Anda di halaman 1dari 24

TB PARU

A. PENGERTIAN
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis dan penularan melalui udara (Black,
1997). Tuberkulosis adalah penyakit infeksius, yang terutama
menyerang parenkim paru (Smeltzer & Bare, 1997). Tuberkulosis
adalah suatu penyakit infeksi kronik pada paru yang
karakteristiknya melalui formasi tuberkel atau granulomas
(Luckman & Sorensens, 1993).
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
Tuberkulosa Paru (TBC) adalah penyakit infeksi yang menular,
bersifat kronis, akut atau sub akut dimana tempat predileksinya
pada parenkim paru dan dapat meluas pada bagian tubuh yang
lain yang disebabkan oleh kuman Mikobakterium Tuberkulosis
berbentuk batang bersifat tahan terhadap asam (BTA), bersifat
dorman dan dapat hidup lama tetapi virulen dalam lingkungannya.

B. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERNAFASAN


Organ-organ pernafasan yang dimiliki oleh manusia meliputi
semua struktur yang menghubungkan udara dari dan ke paru-
paru. Organ tersebut antara lain :
1. Nasal
Hidung terdiri dari lubang hidung, rongga hidung, dan
ujung rongga hidung. Rongga hidung banyak memiliki kapiler
darah, dan selalu lembab dengan adanya lendir yang
dihasilkan oleh mukosa. Di dalam hidung udara disaring dari
benda-benda asing yang tidak berupa gas agar tidak masuk ke
paru-paru.
Fungsi nasal yaitu :
a. Bekerja sebagai saluran udara pernafasan
b. Sebagai penyaring udara pernafasan yang dilakukan oleh
bulu-bulu hidung
c. Dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa
2. Faring
Merupakan ruang dibelakang rongga hidung, yang
merupakan jalan masuknya udara dari rongga hidung. Pada
ruang tersebut terdapat epiglotis yang bertugas mengatur
pergantian perjalanan udara pernafasan dan makanan. Rongga
faring terbagi menjadi 3 bagian yaitu :
a. Nasofaring : bagian sebelah atas yang sama tingginya
dengan koan
b. Orofaring : bagian sebelah atas yang sama tingginya
dengan istimus kausium
c. Laringofaring : bagian bawah
3. Laring
Laring ditutupi oleh sebuah empang tenggorok yang
disebut epiglotis yang terdiri atas tulang rawan, epiglotis
(tulang rawan penutup) dan tulang rawan trikoid (cincin
stempel) yang letaknya paling bawah. Pita suara terletak di
dinding laring bagian dalam. Epiglotis berfungsi pada saat kita
menelan makanan menutupi laring agar makanan tidak masuk
ke saluran pernafasan.
4. Trakea
Trakea berjalan dari laring sampai kira-kira ketinggian
vertebra torakalis kelima dan di tempat ini bercabang menjadi
dua bronkus. Trakea tersusun atas 16 sampai 20 lingkaran tak
sempurna lengkap berupa cincin tulang rawan yang diikat
bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran
di sebelah belakang trakea, selain itu juga memuat beberapa
jaringan otot.
5. Bronkus
Merupakan cabang batang tenggorokan yang jumlahnya
sepasang, yang satu menuju paru-paru kiri dan yang satunya
menuju paru-paru kanan. Dinding bronkus terdiri atas lapisan
jaringan ikat, lapisan jaringan epitel, otot polos dan cincin
tulang rawan.
6. Bronkhiolus
Bronkhiolus merupakan cabang dari bronkus, dinding dan
salurannya lebih tipis. Bronkiolus bercabang menjadi bagian
lebih halus.
7. Alveolus
Saluran akhir dari saluran pernafasan yang berupa
gelembung-gelembung udara. Dinding alveolus sangat tipis
setebal selapis sel, lembab, dan berdekatan dengan kapiler-
kapiler darah. Adanya alveolus memungkinkan terjadinya
luasnya daerah permukaan yang berperan penting dalam
pertukaran gas. Pada bagian alveolus inilah terjadinya
pertukaran gas-gas O2 dari udara bebas ke sel-sel darah,
sedangkan pertukaran CO2 dari sel-sel tubuh ke udara bebas
terjadi.
Paru-paru terletak dalam rongga dada dibatasi oleh otot
dada dan tulang rusuk, pada bagian bawah dibatasi oleh
diafragma yang kuat. Diantara selaput dan paru-paru terdapat
cairan limfa yang berfungsi untuk melindungi paru-paru pada saat
mengembang dan mengempis.
Fungsi utama sistem pernafasan adalah untuk memberikan
darah gas oksigen yang akan disalurkan ke seluruh tubuh.

