Anda di halaman 1dari 17

persepsi adalah proses individu dalam menginterprestasikan, mengorganisasikan

dan memberi makna terhadap stimulus yang berasal dari lingkungan di mana
individu itu berada yang merupakan hasil dari proses belajar dan pengalaman.

Dua unsur persepsi

- Interprestasi merupakan upaya pemahaman dari individu terhadap informasi yang


diperolehnya.

- perorganisasian adalah proses mengelola informasi tertentu agar memiliki makna.

SYARAT TERJADINYA PERSEPSI.

Menurut Walgito (1989:54) ada tiga syarat terjadinya persepsi yaitu :

1. Adanya objek yang dipersepsi.

2. Adanya alat indra atau reseptor.

3. Adanya perhatian.

Adanya objek atau peristiwa sosial yang menimbulkan stimulus, dan stimulus
mengenai alat indra (reseptor). Dalam hal ini objek yang diamati adalah perilaku
keterampilan guru dalam penggunaan media pembelajaran, di sini siswa diminta
memberikan suatu persepsi terhadapnya. Alat indra merupakan alat utama dalam
individu mengadakan persepsi dan merupakan alat untuk menerima stimulus,
tetapi harus ada pula syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang
diterima reseptor ke pusat syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Adanya
perhatian dari individu merupakan langkah pertama dalam mengadakan persepsi.
Tanpa perhatian tidak akan terjadi persepsi. Individu harus mempunyai perhatian
pada objek yang bersangkutan. Bila telah memperhatikannya, selanjutnya individu
mempersepsikan apa yang diterimanya dengan alat indra.

Persepsi tidak terjadi begitu saja, tetapi melalui suatu proses. Walgito (1989:54)
menyatakan bahwa terbentuknya persepsi melalui suatu proses, dimana secara
alur proses persepsi dapat dikemukakan sebagai berikut: berawal dari objek yang
menimbulkan rangsangan dan rangsangan tesebut mengenai alat indra atau
reseptor. Proses ini dinamakan proses kealaman (fisik). Kemudian rangsangan yang
diterima oleh alat indra dilanjutkan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini
dinamakan proses fisiologis. Selanjutnya terjadilah suatu proses di otak, sehingga
individu dapat menyadari apa yang ia terima dengan reseptor itu, sebagai suatu
rangsangan yang diterimanya. Proses yang terjadi dalam otak/pusat kesadaran
itulah dinamakan dengan proses psikologis. Dengan demikian taraf terakhir dari
proses persepsi ialah individu menyadari tentang apa yang diterima melalui alat
indra (reseptor).
Persepsi merupakan bagian dari seluruh proses yang menghasilkan respon atau
tanggapan yang dimana setelah rangsangan diterapkan keapada manusia.
Subprosesnya adalah pengenalan,prasaan, dan penalaran. persepsi dan kognisi
diperlukan dalam semua kegiatan psikologis. Rasa dan nalar bukan merupakan
bagian yang perlu dari setiap situasi rangsangan-tanggapan, sekalipun kebanyakan
tanggapan individu yang sadar dan bebas terhadap satu rangsangan, dianggap
dipengaruhi oleh akal atau emosi atau kedua-duanya.
Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponan utama berikut:
1. Seleksi adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar,
intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
2. Interprestasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai
arti bagi seseorang. Interprestasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti
pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, dan
kecerdasan. Interprestasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk
mengadakan pengkatagoriaan informasi yang kompleks menjadi sarjana.
3. Interprestasi dan persepsi kemudian ditrjemahkan dalam bentuk tingkah laku
sebagai rekasi (Depdikbud, 1985), dalam Soelaeman, 1987). Jadi,
prosespersepsi adalah melakukan seleksi, interprestasi, dan pembulatan terhadap
informasi yang sampai.

JENIS JENIS PERSEPSI

Persepsi visual
Persepsi visual dari indera penglihatan yaitu mata. Persepsi ini
adalahpersepsi yang paling awal berkembang pada bayi dan
memengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya. Persepsi visual adalah
hasil dari apa yang kita lihat, baik sebelum kita melihat atau masih membayangkan
serta sesudah melakukan pada objek yang dituju.

Persepsi auditoria atau pendengaran


Persepsi auditori merupakan persepsi yang didapatkan dari
indera pendengaran yaitu telinga. Seseorang dapat mempersepsikan sesuatu dari
apa yang didengarnya.

Persepsi perabaan
Persepsi perabaan merupakan persepsi yang didapatkan dari indera perabaan
yaitu kulit. Seseorang dapat mempersepsikan sesuatu dari apa yang disentuhnya
atau akibat persentuhan sesuatu dengan kulitnya.

Persepsi penciuman
Persepsi penciuman merupakan persepsi yang didapatkan dari
indera penciuman yaitu hidung. Seseorang dapat mempersepsikan sesuatu dari
apa yang cium.

