilai register yang

dimaksud dengan 1. Contoh,

MOV R0,#20h R0 = 20h


................
INC R0 R0 = R0 + 1
.............

11. Dan lain sebagainya

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
27

BAB III

RANCANGAN SISTEM

3.1 Diagram Blok Rangkaian

Gambar 3.1 Diagram Blok Rangkaian Sistem Pengamanan

Secara garis besar perancangan system pengaman dengan menggunakan

metode calling cellular terdiri dari tujuh ( 7 ) blok rangkaian utama.ponsel server

digunakan untuk menginputkan password ke system. Data password tersebut akan

diterima oleh ponsel penerima dan mengirimkan datanya ke rangkaian DTMF decoder

untuk diterjemahkan. Data digital yang di hasilkan oleh DTMF decoder merupakan

hasil terjemahan data multi frekuensi yang dihasilkan oleh ponsel. Data data digital

inilah yang nantinya akan diproses dan selalu dibandingkan nilainya apakah sesuai

dengan yang ditetapkan atau tidak. Input dari sensor memicu rangkaian monostabil

untuk melakukan panggilan cepat pada seluler phone reciever .

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
28

3.2 Rangkaian Power Supplay (PSA)

Rangkaian PSA yang dibuat terdiri dari tiga keluaran, yaitu (+) 5 volt, (+) 12

volt dan () 12 volt. Keluaran (+) 5 volt digunakan untuk menghidupkan seluruh

rangkaian, keluaran (+) 12 volt digunakan untuk menghidupkan relay dan keluaran (-)

12 volt untuk mensupplay tegangan negatip Op-Amp. Rangkaian tampak seperti

gambar di bawah ini,

Gambar 3.2. Rangkaian PSA

Trafo yang digunakan adalah trafo stepdown yang berfungsi untuk menurunkan

tegangan dari 220 volt AC menjadi 12 volt AC. Kemudian 12 volt AC akan

disearahkan dengan menggunakan dua buah dioda, selanjutnya 12 volt DC akan

diratakan oleh kapasitor 2200 F. Regulator tegangan 5 volt (LM7805CT) digunakan

agar keluaran yang dihasilkan tetap 5 volt walaupun terjadi perubahan pada tegangan

masukannya. LED hanya sebagai indikator apabila PSA dinyalakan. Transistor PNP

TIP 32 disini berfungsi untuk mensupplay arus apabila terjadi kekurangan arus pada

rangkaian, sehingga regulator tegangan (LM7805CT) tidak akan panas ketika

rangkaian butuh arus yang cukup besar. Tegangan (+) 12 volt DC langsung dihasilkan

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
29

oleh regulator tegangan LM7812. Dan tegangan (-) 12 volt dihasilkan oleh regulator

tegangan LM7912

3.3.Rangkaian Mikrokontroler AT89S51

Rangkaian ini berfungsi sebagai pusat kendali dari seluruh system yang ada.

Rangkaian mikrokontroler ditunjukkan pada gambar berikut ini:

Gbr.3.3.Rangkaian mikrokontroller AT89S51

Pin 31 External Access Enable (EA) diset high (H). Ini dilakukan karena

mikrokontroller AT89S51tidak menggunakan memori eskternal. Pin 18 dan 19

dihubungkan ke XTAL 12 MHz dan capasitor 33 pF. XTAL ini akan mempengaruhi

kecepatan mikrokontroller AT89S51 dalam mengeksekusi setiap perintah dalam

program. Pin 9 merupakan masukan reset (aktif tinggi). Pulsa transisi dari rendah ke

tinggi akan me-reset mikrokontroller ini. Pin 32 sampai 39 adalah Port 0 yang

merupakan saluran/bus I/O 8 bit open collector dapat juga digunakan sebagai

multipleks bus alamat rendah dan bus data selama adanya akses ke memori program

eksternal. Pada port 0 ini masing masing pin dihubungkan dengan resistor 4k7 ohm.