C. ETIOLOGI
Penyebab utama penyakit tuberkulosis paru adalah
mycobacterium tuberculosis, adalah batang aerobik tahan asam
yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan
sinar ultraviolet. Mycobacterium bovis dan Mycobacterium avium
pernah tetapi kejadiannya jarang, berkaitan dengan terjadinya
infeksi tuberkulosis (Smeltzer dan Bare, 1997, h.584).
Penularan penyakit TB biasanya melalui udara dengan
inhalasi droplet nucleus yang mengandung basil tuberkulosis
berukuran 1-5 mikro meter yang dapat melewati atau menembus
sistem mukosilier saluran nafas, sehingga dapat mencapai dan
bersarang di bronkhiolus dan alveolus. Kuman TB menyebar dari
seorang penderita TB paru terbuka kepada orang lain.

D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan
gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat.
Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus
baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara
klinik.
Gejala sistemik/umum, antara lain sebagai berikut:
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama,
biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam.
Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan
bersifat hilang timbul.
Penurunan nafsu makan dan berat badan.
Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai
dengan darah).
Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
Gejala khusus, antara lain sebagai berikut:
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila
terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju
ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening
yang membesar, akan menimbulkan suara mengi, suara
nafas melemah yang disertai sesak.
Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru),
dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti
infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk
saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini
akan keluar cairan nanah.
Pada anak-anak dapat mengenai meningen (lapisan
pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang
selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya
penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
E. PATOFISIOLOGI
Individu rentan ynag menghirup basil tuberculosis dan
menjadi terinfeksi. Bakteri dipindahkan melalui jalan napas ke
alveoli, tempat mereka berkumpul dan mulai memperbanyak diri.
Basil juga dipindahkan melalui sistem limfe dan aliran darah
kebagian tubuh lainnya (ginjal, tulang, dan Korteks serebri), dan
area paru-paru lainnya (lobus atas). Sistem imun tubuh berespons
dengan melakukan reaksi inflamasi, fagosit (neutrofil dan
makrofag) menelan banyak bakteri; limfosit spesifik tuberkulosis
melisis (menghancurkan) basil dan jaringan normal. Reaksi
jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli,
menyebabkan bronkopneumonia.
Infeksi awal biasanya terjadi 2 sampai 10 minggu setelah
pemajanan. Massa jaringan baru, yang disebut granulomas, yang
merupakan gumpalan basil yang masih hidup dan yang sudah
mati dikelilingi oleh makrofag yang membentuk dinding protektif.
Granulomas diubah menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian
(bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik, membentuk massa
seperti keju. Massa ini dapat mengalami klasifikasi membentuk
skar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman, tanpa perkembangan
penyakit aktif. Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat
mengalami penyakit aktif karena gangguan atau respon sistem
imun. Penyakit aktif juga dapat terjadi dengan infeksi ulang dan
aktivasi bakteri dorman. Dalam kasus ini tuberkel ghon memecah
menyembuh, membentuk jaringan parut. Paru yang terinfeksi
menjadi lebih bengkak, mengakibatkan terjadinya
bronkopneumonia lebih lanjut, pembentukan tuberkel dan
selanjutnya. Kecuali proses tersebut dapat dihentikan,
penyebarannya dengan lambat mengarah kebawah kehilum paru-
paru dan kemudian meluas kelobus yang berdekatan.
Proses infeksi umumnya secara laten tidak menunjukkan
gejala sepanjang hidup, sekitar 10% individu yang awalnya
terinfeksi mengalami penyakit aktif dan menjadi sakit TB. Dengan
integritas kekebalan yang menurun karena malnutrisi, infeksi HIV,
supresi kekebalan immunoterapi, atau bertambahnya usia.

F. CARA PENULARAN
Penyakit tuberkulosis ditularkan dari orang ke orang oleh
transmisi melalui udara. Individu terinfeksi, melalui:
1. Berbicara
2. Batuk
3. Bersin
4. Tertawa
5. Menyanyi

G. PENCEGAHAN
1. Pencegahan primer
Berikan tuberkulosis skin test kepada orang yang mengalami
tanda dan gejala atau pemeriksaan hasil laboratorium
abnormalitas yang diduga secara klinis tuberkulosis aktif, orang
yang kontak dengan penderita TB atau diduga TBC aktif sebara
klinis, orang yang beresiko tinggi, hasil rontgen abnormal.
2. Pencegahan sekunder
a. Ajarkan klien dengan TB untuk kontrol mencegah organisme
dengan memakai masker, menutup mulut bila batuk dan
membuang sputum dengan benar.
b. Evaluasi seseorang yang skin test TB positif tetapi tidak aktif
menderita untuk terapi pencegahan dengan obat isoniazid.
3. Pencegahan tersier
a. Klien harus menjalankan terapi pengobatan dengan obat
anti tuberkulosis secara tuntas dan lengkap.
b. Mengubah, mencegah dan menangani tingkah laku
seseorang yang mengalami perawatan TB.