Persepsi pengecapan
Persepsi pengecapan atau rasa merupakan jenis persepsi yang didapatkan dari
indera pengecapan yaitu lidah. Seseorang dapat mempersepsikan sesuatu dari apa
yang ecap atau rasakan.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI SESEORANG

Miftah Toha (2003: 154) menyatakan bahwa faktor-faktor yang


mempengaruhipersepsi seseorang adalah sebagai berikut :

a. Faktor internal: perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka, keinginan


atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan,
nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi.

b. Faktor eksternal: latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh, pengetahuan


dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan gerak, hal-
hal baru dan familiar atau ketidak asingan suatu objek.

David Krech (1962) faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsiseseorang


adalah: 1) Frame of Reference, yaitu ke rangka pengetahuan yang dimiliki yang
dipengaruhi dari pendidikan, bacaan, penilitian, dll. 2) Frame of experience,
yaitu berdasarkan pengalam an yang telah dialaminya yang tidak terlepas dari
keadaan lingkungan sekitarnya

Sedangkan menurut Stephen P. Robins, (1996) terdapat 3 faktor yang


mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu:

1. Individu yang bersangkutan (pemersepsi)


Apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interpretasi tentang
apa yang dilihatnya itu, ia akan dipengaruhi oleh karakterisktik individual yang
dimilikinnya seperti sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman, pengetahuan,
dan harapannya.

2. Sasaran dari persepsi


Sasaran dari persepsi dapat berupa orang, benda, ataupun peristiwa. Sifat-sifat itu
biasanya berpengaruh terhadap pe rsepsi orang yang
melihatnya.Persepsi terhadap sasaran bukan merupakan sesuatu yang dilihat
secara teori melainkan dalam kaitannya dengan orang lain yang terlibat. Hal
tersebut yang menyebabkan seseorang cenderung mengelompokkan orang, benda,
ataupun peristiwa sejenis dan memisahkannya dari kelompok lain yang tidak
serupa.

3. Situasi
Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang berarti situasi dimanapersepsi
tersebut timbul, harus mendapat perhatian. Situasi me rupakan faktor yang turut
berperan dalam proses pem bentukan persepsi seseorang.

Menurut Bimo Walgito (2004: 70) faktor-faktor yang berperan


dalam persepsidapat dikemukakan beberapa faktor, yaitu:
a. Objek yang dipersepsi Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera
atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi
juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung
mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor

b. Alat indera, syaraf dan susunan syaraf Alat indera atau reseptor merupakan alat
untuk menerima stimulus, di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai
alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf,
yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon
diperlukan motoris yang dapat membentuk persepsiseseorang

c. Perhatian Untuk menyadari atau dalam mengadakan persepsi diperlukan adanya


perhatian, yaitu merupakan langkah utama sebagai suatu persiapan dalam rangka
mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari
seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu sekumpulan objek

Faktor-faktor tersebut menjadikan persepsi individu berbeda satu sama lain dan
akan berpengaruh pada individu dalam mempersepsi suatu objek, stimulus,
meskipun objek tersebut benar-benar sama. Persepsi seseorang atau kelompok
dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun
situasinya sama. Perbedaan persepsi dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-
perbedaan individu, perbedaanperbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam
sikap atau perbedaan dalam motivasi. Pada dasarnya proses
terbentuknyapersepsi ini terjadi dalam diri seseorang, namun persepsi juga
dipengaruhi oleh pengalaman, proses belajar, dan pengetahuannya
HAMBATAN KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

2. Hambatan-hambatan dalam Komunikasi Antarbudaya


Hambatan- Hambatan dalam Komunikasi Antarbudaya terjadi karena alasan
yang bermacam-macam karena komunikasi mencakup pihak-pihak yang berperan
sebagai pengirim dan penerima secara berganti-ganti maka hambatan-
hambatan tersebut dapat terjadi dari semua pihak antara lain :
1. Keanekaragaman dari tujuan-tujuan komunikasi. Masalah komunikasi sering
terjadi karena alasan dan motivasi untuk berkomunikasi yang berbeda-beda, dalam
situasi antarbudaya perbedaan ini dapat menimbulkan masalah.
2. Etnosentrisme banyak orang yang menganggap caranya melakukan persepsi
terhadap hal-hal disekelilingnya adalah satu-satunya yang paling tepat dan benar,
padahal harus disadari bahwa setiap orang memiliki sejarah masa lalunya sendiri
sehingga apa yang dianggapnya baik belum tentu sesuai dengan persepsi orang
lain. Etnosentrisme cenderung menganggap rendah orang-orang yang dianggap
asing dan memandang budaya-budaya asing dengan budayanya sendiri karena
etnosentrisme biasanya dipelajari pada tingkat ketidaksadaran dan diwujudkan
pada tingkat kesadaran, sehingga sulit untuk melacak asal usulnya.
3. Tidak adanya kepercayaan karena sifatnya yang khusus, komunikasi
antarbudaya merupakan peristiwa pertukaran informasi yang peka terhadap
kemungkinan terdapatnya ketidak percayaan antara pihak-pihak yang terlibat.
4. Penarikan diri komunikasi tidak mungkin terjadi bila salah satu pihak secara
psikologis menarik diri dari pertemuan yang seharusnya terjadi. Ada dugaan bahwa
macam-macam perkembangan saat ini antara lain meningkatnya
5. Tidak adanya empati.

