Studi Kasus 2.docx1
Studi Kasus 2.docx1
Oleh:
INTAN KUSUMA FABRIYANI
NIM : 2015.B.15.0373
Oleh:
INTAN KUSUMA FABRIYANI
NIM : 2015.B.15.0373
Saya Bersumpah Bahwa Laporan Studi Kasus Ini Adalah Hasil Karya Sendiri Dan
Belum Pernah Dikumpulkan Oleh Orang Lain Untuk menempuh ujian praktik Dari
Berbagai Jenjang Pendidikan Di Perguruan Tinggi Manapun.
Yang Menyatakan,
Oleh:
Penguji I Penguji II
Mengetahui
Ketua Program Studi DIII Keperawatan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Studi Kasus
ini yang berjudul Asuhan Keperawatan Dengan Ulkus Pedis (Diabetes Melitus) Di
Rungan B (Penyakit Dalam Wanita) BLUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya yang
diajukan untuk memenuhi syarat Menempuh Ujian Praktik Lapangan Pada Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.
Penulis menyadari dalam penulisan banyak menemukan kesulitan tetapi
berkat adanya bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak akhirnya laporan kasus
dapat diselesaikan.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada yang terhormat:
1. Bapak dr. ADM Tangkudung, M. Kes, selaku Direktur BLUD dr. Doris
Sylvanus Palangkaraya yang telah menyediakan tempat bagi pelaksanaan
praktek DIII Keperawatan Eka Harap Palangkaraya.
2. Ibu Dra. Mariaty Darmawan, MM, selaku direktur Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Dorma Simbolon Selaku Penguji Praktek dan sebagai kepala ruangan B
(penyakit dalam wanita) BLUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan Asuhan Keperawatan pada
pasien Ny. D dengan Ulkus Pedis (Diabetes Melitus) di ruangan B (penyakit
dalam wanita).
4. Ibu Erlina selaku penguji praktek dan Pembimbing penulis studi kasus baik saat
ujian dan penulisan Asuhan Keperawatan pada Ny. D dengan Ulkus Pedis
(Diabetes Melitus) di ruang B (penyakit dalam wanita) BLUD dr. Doris
Sylvanus Palangkaraya.
5. Seluruh Staf Pengajar DIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka
Harap Palangkaraya.
6. Kedua Orang Tua saya tercinta yang selama ini telah memberikan dukungan
dan doanya.
7. Kakak saya yang saya sayangi dan kasihi yang selalu memberikan dukungan
semangat.
8. Seluruh teman khususnya Jurusan DIII Keperawatan Tingkat II dan semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan Studi Kasus ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan studi kasus ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat
membangun dalam penyempurnaan studi kasus ini di harapkan dari semua pihak.
Semoga laporan kasus ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca khususnya
saudara-saudara seprofesi di bidang keperawatan.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
2. Hemoglobin glikosilat
Hb1C adalah sebuah pengukuran untuk menilai kadar gula darah selama 140
hari terakhir. Angka Hb1C yang melebihi 6,1% menunjukkan diabetes.
3. Tes toleransi glukosa oral
Setelah berpuasa semalaman kemudian pasien diberi air dengan 75 gr gula,
dan akan diuji selama periode 24 jam. Angka gula darah yang normal dua jam
setelah meminum cairan tersebut harus < dari 140 mg/dl.
4. Tes glukosa darah dengan finger stick, yaitu jari ditusuk dengan sebuah jarum,
sample darah diletakkan pada sebuah strip yang dimasukkan kedalam celah
pada mesin glukometer, pemeriksaan ini digunakan hanya untuk memantau
kadar glukosa yang dapat dilakukan dirumah.
5. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara Benedict (reduksi). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada
urine: hijau (+), kuning (++), merah (+++), dan merah bata (++++).
6. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman.
2.1.7 Penatalaksanaan Medis
1. Penatalaksanaan jangka Pendek
a. Debridement lokal : radikal jaringan sehat.
b. Terapi antibiotic sistemik untuk memerangi infeksi, di ikuti tes sensitivitas
antibiotik.
c. Control diabetes untuk meningkatkan efisiensi system imun.
d. Posisi tanpa bobot badan untuk ulkus plantaris
2. Penatalaksanaan jangka panjang
Apabila ulkus meluas kedalam dermis atau jaringan yang lebih dalam maka
pertimbangan penggunaan preparat enzimatik, misalnya Varidase untuk
mengencerkan pus dan menghancurkan krusta yang berlebihan atau balutan butiran
yang mengandung povidon, misalnya salep debrison. Balutan arang aktif misalnya
actisorb plus atau pasta gula yang sangat bermanfaat untuk luka yang sangat bau.