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Laboratorium
Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis
pada tahap aktif penyakit
Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk
usapan cairan darah) : Positif untuk basil asam-cepat.
Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area
indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah
injeksi intradcrmal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu
dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan
penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara
klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan
atau infeksi disebabkan oleh mikobakterium yang berbeda.
Anemia bila penyakit berjalan menahun
Leukosit ringan dengan predominasi limfosit
LED meningkat terutama pada fase akut umumnya nilai
tersebut kembali normal pada tahap penyembuhan.
GDA : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan sisa
kerusakan paru.
Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB;
adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis.
Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan
beratnya infeksi; contoh hiponatremia disebabkan oleh tak
normalnya retensi air dapat ditemukan pada TB paru kronis
luas.

2. Radiologi
Foto thorax
Infiltrasi lesi awal pada area paru atas simpanan kalsium lesi
sembuh primer atau efusi cairan perubahan menunjukan
lebih luas TB dapat termasuk rongga akan fibrosa.
Perubahan mengindikasikanTB yang lebih berat dapat
mencakup area berlubang dan fibrous. Pada foto thorax
tampak pada sisi yang sakit bayangan hitam dan diafragma
menonjol ke atas.
Bronchografi
Merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan
bronchus atau kerusakan paru karena TB.
Gambaran radiologi lain yang sering menyertai TBC adalah
penebalan pleura, efusi pleura atau empisema,
penumothoraks (bayangan hitam radio lusen dipinggir paru
atau pleura).
3. Pemeriksaan fungsi paru
Penurunan kualitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan
rasio udara residu: kapasitas paru total dan penurunan saturasi
oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis,
kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural.

I. KOMPLIKASI
TBC paru bila tidak ditangani dengan benar dan baik akan
menimbulkan komplikasi. Komplikasi terdiri atas:
1. Komplikasi dini
a. Pleuritis.
b. Efusi pleura.
c. Empiema.
d. Laringitis.
e. Menjalar ke organ lain (otak, tulang, ginjal, kulit dan usus).
2. Komplikasi lanjut
a. Obstruksi jalan nafas (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis).
b. Kerusakan parenkim berat (SOPT/Fibrosis Paru, Kor
Pulmonal).
c. Amiloidosis.
d. Karsinoma paru.
e. Sindrom Gagal Nafas Dewasa (ARDS), sering terjadi pada TB
milier dan kavitas TB.

J. PENATALAKSANAAN
Tuberkulosis paru diobati terutama dengan agens kemoterapi
(agens antituberkulosis) periode 6-12 bulan.
Lima garis depan digunakan adalah:
Isoniazid (INH) : 5 mg/Kg/hr ( IM/PO)
Rifamfisin (RIF) : 10 mg/Kg/hr ( PO )
Etambutol (EMB) : 15-25 mg/Kg/hr ( PO )
Streptomisin (SM) : 15 mg/Kg/Hr ( IM )
Pirazinamid (PZA) : 15 30 mg/Kg/hr ( PO )
Obat-obat baris kedua adalah :
Kapreomisin : 15 30 mg/Kg/Hr ( IM )
Kanamicin : 15 30 mg/Kg/Hr ( IM )
Etionamid : 15 20 mg/Kg/Hr ( PO )
Natrium para amino salisilat : 150 mg/Kg/Hr ( PO )
Sikloserin : 15 mg/Kg ( PO )

K. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN TB PARU


1. Pengkajian
a. Identitas
Identitas pada klien harus diketahui diantaranya : nama,
umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku / bangsa, alamat,
jenis kelamin, status perkawinan, dan penanggungjawab.
b. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama
Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB
meminta pertolongan tenaga kesehatan, dapat dibagi
menjadi dua golongan :
1) Keluhan respiratoris, meliputi :
- Batuk nonproduktif/produktif atau sputum bercampur
darah
- Batuk darah, seberapa banyak darah yang keluar atau
hanya berupa bercak-bercak darah
- Nyeri dada
2) Keluhan sistematis, meliputi :
- Demam, timbul pada sore atau malam hari mirip
demam influenza, hilang timbul, dan semakin lama
semakin panjang serangannya
- Keluhan sistematis lain : keringat malam, anoreksia,
penurunan berat badan, dan malaise.
Riwayat penyakit saat ini
Pengkajian ringkas dengan PQRST dapat memudahkan
melakukan pengkajian.
Provoking Incident : apakah ada peristiwa yang menjadi
faktor penyebab sesak nafas, apakah sesak nafas
berkurang apabila beristirahat ?
Quality of Pain : seperti apa rasa sesak nafas yang
dirasakan atau digambarkan klien, apakah rasa sesaknya
seperti tercekik atau susah dalam melakukan inspirasi atau
kesulitan dalam mencari posisi yang enak dalam
melakukan pernapasan ?
Region : dimana rasa berat dalam melakukan pernapasan ?
Severity of Pain : seberapa jauh rasa sesak dirasakan
klien ?
Time : berapa lama rasa nyeri berlangsung, kapan,
bertambah buruk pada malam hari atau siang hari, apakah
gejala timbul mendadak, perlahan atau seketika itu juga,
apakah timbul terus-menerus atau hilang timbul.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang mendukund adalah apakah klien pernah
menderita TB sebelumnya, keluhan batuk lama pada masa
kecil, tuberkulosis dari organ lain, pembesaran kelenjar
getah bening. Tanyakan mengenai obat-obat yang biasa
diminum oleh klien pada masa lalu yang relevan, meliputi
obat OAT dan antitusif. Kaji penurunan berat badan dalam
enam bulan terakhir.
Riwayat penyakit keluarga
Secara patologi, TB paru tidak diturunkan tetapi perawat
perlu menanyakan apakah penyakit ini pernah dialami oleh
anggota keluarga lainnya sebagai faktor predisposisi di
dalam rumah.
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada klien TB paru meliputi pemeriksaan
fisik umum per sistem dari observasi keadaan umum,
pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2 (blood),
B3 (brain), B4 (bowel), dan B6 (bone), serta pemeriksaan
fisik fokus pada B1 dengan pemeriksaan yang menyeluruh
pada sistem pernafasan.
Tanda-tanda Vital
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien dengan TB
paru biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh secara
signifikan, frekuensi nafas meningkat apabila disertai
dengan sesak nafas, denyut nadi meningkat seiring
peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernafasan, dan
tekanan darah biasanya sesuai dengan adanya penyakit
penyulit seperti hipertensi.
Pemeriksaan fisik fokus TB paru
B1 (breathing)
Inspeksi
Bentuk dada dan gerakan pernafasan
Biasanya pasien TB paru tampak kurus sehingga terlihat
adanya penurunan proporsi diameter bentuk dada antero-
posterior dibandingkan proporsi diameter lateral. Pada
klien TB paru minimal dan tanpa komplikasi, biasanya
gerakan pernafasan tidak mengalami perubahan. Meskipun
demikian, jika terdapat komplikasi yang melibatkan
kerusakan luas parenkim paru biasanya pasien akan
terlihat sesak nafas, peningkatan frekuensi nafas, dan
penggunaan otot bantu pernafasan.
Batuk dan sputum
Pada klien TB biasanya didapatkan batuk produktif yang
disertai peningkatan produksi sekret dan sekresi sputum
yang purulen.
Palpasi
Palpasi trakea
Pada TB paru dapat disertai adanya efusi pleura masif dan
pneumothoraks akan mendorong posisi trakea ke arah
berlawanan dari sisi sakit.
Gerakan dinding thoraks
Gerakan dada saat bernafas biasanya normal dan
seimbang antara bagian kanan dan kiri. Adanya penurunan
gerakan dinding pernafasan biasanya ditemukan pada klien
TB paru dengan kerusakan parenkim yang luas.
Gerakan suara (fremitus vokal)
Kapasitas untuk merasakan bunyi pada dinding dada