Namun lain lagi menurut Barna, 1988 ; Ruben, 1985 dalam (Joseph A.
DeVito, 1997 : 488-491) hambatan-hambatan komunikasi antarbudaya dibagi
menjadi 5 yaitu :
Mengabaikan Perbedaan Antara Anda dan Kelompok yang Secara Kultural
Berbeda
Mengabaikan perbedaan Antara Kelompok Kultural yang Berbeda
Mengabaikan Perbedaan dalam Makna
Melanggar Adat Kebiasaan Kultural
Menilai Perbedaan Secara Negatif
Cara menghadapi Hambatan dalam KAB
Seseorang dapat dikatakan sukses sebagai manager bisnis internasional
budaya apabila ia mempunyai kemampuan untuk merefleksikan seberapa besar
kesungguhannya dalam aspek dibawah ini :[3]
1. Social Competence : Kemampuan untuk membuat jaringan sosial, pandai
bergaul dan banyak temannya
2. Openness to other ways of thinking : keterbukaan untuk menerima pikiran
yang berbeda dari dirinya
3. Cultural Adaptation : Kemampuan seseorang menerima budaya baru
4. Professional Excellence : Mempunyai kemampuan yang handal dalam bidang
tertentu
5. Language Skill : Kemampuan mempelajari bahasa asing dengan tepat
6. Flexibility : Kemampuan dalam penyesuaian diri sesuai dengan tuntutan
keadaan
7. Ability to work in team : Kemampuan dalam mengelola dan bekerjasama
dalam satu tim
8. Self Reliance or independence : Percaya diri dan mandiri
9. Mobility : Lincah dan wawasannya luas
10. Ability to deal with stress : Mempunyai kemampuan untuk mengatasi stress
11. Adaptability of the family : Keluarganya pandai menyesuaikan diri dengan
lingkungan baru
12. Patience : Ulet dan sabar
13. Sesivity : Peka terhadap sesuatu yang baru

Hambatan untuk komunikasi antar pribadi

hambatan-hambatan tersebut antara lain sebagai berikut:

Bahasa : Dalam komunikasi, peranan bahasa sangat penting karena bahasa


merupakan salah satu alat bahasa verbal yang digunakan dalam berkomunikasi.
Bila dalam suatu komunikasi ada kesalahpahaman yang terjadi yang disebabkan
oleh bahasa itu akan menjadi hambatan dalam komunikasi .

Budaya : Budaya juga sangat penting dan berpengaruh. Bila dalam komunikasi ada
perbedaan latar budaya dan tidak terdapat titik temu antar satu dengan yang lain
hal ini dapat menjadi bomerang dalam proses komunikasi sehingga dapat
menimbulkan kesalahpahaman antar personal yang dapat membuat perpecahan.

Kebenaran yang semu : Maksud dari kebenaran yang semu adalah benar tidak dan
salahpun juga tidak. Dan dalam kata-kata yang digunakan ada bumbu kebohongan
di dalamnya. Dalam sebuah komunikasi harus ada kejelasan ataupun kejujuran
agar ada keterbukaan antar personal.
Penipuan : Hambatan komunikasi yang lain adalah penipuan. Dalam sebuah
komunikasi bila terjadi penipuan akan merusak keakraban yang sudah terjadi dan
sudah terpelihara selama ini.

Tujuan yang tidak jelas : Dalam komunikasi harus ada kejelasan dalam
berhubungan agar ada tujuan yang pasti, apabila tidak ada tujuan yang jelas akan
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Misalnya miss komunikasi yang dapat
memecahkan hubungan antar sahabat ataupun hubungan antar personal yang
lainnya.

Salah paham : Terkadang di dalam suatu komunikasi terjadi salah paham dalam
interpretasi, respon, dan asumsi. Dan ini membuat suatu kesalahpahaman dalam
berkomunikasi sehingga dari kesalahpahaman ini bisa terjadi perusakan suatu
komunikasi. Selain itu, apabila kesalahpahaman terus berlanjut dalam suatu
hubungan komunikasi, hubungan komunikasi antar personal tersebut bisa pecah
atau ada pemutusan hubungan.