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
30

Resistor 4k7 ohm yan dihubungkan ke port 0 befungsi sebagai pull up( penaik

tegangan ) agar output dari mikrokontroller dapat mntrigger transistor. Pin 1 sampai 8

adalah port 1. Pin 21 sampai 28 adalah port 2. Dan Pin 10 sampai 17 adalah port 3.

Pin 39 yang merupakan P0.0 dihubungkan dengan sebuah resistor 330 ohm dan

sebuah LED. Ini dilakukan hanya untuk menguji apakah rangkaian minimum

mikrokontroller AT89S51 sudah bekerja atau belum. Dengan memberikan program

sederhana pada mikrokontroller tersebut, dapat diketahui apakah rangkaian minimum

tersebut sudah bekerja dengan baik atau tidak. Jika LED yang terhubug ke Pin 39

sudah bekerja sesuai dengan perintah yang diberikan, maka rangkaian minimum

tersebut telah siap digunakan. Pin 20 merupakan ground dihubungkan dengan ground

pada power supplay. Pin 40 merupakan sumber tegangan positif dihubungkan dengan

+ 5 volt dari power supplay.

3.4 Rangkaian DTMF Dekoder.

Rangkaian ini berfungsi untuk mengubah nada tone yang diterima menjadi 4

bit data biner. Rangkaian DTMF decoder datunjukkan oleh gambar berikut ini :

Gambar 3.4. Rangkaian DTMF Dekoder.

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
31

Komponen utama dari rangkaian ini adalah IC MT8870. IC ini

merupakan IC DTMF decoder. IC ini akan merubah tone yang ada pada inputnya

menjadi 4 bit data biner. Jika tone yang diterimanya tone 1, maka output dari

rangkaian ini adalah 0001, tone yang diterimanya tone 2, maka output dari rangkaian

ini adalah 0010, demikian seterusnya. Output dari rangkaian ini akan dihubungkan ke

mikrokontroler sehingga mikrokontroler dapat mengenali data yang dikirimkan oleh

rangkaian ini untuk kemudian diolah oleh mikrokontroler untuk melaksanakan

instruksi selanjutnya

Input rangkaian ini dihubungkan dengan penguat sehingga sinyal (tone) yang

berasal dari HP akan diinputkan ke pin 2 dari IC ini. Rangkaian penguat ini berfungsi

untuk menguatkan sinyal yang diterima oleh HP (kabel speaker pada hansfree).

Karena sinyal yang diterima oleh HP sangat kecil, sehingga dibutuhkan penguat.

Komponen utama dari rangkaian penguat ini adalah Op Amp 741, yang merupakan IC

penguat. Pada rangkaian ini terjadi penguatan sebesar :

R2 220.000
Pengua tan A 733 kali
R1 300

3.5 Rangkaian Pengendali Motor Stepper

Agar dapat membuka pintu secara otomatis pada alat ini digunakan sebuah

motor stepper.dan untuk dapat mengendalikan arah perputaran dan kecepatan motor

stepper diperlukan suatu rangkaian pengendali motor stepper. rangkaian pengendali

motor stepper dapat dilihat pada gambar berikut:

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
32

Gambar 3.5. Rangkaian Driver Motor Stepper

Driver ini berfungsi untuk memutar motor stepper searah dengan jarum jam atau

berlawanan arah dengan jarum jam. Rangkaian ini akan dikendalikan oleh

mikrokontroler AT89S51. Jadi dengan memberikan sinyal high secara bergantian ke

input dari rangkaian driver motor stepper tersebut, maka pergerakan motor stepper

sudah dapat dikendalikan oleh mikrokontroler AT89S51.

Rangkaian driver motor stepper ini terdiri dari empat masukan dan empat

keluaran, dimana masing-masing masukan dihubungkan dengan mikrokontroler

AT89S51 dan keluarannya dihubungkan ke motor stepper. Rangkaian ini akan bekerja

memutar motor stepper jika diberi sinyal high (1) secara bergantian pada ke-4

masukannya.