disebut taktil fremitus. Adanya penurunan taktil fremitus
pada klien dengan TB paru biasanya ditemukan pada klien
yang disertai komplikasi efusi pleura masif sehingga
hantaran suara menurun karena transmisi getaran suara
harus melewati cairan yang berakumulasi di rongga pleura.
Perkusi
Pada klien dengan TB paru minimal tanpa komplikasi,
biasanya akan didapatkan bunyi resonan atau sonor pada
seluruh lapang paru. Pada klien dengan TB paru yang
disertai komplikasi seperti efusi pleura akan didapatkan
bunyi redup sampai pekak pada sisi yang sakit sesuai
banyaknya akumulasi cairan di rongga pleura. Apabila
disertai pneumothoraks, akan didaptkan bunyi
hiperresonan.
Auskultasi
Pada klien dengan TB paru didapatkan bunyi nafas
tambahan (ronkhi) pada sisi yang sakit. Bunyi yang
terdengar melalui stetoskop ketika klien berbicara disebut
sebagai resonan vokal. Klien dengan TB paru yang disertai
komplikasi seperti efusi pleura dan pneumothoraks akan
didapatkan penurunan resonan vokal pada sisi yang sakit.
d. 11 Pola Fungsional Gordon
1. Persepsi dan Penanganan Kesehatan
Bagaimana gambaran kesehatan klien dengan TB paru saat ini?
Bagaimana pandangan klien terhadap sakit TB paru, penyebabnya, dan
penanganan yang dilakukan?
Bagaimana pencegahan atau tindakan klien dalam menjaga kesehatan?
Adakah klien menggunakan obat warung?
Bagaimana gambaran kesehatan keluarga klien?
2. Nutrisi dan Metabolik
Bagaimana komposisi makanan klien dengan TB paru?
Bagaimana kondisi nafsu makan klien, kesulitan, dan keluhan yang
mempengaruhi nafsu makan klien TB paru?
Adakah pantangan atau alergi makanan bagi klien TB paru?
Bagaimana tipe dan intake cairan klien?
Adakah perubahan BB sebelum dan saat sakit?
3. Eliminasi
Berapa kali klien miksi dalam sehari?
Bagaimana karekteristik urin klien?
Apakah ada masalah dalam proses miksi klien saat sakit? Adakah
menggunakan alat bantu?
Bagaimana gambaran pola defekasi klien serta karekteristik feses?
Apakah klien keringat berlebihan, bau badan, lesi, atau pruritus?
4. Aktivitas dan Latihan
Bagaimana tingkat aktivitas atau kegiatan sehari-hari klien sebelum dan
saat sakit?
Adakah klien melakukan olah raga?
Apakah klien mengalami kesulitan dalam bernafas dan batuk?
Apakah klien merasa lemah, nyeri dada, serta palpitasi?
Berapa level fungsional dan kekuatan otot klien?
5. Tidur-Istirahat
Berapa lama klien tidur di malam hari sebelum dan saat sakit?
Jam berapa klien tidur-bangun sebelum dan saat sakit?
Apakah ada kebiasaan klien sebelum tidur?
Apakah klien mengalami kesulitan dalam tidur?
6. Kognitif-Persepsi
Bagaimana kemampuan menulis, membaca serta berbahasa klien?
Adakah mengalami gangguan sebelum dan saat sakit?
Apakah klien kesulitan dalam mendengar sebelum dan saat sakit?
Apakah klien mengalami pusing dan bagaimana gambaran dari klien
yang dikaji?
Apakah klien mengalami sensitivitas terhadap dingin, panas dan nyeri?
Jika klien nyeri, berapa skala dan karekteristiknya?
7. Persepsi-Konsep Diri
Bagaimana gambaran diri klien sebelum dan saat sakit?
Apakah ada kejadian yang mengubah gambaran diri klien?
Apa ada yang membebani pikiran klien?
Apakah klien sering merasa marah, cemas, depresi, atau takut terhadap
penyakitnya?
8. Peran-Hubungan
Bagaimana gambaran pengaturan kehidupan klien? Apakah hidup sendiri
atau tinggal bersama dengan keluarga?
Apakah klien mempunyai orang dekat?bagaimana kualitas hubungan
klien dengan orang tersebut?
Bagaimana klien dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian
konflik?
Adakah klien bekerja?jika iya, bagaimana penghasilan klien?
Apakah klien mempunyai kegiatan sosial?
9. Seksualitas dan Reproduksi
Bagaimana kehidupan seksual klien?
Apakah klien menggunakan alat bantu/pelindung?
Apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan
kebutuhan seks sebelum dan saat sakit?
Jika klien wanita, bagaimana gambaran pola haid, riwayat kehamilan
serta masalah lainnya yang terkait dengan haid?
10. Koping-Toleransi Stress
Apakah klien selalu mendapatkan apa yang diinginkan?
Apakah ada tujuan, cita-cita, rencana klien di masa yang akan datang jika
klien dapt sembuh dari penyakitnya?
11. Nilai dan Kepercayaan
Adakah nilai atau kepercayaan pribadi yang ikut berpengaruh dalam
proses penyembuhan klien?
Apakah agama merupakan hal penting dalam hidup klien?