Sisi historis / pengalaman : Setiap orang pasti memiliki pengalaman sendiri-sendiri.


Apabila dari pengalaman orang yang satu dengan yang lain tidak ada titik temu
maka terjadi kesalahpahaman. Dan bila orang yang bersangkutan tidak segera
memperbaiki bisa saja terjadi perusakan yang berakhir dengan pemutusan suatu
hubungan atau komunikasi.

Menganggap enteng lawan bicara : Dalam suatu komunikasi atau hubungan kita
harus bisa menghormati antar personal agar tercipta suatu hubungan yang
harmonis. Tapi apabila tidak ada rasa saling menghormati maka akan terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan misalnya pemutusan hubungan.

Mendominasi pembicaraan : Komunikasi dua arah akan berhasil bila kita saling
mengisi dan melengkapi. Bila ada seorang yang lebih mendominasi suatu
pembicaraan, komunikasi tersebut tidak akan efektif dan tidak akan berjalan
dengan lancar.

Pihak ketiga : Ketika terjadi komunikasi dua arah jangan sampai ada pihak ketiga
yang datang karena pihak ketiga atau orang yang tidak diundang dapat merusak
suatu komunkasi yang sudah terbina dari awal. Hal ini dapat terjadi karena pihak
ketiga tidak tahu dari awal apa yang terjadi dalam komunikasi dua arah yang
sebelumnya dan bisa merusak sedikit demi sedikit komunikasi atau hubungan yang
sudah tercipta sebelumnya.

Pada tiap personal terjadi proses komunikasi yang bertujuan untuk mengenali satu
dengan lainnya, maka dari itu komunikasi yang terjalin harus terdapat pengertian
serta kepercayaan antar personal, selain itu terdapat beberapa komponen yang
harus dijaga untuk menjaga hubungan komunikasi agar tidak terjadi
kesalahpahaman yang dapat mengakibatkan perusakan atau pemutusan.

FUNGSI KOMUNIKASI NONVERBAL


Komunikasi nonverbal dapat menjalankan sejumlah fungsi penting. Periset
nonverbal mengidentifikasi enam fungsi utama (Ekman, 1965; Knapp, 1978) yaitu:

1. Untuk Menekankan

Manusia menggunakan komunikasi nonverbal untuk menonjolkan atau menekankan


beberapa bagian dari pesan verbal, misalnya tersenyum untuk menekankan kata
atau ungkapan tertentu, atau memukulkan tangan ke meja untuk menekankan
suatu hal tertentu.

2. Untuk Melengkapi (Complement)

Manusia menggunakan komunikasi nonverbal untuk memperkuat warna atau sikap


umum yang dikomunikasikan oleh pesan verbal, misalnya tersenyum ketika
menceritakan kisah lucu, atau menggeleng-gelengkan kepala ketika menceritakan
ketidakjujuran seseorang.

3. Untuk Menunjukkan Kontradiksi

Manusia juga dapat secara sengaja mempertentangkan pesan verbal dengan


gerakan nonverbal. Sebagai contoh, menyilangkan jari atau mengedipkan mata
untuk menunjukkan bahwa yang dikatakan adalah tidak benar.

4. Untuk Mengatur

Gerak-gerik nonverbal dapat mengendalikan atau mengisyaratkan keinginan untuk


mengatur pesan verbal. Misalnya mengerutkan bibir, mencondongkan badan ke
depan, atau membuat gerakan tangan untuk menunjukkan keinginan mengatakan
sesuatu. Bisa juga mengangkat tangan atau menyuarakan jenak (pause) (misalnya,
dengan menggumamkan umm) untuk memperhatikan bahwa anda belum selesai
bicara.

5. Untuk Mengulangi

Melalui kode nonverbal dapat mengulangi atau merumuskan ulang makna dari
pesan verbal. Misalnya, menyertai pernyataan verbal apa benar? dengan
mengangkat alis mata anda, atau anda dapat menggerakkan kepala atau tangan
untuk mengulangi pesan verbal Ayo kita pergi.

6. Untuk Menggantikan

Komunikasi nonverbal juga dapat menggantikan pesan verbal, misalnya,


mengatakan oke dengan tangan tanpa berkata apa-apa. Menganggukkan kepala
untuk mengatakan ya atau menggelengkan kepala untuk mengatakan tidak.

