Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Infus Intravena
1. Pengertian
Infus intravena adalah pemasangan cairan, elektrolit, obat-obatan,
darah, atau zat nutrien ke vena (Audrey Berman, 2009).
2. Lokasi Fungsi Vena Perifer
Lokasi yang dipilih untuk pungsi vena bervariasi tergantung pada
usia pasien, waktu pemberian infus, jenis larutan yang digunakan dan
keadaan vena, untuk pasien dewasa, vena di tangan umumnya
digunakan. Vena besar di lengan bawah lebih dipilih daripada vena
metakarpal tangan untuk infus yang perlu diberikan secara cepat dan
larutan yang hipertonis, yang sangat asam atau basa, atau mengandung
obat yang mengiritasi.
Bila membutuhkan terapi iv kaustik atau jangka panjang, dapat
memasang kateter vena sentral (central venous catheter, CVC)
GAMBAR LOKASI PUNGSI VENA

3. Langkah-Langkah Sebelum Pemasangan IV Catheter


a. Periksa pesanan dokter
b. Persiapan alat dengan lengkap dan benar
c. Persiapan pasien
d. Cuci tangan aseptik
4. Komplikasi dari IV Terapi
a) Komplikasi Lokal
1) Hematoma : terjadi akibat dari kebocoran darah ke jaringan di
sekitar tempat penusukan, yang disebabkan karena pecahnya
dinding vena, jarum bergeser keluar vena.
2) Thrombophlebitis : adanya bekuan darah ditambah peradangan
dalam vena.
3) Infiltrasi : masuknya cairan kejaringan sekitar.
Tanda dan gejala yang timbul yaitu :
a. Edema pada area penusukan
b. Kulit tegang atau kencang
c. Aliran darah lebih pelan dan berhenti
d. Teraba dingin sekitar area penusukan
4) Extravasation : infiltrasi oleh obat-obatan yang dapat
menimbulkan terbentuknya lepuh.
Tanda dan gejala :
a. Bengkak dan kemerahan
b. Rasa nyeri dan terbakar
c. Kulit sekitar tusukan teraba tegang
d. Tetesan infus melambat dan berhenti
5) Phlebitis adalah peradangan pada dinding pembuluh darah vena,
yang ditandai dengan :
a. Kemerahan
b. Rasa nyeri
c. Teraba tegang
d. Pembengkakkan
b) Komplikasi Sistemik
1). Kelebihan beban cairan : membebani sistem sirkulasi dengan
cairan intravena yang berlebihan akan akan menyebabkan :
a. Peningkatan tekanan darah
b. Dispnea berat
c. Sianosis
d. Batuk
e. Kelopak mata bengkak
2). Emboli udara : adanya kanulasi vena-vena sentral dengan
manifestasi :
a. Dispnea, sianosis
b. Hipotensi, nadi yang lemah/cepat
c. Hilangnya kesadaran
d. Nyeri dada, bahu dan punggung bawah
3). Septikemia : adanya substansi pirogenik baik dalam larutan
infus atau alat pemberian, yang ditandai dengan :
a. Menggigil,
b. Demam
c. Sakit kepala, tachycardia
d. Nafas pendek
e. Mual dan muntah
B. Infeksi Nosokomial
1. Pengertian
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat oleh pasien,
ketika pasien dalam proses asuhan keperawatan di rumah sakit.
Keadaan ini biasanya terjadi pada penyakit dengan masa inkubasi yang
lama. Suatu infeksi dikatakan didapat dari rumah sakit apabila memiliki
ciri-ciri:
a. Pada waktu pasien mulai dirawat dirumah sakit, tidak didapatkan
tanda-tanda klinik dari infeksi tersebut.
b. Pada waktu pasien mulai dirawat di rumah sakit, tidak sedang
dalam masa inkubasi dari infeksi tersebut.
c. Tanda-tanda klinik infeksi tersebut timbul sekurang-kurangnya
setelah 3 x 24 jam sejak mulai perawatan.
d. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa (residual) dari infeksi
sebelumnya.
e. Bila saat mulai dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda
infeksi, dan terbukti infeksi tersebut didapat ketika pasien dirawat
dirumah sakit yang sama pada waktu yang lalu, serta belum pernah
dilaporkan sebagai infeksi nosokomial.
2. Mata Rantai Infeksi Nosokomial
Pada umumnya infeksi terjadi oleh karena adanya interaksi
antara penyebab (agent) dan penjamu (host). Interaksi ini disebut
transmisi atau penularan. Ketiga faktor itulah yang disebut mata rantai
infeksi, selain itu faktor lingkungan juga turut berperan dalam mata
rantai infeksi nosokomial.
3. Dampak Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial menambahkan ketidakberdayaan fungsional,
tekanan emosional, dan kadang-kadang pada beberapa kasus akan
menyebabkan kondisi kecacatan sehingga menurunkan kualitas hidup.
Infeksi nosokomial sekarang juga merupakan salah satu penyebab
kematian. Selama ini belum banyak kemajuan dalam mengatasi
masalah mendasar yang menjadi penyebab meningkatnya kejadian
infeksi nosokomial.
Infeksi nosokomial meningkatkan biaya pelayanan kesehatan, karena:
a. Lama rawat inap di rumah sakit
b. Terapi dengan obat-obat yang mahal
c. Penggunaan pelayanan lain (seperti pemeriksaan laboratorim,
rontgen, tranfusi).

4. Faktor- faktor yang dapat meningkatkan resiko infeksi:


a. Faktor pasien itu sendiri : usia, kekurangan gizi, penyakit kronis,
pembedahan besar, penurunan daya tahan tubuh karena penyakit, dan
pengobatan.
b. Sebelum pemasangan : botol infus retak, lubang/dilubangi pada botol
plastik, penghubung dan cairan infus yang tercemar/kadaluwarsa, set
iv bocor, mempunyai banyak penghubung, dan persiapan tidak steril
baik alat maupun prosedur.
c. Sewaktu pemakaian : penggantian infus iv menggunakan set infus
yang sama, pemberian suntik berkali-kali, sistem irigasi, dan alat
pengukuran tekanan vena sentral.
d. Pencemaran silang : dari daerah terinfeksi di tubuh pasien melalui
pasien itu sendiri/petugas/pasien lain atau sebaliknya melalui tangan
petugas sewaktu tindakkan, pemasangan darah, perawatan waktu
pemasangan, atau pencabutan.
e. Teknik pemasangan atau penggantian balutan yang tidak benar.
5. Pencegahan Infeki Nosokomial
Sebagian besar infeksi ini dapat dicegah dengan strategi yang telah
tersedia, secara relatif murah, yaitu:
a. Mentaati praktik pencegahan infeksi yang dianjurkan, terutama
kebersihan dan kesehatan tangan serta pemakaian sarung tangan.
b. Meningkatkan keamanan dalam area beresiko tinggi lainnya dimana
kecelakaan perlukaan yang sangat serius dan paparan pada agen
penyebab infeksi sering terjadi.
Tidak semua infeksi nosokomial dapat dicegah contohnya, beberapa
merupakan pengaruh bertambahnya usia, penyakit kronis seperti
diabetes yang tidak terkontrol, penyakit ginjal berat, kekurangan gizi
berat, perawatan dengan obat-obat tertentu.

C. Phlebitis
1. Pengertian
Phlebitis adalah inflamasi pembuluh darah vena yang ditandai
dengan kemerahan, rasa nyeri, teraba hangat, pembengkakan, biasanya
terlihat garis merah sepanjang vena yang terpasang IV catheter.
2. Menurut letaknya, phlebitis dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Phlebitis Superficial
Terjadi pada vena dibawah permukaan kulit. Phlebitis jenis
ini jarang merupakan kondisi yang serius, dan dengan perawatan
memadai biasanya sembuh dengan cepat. Kadang-kadang beberapa
orang dengan phlebitis superficial juga menderita phlebitis vena
dalam sehingga evaluasi medis perlu dilakukan.
Skala phlebitis superficial:
1 tidak ada tanda phlebitis
2 merah atau sakit bila ditekan
3 merah,sakit bila ditekan dan edema
4 merah,sakit, edema dan vena mengeras
5 merah,sakit, edema,vena mengeras dan timbul nanah/pus.
b) Thrombophlebitis Vena Dalam (Deep Vein Thrombosis)
Menyerang vena yang lebih besar disebelah dalam pada
kaki.Sesudah thrombus terbentuk, dapat terlepas dan bergerak
menuju paru-paru. Kondisi ini merupakan kondisi yang
mengancam jiwa, disebut thrombo-emboli paru.
Phlebitis dapat timbul secara spontan ataupun merupakan akibat
dari prosedur medis.
3. Penyebab phlebitis ada tiga, yaitu:
a. Secara kimia,phlebitis timbul karena obat yang dimasukan
b. Secara mekanis, phlebitis dapat timbul karena:
1) Diameter jarum kateter terlalu besar sehingga vena meregang
2) Cara insersi kateter yang tidak baik
3) Fiksasi tidak baik sehingga kateter bergerak-gerak.
c. Secara bakterial, phlebitis timbul karena pencemaran.
Kebanyakan infeksi disebabkan oleh pencemaran kateter
dengan mikroorganisme dari kulit pasien atau tangan petugas
sewaktu pemasangan /perawatan karena kateter yang berhubungan
langsung dengan pembuluh darah.
Mikroorganisme dapat disalurkan kedalam pembuluh darah melalui
empat jalan sebagai berikut:
1) Melalui ruangan diantara kateter dan jaringan
2) Melalui pencemaran dengan bagian tengah(lumen kateter)
3) Melalui cairan infus yang tercemar
4) Melalui pembuluh darah dari tempat infeksi lain.
Bakteri gram negatif dan staphilococcus merupakan penyebab
utama infeksi yang berhubungan dengan kateter pembuluh darah.
D. Tindakan untuk mengurangi resiko infeksi :
1. Cuci tangan sebelum tindakan
2. Pakai sarung tangan steril untuk pemasangan kateter vena
3. Cuci tangan setelah melepas sarung tangan
4. Seleksi tempat penusukan (insersi) dan dipindah-pindah (rotasi).
Untuk orang dewasa dianjurkan :
a. vena tangan daripada lengan karena bila terjadi masalah dapat
dipindahkan ke lengan.
b. vena lengan lebih baik daripada vena kaki dan paha karena
pemasangan di vena kaki dan paha beresiko terjadinya phlebitis.
c. Hindari daerah sendi, vena keras, vena kaki, dan vena yang di
sekitarnya terdapat kelainan kulit seperti pembengkakan, demam,
dan infeksi.
d. Untuk menghindari trauma, pilih vena yang besar dan lurus sesuai
dengan ukuranjarum yang digunakan.Ukuran yang lazim dipakai
adalah ukuran 14-24 Gauge, semakin besar nomer Gauge semakin
kecil jarum.
e. Fiksasi jarum yang baik akan mencegah jarum bergerak dan
melukai dinding vena.
f. Lakukan pemindahan tempat penusukan setiap 72 jam.
g. Pemasangan kateter vena sentral harus dilakukan dengan
menggunakan APD (sarung tangan, baju tindakan, masker,dan
duk steril).
5. Perawatan tempat pemasangan dan penggantian balutan
a. Jika tempat pemasangan kotor, cuci dengan sabun dan air lalu
keringkan.
b. Gunakan antiseptik alkohol 70%,biarkan kering sendiri, jangan
dilap atau dikipas-kipas, diameter 8 cm dengan arah dari dalam
keluar.
c. Penutup luka tembus pandang (transparan) memudahkan petugas
melihat tempat kateter iv.
d. Penutup luka dapat dipertahankan 72 jam dengan syarat tetep
kering.Jika basah,lembab,kotor dan lepas harus segera diganti.
e. Daerah tempat penusukan kateter atau jarum harus diperiksa
setiap hari apakah ada rasa nyeri atau demam.
6. Penggantian cairan dan set infus
a. Ganti botol cairan infus atau kantong plastik setiap 24 jam.
b. Ganti botol cairan imulsi lemak setiap 12 jam.
c. Set infus untuk darah dan produk darah atau emulsi lemak harus
segera diganti setiap 24 jam.
Prosedur pemasangan kateter intra vena sesuai SOP :
1. Mempersiapkan alat : cairan infus sesuai kebutuhan (cek ph,
osmolaritas, kadaluwarsa), set infus sesuai dengan kebutuhan
(mikro/makro,blood set/solustion set), sarung tangan steril,
kateter intravena sesuai dengan kebutuhan, kapas isoprofil
alkohol 70%, gunting, plester dan transparan dressing,
torniquet, perlak/pengalas, plastik, tempat jarum bekas pakai
dan SPPTM (Surat Pernyataan Persetujuan Tindakan Medis).