Rangkaian ini terdairi dari 4 buah transistor NPN TIP 122. Masing-masing

transistor dihubungkan ke P0.0, P0.1, P0.2 dan P0.3 pada mikrokontroler AT89S51.

Basis dari masing-masing transistor diberi tahanan 10 Kohm untuk membatasi arus

yang masuk ke transistor. Kolektor dihubungkan dengan kumparan yang terdapat pada

motor stepper, kemudian kumparan dihubungkan dengan sumber tegangan 12 volt.dan

emitor dihubungkan ke ground.

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
33

Jika P0.0 diberi logika high (1), yang berarti basis pada transistor TIP 122

mendapat tegangan 5 volt, maka transistor akan aktip. Hal ini akan menyebabkan

terhubungnya kolektor dengan emitor, sehingga kolektor mendapatkan tegangan 0 volt

dari ground. Hal ini menyebabkan arus akan mengalir dari sumber tegangan 12 volt ke

kumparan, sehingga kumparan akan menghasilkan medan magnet. Medan magnet ini

akan menarik logam yang ada pada motor, sehingga motor mengarah pada kumparan

yang memiliki medan magnet tesebut.

Jika kemudian P0.0 di beri logika low (0), yang berarti transistor tidak aktip

dan tidak ada arus yang mengair pada kumparan, sehingga tidak ada medan magnet

pada kumparan. Dan disisi lain P0.1 diberi logika high (1), sehingga kumparan yang

terhubung ke P0.1 akan menghasilkan medan magnet. Maka motor akan beralih

kearah kumparan yang terhubung ke P0.1 tersebut. Seterusnya jika logika high

diberikan secara bergantian pada input dari driver motor stepper, maka motor stepper

akan berputar sesuai dengan arah logika high (1) yang diberikan pada inputnya.

Untuk memutar dengan arah yang berlawanan dengan arah yang sebelumnya,

maka logika high (1) pada input driver motor stepper harus diberikan secara

bergantian dengan arah yang berlawanan dengan sebelumnya

3.6 Rangkaian Monostabil Timer 555

IC 555 digunakan sebagai basis dari sebuah rangkaian monostabil. Berikut ini adalah

diagram rangkaian untuk rangkaian monostabil yang memanfaatkan IC NE555.

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
34

Hand
Phone

Gambar 3.6 Rangkaian Monostabil Timer 555

IC 555 ini beroperasi dengan tegangan catu 4,5 V hingga 16 V. IC ini

membutuhkan kapasitor C1 yang disambungkan diantara pin 5 dan jalur catu 0 V.

Panjang pulsa yang dihasilkan ditentukan oleh resistor pewaktu (timing) R dan

kapasitor pewaktu C. Untuk mengaktifkan panggilan cepat dibutuhkan panjang pulsa

minimal 1,5 detik.

Input pemicu pada pin 2, dalam keadaan normal, berada pada level tegangan

catu positif. Dalam gambar diperlihatkan sebuah resistor pull-up R1 yang

memungkinkan hal ini. Rangkaian timer (pewaktu) dipicu menjadi aktif oleh sebuah

oleh sebuah pulsa rendah yang sangat singkat yang berasal dari saklar pemicu.

Saklar ini berasal dari LDR.

Output dari rangkaian ini akan mengaktifkan relay selama lebih kurang dua

detik, bertujuan untuk memicu tombol panggilan cepat pada hadphone.

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
35

Output rangkaian (pin 3) biasanya berada pada level 0 V. Output ini akan naik

dalam sekejap hingga mencapai level tegangan catu positif, ketika timer dipicu

menjadi aktif . Output akan jatuh, juga dalam sekejap, ke titik 0 V di akhir pulsa.

3.7. Rancangan Sebuah Saklar Pemicu

Untuk merancang sebuah saklar dibutuhkan rangkaian yang dapat mengaktifkan

sebuah relay ketika cahaya dari lingkungan sekitar mulai meredup. Rangkaian ini

merupakan satu bagian dari sebuah sistem keamanan, yang berfungsi untuk

mendeteksi datangnya tamu tak diundang.

Bagian sensor cahaya dapat berupa sebuah rangkaian pembagi tegangan, yang

terdiri dari sebuah LDR dan sebuah resistor. Arus output dari sensor mengalir ke

bagian saklar, yang terdiri dari sebuah LED dan sebuah LDR yang tersambung ke

sebuah rangkaian pemicu monostabil. Bagian ini berfungsi untuk menyambungkan

arus ke sebuah relay dan ke sebuah resistor lainnya yang terhubung seri ke relay.

Gambar 3.7 Rangkaian Sensor LDR

Akibat cahaya dari LED yang mengenai permukaan kondusif dari LDR, maka

tahanannya menjadi lebih kecil dan arusnya menjadi lebih besar sehingga rangkaian

ini dapat dimanfaatkan sebagai input pemicu rangkaian monostabil timer 555,

sedangkan bila tidak ada sinar yang mengenai permukaan maka nilai tahanannya akan

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
36

menjadi besar tergantung dari intensitas cahaya yang masuk pada permukaan kondusif

dari LDR2.

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
37

BAB IV

PENGUJIAN ALAT DAN PROGRAM

4.1 Pengujian Rangkaian Mikrokontroller AT89S51

Untuk mengetahui apakah rangkaian mikrokontroller AT89S51 telah bekerja dengan

baik, maka dilakukan pengujian.Pengujian bagian ini dilakukan dengan memberikan

program sederhana pada mikrokontroller AT89S51. Programnya adalah sebagai

berikut:

Loop:
Setb P0.0
Acall tunda
Clr P0.0
Acall tunda
Sjmp Loop
Tunda:
Mov r7,#255
Tnd: Mov r6,#255
Djnz r6,$
Djnz r7,tnd
Ret

Program di atas bertujuan untuk menghidupkan LED yang terhubung ke P0.0

selama 0,13 detik kemudian mematikannya selama 0,13 detik secara terus

menerus. Perintah Setb P0.0 akan menjadikan P0.0 berlogika high yang menyebabkan

transistor aktif, sehingga LED menyala. Acall tunda akan menyebabkan LED ini

hidup selama beberapa saat. Perintah Clr P0.0 akan menjadikan P0.0 berlogika low

yang menyebabkan transistor tidak aktif sehingga LED akan mati. Perintah Acall

tunda akan menyebabkan LED ini mati selama beberapa saat. Perintah Sjmp Loop

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
38

akan menjadikan program tersebut berulang, sehingga akan tampak LED tersebut

tampak berkedip.

Lamanya waktu tunda dapat dihitung dengan perhitungan sebagai berikut :

Kristal yang digunakan adalah kristal 12 MHz, sehingga 1 siklus mesin

12
membutuhkan waktu = 1 mikrodetik.
12 MHz

Mnemonic Siklus Waktu Eksekusi

MOV 2 2 x 1 d = 2 d
Rn,#data
DJNZ 2 2 x 1 d = 2 d

RET 1 1 x 1 d = 1 d

Tabel 4.1. Perhitungan Waktu Tunda

Tunda:

mov r7,#255

Tnd:

mov r6,#255

djnz r6,$ 255 x 2 = 510 x 255 = 130.054

djnz r7,loop3

djnz r2,loop8

ret

Jadi waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan program di atas adalah 130.054 detik

atau 0,130054 detik dan dapat dibulatkan menjadi 0,13 detik.

Jika program tersebut diisikan ke mikrokontroller AT89S51, kemudian

mikrokontroller dapat berjalan sesuai dengan program yang diisikan, maka rangkaian

minimum mikrokontroller AT89S51 telah bekerja dengan baik.

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
39

4.2 Pengujian Rangkaian Driver Motor Stepper

Rangkaian driver motor stepper ini terdiri dari empat masukan dan empat keluaran,

dimana masing-masing masukan dihubungkan dengan mikrokontroler AT89S51 dan

keluarannya dihubungkan ke motor stepper. Rangkaian ini akan bekerja memutar

motor stepper jika diberi sinyal high (1) secara bergantian pada ke-4 masukannya.

Rangkaiannya seperti gambar di bawah :

Gambar 4.1. Rangkaian Driver Motor Stepper

Rangkaian ini terdiri dari 4 buah transistor NPN TIP 122. Masing-masing transistor

dihubungkan ke P0.0, P0.1, P0.2 dan P0.3 pada mikrokontroler AT89S51. Basis dari

masing-masing transistor diberi tahanan 10 Kohm untuk membatasi arus yang masuk

ke transistor. Kolektor dihubungkan dengan kumparan yang terdapat pada motor

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
40

stepper, kemudian kumparan dihubungkan dengan sumber tegangan 12 volt.dan

emitor dihubungkan ke ground.

Jika P0.0 diberi logika high (1), yang berarti basis pada transistor TIP 122

mendapat tegangan 5 volt, maka transistor akan aktip. Hal ini akan menyebabkan

terhubungnya kolektor dengan emitor, sehingga kolektor mendapatkan tegangan 0 volt

dari ground. Hal ini menyebabkan arus akan mengalir dari sumber tegangan 12 volt ke

kumparan, sehingga kumparan akan menghasilkan medan magnet. Medan magnet ini

akan menarik logam yang ada pada motor, sehingga motor mengarah pada kumparan

yang memiliki medan magnet tesebut.

Jika kemudian P0.0 di beri logika low (0), yang berarti transistor tidak aktip

dan tidak ada arus yang mengair pada kumparan, sehingga tidak ada medan magnet

pada kumparan. Dan disisi lain P0.1 diberi logika high (1), sehingga kumparan yang

terhubung ke P0.1 akan menghasilkan medan magnet. Maka motor akan beralih

kearah kumparan yang terhubung ke P0.1 tersebut. Seterusnya jika logika high

diberikan secara bergantian pada input dari driver motor stepper, maka motor stepper

akan berputar sesuai dengan arah logika high (1) yang diberikan pada inputnya.

Untuk memutar dengan arah yang berlawanan dengan arah yang sebelumnya,

maka logika high (1) pada input driver motor stepper harus diberikan secara

bergantian dengan arah yang berlawanan dengan sebelumnya.

Program yang diberikan pada driver motor stepper untuk memutar motor

stepper adalah sebagai berikut :

mov a,#11h
putar:
mov P0,a
acall tunda
Rl a
jmp putar

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
41

Program diawali dengan memberikan nilai 11h pada pada accumulator (a),

kemudian program akan memasuki rutin buka pintu. Nilai a diisikan ke port 0,

sehingga sekarang nilai port 0 adalah 11h. Ini berarti P0.0 dan P0.4 mendapatkan

logika high sedangkan yang lainnya mendapatkan logika low, seperti table di bawah

ini,

P0.7 P0.6 P0.5 P0.4 P0.3 P0.2 P0.1 P0.0


P0 0 0 0 1 0 0 0 1

Tabel 4.2. Logika Memutar Motor Stepper

Program dilanjutkan dengan memanggil rutin tunda. Lamanya tunda akan

mempengaruhi kecepatan perputaran motor. Semakin lama waktu tunda, maka

perputaran motor akan semakin lambat. Perintah berikutnya adalah Rl a,perintah

ini akan memutar nilai yang ada pada accumulator (a), seperti tampak pada table di

bawah ini,

a 0 0 0 1 0 0 0 1
Rl
a 0 0 1 0 0 0 1 0
Dst..................
Gambar 4.2 Perputaran Nilai pada Accumulator

Nilai pada accumulator (a) yang awalnya 11h, setelah mendapat perintah Rl

a, maka nilai pada accumulator (a) akan merubah menjadi 22h. Kemudian program

akan melihat apakah kondisi sensor buka pintu dalam keadaan high (1) atau low (0).