2. Diagnosa Keperawatan

N DIAGNOSA NOC NIC


O

1. Bersihan jalan 1. Status 1. Pemasukan udara


nafas tidak pernapasan : pada jalan napas dan
efektif b.d patensi jalan napas stabilisasi
penumpukan Definisi : tingkatan
Definisi:pemasukan atau
sekret pada dimana jalan lintas
pemberian bantuan
jalan nafas. trancheobronchial
dengan insersi dan
tetap terbuka
stabilisasi jalan
Indikator : nafas buatan.

Pasien tidak Tindakan:


mengalami
Memeriksa adanya
demam
dyspnea, dengkur ,
Pasien tidak
atau pernapasan
mengalami
burung ketika
ansietas
pernapasan dengan
Pasien tidakak
oro/nasoparing.
mengalami sesak
Mengubah jalan napas
napas
oro/nasoparing setiap
Kecepatan
hari dan memasukkan
napas klien di
mukosa.
dalam rentang Mendengarkan bunyi
yang diharapkan nafas sebelum
Klien mampu memompa manset
mengeluarkan esopaghus dari eoa.
sputum dari jalan Memilih alat bantu
napas nafas dengan volume
Pasien tidak yang tinggi dan
mengeluarkan tekanan yang rendah.
bunyi pada saat Membantu dengan
bernapas pemasukan pipa
endotrakea dengan
mengumpulkan
2. Status
intubasi yang
pernapasan :
diperlukan dan alat-alat
pertukaran gas
pada saat keadaan
Definisi :
darurat.
pertukaran co2
Memposisikan pasien ,
atau o2 di dalam
memberikan obat , dan
alveolar untuk
memeriksa komplikasi
menjaga
selama pemasukan
konsentrasi gas
pipa alat bantu nafas.
arteri
Memberi informasi
Indikator : mengenai prosedur
intubasi pada pasien
Klien merasa
dan keluarga.
nyaman saat
Mendengarkan bunyi
bernapas
dada setelah intubasi.
Klien tidak
mengalami 2. Pengaturan jalan napas
dispne pada saat
bernapas Definisi: memfasilitasi
Klien tidak jalan nafas.
mengalami
Tindakan:
dispne pada saat
mengerahkan Membuka jalan nafas
tenaga dengan cara dagu
Klien tidak diangkat atau rahang
mengalami ditinggikan.
kurang istirahat Memposisikan pasien
Klien tidak agar mendapatkan
mengalami ventilasi yang
sianosis maksimal.
Kondisi pao2 Mengidentifikasi pasien
klien dalam batas berdasarkan
normal penghirupan nafas
Kondisi paco2 yang potensial pada
klien dalam batas jalan nafas.
normal Penghirupan nafas
Kondisi melalui mulut atau
saturasi o2 klien nasopharing.
dalam batas Memberikan terapi fisik
normal pada dada.
Tidal akhir Mengeluarkan sekret
klien masih di dengan cara batuk atau
dalam rentang penyedotan.
yang diharapkan Mendorong pernapasan
Hasil x-ray yang dalam, lambat,
dada klien masih bolak-balik, dan batuk.
di dalam rentang Menginstruksikan
yang diharapkan bagaimana batuk yang
Perfusi efektif.
ventilasi masih di Mendengarkan bunyi
dalam rentang nafas, mancatat daerah
yang diharapkan yang mangalami
penurunan atau ada
tidaknya ventilasi dan
3. Status
adanya bunyi
pernapasan :
tambahan.
ventilasi
Mengajarkan pasien
Definisi :
bagaimana
perpindahan udara
penghirupan nafas
di dalam dan di
yang tepat.
luar paru-paru
Memposisikan pasien
Indikator : untuk mengurangi
dyspnea.
Kedalaman
Memeriksa keadaan
napas klien
pernafasan dan
dalam kondisi
oksigen.
normal
Klien mampu
berbicara 3. Pembersihan jalan napas
Klien tidak
mengerutkan Definisi:mengeluarkan
bibir pada saat secret/cairan pada jalan
bernapas nafas dengan cara
Klien tidak memasukkan kateter
mengalami penyedot ke dalam mulut
orthopnea sampai trakea .
Klien tidak
Tindakan:
mengalami napas
pendek Menentukan kebutuhan
Klien tidak penyedotan pada mulut
mengalami tactile dan/atau trakea.
fremitus Mendengarkan bunyi
Bunyi perkusi nafas sebelum dan
klien masih sesudah penyedotan.
dalam batas Menginformasikan pada
normal pasien dan keluarga
Bunyi mengenai penyedotan.
auskultasi klien Poemberian obat
masih dalam penenang.
batas normal Melakukan pencegahan
Kondisi umum: memakai
bronchophony sarung tangan,
klien masih kacamata debu, dan
dalam batas masker.
normal Menyisipkan bunyi
Kondisi sengau untuk
egophony klien memfasilitasi
masih dalam penyedotan pada
batas normal nasotrakea.
Volume tidal Menginstruksikan
klien masih pasien untuk
dalam batas mengambil nafas
normal dalam beberapa kali
Kapasitas vital sebelum penyedotan di
klien masih nasotrakea dan
dalam batas menggunakan oksigen
normal tambahan.
Uji fungsi paru Menggunakan alat
klien masih yang steril untuk setiap
dalam batas penyedotan di trakea.
normal Menginstruksikan
pasien untuk
mengambil nafas
dalam secara perlahan-
lahan selama
pemasukan kateter
penyedotan melalui
nasotrakea.
Memeriksa keadaan
oksigen pasien (tingkat
sa2o2 dan svo2) dan
keadaan hemodynamic
(tingkat map dan irama
cardiac) sebelum,
selama, dan sesudah
penyedotan.
Berdasarkan durasi dari
setiap penyedotan
trakea dan melihat
respon pasien terhadap
penyedotan.
Melakukan penyedotan
oropharing setelah
menyelesaikan
penyedotan trakea.
Membersihkan daerah
di sekitar trakea
setelah melakukan
penyedotan di trakea.
Menghentikan
penyedotan di trakea
dan memberikan
oksigen tambahan jika
pasien pernah
mengalami bradikardia,
penambahan di
ventrikel ectopy.
Teknuk penyedotan
yang bervariasi
berdasarkan respon
klinik pasien.
Mencata tipe dan
jumlah secret yang
ada.
Menjadikan secret
sebagai indicator untuk
tes kebudayaan dan
sensitivitas.
Memberi arahan pada
pasien atau keluarga
tentang bagaimana
penyedotan pada jalan
nafas.