JENIS-JENIS KOMUNIKASI NONVERBAL

Komunikasi objek.
Komunikasi objek yang paling umum adalah penggunaan pakaian. Orang sering
dinilai dari jenis pakaian yang digunakannya, walaupun ini dianggap termasuk salah
satu bentuk stereotipe. Misalnya orang sering lebih menyukai orang lain yang cara
berpakaiannya menarik. Selain itu, dalam wawancara pekerjaan seseorang yang
berpakaian cenderung lebih mudah mendapat pekerjaan daripada yang tidak.
Contoh lain dari penggunaan komunikasi objek adalah seragam

Sentuhan.
Haptik adalah bidang yang mempelajari sentuhan sebagai komunikasi nonverbal.
Sentuhan dapat termasuk: bersalaman, menggenggam tangan, berciuman,
sentuhan di punggung, mengelus-elus, pukulan, dan lain-lain. Masing-masing
bentuk komunikasi ini menyampaikan pesan tentang tujuan atau perasaan dari
sang penyentuh. Sentuhan juga dapat menyebabkan suatu perasaan pada sang
penerima sentuhan, baik positif ataupun negatif.

Kronemik.
Kronemik adalah bidang yang mempelajari penggunaan waktu dalam komunikasi
nonverbal. Penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal meliputi durasi yang
dianggap cocok bagi suatu aktivitas, banyaknya aktivitas yang dianggap patut
dilakukan dalam jangka waktu tertentu, serta ketepatan waktu (punctuality)

Gerakan tubuh.
Dalam komunikasi nonverbal, kinesik atau gerakan tubuh meliputi kontak mata,
ekspresi wajah, isyarat, dan sikap tubuh. Gerakan tubuh biasanya digunakan untuk
menggantikan suatu kata atau frasa, misalnya mengangguk untuk mengatakan ya;
untuk mengilustrasikan atau menjelaskan sesuatu; menunjukkan perasaan,
misalnya memukul meja untuk menunjukkan kemarahan; untuk mengatur atau
menngendalikan jalannya percakapan; atau untuk melepaskan ketegangan.

Proxemik.
Proxemik atau bahasa ruang, yaitu jarak yang Anda gunakan ketika berkomunikasi
dengan orang lain, termasuk juga tempat atau lokasi posisi Anda berada.
Pengaturan jarak menentukan seberapa jauh atau seberapa dekat tingkat
keakraban Anda dengan orang lain, menunjukkan seberapa besar penghargaan,
suka atau tidak suka dan perhatian Anda terhadap orang lain, selain itu juga
menunjukkan simbol sosial. Dalam ruang personal, dapat dibedakan menjadi 4
ruang interpersonal:
1. Jarak intim
Jarak dari mulai bersentuhan sampai jarak satu setengah kaki. Biasanya
jarak ini untuk bercinta, melindungi, dan menyenangkan.
2. Jarak personal
Jarak yang menunjukkan perasaan masing - masing pihak yang berkomunikasi
dan juga menunjukkan keakraban dalam suatu hubungan, jarak ini berkisar
antara satu setengah kaki sampai empat kaki.
3. Jarak sosial
Dalam jarak ini pembicara menyadari betul kehadiran orang lain, karena itu
dalam jarak ini pembicara berusaha tidak mengganggu dan menekan orang
lain, keberadaannya terlihat dari pengaturan jarak antara empat kaki hingga
dua belas kaki.
4. Jarak publik
Jarak publik yakni berkisar antara dua belas kaki sampai tak terhingga

Vokalik.
Vokalik atau paralanguage adalah unsur nonverbal dalam suatu ucapan, yaitu cara
berbicara. Ilmu yang mempelajari hal ini disebut paralinguistik. Contohnya adalah
nada bicara, nada suara, keras atau lemahnya suara, kecepatan berbicara, kualitas
suara, intonasi, dan lain-lain. Selain itu, penggunaan suara-suara pengisi seperti
"mm", "e", "o", "um", saat berbicara juga tergolong unsur vokalik, dan dalam
komunikasi yang baik hal-hal seperti ini harus dihindari.

Lingkungan.
Lingkungan juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu.
Diantaranya adalah penggunaan ruang, jarak, temperatur, penerangan, dan warna.