Apabila luka terbuka superficial jika luka sangat terkontaminasi/pasien sangat
lemah, pertimbangkan penggunaan agens anti mikroba topikal yang dimasukkan
kedalam balutan yang tidak menempel. Lakukan seperti merubah posisi pasien
yang sedang tirah baring. Menghilangkan tekanan pada kulit yang memerah dan
penempatan pembalut yang bersih dan tipis apabila telah berbentuk ulkus
dekubitus, Sistemik : antibiotic spectrum luas, seperti:
- Amoxilin 4 x 500 mg selama 15-30 hari.
- Siklosperm 1-2 gram selama 3-10 hari.
- Topical : salep antibiotik seperti kloramphenikol 2 gram.
Perawatan ulkus menurut Suriadi (2004) adalah sebagai berikut:
a. Debridement
Luka yang mengalami nekrosis akan sukar mengalami penyembuhan, oleh
karena itu perlu dilakukan debridement untuk mencegah infeksi yang lebih luas.
Pada prinsip debridement yang perlu diperhatikan adalah kondisi pasien dan
kondisi luka. Debridement di sini adalah mengangkat jaringan yang sudah
mengalami nekrosis untuk menyokong pertumbuhan atau pemulihan luka. Adapun
tipe dari debridement ada beberapa cara diantaranya secara mekanik yaitu dengan
kompres basah-kering, hidroterapi, dan irigasi luka.
Rasional untuk dilakukan debridement adalah mengurangi perluasan pada
luka, kontrol dan pencegahan infeksi, dan visualisasi dasar luka. Indikasi untuk
debridement adalah luka yang akut atau kronik dengan jaringan nekrosis, luka yang
terinfeksi dengan jaringan nekrotik. Adapun kontraindikasinya luka yang tidak
terinfeksi, kering, dan luka iskemik yang stabil.
b. Pembersihan (wound cleansing)
Pada setiap luka yang akan diganti selalu dibersihkan. Bahan yang paling
sering digunakan adalah dengan normal salin atau bisa dengan larutan antiseptik
yang tidak menimbulkan cytotoxic. Dalam membersihkan luka perlu dilakukan
irigasi dengan tekanan yang tidak terlalu kuat, dengan tujuan untuk membersihkan
sisa-sisa jaringan yang nekrotik atau eksudat. Prinsip membersihkan luka adalah
dari pusat luka ke arah luar luka dan secara hati-hati atau dapat juga dari bagian
luar dulu kemudian bagian dalam dengan kasa yang berbeda.
c. Dressing
Dressing adalah suatu usaha untuk mempertahankan integritas fisiologi pada
luka. Sebelum melakukan dressing atau balutan dan pengobatan luka diperlukan
pengkajian pada kondisi luka hal ini adalah untuk menentukan tipe dressing atau
balutan yang dibutuhkan.
2.2 Manajemen Keperawatan
2.2.1 Pengkajian Keperawatan
Fokus utama pengkajian pada pasien Diabetes Melitus adalah melakukan
pengkajian dengan ketat terhadap tingkat pengetahuan dan kemampuan untuk
melakukan perawatan diri. Pada pemeriksaan fisik dapat muncul sebagai berikut:
a. Aktivitas/istirahat
Tanda: Penurunan kekuatan, ketahanan, keterbatasan rentang gerak.pada area
yang sakit gangguannya misalnya otot perubahan tunas.
b. Sirkulasi
Tanda: Hipoksia, penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cidera,
vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan
dingin, pembentukan edema jaringan.
c. Eleminasi
Tanda: Keluaran urin menurun adalah tidak adanya pada fase darurat, warna
mungkin hitam kemerahan, bila terjadi, mengidentifiasi kerusakan
otot.
d. Makanan/cairan
Tanda: Edema jaringan umum, anoreksia, mual dan muntah.
e. Neurosensori
Gejala: Area kebas/kesemutan.
f. Pernapasan
Gejala: Menurunnya fungsi medulla spinalis, edema medulla, kerusakan
neurologi, paralysis abdominal dan otot pernapasan.
g. Integritas ego
Gejala: Masalah keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: Ansietas, menangis, ketergantungan, mmenarik diri, marah.
h. Keamanan
Tanda: Adanya fraktur akibat dilokasi (jatuh, kecelakaan, kontraksi otot
tetanik, sampai dengan syok listrik).
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di
kaki.
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya gangren pada
ekstrimitas.
3. Resiko terjadinya penyebaran infeksi (sepsis) berhubungan dengan tingginya
kadar gula darah, penurunan atau tingginya fungsi leukosit/perubahan sirkulasi.
4. Gangguan pemenuhan nutrisi (kurang dari) kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake makanan yang kurang.
5. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya/menurunnya
aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
2.2.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1: Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan rasa nyeri
pada luka di kaki.
Tujuan: Pasien dapat mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang optimal.
Kriteria Hasil:
1. Pergerakkan pasien bertambah luas.
2. Pasien dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan seperti duduk.
3. Rasa nyeri berkurang.
4. Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahap sesuai dengan
kemampuan.
Intervensi Rasional
1) Kaji dan identifikasi tingkat 1) Untuk mengetahui derajat kekuatan
kekuatan otot pada kaki pasien. otot-otot kaki pasien.
2) Beri penjelasan tentang pentingnya 2) Pasien mengerti pentingnya
melakukan aktivitas untuk menjaga aktivitas sehingga dapat kooperatif
kadar gula darah dalam keadaan dalam tindakan keperawatan.
normal. 3) Untuk melatih otot-otot kaki
3) Anjurkan pasien untuk sehingg berfungsi dengan baik.
menggerakkan/mengangkat 4) Agar kebutuhan pasien tetap dapat
ekstrimitas bawah sesuai terpenuhi.
kemampuan. 5) Analgesik dapat membantu
4) Bantu pasien dalam memenuhi mengurangi rasa nyeri, fisioterapi
kebutuhannya. untuk melatih pasien melakukan
5) Kerja sama dengan tim kesehatan aktivitas secara bertahap dan benar.
lain : dokter (pemberian analgesik)
dan tenaga fisioterapi.
Diagnosa 2: Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya gangren
pada ekstrimitas.
Tujuan: Tercapainya proses penyembuhan luka.
Kriteria hasil:
1. Berkurangnya oedema sekitar luka.
2. Pus dan jaringan berkurang.
3. Adanya jaringan granulasi.
4. Bau busuk luka berkurang.
Intervensi Rasional
1. Kaji luas dan keadaan luka serta 1. Pengkajian yang tepat terhadap luka
proses penyembuhan. dan proses penyembuhan akan
2. Rawat luka dengan baik dan benar : membantu dalam menentukan
Membersihkan luka secara abseptik tindakan selanjutnya.
menggunakan larutan yang tidak 2. Merawat luka dengan teknik
iritatif, angkat sisa balutan yang aseptik, dapat menjaga kontaminasi
menempel pada luka dan nekrotomi luka dan larutan yang iritatif akan
jaringan yang mati. merusak jaringan granulasi tyang
3. Kolaborasi dengan dokter untuk timbul, sisa balutan jaringan
pemberian insulin, pemeriksaan nekrosis dapat menghambat proses
kultur pus pemeriksaan gula darah granulasi.
pemberian anti biotik. 3. Insulin akan menurunkan kadar
gula darah, pemeriksaan kultur pus
untuk mengetahui jenis kuman dan
anti biotik yang tepat untuk
pengobatan, pemeriksaan kadar
gula darah untuk mengetahui
perkembangan penyakit.
Diagnosa 3: Resiko terjadinya penyebaran infeksi (sepsis) berhubungan
dengan tingginya kadar gula darah, penurunan atau tingginya
fungsi leukosit/perubahan sirkulasi.
Tujuan: Tidak terjadi penyebaran infeksi (sepsis).
Kriteria Hasil:
1. Tanda-tanda infeksi tidak ada.
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal (S: 36-37,50C)
3. Keadaan luka baik dan kadar gula darah normal.
Intervensi Rasional
1. Kaji adanya tanda-tanda 1. Pengkajian yang tepat tentang
penyebaran infeksi pada luka. tanda-tanda penyebaran infeksi
2. Anjurkan kepada pasien dan dapat membantu menentukan
keluarga untuk selalu menjaga tindakan selanjutnya.
kebersihan diri selama perawatan. 2. Kebersihan diri yang baik
3. Lakukan perawatan luka secara merupakan salah satu cara untuk
aseptik. mencegah infeksi kuman.
4. Anjurkan pada pasien agar menaati 3. Untuk mencegah kontaminasi luka
diet, latihan fisik, pengobatan yang dan penyebaran infeksi.
ditetapkan. 4. Diet yang tepat, latihan fisik yang
5. Kolaborasi dengan dokter untuk cukup dapat meningkatkan daya
pemberian antibiotika dan insulin. tahan tubuh, pengobatan yang tepat,
mempercepat penyembuhan
sehingga memperkecil
kemungkinan terjadi penyebaran
infeksi.
5. Antibiotika dapat menbunuh
kuman, pemberian insulin akan
menurunkan kadar gula dalam
darah sehingga proses
penyembuhan akan lebih cepat.
Diagnosa 4: Gangguan pemenuhan nutrisi (kurang dari) kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake makanan yang kurang.
Tujuan: Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil:
1. Berat badan dan tinggi badan ideal.
2. Pasien mematuhi dietnya.
3. Kadar gula darah dalam batas normal.
4. Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia/hipoglikemia.
Intervensi Rasional
1. Kaji status nutrisi dan kebiasaan 1. Untuk mengetahui tentang keadaan
makan. dan kebutuhan nutrisi pasien
2. Anjurkan pasien untuk mematuhi sehingga dapat diberikan tindakan
diet yang telah diprogramkan. dan pengaturan diet yang adekuat.
3. Timbang berat badan setiap 2. Kepatuhan terhadap diet dapat
seminggu sekali. mencegah komplikasi terjadinya
4. Identifikasi perubahan pola makan. hipoglikemia/hiperglikemia.
5. Kerja sama dengan tim kesehatan 3. Mengetahui perkembangan berat
lain untuk pemberian insulin dan badan pasien (berat badan
diet diabetik. merupakan salah satu indikasi untuk
menentukan diet ).