Jika high (1),

Nilai yang ada pada accumulator (a), akan kembali diisikan ke port 0, maka

nilai di port 0 akan berubah menjadi 22h, ini berarti P0.1 dan P0.5 mendapatkan

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
42

logika high sedangkan yang lainnya mendapatkan logika low, seperti table di bawah

ini,

P0.7 P0.6 P0.5 P0.4 P0.3 P0.2 P0.1 P0.0


P0 0 0 1 0 0 0 1 0
Tabel 4.3. Logika Untuk Membuka Motor Stepper

Sebelumnya telah dibahas bahwa P0.0, P0.1, P0.2, dan P0.3 dihubungkan ke masukan

driver motor stepper, dengan program di atas maka P0.0, P0.1, P0.2, dan P0.3 akan

mendapatkan nilai high (1) secara bergantian. Hal ini menyebabkan motor stepper

akan berputar membuka pintu.Hal yang sama juga berlaku ketika motor berputar

kaearah sebaliknya, perbedaannya hanya pada perintah rotate. Jika pada perintah

berlawanan arah jarum jam digunakan rotate left ( Rl ), maka pada perintah searah

jarum jam digunakan perintah rotate right ( Rr). Perputaran perintah Rr diperlihatkan

pada table berikut,

a 1 0 0 0 1 0 0 0
Rr
a 0 1 0 0 0 1 0 0
Dst...................
Gambar 4.3. Perputaran Perintah Rr

4.3. Pengujian Rangkaian Penguat

Pengujian pada rangkaian ini dapat dilakukan dengan cara mengukur tegangan

pada input dari Op-Amp dan tegangan pada outputnya. Dari hasil pengukuran didapat

nilai tegangan sebagai berikut :

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
43

Kondisi Input Output

Tidak ada sinyal 0,9 mV 172,2 mV

Ada sinyal 18,3 mV 1,93 V

Tabel 4.4. Hasil Pengukuran Rangkaian Penguat

Dari data yang ada, didapatkan penguatan yang dihasilkan oleh rangkaian sebesar 191

kali untuk kondisi tidak ada sinyal dan 105 kali penguatan untuk kondisi ketika ada

sinyal (penekanan pada salah satu tombol HP).

4.4. Pengujian Rangkaian DTMF Dekoder

Pengujian pada rangkaian ini dapat dilakukan dengan mengubungkan input dari

rangkaian ini ke rangkaian penguat, kemudian menghubungkannya dengan kabel

speaker pada HP. Selanjutnya tombol pada HP ditekan dan dilihat outpunya. Dari

hasil pengujian didapatkan data sebagai berikut :

Tombol LED1 LED2 LED3 LED4

1 ON OFF OFF OFF

2 OFF ON OFF OFF

3 ON ON OFF OFF

4 OFF OFF ON OFF

5 ON OFF ON OFF

6 OFF ON ON OFF

7 ON ON ON OFF

8 OFF OFF OFF ON

9 ON OFF OFF ON

0 OFF ON OFF ON

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
44

* ON ON OFF ON

# OFF OFF ON ON

Tabel 4.5. Hasil Pengujian DTMF Pada Tombol Hand Phone

4.5 Pengujian Rangkaian Monostabil Timer 555

Pengujian rangkaian ini dengan menyambungkan LDR pada bagian pemicu rangkaian,

jika LDR ini menerima cahaya maka rangkaian ini akan terpicu dalam sekejap.

Keluaran dari kaki 3 IC timer 555 ke saklar relay. Selanjutnya dari relay menyaklar

tombol panggilan cepat pada handphone.