2.1 Komunikasi Non-Verbal

2.1.1 Batasan Komunikasi Non-Verbal


Komunikasi non-verbal merupakan komunikasi yang tidak memakai kata-
kata sebagai penyampai pesan. Adler & Rodman lalu membatasinya lagi dengan
membedakan antara komunikasi vokal (komunikasi yang memakai mulut) dengan
komunikasi verbal yang memakai kata-kata, sehingga komunikasi non-verbal
dapat berarti menyampaikan pesan verbal atau non verbal dengan media
selain alat kebahasaan. Malandro & Barker juga membuat batasan untuk
komunikasi non-verbal, yaitu :
- Komunikasi tanpa kata-kata
- Terjadi bila individu berkmunikasi tanpa suara
- Setiap hal yang dilakukan diberi makna oleh orang lain
Adapun perbedaan antara komunikasi verbal & non-verbal, komunikasi
verbal dan non-verbal merupakan sebuah kesatuan, saling bekerjasama dalam
membuat satu makna, tapi tentu saja ada perbedaan diantara keduanya. Don Stack
dan kawan-kawan mengemukakan perbedaannya sebagai berikut :
1. Kesengajaan
Komunikasi non-verbal tidak terlalu terikat oleh niat, tak terlalu sering
disengaja, mengarah pada norma yang berlaku.
2. Perbedaan simbolik
Menurut Mehrabian, Komunikasi verbal lebih eksplisit (isyarat verbal dapat
didefinisikan lewat kamus atau melalui aturan sintaksis)) daripada
komunikasin non-verbal yang implisit (penjelasan informal dan samar-
samar). Kounikasi non-verbal lebih mengarah pada reaksi alami seperti
perasaan atau emosi.
3. Mekanisme pemrosesan
Pesan yang disampaikan kurang terstruktur, diekspresikan saat tindakan
komunikasi berlangsung.
Adapun perbedaan dalam segi dimensi yang dikemukakan oleh Malandro dan
Barker :
1. Struktur >< Non Struktur
Ketika komunikasi terstruktur dan diatur dalam tata bahasa, komunikasi non
verbal tidak mempunyai struktur formal sama sekali, tak berpola, dan
mempunyai banyak tafsir dalam satu perilaku non-verbal.
2. Linguistik >< non-linguistik
Sulitnya memberi makna pada lambing-lambang non-verbal karena tak
adanya struktur khusus.
3. Sinambung >< Tidak sinambung
Komunikasi non-verbal berhenti ketika lawan bicara meninggalkan tempat,
tapi selama fisik dan keberadaan komunikator masih dapat dipresepsikan
orang lain atau diri sendiri, maka komunikasi non verbal masih terjadi, lain
halnya dengan komunikasi verbal yang mempunyai akhir yang pasti.
4. Dipelajarai >< Didapat secara alamiah
Jarang sekali individu yang mempelajari cara untuk berkounikasi non-verbal.
Semuanya didapat dari mengamati dan mengalaminya.
5. Pemrosesan bagian otak kiri >< Pemrosesan bagian otak kanan
Komunikasi verbal yang memerlukan analisis diproses di otak kanan,
sementara non-verbal di otak kiri. Hal ini membuat proses pengiriman dan
penerimaan pesan jadi berbeda.
2.1.2 Fungsi Komunikasi Non-Verbal
Komunikasi non-verbal sebagai multi saluran mengubah pesan verbal dalam
6 fungsi, yaitu :
Pengulangan(repetition), berlawanan (contradiction), pengganti (substitution),
pengaturan (regulation), penekanan (accentuation) dan pelengkap
(complementation).
1. Repetition
Perilaku non-verbal dapat mengulangi perilaku verbal. Contoh : Mengatakan iya
sambil mengangguk.
2. Contradiction
Perilaku non-verbal yang membantah pesan verbal, dan memberi makna terhdapa
pesan verbal tersebut. Contoh : memuji teman atas prestasinya sambil mencibirkan
bibir.
3. Substitution
Perilaku nonverbal dapat menggantikan perilaku verbal, jadi tanpa berbicara Anda
bisa berinteraksi dengan orang lain. Contoh : seorang pengamen mendatangi mobil
Anda kemudian tanpa mengucapkan sepatah katapun Anda menggoyangkan tangan
Anda dengan telapak tangan mengarah ke depan (sebagai kata pengganti "Tidak").
4. Regulation
Pesan-pesan nonverbal berfungsi untuk mengendalikan sebuah interaksi dalam
suatu cara yang sesuai dan halus. Contoh : anggukan kepala selama percakapan
berlangsung.
5. Accentuation
Menekankan Dan melengkapi pesan verbal. Contoh : gerakan tangan ketika
berpidato.
6. Complementation
Perilaku Nonverbal dapat meregulasi perilaku verbal. Contoh : saat kuliah akan
berakhir, Anda melihat jam tangan dua-tiga kali sehingga dosen segera menutup
kuliahnya.