4. Mengetahui apakah pasien telah
melaksanakan program diet yang
ditetapkan.
5. Pemberian insulin akan
meningkatkan pemasukan glukosa
ke dalam jaringan sehingga gula
darah menurun, pemberian diet
yang sesuai dapat mempercepat
penurunan gula darah dan
mencegah komplikasi.
Diagnosa 5: Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan
melemahnya/menurunnya aliran darah ke daerah gangren
akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
Tujuan: mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal.
Kriteria Hasil:
1. Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler.
2. Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosi.
3. Kulit sekitar luka teraba hangat.
4. Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah.
5. Sensorik dan motorik membaik.
Intervensi Rasional
1. Ajarkan pasien untuk melakukan 1. Dengan mobilisasi meningkatkan
mobilisasi. sirkulasi darah.
2. Ajarkan tentang faktor-faktor yang 2. Meningkatkan melancarkan aliran
dapat meningkatkan aliran darah: darah balik sehingga tidak terjadi
Tinggikan kaki sedikit lebih rendah oedema.
dari jantung (posisi elevasi pada 3. Kolestrol tinggi dapat mempercepat
waktu istirahat), hindari terjadinya arterosklerosis, merokok
penyilangkan kaki, hindari balutan dapat menyebabkan terjadinya
ketat, hindari penggunaan bantal, di vasokontriksi pembuluh darah,
belakang lutut dan sebagainya. relaksasi untuk mengurangi efek
3. Ajarkan tentang modifikasi faktor- dari stres.
faktor resiko berupa : Hindari diet 4. Pemberian vasodilator akan
tinggi kolestrol, teknik relaksasi, meningkatkan dilatasi pembuluh
menghentikan kebiasaan merokok, darah sehingga perfusi jaringan
dan penggunaan obat vasokontriksi. dapat diperbaiki, sedangkan
4. Kerja sama dengan tim kesehatan pemeriksaan gula darah secara rutin
lain dalam pemberian vasodilator, dapat mengetahui perkembangan
pemeriksaan gula darah secara rutin dan keadaan pasien, HBO untuk
dan terapi oksigen (HBO). memperbaiki oksigenasi daerah
ulkus/gangren.
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Diagnosa 1: Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan rasa nyeri
pada luka di kaki.
1. Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien.
2. Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas untuk menjaga
kadar gula darah dalam keadaan normal.
3. Anjurkan pasien untuk menggerakkan/mengangkat ekstrimitas bawah sesuai
kemampuan.
4. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
5. Kerja sama dengan tim kesehatan lain : dokter (pemberian analgesik) dan
tenaga fisioterapi.
Diagnosa 2: Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya gangren
pada ekstrimitas.
1. Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.
2. Rawat luka dengan baik dan benar : Membersihkan luka secara abseptik
menggunakan larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang menempel
pada luka dan nekrotomi jaringan yang mati.
3. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan kultur pus
pemeriksaan gula darah pemberian anti biotik.
Diagnosa 3: Resiko terjadinya penyebaran infeksi (sepsis) berhubungan
dengan tingginya kadar gula darah, penurunan atau tingginya
fungsi leukosit/perubahan sirkulasi.
1. Kaji adanya tanda-tanda penyebaran infeksi pada luka.
2. Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk selalu menjaga kebersihan diri
selama perawatan.
3. Lakukan perawatan luka secara aseptik.
4. Anjurkan pada pasien agar menaati diet, latihan fisik, pengobatan yang
ditetapkan.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotika dan insulin.
Diagnosa 4: Gangguan pemenuhan nutrisi (kurang dari) kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake makanan yang kurang.
1. Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.
2. Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.
3. Timbang berat badan setiap seminggu sekali.
4. Identifikasi perubahan pola makan.
5. Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan diet
diabetik.
Diagnosa 5: Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan
melemahnya/menurunnya aliran darah ke daerah gangren
akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
1. Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi.
2. Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah:
Tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari jantung (posisi elevasi pada waktu
istirahat), hindari penyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari
penggunaan bantal, di belakang lutut dan sebagainya.
3. Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa : Hindari diet tinggi
kolestrol, teknik relaksasi, menghentikan kebiasaan merokok, dan
penggunaan obat vasokontriksi.
4. Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator,
pemeriksaan gula darah secara rutin dan terapi oksigen (HBO).
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Kegiatan evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah
implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan.
Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai:
1. Berhasil perilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal yang
ditetapkan di tujuan.
2. Tercapai sebagian pasien menunujukan perilaku tetapi tidak sebaik yang
ditentukan dalam pernyataan tujuan.
3. Belum tercapai pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan perilaku yang
diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Keterangan:
= meninggal
= laki-laki
= perempuan
= ada hubungan keluarga
= tinggal serumah
= pasien
3.1.3 Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Keadaan pasien compos mentis, terpasang infus NaCl tangan sebelah kanan
20 tpm. Terdapat luka post debridement hari ke 4.