Panjang pulsa yang dihasilkan ditentukan oleh resistor pewaktu (timing) R dan

kapasitor pewaktu C. Panjang pulsa itu sendiri, t, adalah:

t = 1,1RC

Untuk mengaktifkan panggilan cepat dari rangkaian diperoleh t = 2,2 detik,

dengan nilai hambatan R1= 2K2 dan kapasitor bernilai

4.6 Pengujian Sensor LDR

Pengujian pada rangkaian ini dapat dilakukan dengan menutupi permukaan LDR

ataupun memberi bayangan pada LDR1, selanjutnya LED yang dirangkai melalui

pembagi tegangan akan menyala.

LDR2 dihubungkan dengan jalur pemicu para rangkaian monostabil. Cahaya

yang berasal dari LED tersebut diarahkan ke LDR2, maka tahanan pada LDR tersebut

akan menjadi lebih kecil dan arusnya menjadi lebih besar, sehingga rangkaian

monostabil timer 555 akan terpicu.

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
45

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Nilai tahanan LDR akan berubah apabila terkena cahaya yang diterima.

Karakteristik inilah yang dapat digunakan untuk memicu rangkaian

monostabil.

2. Panjang pulsa yang dihasilkan oleh rangkaian monostabil timer 555 ditentukan

oleh resistor pewaktu (timing) R dan kapasitor pewaktu C. Panjang pulsa itu

sendiri adalah: t = 1,1RC.

3. DTMF decoder dapat merubah tone yang ada pada inputnya menjadi 4 bit data

biner. Output dari rangkaian ini dihubungkan ke mikrokontroler sehingga

mikrokontroler dapat mengenali data yang dikirimkan oleh rangkaian ini untuk

kemudian diolah oleh mikrokontroler untuk melaksanakan instruksi yang

diinginkan

4. Driver motor stepper yang digunakan untuk menggerakkan motor stepper

menggunakan prinsip transistor sebagai saklar elektronik. Jika basis pada

transistor mendapat tegangan 5 volt, maka transistor akan aktif. Hal ini akan

menyebabkan terhubungnya kolektor dengan emitor, sehingga kolektor

mendapatkan tegangan 0 volt dari ground. Hal ini menyebabkan arus akan

mengalir dari sumber tegangan 12 volt ke kumparan, sehingga kumparan akan

menghasilkan medan magnet. Medan magnet ini akan menarik logam yang ada

pada motor stepper, sehingga motor stepper mengarah pada kumparan yang

memiliki medan magnet tersebut.

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
46

5.2 Saran

1. Sumber cahaya yang digunakan untuk mengenai sensor LDR sebaiknya

berasal dari cahaya sinar laser, karena cahaya ini tidak begitu jelas terlihat oleh

mata.

2. Penggunaan kartu pada handphone pengirim sebaiknya menggunakan kartu

pasca bayar, agar pemanggilan ke handphone pemilik tidak terganggu oleh

jumlah pulsa yang dimiliki handphone pengirim.

3. Sumber arus listrik yang digunakan sebaiknya berasal dari baterai, hal ini

untuk menghindari terjadinya pemadaman listrik utama.

4. Dalam pengembangan selanjutnya, rangkaian ini dapat digunakan untuk sistem

kontrol otomatis dari jarak jauh, dan agar rangkaian yang digunakan tidak

terganggu, sebaiknya alat ini dikemas dalam bentuk yang lebih aman dan

terlindungi, sehingga penggunaannya dapat lebih efektif.

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009
47

DAFTAR PUSTAKA

Bhisop, Owen. 2004. Dasar-dasar Elektronika. Jakarta : Erlangga

Budiharto Widodo, Firmansyah. 2005. Elektronika Digital Dan Mikroprosesor.

Yogyakarta : ANDI Yogyakarta.

Fay, Paul, Roy Pickup, Clive Braithwaite dan Jeffry Hall. Pengantar Ilmu

Elektronika. Jakarta: gramedia

Rusmadi, Deddy. 1997. Mengenal Komponen Elektronika. Bandung: Pionir Jaya

http://elka.brawijaya.ac.id/praktikum/tak/tak.php?page=4. Diakses Tanggal 20 mei,

2008.

Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008.
USU Repository 2009

Anda mungkin juga menyukai