2.1.3 Karakteristik Komunikasi Non-Verbal


Menurut Ronald Adler dan George Rodman, ada 4 karakteristisk komunikasi
non-verbal, yaitu :
1 Keberadaannya
Akan selalu muncul dalam tindakan komunikasi verbal, disadaari ataupun
tidak disadari
2 Kemampuan menyampaikan pesan tanpa bahasa verbal
3 Sifat ambiguitas
Ada banyak tafsir untuk sebuah perilaku non-verbal
4 Keterikatannya dalam suatu kultur tertentu,
Perilaku-perilaku yang memiliki makna khusus dalam satu budaya, akan
mengekspresikan pesan-pesan yang berbeda dalam ikatan kultur yang lain.
Adapun kategori dalam komunikasi non-verbal, terdapat beragam cara untuk
menyampaikan pesan secara non-verbal, yaitu :
1 Vocalics/Paralanguage
Penggunaan output/input vocal seperti desahan, menelan, menguap, dsb.
2 Kinesics
Ekspresi wajah, gerak tubuh, gerak lengan dan kaki
3 Eye behavior (gerak mata)
4 Proxemics (ruang & teritori pribadi)
5 Haptics (sentuhan)
6 Chronemics (waktu)
7 Olvaction (bau)
8 Fisik & Penampilan
Fisik acap kali menjadi penanda non-verbal tertentu. Sementara penampilan
menjadi saluran untuk mengekspresikan makna-makna tertentu. Menurut
Ronald B. Adler dan George Rodman dalam bukunya Understanding Human
Communication, bahwa salah satu kategori komunikasi nonverbal yang
penting adalah clothing atau cara berpakaian. Dengan berpakaian seseorang
berusaha menunjukkan siapa dirinya, mengekpresikan makna melalui kesan
tertentu melalui penampilannya, atau menampilkan status sosial ekonomi,
penanda, atau peran tertentu.
9 Lingkungan (penggunaan benda, aksesoris, artifak)
Faktor lingkungan sebagai salah satu karakteristik penandaan nonverbal
dapat berupa lingkungan atau benda-benda yang digunakan atau dimiliki
seseorang yang dapat merefleksikan makna tertentu yang berkaitan dengan
orang tersebut. Misalnya, ketika kita memasuki ruang atau rumah seseorang,
dengan segera kita dapat memperoleh kesan mengenai kepribadian
penghuninya. Demikian pula dengan kesan yang kita berikan pada seseorang
dengan melihat mobil yang dikendarainya, perabot rumahnya, asesorisnya,
dan sebagainya. Hal ini terjadi karena orang cenderung memilih benda atau
lingkungan yang dapat merefleksikan citra diri dan kepribadiannya.
Pesan yang disampaikan melalui pakaian, aksesoris, dsb disebut sebagai pesan
artifaktual.

2.1.4 Teori Komunikasi Non-Verbal


Sangat banyak cara untuk melakukan komunikasi verbal kepada lawan
bicara, salah satunya melalui penampilan fisik, Penampilan fisik mencakup dua
aspek yaitu busana serta karakteristik fisik. Pilihan orang atas busananya juga
mencerminkan kepribadian, apakah ia orang yang religius, modern, atau berjiwa
muda. Sementara daya tarik fisik merupakan ciri penting dalam banyak teori
kepribadian, meskipun bersifat implisit. Orang yang menarik secara fisik dinilai lebih
pandai bergaul, luwes, tenang, menarik, dan berhasil dalam karier. Adapun teori
dalam komunikasi Non-Verbal, yakni :
Teori Metaforis dari Mehrabian
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori fungsional metaforis
yang dikemukakan Mehrabian. Teori metaforis mengelompokkan perilaku
non-verbal ke dalam pengelompokan fungsi. Dia memandang komunikasi
non-verbal dalam tiga kontinum yaitu dominan submisif, menyenangkan
tidak menyenangkan, menggairahkan tidak menggairahkan. Setiap perilaku
dapat dimasukan ke setiap kontinum dan dianalisis melalui tiga metafora
yang berkaitan dengan kekuasaan dan status, kesukaan, dan tingkat
responsif. Metafora kekuasaan-status mencerminkan dimana perilaku non-
verbal mengkomunikasikan dominasi-submisi, metafora kesukaan didasarkan
pada kontinum menyenangkan tidak menyenangkan, dan tingkat responsif
didasari pada kontinum menggairahkan tidak menggairahkan.
BAB III