2. Status Mental
a. Tingkat Kesadaran : Compos mentis
b. Ekspresi wajah : Meringis
c. Bentuk badan : Normal
d. Cara berbaring/bergerak : Supinasi
e. Berbicara : Suara jelas
f. Suasana hati : Khawatir
g. Penampilan : Rapi
h. Fungsi kognitif
Orientasi waktu : Pasien dapat
membedakan pagi, siang, dan malam.
Orientasi Orang : Pasien dapat
membedakan keluarga, dokter dan
perawat.
Orientasi Tempat : Pasien sadar
sekarang ada di rumah sakit.
i. Halusinasi : Dengar/Akustic Lihat/Visual
Lainnya tidak ada
j. Proses berpikir : Blocking Circumstansial
Flight oh ideas Lainnya tidak ada
k. Insight : Baik Mengingkari
Menyalahkan orang lain
l. Mekanisme pertahanan diri : Adaptif Maladaptif
m. Keluhan lainnya : tidak ada keluhan
3. Tanda-Tanda Vital
a. Suhu/T : 36,5 0C Axilla Rektal Oral
b. Nadi/HR : 87 x/mnt
c. Pernapasan/RR : 25 x/mnt
d. Tekanan Darah/BP : 140/90 mmHg
4. Pernapasan (Breathing)
Bentuk Dada : Simetris
Kebiasaan merokok : tidak ada merokok
Batuk, sejak : tidak ada batuk
Batuk darah, sejak : tidak ada batuk darah
Sputum, warna : tidak ada sputum
Sianosis .......................................
Nyeri dada
Dyspnoe nyeri dada orthopnoe
lainnya
Sesak nafas saat inspirasi Saat aktivitas
saat istirahat
Type Pernafasan Dada Perut
Dada dan perut Kusmaul
Cheyne-stokes Biot
Lainnya
Irama Pernafasan Teratur Tidak teratur
Suara Nafas Vesukuler Bronchovesikuler
Bronchial Trakeal
Suara Nafas tambahan Wheezing Ronchi kering
Ronchi basah (rales)
Lainnya
Keluhan lainnya : tidak ada
Masalah keperawatan : tidak ada
5. Cardiovasculer (Bleeding)
Nyeri dada Kram kaki Pucat
Pusing/sinkop Clubing finger Sianosis
Sakit Kepala Palpitasi Pingsan
Capillary refill > 2 detik < 2 detik
Oedema : Wajah Ekstrimitas atas
Anasarka Ekstrimitas bawah
Asites, lingkar perut tidak dikaji cm
Ictus Cordis Terlihat Tidak melihat
Vena jugularis Tidak meningkat Meningkat
Suara jantung Normal lup-dup
Ada kelainan tidak ada kelainan
Keluhan lainnya : tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
6. Persyarafan (Brain)
Nilai GCS : E : 4 (Eye)
V : 5 (Verbal)
M : 6 (Motorik)
Total Nilai GCS : 15
Kesadaran : Compos Menthis Somnolent Delirium
Apatis Soporus Coma
Pupil : Isokor Anisokor Midriasis
Meiosis
Refleks Cahaya : Kanan Positif Negatif
Kiri Positif Negatif
Nyeri, lokasi tidak ada
Vertigo gelisah aphasia kesemutan
Bingung Disarthria Kejang Trernor
Pelo
Uji Syaraf Kranial:
Nervus Kranial I :
Nervus Kranial II :
Nervus Kranial III :
Nervus Kranial IV :
Nervus Kranial V :
Nervus Kranial VI :
Nervus Kranial VII :
Nervus Kranial VIII :
Nervus Kranial IX :
Nervus Kranial X :
Nervus Kranial XI :
Nervus Kranial XII :
Uji Koordinasi :
Ekstrimitas Atas : Jari ke jari Positif Negatif
Jari ke hidung Positif Negatif
Ekstrimitas Bawah : Tumit ke jempul kaki Positif Negatif
Uji Kestabilan Tubuh : Positif Negatif
Refleks:
Bisep : Kanan +/- Kiri +/- Skala tidak dikaji
Trisep : Kanan +/- Kiri +/- Skala tidak dikaji
Brakioradialis : Kanan +/- Kiri +/- Skala tidak dikaji
Patella : Kanan +/- Kiri +/- Skala tidak dikaji
Akhiles : Kanan +/- Kiri +/- Skala tidak dikaji
Refleks Babinski : Kanan +/- Kiri +/-
Refleks lainnya : tidak ada
Uji sensasi : tidak ada
Keluhan lainnya : tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
7. Eliminasi Uri (Bladder)
Produksi Urine : 5-7 x/hr
Warna : Kuning
Bau : Amoniak
Tidak ada masalah/lancar Menetes Inkotinen
Oliguri Nyeri Retensi
Poliuri Panas Hematuri
Dysuri Nocturi
Kateter Cystostomi
Keluhan Lainnya : tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah
8. Eliminasi Alvi (Bowel)
Mulut dan Faring
Bibir : Baik, tidak kering
Gigi : Sebagian tanggal
Gusi : Baik, tidak ada peradangan
Lidah : Baik, tidak ada luka
Mukosa : Baik, cukup lembap
Tonsil : Baik, tidak ada peradangan
Rectum : Tidak dikaji
Haemoroid : Tidak dikaji
BAB : 1 x/hr Warna: Kuning Konsistensi: Lembek
Tidak ada masalah Diare Konstipasi Kembung
Feaces berdarah Melena Obat pencahar Lavement
Bising usus : Tidak dikaji
Nyeri tekan, lokasi : Tidak ada nyeri tekan bagian abdomen
Benjolan, lokasi : Tidak ada benjolan
Keluhan lainnya : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
9. Tulang - Otot Integumen (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi Bebas Terbatas
Parese, lokasi tidak ada
Paralise, lokasi tidak ada
Hemiparese, lokasi tidak ada
Krepitasi, lokasi tidak ada
Nyeri, lokasi tidak ada
Bengkak, lokasi bagian kaki sebelah kiri post debridement
Kekakuan, lokasi tidak ada
Flasiditas, lokasi tidak ada
Spastisitas, lokasi tidak ada
Ukuran otot Simetris
Atropi
Hipertropi
Kontraktur
Malposisi
Uji kekuatan otot: Ekstrimitas atas 5 5 Ekstrimitas bawah 5 4
Deformitas tulang, lokasi tidak ada
Peradangan, lokasi bagian kaki sebelah kiri post debridement
Perlukaan, lokasi bagian kaki sebelah kiri post debridement
Patah tulang, lokasi tidak ada patah tulang
Tulang belakang Normal Skoliosis
Kifosis Lordosis
10. Kulit-Kulit Rambut
Riwayat alergi Obat tidak ada alergi obat
Makanan tidak ada alergi makanan
Kosmetik tidak ada alergi kosmetik
Lainnya tidak ada keluhan lainnya
Suhu kulit Hangat Panas Dingin
Warna kulit Normal Sianosis/ biru Ikterik/kuning
Putih/ pucat Coklat tua/hyperpigmentasi
Turgor Baik Cukup Kurang
Tekstur Halus Kasar
Lesi : Macula, lokasi
Pustula, lokasi
Nodula, lokasi
Vesikula, lokasi
Papula, lokasi
Ulcus, lokasi
Jaringan parut lokasi tidak ada
Tekstur rambut kasar dan beruban
Distribusi rambut merata seluruh kepala
Bentuk kuku Simetris Irreguler
Clubbing Finger Lainnya
Masalah Keperawatan: Gangguan integritas kulit
11. Sistem Penginderaan
a. Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan: Berkurang Kabur
Ganda Buta/gelap
Gerakan bola mata: Bergerak normal Diam
Bergerak spontan/nistagmus
Visus : Mata Kanan (VOD) : tidak dikaji
Mata kiri (VOS) : tidak dikaji
Sclera Normal/putih Kuning/ikterus Merah/hifema
Konjunctiva Merah muda Pucat/anemic
Kornea Bening Keruh
Alat bantu Kacamata Lensa kontak Lainnya tidak ada
Nyeri : tidak ada nyeri
Keluhan lain : tidak ada keluhan
b. Telinga/Pendengaran
Fungsi pendengaran: Berkurang Berdengung Tuli
c. Hidung/Penciuman
Bentuk: Simetris Asimetris
Lesi
Patensi
Obstruksi
Nyeri tekan sinus
Transluminasi
Cavum Nasal Warna Integritas
Septum nasal Deviasi Perforasi Peradarahan
Sekresi, warna tidak ada
Polip Kanan Kiri Kanan dan Kiri
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
12. Leher dan Kelenjar Limfe
Massa Ya Tidak
Jaringan Parut Ya Tidak
Kelenjar Limfe Teraba Tidak teraba
Kelenjar Tyroid Teraba Tidak teraba
Mobilitas leher Bebas Terbatas
13. Sistem Reproduksi
a. Reproduksi Pria
Kemerahan, Lokasi :
Gatal-gatal, Lokasi :
Gland Penis :
Maetus Uretra :
Discharge, warna :
Srotum :
Hernia :
Kelainan :
Keluhan lain :
b. Reproduksi Wanita
Kemerahan, Lokasi :
Gatal-gatal, Lokasi :
Perdarahan :
Flour Albus :
Clitoris :
Labis :
Uretra :
Kebersihan : Baik Cukup Kurang
Kehamilan : tidak dikaji
Tafsiran partus : tidak dikaji
Keluhan lain : tidak ada keluhan
Payudara : tidak dikaji
Simetris Asimetris
Sear Lesi
Pembengkakan Nyeri tekan
Puting : Menonjol Datar Lecet Mastitis
Warna areola
ASI Lancar Sedikit Tidak keluar
Keluhan lainnya : tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
14. Pola Fungsi Kesehatan
1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit
Pasien ingin cepat sembuh dan keluar dari rumah sakit.
2. Nutrisi Metabolisme
TB : 158 Cm
BB sekarang : 50 Kg
BB Sebelum sakit : 54 Kg
Diet:
Biasa Cair Saring Lunak
Diet Khusus :
Rendah garam Rendah kalori TKTP
Rendah Lemak Rendah Purin Lainnya tidak ada
Mual
Muntah tidak ada kali/hari
Kesukaran menelan Ya Tidak
Rasa haus Ya Tidak
Keluhan lainnya tidak ada keluhan
Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit
Frekuensi/hari 3x1 3x1
Porsi 1 porsi 1 porsi
Nafsu makan Baik Baik
Nasi, ayam, sayur dan Nasi biasa, ayam
Jenis Makanan
buah goreng, sayur
Jenis Minuman Air putih dan teh tawar Air putih
Jumlah minuman/cc/24 jam 8 gelas/hari 8 gelas/hari
Kebiasaan makan Pagi, siang dan malam Pagi, siang, dan malam
Keluhan/masalah Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan
3. Pola istirahat dan tidur
- Siang 1 jam
- Malam 6-7 jam
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah
4. Kognitif
Pasien mengerti dengan penyakit yang dialaminya sekarang.
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah
5. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran )
- Gambaran diri : pasien dapat menerima kondisinya.
- Ideal diri : pasien menginginkan cepat
sembuh & beraktifitas kembali.
- Identitias diri : pasien adalah seorang
perempuan.
- Harga diri : pasien tidak harga diri rendah.
- Peran : pasien adalah seorang ibu.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
6. Aktivitas Sehari-hari
Pasien mengatakan setelah operasi kaki kirinya masih belum berani
digunakan untuk berjalan atau berdiri karena masih terasa sakit. Untuk aktivitas
seperti ke toilet, berpakaian, mandi, dan berpindah tempat perlu keluarga ataupun
perawat untuk membantu pasien.
Masalah Keperawatan : Gangguan aktivitas sehari-hari
7. Koping Toleransi terhadap Stress
Respon pasien terhadap stres dengan menggunakan waktu yang ada untuk
berekreasi bersama keluarga di hari sabtu.
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah
8. Nilai-Pola Keyakinan
Pasien berpegang teguh pada keyakinan yaitu kristen protestan.
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah
3.1.4 Sosial-Spiritual
1. Kemampuan berkomunikasi
Baik, pasien mampu berkomunikasi dengan keluarga dan petugas kesehatan.
2. Bahasa sehari-hari
Bahasa sehari-hari bahasa dayak.
3. Hubungan dengan keluarga
Hubungannya harmonis dan saling percaya antara keluarga.
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain
Pasien menjalin hubungan dengan baik dan bekerjasama dengan baik
terhadap perawat.
5. Orang berarti/terdekat
Orang terdekat pasien adalah suami dan anak.
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang
Pasien hanya bisa berada di tempat tidur.
7. Kegiatan beribadah
Pasien hanya dapat berdoa di atas tempat tidur.
3.1.5 Data Penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjang Lainnya)
LABORATORIUM 15 Agustus 2016
WBC (Leukosit) Hasil: 15.64 x 10^3/uL Nilai normal: 4.00-10.00
RBC (Eritrosit) Hasil: 4.21 x 10^6/uL Nilai normal: 3.50-5.50
HGB (Hemoglobin) Hasil: 10.8 g/dL Nilai normal: 11.0-16.0
PLT (Trombosit) Hasil: 302 x 10^3/dL Nilai normal: 150-400
Glukosa sewaktu Hasil: 106 mg/dL Nilai normal: <200
3.1.6 Penatalaksanaan Medis
19 Agustus 2016 Injeksi
1. Ranitidin 25 mg - Diberikan untuk pereda sakit (maag).
2. Novorapid 10 unit - Pengobatan diabetes melitus.
DO:
- Pasien tampak meringis.
- Tampak ada luka
gangren.
- Tampak bengkak pada
daerah kaki sebelah kiri.
- Post debridement hari
ke 4.
- Luka tampak meradang
atau kemerahan.
- Terdapat tujuh titik luka
post debridement hari
ke 4.
- Grade ulkus yaitu grade
I : merasakan hanya
sampai pada permukaan
kulit.
- Glukosa sewaktu 106
mg/dL.
- Luas luka dengan
diameter 2-5 cm.
ANALISA DATA
DO:
- Kaki kiri pasien tampak
sulit berdiri.
- Aktivitas seperti ke
toilet, berpakaian,
mandi dan berpindah
tempat dibantu keluarga
dan perawat.
- Uji kekuatan otot
ekstrimitas bawah 5 4
ANALISA DATA
DO:
- Pasien terlihat bingung.