2. Tenaga keperawatan/dokter mengidentifikasi pasien dengan
cara pasien atau keluarga diminta menyebutkan nama
lengkap dan tanggal lahir pasien, kemudian tenaga
keperawatan/dokter mencocokan gelang identitas.
3. Tenaga keperawatan/dokter menjelaskan kepada pasien atau
keluarga mengenai tujuan dan tindakan yang dilakukan.
4. Tenaga keperawatan/dokter meminta pasien/keluarga untuk
menandatangani SPPTM.
5. Tenaga keperawatan/dokter memberikan posisi
telentang/yang nyaman untuk pasien.
6. Tenaga keperawatan/dokter melakukan pengecekan order
dokter di catatan medis (RM V).
7. Tenaga keperawatan/dokter melakukan cuci tangan.
8. Tenaga keperawatan/dokter menutup tirai disekeliling tempat
tidur pasien.
9. Tenaga keperawatan/dokter mengambil botol infus sesuai
dengan order dokter serta memberi etiket yang berisi tanggal,
jam pemasangan, jumlah tetesan, no fles, campuran obat yang
diberikan dan nama yang memasang. Tempelkan stiker bulat
tanda tanggal kadaluwarsa sudah di cek.
10. Tenaga keperawatan/dokter melakukan penusukan jarum set
infus (regulator dalam keadaan tertutup) kedalam botol infus.
11. Tenaga keperawatan/dokter menggantungkan botol infus
pada tiang infus lalu pijit filter set infus sampai terisi cairan
infus kurang lebih setengah bagian.
12. Tenaga keperawatan/dokter mengeluarkan udara dari selang
infus dengan cara mengalirkan cairan secara berlahan-lahan
dengan membuka regulator sampai seluruh selang infus terisi
cairan (tidak ada gelembung-gelembung udara) kemudian
regulator infus ditutup.
13. Tenaga keperawatan/dokter melakukan pemilihan vena yang
paling baik untuk ditusuk.
14. Tenaga keperawatan/dokter meletakkan perlak/pengalas pada
area yang ditusuk.
15. Tenaga keperawatan/dokter melakukan pemasangan torniquet
10-15 cm di atas area insersi.
16. Tenaga keperawatan/dokter memakai sarung tangan steril.
17. Tenaga keperawatan/dokter melakukan desinfeksi area insersi
dengan gerakan melingkar dari pusat keluar menggunakan
kapas isopropil alkohol 70%, biarkan sampai mengering.
18. Tenaga keperawatan/dokter melakukan fiksasi vena: letakan
ibu jari di atas vena dan meregangkan kulit melawan arah
penusukan untuk mencegah pergerakan vena.
19. Tenaga keperawatan/dokter melakukan penusukan vena
dengan bevel jarum mengarah ke atas atau ke samping dengan
sudut 20-30 derajat dari kulit pasien. Tusukkan searah dengan
aliran vena. Perhatikan keluarnya darah dari bilik flashback
kateter intra vena yang menandakan jarum telah masuk ke
dalam intra vena. Bila darah sudah keluar, perawat menarik
drain kateter intra vena sampai setengah dari kateter intra
vena, lalu dorong perlahan-lahan kateter intra vena ke dalam
intra vena sampai ujung konus.
20. Tenaga keperawatan/dokter melepaskan torniquet.
21. Tenaga keperawatan/dokter menyambungkan konus dengan
selang infus yang telah disiapkan.
22. Tenaga keperawatan/dokter membuka regulator sampai cairan
infus mengalir, bila terjadi pembengkakan pada area insersi,
menunjukkan bahwa kateter intra vena tidak masuk ke dalam
vena, maka kateter intra vena harus segera dicabut dan
dipindahkan ke area lain.
23. Tenaga keperawatan/dokter melakukan fiksasi dengan cara
menempelkan transparan dressing tepat pada luka insersi, lalu
kuatkan antara konus dengan selang kateter.
24. Tenaga keperawatan/dokter melakukan fiksasi, k/p dengan
model kupu-kupu (tidak menutupi luka insersi) dan sekali lagi
tempelkan plester atau hypavix di atasnya. Bila diperlukan
pasang spalk dan verban elastis (bila pada pasien yang gelisah
atau pada bayi dan anak).
25. Tenaga keperawatan/dokter mengatur kecepatan tetesan infus
sesuai dengan ketentuan.
26. Tenaga keperawatan/dokter menempelkan plester yang
bertuliskan tanggal pemasangan dan nomor kateter intra vena.
27. Tenaga keperawatan/dokter merapikan pasien dan
membereskan alat-alat dan dikembalikan pada tempatnya.
28. Tenaga keperawatan/dokter membuka sarung tangan lalu
mencuci tangan.
29. Tenaga keperawatan/dokter mencatat tindakan yang dilakukan
(tanggal dan waktu pemasangan, jenis cairan, osmolaritas
cairan, letak insersi, kecepatan tetesan, ukuran kateter intra
vena, jumlah penusukan, lokasi insersi) dan respon pasien
dalam cacatan keperawatan.
C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi
hubungan atau kaitan antara konsep yang satu dengan yang lain atau antara
variabel yang dengan yang lain dari masalah yang diteliti (Arikunto, 2013).
Kerangka konsep pada proposal ini:

- Usia 18 60 tahun
- Teknik aseptik Infeksi Phlebitis pada
- Teknik pemasangan Pemasangan IV Catheter
- Perawatan IV catheter

Anda mungkin juga menyukai