4. Peningkatan batuk

Definisi : pengambilan nafas


dalam oleh pasien dengan
yang menderita tekanan
intratorak yang tinggi dan
mengompres parenchyma
paru-paru untuk
mengeluarkan air.

Tindakan :

Memeriksa hasil tes


fungsi paru-paru,
bagian dari kapasitas
vital, kekuatan
inspirasi maksimal,
kekuatan volume
ekspirasi dalam 1 detik
(fev1), dan fev1/fvc2,
dengan tepat.

Membantu
memposisikan pasien
pada posisi duduk
dengan kepala agak
sedikit fleksi, lengan
reflex, dan lutut fleksi.

Membantu pasien
mengambil beberapa
kali nafas dalam.

Membantu pasien
mengambil nafas
dalam, selam 2 detik,
dan membatukan 2
atau 3 kali berturut-
turut.

Menginstruksikan
pasien untuk
menghirup nafas
dalam, melengkung
sedikit ke depan,
melakukannya tiga
atau empat kegusaran
(glottis buka lagi).

Menginstruksikan
pasien untuk
mengambil beberapa
kali nafas dalam,
menghembuskannya
perlahan-lahan, dan
membatukkan pada
terakhir hembusan.

Memulai teknik
penurunan dinding
dada lateral/rusuk
selama tahap ekspirasi
batuk.

Menginstruksikan
pasien untuk batuk
yang dimulai dengan
penghirupan nafas
secara maksimal.

2. Gangguan Status pernapasan Manajemen jalan nafas


pertukaran gas b.d
ketidakseimbangan Indikator : aktifitas :
Jumlah pernapasan posisikan klien pada posisi yang
perfusi ventilasi diharapkan normal memudahkan untuk bernafas
Ritme pernapasan dengan ventilasi yang besar
diharapkan normal keluarkan sekresi melalui batuk
Kedalaman yang efektif atau pengisapan
pernapasan mendorong bernafas dalam dan
diharapkan normal batuk yang efektif untuk
Klien diharapkan mengeluarkan spuctum
tidak mengalami instruksikan bagaimana batuk
sesak nafas saat yang efektif untuk
istirahat mengeluarkan spuctum
klien diharapkan tidak ajarkan klien bagaimana
mengalami batuk lagi menarik nafas yang seharusnya
Sianosis sudah tidak (tehnik nafas dalam)
ada posisikan klien untuk
Klien diharapkan mengurangi sesak nafas
tidak merasakan lelah monitor status pernafasan dan
oksigenasi
mengajarkan cara batuk efektif
Status pernafasan : dengan bantuan pembebatan.
Pertukaran Gas Pemberian mukolitik dan hidrasi
Indikator : Monitor respirasi