- Pasien terlihat bertanya-
tanya tentang
perawatannya.
ANALISA DATA
Tanda Tangan
Hari/Tanggal Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Nama Perawat
Jumat, 19 Agustus 2016 1. Mengkaji keadaan luka serta proses S: Pasien masih mengeluh ada luka dibagian
Diagnosa 1 penyembuhan. kaki kiri.
2. Merawat luka dengan baik dan benar: O:
membersihkan luka dengan cairan NaCl, - Pasien tampak sedikit meringis.
angkat sisa balutan yang menempel pada - Tampak sedikit bengkak didaerah kaki.
luka. - Post debridement hari ke 4.
3. Memberikan injeksi ranitidin dan - Terdapat granulasi.
novorapid 10 unit. - Glukosa sewaktu 106 mg/dL.
A: masalah teratasi sebagian.
P: hentikan intervensi.
Diagnosa 2 1. Mengkaji tingkat kekuatan otot pada kaki. S: Pasien mengatakan setelah operasi kaki
2. Membantu pasien dalam memenuhi kirinya masih belum berani digunakan
kebutuhan. untuk berjalan.
3. Menganjurkan pasien untuk melatih atau
menggerakkan kaki kirinya. O:
- Kaki kiri pasien tampak sulit berdiri.
- Aktivitas seperti ke toilet, berpakaian
dibantu oleh keluarga dan perawat.
- Kekuatan otot 5 4
A: masalah belum teratasi.
P: hentikan intervensi.
5.1 Kesimpulan
Ulkus merupakan luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender dan
ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit.
Berdasarkan asuahan keperawatan pada Ny. D yaitu tidak semua tanda dan
gejala pada teori didapatkan pada Ny. D, pada kasus nyata pasien tidak mengalami
penurunan aliran darah, bisul, keputihan, dan penurunan energi karena pasien
dirawat di rumah selama 40 hari, dan baru pertama kali dirawat di rumah sakit.
Dari 5 diagnosa keperawatan menurut teori, ada 3 diagnosa keperawatan yang
sama yaitu Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan rasa nyeri pada
luka di kaki, Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya gangren pada
ekstrimitas dan Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tingginya kadar
gula darah, penurunan atau tingginya fungsi leukosit/perubahan sirkulasi karena
ditemukan pada saat pengkajian dan disesuaikan dengan keluhan pasien,
sedangkan untuk 1 diagnosa lainnya yaitu Kurangnya pengetahuan tentang proses
penyakit berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi tentang penyakit.
Kemudian untuk diagnosa lainnya seperti Gangguan pemenuhan nutrisi
(kurang dari) kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang,
dan Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya/menurunnya
aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah tidak
diangkat karena saat pengkajian tidak ada data yang mendukung. Perencanaan
keperawatan dirancang berdasarkan kebutuhan aktualnya dengan rasional
tindakan yang mendasari, semua disusun berdasarkan teori dengan kondisi yang
dialami pasien dengan Ulkus Pedis (Diabetes Mellitus). Prioritas masalah yang
pertama adalah Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka
gangren pada ekstrimitas bawah. Kemudian diagnosa lainnya diurutkan
berdasarkan kebutuhan pasien. Pelaksanaan dikelola sesuai dengan rencana
keperawatan yang telah disusun, seperti berkolaborasi dengan dokter, dan
mengikut sertakan keluarga ataupun perawat untuk membantu pasien dalam
melakukan aktivitas secara bertahap. Dari empat diagnosa yang diangkat ada 3
masalah yang belum teratasi seperti Gangguan integritas kulit berhubungan
dengan adanya luka gangren pada ekstrimitas bawah, Gangguan aktivitas sehari-
hari berhubungan dengan rasa nyeri pada luk di kaki, dan Resiko terjadinya
infeksi berhubungan dengan tingginya fungsi leukosit.
Faktor pendukung yang dirasakan penulis dalam asuhan keperawatan adalah
adanya kerja sama pasien dan keluarga dalam memberikan data, tersedia
dokumentasi kesehatan seperti status pasien dan catatan medis. Faktor
penghambatnya adalah kurang pengetahuan penulis dalam mengkaji data-data
pasien, keterbatasan waktu dalam pengkajian.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi perkembangan Iptek
Studi kasus ini dapat mendorong adanya pengembangan-pengembangan
lebih lanjut terutama penelitian yang berhubungan dengan asuhan keperawatan
dengan masalah yang berhubungan dengan Ulkus Pedis (Diabetes Melitus).
5.2.2 Bagi tenaga keperawatan
Menumbuhkan kesadaran diri akan pentingnya mengembangkan ilmu
pengetahuan yang dimiliki secara individu oleh perawat.
5.2.3 Bagi RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
Pengembangan sarana-prasarana kesehatan dan standar acuan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan secara spesifik pada pasien sehingga terjadi
peningkatan kualitas pelayanan yang memadai khususnya dalam penanganan
Ulkus Pedis (Diabetes Mellitus).
DAFTAR PUSTAKA