FENOMENA

3.1 Fenomena Komunikasi Non-Verbal

3.1.1 Komunikasi Non-Verbal antara Fakultas Ilmu Komunikasi,


Fakultas Kedokteran dan Fakultas Teknik
Dalam fenomena ini terjadi komunikasi non-verbal antara Fakultas Teknik,
Fakultas Kedokteran dan Fakultas Ilmu Komunikasi. Komunikasi non-verbal yang
digunakan antara lain terlihat dari cara berpakaian, potongan rambut, gaya emosi
dan gaya berbicara. Namun komunikasi non-verbal yang paling menonjol pada
fenomena ini terlihat dari segi penampilan fisik antara Fakultas Teknik, Fakultas
Kedokteran dan Fakultas Ilmu Komunikasi. Adapun perbedaan diantara ketiga
fakultas dari data yang telah diinput tersebut antara lain :
1. Fakultas Kedokteran
Komunikasi non-verbal mahasiswa kedokteran dari segi penampilan fisik bisa
terbilang sangat menonjol diantara fakultas lainnya. Karna pada dasarnya
mahasiswa kedokteran dituntut berpenampilan bersih, rapi serta terlihat
lebih formal dibandingkan mahasiswa fakultas lainnya. Dan dapat dengan
mudahnya dikenali karena mempunyai ciri khusus seperti, memakai rok dan
berjilbab (bagi perempuan), celana bahan (bagi laki-laki) kemeja rapi, kaos
kaki, memakai flatshoes (bagi perempuan) ,sepatu pantofel atau sepatu
hitam, potongan rambut pendek dan rapi (bagi laki-laki) disertai adanya
peraturan khusus dari segi berpakaian, diantaranya :
a. Diharuskan memakai jilbab (bagi perempuan)
b. Memakai kemeja rapi dan rok panjang tidak ketat (bagi perempuan)
c. Memakai kemeja rapi dan celana bahan tidak ketat (bagi laki-laki)
memakai flatshoes atau sepatu (bagi perempuan), tidak boleh sandal
bagi seluruh mahasiswa kedokteran baik laki-laki ataupun perempuan
d. Memakai kemeja rapi dan celana bahan tidak ketat (bagi laki-laki)
memakai flatshoes atau sepatu yang tertutup (bagi perempuan), tidak
boleh sandal bagi seluruh mahasiswa kedokteran baik laki-laki ataupun
perempuan
e. Potongan rambut diharuskan pendek dan rapi
f. Memakai kaos kaki bagi semua mahasiswa kedokteran baik laki-laki
ataupun perempuan
2. Fakultas Ilmu Komunikasi
Komunikasi non-verbal fakultas ilmu komunikasi dalam segi penampilan fisik
mempunyai ciri khas tersendiri karena bergaya lebih up to date dibandingkan
fakultas lainnya, dari segi potongan rambut mayoritas berwarna (tidak
hitam), berambut panjang/gondrong (bagi laki-laki) dan mayoritas
mahasiswanya ber-make up (bagi perempuan) dari segi berpakaianpun
terlihat lebih stylish mengikuti mode zaman sekarang. Bisa terlihat dari sisi
hedonismenya yang tinggi, seperti memakai barang-barang branded, dan lain
sebagainya meskipun pada dasarnya terlihat lebih urakan dibandingkan
dengan fakultas lainnya. Adapun aturan tersendiri yang berlaku di Fakultas
Ilmu Komunikasi, diantaranya :
a. Dalam hal berpakaian, tidak boleh memakai kaos pendek dan ketat
baik laki-laki ataupun perempuan, tidak boleh memakai rok pendek
(bagi perempuan) dan tidak boleh memakai celana sobek
b. Dikhususkan setiap hari Jumat, berpakaian rapi, tidak ketat, baju
lengan panjang dan memakai jilbab (bagi perempuan). Wajib memakai
baju muslim, baju koko ataupun memakai baju batik (bagi laki-laki)
Adapun perbedaan dalam berpakaian di Fakultas Ilmu Komunikasi karena
terbawa lingkungan dan lebih pada diri individu masing-masing. Karena
masih banyak saja yang melanggar peraturan seperti memakai kaos pendek,
bercelana sobek, memakai sandal dan lain sebagainya.
3. Fakultas Teknik
Komunikasi non-verbal dari mahasiswa fakultas teknik pun mempunyai ciri
khas tersendiri dalam segi penampilan fisik yang terlihat berbeda dengan
fakultas lainnya, seperti berpenampilan lebih apa-adanya dibandingkan
mahasiswa fakultas lainnya, potongan rambut plontos (bagi mahasiswa baru
di fakutas teknik), mayoritas mahasiswa menggunakan tas ransel baik laki-
laki ataupun perempuan, bertali sepatu kuning (berlaku untuk seluruh
mahasiswa baru sebelum mendapatkan jaket himpunan), mayoritas
perempuan tidak ber-make up), adapun beberapa mahasiswa berambut
gondrong (bagi laki-laki), dan terlihat lebih kompak dibandingkan dengan
fakultas lainnya. Adapun peraturan berpakaian di Fakultas Teknik diantaranya
:
a. Potongan rambut plontos (bagi mahasiswa baru laki-laki)
b. Bertali sepatu kuning (bagi seluruh mahasiswa baru)
c. Terdapat ciri khas tersendiri di lengan sebelah kiri, menandakan
mahasiswa teknik pertambangan
d. Tidak memakai celana sobek saat berada di lingkungan kampus
e. Tidak memakai sandal, diharuskan bersepatu bagi seluruh mahasiswa
baik laki-laki ataupun perempuan
f. Memakai kaoskaki berwarna kuning (bagi seluruh mahasiswa baru)
Adapun perbedaan yang paling menonjol dari Fakultas Teknik adalah
penampilannya yang cuek (apa adanya), selalu bergerombol, berjalan
beriringan sehingga terlihat lebih kompak dibandingkan dengan fakultas
lainnya.

Anda mungkin juga menyukai