Kebutuhan jumlah aktifitas :


monitor jumlah, ritme dan usaha
oksigen terpenuhi
Keseimbangan untuk bernafas.
Catat pergerakan dada, lihat
pertukaran jaringan
Klien diharapkan kesimetrisan, penggunaan otot
bantu nafas dan reaksi otot
tidak mengalami
supraklavikula dan interkosta
sesak nafas saat
Monitor bunyi nafas
istirahat
Catat jenis batuk
Tidak gelisah saat
Auskultasi bunyi paru
beristirahat
Pemasangan WSD untuk
Tidak terjadi sianosis
Tidak somnolence mengurangi akumulasi udara di
Tidak mengalami kavum pleura
kerusakan kognitif

3. Ketidakseimban 1. Status 1. Manajemen Nutrisi


gan nutrisi Nutrisi : Intake
Tindakan:
kurang dari Makanan Dan
kebutuhan Cairan Menanyakan apakah
tubuh b.d pasien mempunyai
malaise dan Definisi: tingkat alergi terhadap
anoreksia nutrisi yang dapat makanan
memenuhi Menetukan makanan
kebutuhan pilihan pasien
metabolik Menentukan jumlah
kalori dan jenis zat
Indikator : makanan yang
Intake diperlukan untuk
memenuhi nutrisi,
nutrisi klien
ketika berkolaborasi
dalam keadaan
dengan ahli makanan,
normal
jika diperlukan
Intake
Anjurkan menambah
makanan dan
intake zat besi
cairan klien
makanan, jika
dalam keadaan
diperlukan
normal
Memberi makanan
Energi
yang sehat, bersih, dan
klien dalam lunak, jika diperlukan
keadaan baik Memberi pasien
Berat makanan dan minuman
badan klien tinggi protein, tinggi
dalam keadaan kalori, dan bernutrisi
normal yang siap dikonsumsi,
jika diperlukan
2. Status Nutrisi : Menimbang berat
Intake makanan badan pasien pad jarak
dan Cairan waktu yang tepat
Definisi : jumlah
makanan yang 2. Mengontrol Nutrisi
masuk ke dalam
Tindakan:
tubuh lebih dari 24
jam Menimbang berat
badan pasien pada
Indikator :
jarak yang ditentukan
Intake Memantau gejala
makanan yang kekuranagan dan
masuk melalui penambahan berat
mulut klien badan
dalam keadaan Mengontrol turgor kulit,
normal jika diperlukan
Memantau kekeringan,
Intake cairan tipisnya rambut
yang masuk sehingga mudah rontok
melalui mulut Memantau gusi saat
klien dalam menelan, karang gigi,
keadaan normal dan penambahan luka
Intake cairan Mengontrol mual dan
klien dalam muntah
keadaan normal Memantau pengukuran
lapisan kulit: lapisan
kulit trisep, lingkar otot
3. Status Nutrisi : lengan, dan lingkar
Intake Nutrisi lengan
Indikator : Mengontrol albumin,
jumlah protein,
Intake kalori
hemoglobin, dan
klien dalam tingkat hematocrit
keadaan normal
Intake protein 3. Mengontrol Berat Badan
klien dalam
Tindakan:
keadaan normal
Intake lemak Bicarakan dengan
klien dalam pasien hubungan
keadaan normal antara intake makanan,
Intake latihan, penambahan
karbohidrat klien berat badan, dan
dalam keadaan kekurangan berat
normal badan
Intake vitamin Bicarakan dengan
klien dalam pasien kondisi medis
keadaan normal yang dapat
Intake besi mempengaruhi berat
klien dalam badan
keadaan normal Memberitahu resiko
Intake kalsium kelebihan dan
klien dalam kekurangan berat
keadaan normal badan
Memberi motivasi pada
pasien untuk merubah
kebiasaan makan
Menentukan ideal berat
tubuh
DAFTAR PUSTAKA

Bullechek,Gloria M.2004.Nursing Interventions Classification.USA:EGC


Johnson, M., Maas, M., and Moorhead, Sue. 2000. Nursing Outcomes
Classification. USA : EGC.
Price and Wilson. 2005. Patofisiologi, Konsep Klinis Prose-proses
Penyakit. Jakarta : EGC.
Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Sjamsuhidajat, R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.
Wiley-Blackwell.2009. Nanda Internasional, Nursing Diagnosis. UK :
EGC

Sumber Internet:
http://ikm-uii.net46.net/download/_laporan_pendek/short
%20report_TB_ 2009.pdf
http://lely-nursinginfo.blogspot.com/2007/06/pregnancy-and-
tuberculosis.html
http://hatzsiahaan.blogspot.com/2008/05/tb-kehamilan.html
http://askepasbid.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai