Keperawatan
Posted by Ngurah Jaya Antara on 0
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan teknologi dan informasi yang sangat pesat menyebabkan pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan juga semakin berkembang. Perkembangan pengetahuan masyarakat
, membuat masyarakat lebih menuntut pelayanan kesehatan yang bermutu dan dapat
dipertanggungjawabkan. Kebutuhan layanan kesehatan termasuk keperawatan yang cepat, efisien
dan efektif menjadi tuntutan masyarakat saat ini. Hal tersebut telah membuat dunia keperawatan
di Indonesia menjadi tertantang untuk terus mengembangkan kualitas pelayanan keperawatan yang
berbasis teknologi informasi (Rini, 2009)
Perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi pelayanan
kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dalam
upaya peningkatan mutu, seorang perawat harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai
standar, yaitu mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi berikut dengan dokumentasi
Kualitas atau mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit bergantung kepada kecepatan,
kemudahan, dan ketepatan dalam melakukan tindakan keperawatan. Dalam hal
ini perawat berada dalam posisi kunci untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan melalui
strategi dan intervensi yang mendukung keselamatan pasien.
Manfaat teknologi memang cukup besar dalam meningkatkan keselamatan pasien dan
kualitas pelayanan keperawatan. Namun dampak negatif yang timbul dari penggunaan teknologi
tersebut, tidak boleh diabaikan.
Meskipun diakui bahwa teknologi dapat mempromosikan perasaan keselamatan pada
pasien, teknologi tidak pernah bisa menggantikan kedekatan dan empati sentuhan
manusia (Almerud ,et al , 2008 dalam Harley & Timmos 2010)
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini, sebagai berikut.
1. Bagaimanakah sistem informasi kesehatan tersebut ?
2. Bagaimanakah sistem informasi keperawatan tersebut ?
3. Bagaimanakah sejarah sistem informasi keperawatan tersebut ?
4. Bagaimanakah teknologi informasi tersebut ?
5. Bagaimanakah fungsi sistem informasi keperawatan tersebut ?
6. Apasajakah fasilitas di ruang keperawatan tersebut ?
7. Bagaimanakah pengaruh teknologi terhadap ruangan ?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu :
1. Mengetahui sistem informasi kesehatan
2. Mengetahui sistem informasi keperawatan
3. Mengetahui sejarah sistem informasi keperawatan
4. Mengetahui teknologi informasi
5. Mengetahui fungsi sistem informasi keperawatan
6. Mengetahui fasilitas di ruang keperawatan
7. Mengetahui pengaruh teknologi terhadap ruangan
BAB II
PEMBAHASAN
D. TEKNOLOGI INFORMASI
Pengertian teknologi informasi adalah perolehan, pemprosesan, penyimpanan dan
penyebaran informasi baik yang berbentuk angka, huruf, gambar maupun suara dengan alat
electronic berdasarkan kombinasi antara perhitungan (computing) dan komunikasi jarak jauh
(telecommunications). Perlu di ketahui bahwa jika pada masa lalu penanganan informasi
mengandalkan pada kertas, artinya semakin banyak informasi semakin banyak kertas yang di
butuhkan atau di simpan sedangkan sekarang hal itu telah beralih keimpulseelectric yang
berukuran mini dengan kemampuan simpan lebih besar di bandingkan dengan kertas. Contoh, satu
disket /flopdy/compact disk dapat memuat atau di isi sejumlah informasi setara dengan satu buku
berukuran sedang.
Ada tiga komponen utama dari teknologi informasi antara lain :
1. Komputer adalah mesin electronic yang mampu untuk membuat kalkulasi dengan kapasitas yang
besar dan sangat cepat.
2. Mikro electronik adalah rancang bangun (disain) penerapan dan produksi dari peralatan elektronik
yang berukuran sangat kecil yang terdiri dari komponen-komponen yang rumit.
3. Telkomunikasi adalah trasmisi informasi melalui kabel atau gelombang radio, komponen-
komponen utama akan di bahas secara rinci kemudian.
1. Komputer
Upaya pertama untuk memproses data dengan peralatan electronic di lakukan di Amerika
Serikat oleh Herman Hollerith pada decade 1890-an dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan
akan cara lebih baik untuk mencatat dan menganalisis hasil sensus di Amerika Serikat.
Hollerith berpikir akan perlunya otomatisasi proses, dia bertolak dari gagasan penemuan
sebelumnya. Alat ini di namakan punched card oleh Charles Babbage yang berkebangsaan
Inggris. Holerith merakit berbagai komponen mekanis electris dan mendisain suatu tabulator yang
mampu membaca informasi yang di muat dalam suatu card/kartu. Tabulator penemuan Hollerith
tersebut bekerja sangat sukses, karena berhasil mengurangi jam kerja sekitar 1/3 waktu yang di
butuhkan orang untuk menangani kegiatan bersangkutan.
Alat temuan Holerith ini untuk beberapa decade telah membentuk dasar-dasar pemrosesan
data di bidang komersial. Berbagai upaya perintis untuk menciptakan mesin yang dapat membantu
pemecahan masalah atau computer dilakukan semasa perang dunia ke 2, sejalan dengan usaha-
usaha para ilmuwan negara-negara sekutu mencari cara untuk memecahkan kode-kode pihak
musuh.
Dengan pengembangan computer terus berlangsung sampai decade 1960-an, kita mengenal
adanya computer dengan ukuran besar, biasanya di sebut MAINFRAME alat ini perlu di
tempatkan dalam ruang khusus dan harus mempunyai AC. MAINFRAME sebagai mesin
computer induk dilengkapi atau di hubungkan dengan beberapa mini computer, masing-masing
memerlukan tempat seukuran meja kantor dan juga perlu di tempatkan dalam ruangan yang ber-
AC. Jenis computer lain adalah microcomputer ukuranya lebih kecil dan lebih ringan daripada
mini computer serta tidak memerlukan lingkungan dan ruangan yang khusus
2. Mikro Komputer
a. ROM atau read only memory adalah suatu alat chip penyimpanan memory tetap (a permanent-
memory chip) yang memuat code-code untuk mengoperasikan mesin microcomputer. Dalam
keadaan (switched off) operator tidak dapat menambah, mengganti atau menghapus code-code
tersebut. Pada waktu mesin hidup (switched on) jika operator memanggil code tertentu maka ROM
akan mengeluarkan data atau informasi yang di simpan dengan code yang bersangkutan.
b. RAM atau Random only memory adalah suatu alat chip penyimpanan memory sementara guna
menyimpan informasi yang di masukan pemakai. Tidak seperti ROM ,chip ram, tidak memuat
informasi pada memuat pada waktu mesin mati. Perbedaan antara ROM dan RAM seperti antara
buku cetakan yang hanya dapat di baca dari suatu catatan pribadi yang dapat di hapus dan dapat di
gunakan berkali-kali .
c. CPU (Central Processor Unit) adalah suatu CPU chip yang berfungsi sebagai pengendali semua
kegiatan pengolahan data dan mengkordinasi fungsi-fungsi seluruh peralatan computer .
d. Input/Output Interface adalah terdiri atas beberapa chip yang berfungsi untuk menangani code-
code computer dengan peralatan lainya seperti mengendali disket driver printer dan layar monitor.
e. Ukuran microcomputer relatif kecil tetapi kapasitasnya sangat tinggi dan fleksibel di bandingkan
dengan sebuah mainframe atau minicomputer dapat secara mandiri menangani pengolahan data
yang berskala besar .
3. Micro Electronic dan Micro Processor
Micro processor merupakan suatu cerkuit yang terintegrasi yang di desain untuk melakukan
fungsi-fungsi koordinasi dan pengolahan data. Fungsinya dapat di sejajarkan dengan
microelectronic seperti sebuah mainframe central processing unit (CPU). Microprocessor
memberikan dampak kepada penciptaan computer electronic berukuran kecil (mini).
Berdasarkan sejarah perkembangan teknologi proses penemun ini bermula dari
pengembangan transitor pada decade 1950-an transitor sendiri yang berupa komponen kristal
relatif berukuran kecil yang berfungsi memindahkan atau mengelolah kekuatan electric berkeuatan
kecil di antara circuit dalam peralatan bersangkutan. Ukuran transitor walaupun jauh lebih kecil
daripada penemuan pertama alat electronic yang kita kenal dengan nama tabung hampa udara,
tetapi kapasitasnya lebih besar.
a. Fibre glass yaitu suatu kawat dari bahan fibre glass mampu memindahkan vulza dalam bentuk
binary dengan kecepatan yang tinggi.kawat telepon dengan bahan ini kapasitas muatannya beribu
kali di banding dengan kabel konvensional
b. Transmisi microwave system ini di gunakan dengan system penanaman kabel di bawah tanah
sekarang di kembangkan untuk pengantar komunikasi yang berasal dari satelit bumi
c. System infra merah yang memungkinkan peralatan seperti televisi di control tanpa kawat. Pada
masa mendatang sistem ini dan dapat di gunakan sebagai penghubung tanpa kawat
(wireless/coreless) di antara alat-alat mesin seperti word-processor, telepon dan computer.
3. Proses Komunikasi
Seluruh aktivitas dikonsentrasikan pada komunikasi pada pasien dan subjek lain yang
memiliki hubungan dengan subjek pengobatan, perjanjian dan penjadwalan, review data,
transformasi data, dan segala bentuk pesan.
2. Telenursing
Telenursing adalah upaya penggunaan teknologi informasi dalam memberikan pelayanan
keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara
perawat dan pasien, atau antara beberapa perawat. Sebagai bagian dari telehealth dan beberapa
bagian terkait dengan aplikasi bidang medis dan non medis seperti telediagnosis, telekonsultasi
dan telemonitoring.
a. Efektif dan efisien dari sisi biaya kesehatan, pasien dan keluarga dapat mengurangi kunjungan ke
pelayanan kesehatan ( dokter praktek, ruang gawat darurat, rumah sakit dan nursing home)
b. Dengan sumber daya yang minimal dapat meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan
keperawatan tanpa batas geografis
c. Telenursing dapat menurunkan kebutuhan atau menurunkan waktu tinggal di rumah sakit
d. Pasien dewasa dengan kondisi penyakit kronis memerlukan pengkajian dan monitoring yang
sering sehingga membutuhkan biaya yang banyak. Telenursing dapat meningkatkan pelayanan
untuk pasien kronis tanpa memerlukan biaya dan meningkatkan pemanfaatan teknologi
e. Berhasil dalam menurunkan total biaya perawatan kesehatan dan meningkatkan akses untuk
perawatan kesehatan tanpa banyak memerlukan sumber.
3. Internet
Internet adalah suatu fasilitas yang paling di rasakan secara nyata di bidang teknologi
impormasi adalah dengan adanya cyber space atau ruang maya di mana kita dapat
berkomunikasi langsung melalui perangkat computer dalam situasi dan kondisi yang berbeda dan
ini sudah menjadi kebutuhan setiap orang mulai dari pelajar, mahasiswa, pebisnis, maupun dunia
kerja pegawai (PNS).
2. Penghematan ruangan karena tidak dibutuhkan tempat yang besar dalam penyimpanan arsip.
4. Pendokumentasian keperawatan berbasis komputer yang dirancang dengan baik akan mendukung
otonomi yang dapat dipertanggung jawabkan.
5. Membantu dalam mencari informasi yang cepat sehingga dapat membantu pengambilan
keputusan secara cepat
Sedangkan menurut Holmes (2003,dalam Sitorus 2006), terdapat keuntungan utama dari
dokumentasi berbasis komputer yaitu:
1. Standarisisasi: terdapat pelaporan data klinik yang standar, mudah dan cepat diketahui.
2. Kualitas: meningkatkan kualitas informasi klinik dan sekaligus meningkatkan waktu perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan.
3. Accessebility, legibility, mudah membaca dan mendapat informasi klinik dari pasien dalam satu
lokasi.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa sistem informasi kesehatan
merupakan suatu pengelolaan informasi di seluruh tingkat pemerintah secara sistematis dalam
rangka penyelengggaraan pelayanan kepada masyarakat. Sistem informasi keperawatan
merupakan kombinasi dari ilmu komputer, informasi dan keperawatan yang disusun untuk
mempermudah manajemen, proses pengambilan keputusan, dan pelaksanaan asuhan keperawatan.
Komputer telah dikenal berpuluh puluh tahun lalu, tetapi rumah sakit terlambat dalam
menangkap revolusi komputer. Perawat terlambat mendapatkan manfaat dari komputer, usaha
pertama dalam menggunakan komputer oleh perawat terjadi pada akhir tahun 1960-an dan awal
tahun 1970-an, penggunaannya mencakup automatisasi catatan perawat untuk menjelaskan status
dan perawatan pasien dan penyimpanan hasil sensus dan gambaran staf keperawatan untuk analisa
kecenderungan masa depan staf. Teknologi informasi adalah perolehan, pemprosesan,
penyimpanan dan penyebaran informasi baik yang berbentuk angka, huruf, gambar maupun suara
dengan alat electronic berdasarkan kombinasi antara perhitungan (computing) dan komunikasi
jarak jauh (telecommunications). Ada tiga komponen utama dari teknologi informasi antara lain :
komputer, mikro electronik dan telkomunikasi. Fungsi sistem informasi keperawatan yaitu, proses
perawatan pasien, proses managemen bangsal, proses komunikasi, proses pendidikan dan
penelitian. Fasilitas di ruang keperawatan diantaranya komputer, telenursing, dan internet.
Teknologi mempunyai pengaruh negatif dan positif terhadap ruangan. Pengaruh negatif seperti
dikhawatirkan akan adanya penurunan proses berpikir kritis dari perawat tersebut, karena
informasi yang didapat mudah untuk diakses. Sedangkan pengaruh positif seperti,
pendokumentasian keperawatan berbasis komputer yang dirancang dengan baik akan mendukung
otonomi yang dapat dipertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA
Sulisnadewi. Dampak Teknologi Informasi Dalam Meningkatkan Patient Safety Dan Kualitas
Pelayanan Keperawatan.(dalam http://www.fik.ui.ac.id). Diakses tanggal 13 September 2013
(11:15)
Manfaat Komputerisasi Sistem Pengambilan Keputusan (SPK) dalam Keakuratan Penetapan
Diagnosa Pada Perawat Pelaksana Home Care 28 Desember 2014 04:17:51 Diperbarui: 17 Juni
2015 14:20:32 Dibaca : 804 Komentar : 0 Nilai : 1 1.Pendahuluan Pelayananan Home Care
merupakan sistem pelayanan yang dilakukan oleh praktisi terlatih dengan pengawasan tim medis.
Pelayanan Home Care meliputi perawatan dasar, fisik, okupasi, terapi wicara dan pelayanan
sosial medika (Centers for Medicare & Medicaid Services, 2006) Tujuan dari pelayanan home
care adalah membantu memperbaiki fungsi tubuh dan ketergantungan, mendukung optimalisasi
perbaikan, untuk membantu pasien di rumah, mencegah hospitalisasi yang terlalu lama
(American Nurses Association, 1999). Menurut survey yang dilakukan oleh The Centers For
Medicare dan Medicaid Services (CMS), 2006, diagnosa yang umum didalam pelayanan home
care yaitu gangguan sirkulasi (31%), gangguan jantung (16%), kecelakaan atau keracunan
(15,9%), gangguan musculoskeletal dan jaringan (14,1%), dan gangguan pernafasan (11,6%).
Perawat memiliki peranan penting sebagai kunci keberhasilan pelayanan kesehatan home care ,
hal ini terkait erat dengan tugas perawat yang selalu dekat dalam melayani pasien. Oleh karena
itu manajemen yang baik berdampak pada peningkatan mutu pelayanan home care secara
keseluruhan. Pelayanan keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan
mempunyai daya ungkit yang besar dalam mencapai tujuan pembangunan bidang kesehatan.
Keperawatan sebagai profesi dan perawat sebagai tenaga profesional bertanggung jawab untuk
memberikan pelayanan keperawatan sesuai kompetensi dan kewenangan yang dimiliki secara
mandiri maupun bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lain. Pelayanan keperawatan
bermutu merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh perawat. Pelayanan bermutu memerlukan
tenaga profesional yang mampu mengembangkan profesi perawat menjadi bagian penting dalam
institusi pelayanan kesehatan. Salah satu bentuk pengembangan profesi keperawatan tidak
terkecuali dalam pelayanan Home care adalah keterlibatan perawat manajer dalam penyusunan
kebijakan organisasi, struktur organisasi, sistim penugasan, dan sistim pembinaan dalam rangka
menganalisa berbagai kesempatan dan ancaman, pencapaian tujuan dan rencana, serta membantu
mengidentifikasi pengembangan area pelayanan keperawatan di masa yang akan datang (Huber,
2006). Keberhasilan seorang manajer keperawatan adalah kemampuannya dalam
mengkomunikasikan berbagai kesenjangan dengan merumuskan sebuah rencana dalam peran
kepemimpinannya untuk mempengaruhi orang lain serta melakukan suatu proses perubahan
(Olson, 2009). Kondisi ini mengharuskan manajemen keperawatan mampu memberikan
kontribusi besar dalam menata pelayanan keperawatan kearah yang lebih baik melalui
pengelolaan teknologi informasi keperawatan yang dirancang untuk membantu manajemen dan
pemrosesan data, informasi serta pengetahuan keperawatan yang relevan untuk menunjang
praktek keperawatan dan penyampaian layanan keperawatan secara komprehensif. Berbagai
tingkat kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan keperawatan, mengharuskan praktik
keperawatan memiliki suatu sistem pendukung keputusan (Decision Support System) yang dapat
mengintegrasikan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi dalam keperawatan. Sistem
pendukung keputusan ini diperlukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dalam mengatasi
berbagai kesenjangan antara perkembangan ilmu pengetahuan dan praktik keperawatan yang
dilakukan di pelayanan, sehingga dapat dirancang aplikasi secara komputerisasi yang dapat
digunakan setiap saat untuk mendukung praktik keperawatan (Murphy, 2012). Penerapan sistem
pendukung keputusan (SPK) yang diintegrasikan dengan sistem informatika keperawatan
diharapkan dapat berkontribusi pada manajemen pelayanan keperawatan yang mampu
memberikan informasi lengkap secara cepat pada situasi dan kondisi penting dalam pengambilan
keputusan, juga mampu memberikan umpan balik secara cepat jika terjadi kesalahan (adverse
event). Sehingga, meningkatkan kualitas keputusan yang berdasarkan fakta (evidenced based
decision support) (Murphy, 2012). Menggunakan data dari berbagai sumber, tulisan ini mencoba
menelaah manfaat penerapan komputerisasi sistem pengambilan keputusan dalam penetapan
keakuratan diagnosa oleh perawat pelaksana home care . 2.Informatika Keperawatan
Dilingkungan kompetitif seringkali sulit untuk dapat membuat keputusan yang paling baik, hal
ini bisa saja disebabkan karena kurangnya informasi, atau penerimaan suatu informasi yang
terlambat, atau bahkan terlalu banyaknya informasi yang diperoleh. Kondisi tersebut bisa
bertambah buruk jika waktu yang ada terlalu sempit untuk dapat melakukan analisa informasi
ataupun untuk mengevaluasi alternative-alternatif solusi, sehingga hal ini dapat mengakibatkan
para pengambil keputusan sulit melakukan suatu keputusan secara berkesinambungan dan juga
sulit untuk melakukan pengambilan keputusan yang optimal. Luasnya lingkup tanggung jawab
keperawatan dan kehadiran perawat secara berkesinambungan mendampingi pasien,
menempatkan keperawatan pada posisi sentral bagi layanan kesehatan dan pusat informasi
pasien. Keadaan ini membangkitkan perkembangan informatika keperawatan yang dapat
menginformasikan perkembangan aplikasi multidisiplin yang terintegrasi pada berbagai tatanan
manajemen keperawatan bagi pelayanan pasien (Barton, 2009). Keperawatan merupakan
serangkaian aktivitas melingkupi pelayanan secara otonom dan kolaboratif bagi individu dari
segala usia, keluarga, kelompok dan komunitas, sakit maupun sehat dalam segala latar.
Pelayanan keperawatan merupakan pemasok utama layanan kesehatan bagi pasien,
pengembangan informatika keperawatan dalam lingkup manajemen keperawatan berpengaruh
penting terhadap rancangan dan implementasi system pengembangan pengetahuan dan
ketrampilan perawat untuk menjalin komunikasi yang terintegrasi berhubungan dengan
perawatan klinis pasien di rumah sakit. Komunikasi adalah aktivitas utama dari manajer perawat,
manajer perawat saat ini harus berkomunikasi baik terhadap mesin maupun terhadap manusia.
Mainframe, sistem mini computer dan makro computer digunakan oleh manajer untuk
menerima, mengatur, menganalisa, memindahkan dan menyimpan informasi yang diperlukan
untuk merencanakan jalannya keperawatan. Manajer perawat yang terampil memiliki pemikiran
untuk mengembangkan dan merancang system informasi terkomputerisasi untuk mendukung
berbagai aktivitas perawat, seperti: kebutuhan laporan asuhan keperawatan, perawatan pasien
dan berbagai kegiatan pelayanan klinis keperawatan (Gillies, 1996). Staggers and Thompson
(2002) dalam Daly. J et al (2010), mendefinisikan Informatika keperawatan sebagai bidang
kekhususan ilmu keperawatan. Merupakan serangkaian kombinasi ilmu komputer, ilmu
informasi dan ilmu keperawatan yang dirancang sedemikian rupa untuk membantu
mengkomunikasikan, dan memanajemen data bagi perawat dan tenaga kesehatan lainnya dalam
kegiatan pemrosesan data, informasi, dan pengetahuan keperawatan untuk menunjang praktek
keperawatan, pengambilan keputusan dan penyampaian layanan keperawatan. Menggunakan
pengetahuan empirik dan berdasarkan pengalaman secara berkesinambungan untuk memperluas
wawasan dan meningkatkan kualitas praktek professional perawat. Hal ini mencakup perawatan
pasien, administrasi, pendidikan dan penelitian, dalam lingkup struktur informasi, proses
informasi dan teknologi informasi. Daly. J et al (2010) mengemukakan bahwa teknologi
informasi memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan berbagai keadaan dalam pelayanan
keperawatan berdasarkan keakuratan data, kecepatan informasi dan ketepatan analitik yang
merupakan domain utama dalam informatika keperawatan. Informatika menjadi penting bagi
disiplin keperawatan, karena : Pertama, Informatika dapat membuat praktek keperawatan
tampak dalam himpunan data layanan kesehatan lokal, nasional maupun internasional,
sehingga memberdayakan perawat dengan informasi untuk mempengaruhi kebijakan. Kedua,
Informasi adalah komponen kritis bagi pengambilan keputusan yang efektif serta praktek
keperawatan berkualitas tinggi. Informasi dan pengetahuan yang diperoleh melalui informatika
keperawatan dapat meningkatkan kesadaran serta pemahaman terhadap isu-isu keperawatan dan
layanan kesehatan. Ketiga, Informatika keperawatan dengan sepenuhnya memelihara perspektif
klinik dan mempromosikan penelitian yang secara langsung mendukung peningkatan layanan
pasien. 3.Konsep Pengambilan Keputusan Dalam Teknologi Informasi Begitu banyak informasi
yang tersedia, tetapi untuk dapat memanfaatkan informasi tersebut pada berbagai tingkat
pelayanan keperawatan sehingga meningkatkan kualitas pelayanan harus diputuskan oleh orang
yang tepat dan pada waktu yang tepat (McConnell, 2000). Dalam manajemen, pengambilan
keputusan memegang peranan yang sangat penting karena keputusan yang diambil oleh manajer
merupakan hasil pemikiran akhir yang harus dilaksanakan bawahan atau mereka yang
bersangkutan dengan organisasi. Ada masalah yang mudah saja dipecahkan, ada yang sukar, ada
pula yang sangat sulit, tergantung besarnya masalah dan luasnya sangkut paut dengan berbagai
faktor. Atas dasar itulah, makakeputusan yang dihasilkan memiliki resiko masing-masing.
Bagaimana cara mengambil keputusan? Jawaban atas pertanyaan ini akan mempengaruhi
perancangan sistem informasi berbasis komputer yang dimaksudkan untuk mendukung
pengambilan keputusan. Sutabri (2005), Ada tiga tahap pengambilan keputusan dalam
hubungannya dengan teknologi informasi, berdasarkan model yang dikemukakan oleh Herbert.
A. Simon yaitu : a.Pemahaman, Menyelidiki lingkungan kondisi yang memerlukan keputusan,
mengolah data mentah untuk dijadikan petunjuk. Proses penyelidikan mengandung makna
pemeriksaan data, dan sistem informasi pilihannya. Sistem informasi harus meneliti semua data
dan mengajukan permintaan untuk di uji mengenai situasi yang menuntut perhatian. Sistem
informasi maupun organisasi harus menyediakan saluran komunikasi untuk masalah yang
diketahui. b.Perancangan, Pada tahap ini, mengandung proses untuk memahami masalah untuk
menghasilkan cara pemecahan. Sistem informasi harus mengandung model keputusan untuk
mengolah data dan memprakarsai pemecahan alternative, serta membantu menganalisis
alternative. c.Pemilihan, Sistem informasi menjadi paling efektif apabila hasil perancangan
disajikan dalam suatu bentuk yang mendorong pengambilan keputusan. Apabila telah dilakukan
pemilihan, peranan sistem informasi berubah menjadi pengumpulan data untuk umpan balik dan
penilaian kemudian. 4.Sistem Pendukung Keputusan (SPK) atau Decision Support System (DSS)
Pada dasarnya sistem pendukung keputusan (SPK) atau Decision Support System (DSS) dibuat
untuk meningkatkan kualitas SIM, merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem informasi
manajemen terkomputerisasi (Computerized Management Information System). Sistem
Pendukung Keputusan (SPK) merupakan suatu sistem informasi komputer yang dirancang untuk
menunjang dan meningkatkan proses pembuatan keputusan, dibangun untuk mendukung
keputusan-keputusan yang dapat digunakan pada tingkat kontrol manajemen dan kegiatan
perencanaan suatu organisasi. SPK dirancang sedemikian rupa sehingga menghasilkan aplikasi-
aplikasi komputer baru yang berguna untuk menunjang upaya pemecahan masalah, bersifat
interaktif dengan pemakainya. Konsep SPK pertamakali diungkapkan pada awal tahun 1970-an
oleh Michael S.Scott dengan istilah Management Decision System, yang didefinisikan sebagai
sistem berbasis komputer interaktif yang membantu para pengambil keputusan untuk
menggunakan data dan berbagai model untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak
terstruktur. SPK yang bersifat interaktif ini dimaksudkan untuk memudahkan integrasi antar
berbagai komponen dalam proses pengambilan keputusan, seperti prosedur, kebijakan, teknik
analisis, serta pengalaman dan wawasan manajerial guna membentuk suatu kerangka keputusan
yang bersifat fleksibel (Raymont and Schell, 2010). SPK dapat menghasilkan output dalam
bentuk laporan berkala dan model matematik untuk mempermudah pemecahan masalah.
Rancangan SPK tersusun atas beberapa komponen yaitu : a.Data base yaitu kumpulan data yang
tersusun secara terstruktur dan dalam format elektronik yang mudah diolah oleh program
komputer. Data base ini menghimpun berbagai jenis data, baik yang berasal dari pasien maupun
dari dokter dan perawat. b.Knowledge base, merupakan kumpulan pengetahuan yang merupakan
sintesis dari berbagai literature, pendapat pakar maupun hasil penelitian yang sudah
diterjemahkan dalam bahasa yang dapat dipahami oleh komputer. c.Instrumen, merupakan alat
yang dapat mengumpulkan data. d.Mesin inferensial (Inference engine) merupakan program
utama dari SPK yang mengendalikan keseluruhan system, mulai dari menangkap informasi,
mengkonsultasikannya dengan knowledge base dan memberikan hasil interpretasinya kepada
pengguna. e.Antar muka (User interface) adalah tampilan program komputer, yang
memungkinkan pengguna berkonsultasi untuk memasukkan data, memilih menu hingga
mendapatkan hasil baik berupa teks, grafis, sinyal, simbol dan bentuk interaktivitas lainnya.
Interaktivitas dapat bersifat aktif, otomatis maupun pasif. 5.Kajian Manfaat Komputerisasi
Sistem Pengambilan Keputusan (SPK) Dalam Keakuratan Penetapan Diagnosa Pada Perawat
Pelaksana Home Care. Fortier (2003) dalam lingkungan keperawatan saat ini, perawat harus
bekerja lebih cepat dan lebih cerdas membuat keputusan yang kompleks setiap saat secara
terus menerus. Berbasis pengetahuan, bukti dan pedoman/standar, yang dapat mendukung
keputusan perawatan klinis. Teknologi pendukung keputusan akan menyediakan waktu nyata
untuk beberapa kasus dan keputusan yang diambil didasarkan pada karakteristik klinis praktek
asuhan keperawatan. Sistem Pendukung Keputusan (SPK) yang dikembangkan dalam pelayanan
keperawatan tidak hanya berfokus pada tatanan manajer, hal ini dikarenakan perawat selalu
berinteraksi dengan manusia dalam hal ini pasien, selalu dihadapkan dengan berbagai tantangan
yang berhubungan dengan kualitas hidup dari seorang manusia, sehingga tindakan pengambilan
keputusan berdasarkan bukti dan pengetahuan akan dialami oleh semua perawat dalam berbagai
tatanan pelayanan keperawatan klinis (Caeli, Kate et al, 2003). Sistem pendukung keputusan
(SPK) akan membantu Perawat untuk mempertimbangkan berbagai penjelasan alternatif,
menentukan kebutuhan data tambahan, menemukan, mengidentifikasi dan memeriksa kasus
pasien terkait data diagnostik tambahan atau memverifikasi kesesuaian strategi yang dipilih.
Pengembangan menyeluruh sistem pendukung keputusan akan memiliki kapasitas untuk
meningkatkan kualitas keputusan dalam pelayanan keperawatan secara berkesinambungan
berdasarkan data dan pengetahuan. Hasil dari Penerapan SPK ini adanya dukungan riil terhadap
keputusan pelayanan keperawatan yang tepat waktu mengurangi bisa dalam keputusan dan
meningkatkan kesehatan pasien. Salah satu bentuk aplikasi Sistem Pendukung Keputusan dalam
pelayanan keperawatan adalah pengembangan SPK yang ditujukan pada perawat pelaksana.
Perawat pelaksana merupakan fenomena sumber daya manusia yang membutuhkan perhatian
khusus di pelayanan home care dalam memasuki tatanan pelayanan keperawatan komunitas.
Sebagian besar perawat pelaksana belum memiliki pengalaman klinik komunitas memadai yang
dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam praktik klinis dan komunitas keperawatan,
bahkan masih memerlukan bimbingan berupa kegiatan orientasi. Fortier, et al (2005)
menguraikan bahwa perawat pelaksana dengan variasi ketrampilan dan pengetahuannya,
memiliki tanggung jawab terdepan untuk mampu mengidentifikasi berbagai gejala (symptom)
pasien, memonitor terjadinya komplikasi serta mengantisipasi langkah-langkah pencegahan.
Keadaan ini akan menjadi sulit bila para perawat pelaksana tidak difasilitasi dengan kemudahan
untuk mengakses informasi, karena dengan hanya memanfaatkan pencatatan manual yang
seringkali tidak ter up grade dengan ilmu pengetahuan yang baru, pengambilan keputusan yang
cepat dan tepat sulit terlaksana dan tingkat ketergantungan para perawat pelaksana pada perawat
yang lebih specialist akan lebih besar. Berdasarkan keadaan ini, dirancang suatu system
pendukung keputusan yang disebut NCODES (Nursing Computer Decision Support System)
bagi perawat pelaksana untuk menunjang bagaimana perawat pelaksana mengambil keputusan
akan diagnosa dan mengembangkan ketrampilan penalaran klinisnya. Langkah awal yang
dilakukan dalam perancangan NCODES ini adalah mengembangkan kerangka kerja/fikir
(framework). Kerangka fikir yang dibuat terdiri dari dua model yaitu model pengambilan
keputusan klinis yang didasarkan pada teori proses pengolahan informasi dan model baru
pengembangan penalaran klinis seorang perawat pelaksana, dikenal dengan The Novice Clinical
Reasoning Model (NCRM) perpaduan antara teori dan research thinking. NCRM menjelaskan
proses dimana didalam memasuki pekerjaannya, para perawat pelaksana harus beradaptasi
dengan berbagai kondisi, dalam konteks mereka masih memiliki keterbatasan baik pengetahuan
maupun praktikyang harus dikembangkan. early anxiety and knowledge limitations the novice
initially has a limited perception of the clinical situation.But over time, with repeated practice
experiences, the novice begins to develop a complex system ofSeiring berjalannya waktu,
dengan pengalaman praktek berulang, perawat baru/pemula akan dapat mengembangkan pola
piker sistem yang kompleks, terorganisisr membentuk suatu pola pemikiran klinis, memiliki
dasar kerja berbasis pengetahuan. Model NCRM berusaha menangkap keadaan ini dengan
mengembangan system pendukung keputusan yang mempertimbangkan berbagai faktor
dilapangan dikombinasikan dengan ilmu pengetahuan, kegiatan ini juga harus melibatkan para
pembimbing lapangan yang berpengalaman dan juga kepemimpinan yang suportif terhadap
perubahan. Berbagai pertimbangan pengetahuan, maka dimodifikasi pengetahuan dasar yang
fundamental dalam ilmu keperawatan dengan aplikasi langsung untuk pengambilan keputusan
berbasis komputerisasi bagi perawat pemula yang didasarkan pola pemikiran induktif dalam
pengembangan logaritma untuk membentuk suatu pohon keputusan. Dengan teknologi ini
berbagai laporan terkait praktik klinis perawat dapat disajikan dalam bentuk rangkuman yang
dipresentasikan dalam bentuk pohon keputusan maupun grafik tiga dimensi sehingga
memudahkan penganalisaan. Secara garis besar dapat dijelaskan bahwa komponen utama DSS
pada system ini adalah informasi yang dapat diperoleh secara langsung oleh perawat pelaksana
dirancang melalui selluler, dimodifikasi oleh server yang ada yang merupakan pusat
pengumpulan data. Dengan perangkat praktis yang bersifat link real time ini, diharapkan perawat
pelaksana dapat mengumpulkan dan memproses informasi berkaitan dengan ketrampilan klinis
untuk melakukan suatu tindakan keperawatan sesuai dengan status pasien. SPK NCRMini
memungkinkan perawat pelaksana mendownload satu set informasi terkait keadaan pasien,
merangsang perawat pelaksana terus mengikuti perkembangan pengetahuan serta aplikasi nyata
dari tindakan keperawatan yang berbasis data sesuai dengan fakta dan penilaian yang tepat.
Berbagai pengembangan Sistem Pendukung Keputusan (SPK) hendaknya terus dilakukan,
beberapa hal penting terkait dengan pengembangan SPK ini untuk meningkatkan kualitas
pelayanan juga dapat dirasakan manfaatnya dalam meningkatkan keselamatan pasien yaitu
mencegah terjadinya Adverse event, memberikan respon cepat setelah terjadinya adverse event,
melacak dan menyediakan umpan balik secara cepat dengan keputusan yang berdasarkan data,
bukti serta analisa yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan. 6.Tantangan Pengembangan SPK
Dalam Penetapan Diagnosa Oleh Perawat Pelaksana Home Care. Sistem Informasi Pendukung
Keputusan (SPK) bukanlah sistem informasi keseluruhan, karena tidak semua informasi terkait
pelayanan keperawatan Home Care dapat dimasukkan secara lengkap ke dalam sebuah sistem
yang otomatis. Pengambangan sistem informasi kearah Sistem pendukung keputusan berbasis
komputer ini memerlukan sejumlah orang yang berketrampilan tinggi dan berpengalaman lama
dan memerlukan partisipasi dari para manajer. Banyak organisasi yang gagal membangun sistem
informatika karena kurangnya pengorganisasian, kurangnya perencanaan yang memadai, kurang
personil yang handal serta kurangnya partisipasi manajemen dalam bentuk keikutsertaan para
manajer dalam merancang sistem, mengendalikan upaya pengembangan sistem dan memotivasi
seluruh personil yang terlibat. Selain itu, kendala dihadapi adalah financial, cultural dan
ketiadaan standar, pengembangan SPK membutuhkan investasi financial yang tidak sedikit,
disisi lain banyak rumah sakit yang menganggap teknologi informasi hanya sebagai komoditas,
bukan sebagai sumber daya yang strategis. Tantangan utama pengembangan SPK dalam
penetapan diagnosa oleh perawat pelaksana Home Care adalah bagaimana para pengambil
keputusan dapat menterjemahkan komitmen dan kebijakan untuk mengintegrasikan sistem
informasi ke dalam rencana strategis serta mengembangkan infrastruktur yang mendukung upaya
peningkatan kualitas pelayanan melalui Sistem pendukung keputusan. 7.Kesimpulan Sistem
pendukung Keputusan merupakan sistem informasi yang dirancang bukan untuk menyelesaikan
suatu permasalahan, tapi digunakan untuk menunjang pembuatan suatu keputusan oleh kepala
divisi maupun manajer dibawahnya. Sistem Pendukung Keputusan (SPK) yang dikembangkan
dalam pelayanan keperawatan tidak hanya berfokus pada tatanan manajer, hal ini dikarenakan
perawat selalu berinteraksi dengan manusia, yaitu pasien, selalu dihadapkan dengan berbagai
tantangan yang berhubungan dengan kualitas hidup dari seorang manusia, sehingga tindakan
pengambilan keputusan berdasarkan bukti dan pengetahuan akan dialami oleh semua perawat
dalam berbagai tatanan pelayanan keperawatan klinis. 8.Saran Rumah sakit harus
menerjemahkan Pengembangan informatika keperawatan kedalam rencana strategis
pengembangan sistem informasi rumah sakit. Dimulai dari pembentukan tim sistem informasi
rumah sakit secara umum, pengembangan infra struktur (mulai dari database pasien elektronik,
work station) sampai pelatihan kepada staf (medis maupun keperawatan dan non medis), serta
menjalin kerjasama dengan berbagai pihak. Organisasi perlu menyadari apabila mereka cukup
realistis dalam keinginan untuk mengembangkan sistem informasi, cermat dalam merancang dan
menerapkannya sesuai keinginan serta wajar dalam menentukan batas biaya dari titik manfaat
yang akan diperoleh, maka sistem informasi yang dihasilkan akan memberikan keuntungan.
Begitu pula dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit, khususnya pelayanan keperawatan,
marilah bersama-sama mulai mengembangkan sistem informasi untuk meningkatkan kualitas
pelayanan. *Mahasiswa Magister Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan FIK-UI Tahun
2014
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/antiatijan/manfaat-komputerisasi-sistem-
pengambilan-keputusan-spk-dalam-keakuratan-penetapan-diagnosa-pada-perawat-pelaksana-
home-care_54f387417455137c2b6c7ac0
Peran Teknologi Informasi Untuk Mendukung Menajemen Informasi Kesehatan
Dirumah Sakit
Tenaga perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi
pelayanan kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan,
seorang perawat harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar,
yaitu dari mulai pengkajian sampai dengan evaluasi dan yang sangat penting
adalah disertai dengan sistem pendokumentasian yang baik. Namun pada
realitanya dilapangan, asuhan keperawatan yang dilakukan masih bersifar manual
dan konvensional, belum disertai dengan sistem /perangkat tekhonolgi yang
memadai. Contohnya dalam hal pendokumentasian asuhan keperawatan masih
manual, sehingga perawat mempunyai potensi yang besar terhadap proses
terjadinya kelalaian dalam praktek. Dengan adanya kemajuan teknologi informasi
dan komunikasi, maka sangat dimungkinkan bagi perawat untuk memiliki sistem
pendokumentasian asuhan keperawatan yang lebih baik dengan menggunakan
Sistem Informasi Manajemen.
Salah satu bagian dari perkembangan teknologi dibidang informasi yang sudah
mulai dipergunakan oleh kalangan perawat di dunia internasional adalah teknologi
PDA (personal digital assistance. Di masa yang akan datang, pelayanan kesehatan
akan dipermudah dengan pemanfaatan personal digital assistance (PDA). Perawat,
dokter, bahkan pasien akan lebih mudah mengakses data pasien serta informasi
perawatan terakhir.
Definisi PDA (Personal Digital Assistants) menurut Wikipediaadalah sebuah alat
komputer genggam portable, dan dapat dipegang tangan yang didesain sebagai
organizer individu, namun terus berkembang sepanjang masa. PDA memiliki fungsi
antara lain sebagai kalkulator, jam, kalender, games, internet akses, mengirim
dan menerima email, radio, merekam gambar/video, membuat catatan,
sebagai address book, dan juga spreadsheet. PDA terbaru bahkan memiliki
tampilan layar berwarna dan kemampuan audio, dapat berfungsi sebagai telepon
bergerak, HP/ponsel, browser internet dan media players. Saat ini banyak PDA
dapat langsung mengakses internet, intranet dan ekstranet melalui Wi-Fi, atau
WWAN (Wireless Wide-Area Networks). Dan terutama PDA memiliki kelebihan
hanya menggunakan sentuhan layar dengan pulpen/ touch screen.7)
Perusahaan Apple Computer-lah yang pertama kali mengenalkan PDA model
Newton MessagePad di tahun1993. Setelah itu kemudian muncul beragam
perusahaan yang menawarkan produk serupa seperti yang terpopuler adalah
PalmOne (Palm) yang mengeluarkan seri Palm Pilots from Palm, Inc dan Microsoft
Pocket PC (Microsoft). Palm menggunakan Palm Operating System (OS) dan
melibatkan beberapa perusahaan seperti Handspring, Sony, and TRG dalam
produksinya . Microsoft Pocket PC lebih banyak menggunakan MS produk, yang
banyak diproduksi oleh Compaq/Hewlett-Packard and Casio. 9) Bahkan saat ini
juga telah muncul Linux PDA, dan smart phone. Di masa yang akan datang,
pelayanan kesehatan akan dipermudah dengan pemanfaatan personal digital
assistance (PDA). Dokter, mahasiswa kedokteran, perawat, bahkan pasien akan
lebih mudah mengakses data pasien serta informasi perawatan terakhir. Aplikasi
klinis yang banyak digunakan selama ini adalah referensi tentang obat/drug
reference.
Bahkan sebuah PDA dengan pemindai bar code/gelang data, saat ini sudah
tersedia. PDA semacam ini memungkinkan tenaga kesehatan untuk memindai
gelang bar code/gelang data pasien guna mengakses rekam medis mereka, seperti
obat yang tengah dikonsumsi, riwayat medis, dan lain-lain. Selain itu, informasi
medis tersebut dapat pula diakses secara virtual di mana pun kapan pun,
dengan bandwidth ponsel yang diperluas atau jaringan institusional internet
nirkabel kecepatan tinggi yang ada di rumah sakit. Di samping itu data pasien atau
gambar kondisi/penyakit pasien dapat didokumentasikan, untuk tujuan
pengajaran atau riset, demi meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Meski
demikian, PDA tidak akan dapat menggantikan komputer/dekstop/laptop. Tetapi
setidaknya, alat ini akan memberikan kemudahan tenaga kesehatan untuk
mengakses informasi di mana saja.
Fungsi bantuan PDA untuk kita sebagai perawat adalah perawat dapat mengakses
secara cepat informasi tentang obat, penyakit, dan perhitungan kalkulasi obat
atau perhitungan cairan IV fluid/infus; perawat dapat menyimpan data pasien,
membuat grafik/table, mengefisiensikan data dan menyebarluaskannya; perawat
dapat mengorganisasikan data, mendokumentasikan intervensi keperawatan dan
membuat rencana asuhan keperawatan; PDA dapat menyimpan daftar nama,
email, alamat website, dan diary/agenda harian; PDA sangat berguna untuk
program pembelajaran keperawatan; meningkatkan keterlibatan dan hubungan
pasien-perawat. Apabila pasien dan perawat memiliki PDA, aplikasi komunikasi
keperawatan tingkat mutahir dapat diterapkan, yang tidak lagi menonjolkan
peran tatap muka hubungan interaksi perawat-pasien (telenursing). PDA dapat
menunjang pengumpulan data base pasien dan RS, yang berguna untuk kepentingan
riset dalam bidang keperawatan. Sudah selayaknya institusi pendidikan
keperawatan sebaiknya memberikan penekanan penting dalam kurikulumnya,
untuk mulai mengaplikasikan touch over tech(sentuhan tehnologi dalam
bidang keperawatan). Sehingga saat si perawat tersebut telah lulus, mereka dapat
mengintegrasikan tehnologi dalam asuhan keperawatan.
Dengan adanya komputer dan PDA di tempat kerja perawat, dapat meningkatkan
produktivitas, mengurangi kesalahan serta kelalaian/negligence, meningkatkan
mutu perawatan kepada pasien, dan meningkatkan juga kepuasan kerja perawat.
Sebagian besar perawat secara umum masih gaptek tehnologi, termasuk PDA.
Kita bisa memulai bergabung dengan grup penggermar PDA dan masuk dalam
kelompok/komunitas, atau dapat pula belajar dari para dokter, membuka website
tutorial/panduan PDA, mempelajari dari buku dan dari perawat lain yang telah
terbiasa menggunakan PDA. Mulailah mencoba dari hal yang sederhana seperti
agenda harian, organizer, mengambil/upload gambar, games, musik, dsb.
Pemanfaatan PDA dan tehnologi pada akhirnya berpulang kepada perawat itu
sendiri. Namun sudah semestinya diharapkan keterlibatan institusi rumah sakit
atau pendidikan keperawatan, agar mampu merangsang pemanfaatan tehnologi
informasi/nursing computer secara luas di negara kita. Di Indonesia seyogyanya
akan lebih baik jika dosen/CI (clinical instructor) dari institusi pendidikan
AKPER/STIKES/FIK mulai mengenal pemanfaatan PDA, dalam interaksi belajar
mengajar. Misalnya saja saat pre/post conference pembahasan kasus praktek
mahasiswa di RS apabila terdapat obat/tindakan keperawatan yang rumit, maka
dosen dan mahasiswa dapat langsung akses browser internet.
Demikian pula halnya di level manajer keperawatan setingkat Kepala bidang
Keperawatan/supervisor keperawatan di RS pun demikian. PDA sebagai organizer,
dan smart phone dapat membantu bidang pekerjaan perawat dalam peran sebagai
manajer. Setiap kegiatan rapat, pengambilan keputusan, penggunaan analisa data
dan teori keperawatan dapat diakses segera melalui PDA. Setiap data yang ada di
RS dapat pula bermanfaat untuk bahan analisa riset keperawatan, masukkan
untuk perumusan kebijakan/policy dan penunjang sistem TI (tehnologi informasi)
di RS. Sehingga bukan tidak mungkin akan tercipta nursing network (jaringan
keperawatan online) yang dapat memberikan pertukaran informasi data dan
program kesehatan secara online tanpa mengenal batas geografis.
Akan ada saatnya dimana keperawatan, perawat, klien, asuhan keperawatan akan
bersinggungan dan berjalan seiringan dengan perkembangan percepatan
tehnologi. Sentuhan asuhan keperawatan dimasa mendatang bukan tidak mungkin,
akan semakin banyak berkembang pesat. Aplikasi telemetry (alat monitor jantung
pasien) di ruang rawat semisal medikal pada pasien jantung koroner/MI, yang
dimonitor melalui CCU untuk melihat irama dan patologi, sistem data base pasien,
dan bahkan di Singapura telah dikembangkan alat pengukuran suhu pasien dengan
dimonitor melalui komputer menjadi terobosan baru yang perawat perlu ketahui.
Hingga ada saatnya pula tehnologi informatika dapat membantu mengurangi
beban kerja perawat, dan meningkatkan akurasi hasil asuhan keperawatan yang
diberikan di Indonesia.
Perkembangan pemanfaatan PDA di dunia keperawatan Indonesia nampaknya
masih sangat minim, berbeda dengan di luar negeri yang sudah berkembang pesat.
Kemungkinan faktor penghambatnya yaitu kurang terpaparnya perawat Indonesia
dengan teknologi informatika khususnya PDA, masih bervariasinya tingkat
pengetahuan dan pendidikan perawat, dan belum terintegrasinya sistem infirmasi
manajemen berbasis IT dalam parktek keperawatan di klinik. Mungkin perlu ada
terobosan-terobosan dari organisasi profesi perawat bekerjasama dengan
institusi pelyanan kesehatan untuk lebih mengaplikaskan lagi sistem informasi
manajemen berbasis IT dalam memberikan pelayanan ke pasien. Semula memang
terasa menyulitkan dan membutuhkan waktu lebih lama saat menerapkan program
tersebut. Namun setelah terbiasa terasa sangat membantu perawat sehingga
mengurangi administrasi kertas kerja dalam asuhan keperawatan. Seperti
contohnya, perawat tidak perlu lagi mengisi format tanda vital/vital signs pasien
(dengan pulpen warna biru, merah, hitam, hijau dsb), cukup dengan
langsung entry ke komputer. Sehingga yang semula ada sekitar 6 lembar kertas
kerja yang perlu diisikan, sekarang cukup 1 saja yaitu nurses notes (catatan
keperawatan).
Sedangkan, contoh nyata yang dapat kita lihat di dunia keperawatan Indonesia
yang telah menerapkan sistem informasi yang berbasis komputer adalah
terobosan yang diciptakan oleh kawan-kawan perawat di RSUD Banyumas. Sebelum
menerapkan sistem ini hal pertama yang dilakukan adalah membakukan klasifikasi
diagnosis keperawatan yang selama ini dirasa masih rancu, hal ini dilakukan untuk
menghilangkan ambiguitas dokumentasi serta memberikan manfaat lebih lanjut
terhadap sistem kompensasi, penjadwalan, evaluasi efektifitas intervensi sampai
kepada upaya identifikasi error dalam manajemen keperawatan. Sistem ini
mempermudah perawat memonitor klien dan segera dapat memasukkan data
terkini dan intervensi apa yang telah dilakukan ke dalam komputer yang sudah
tersedia di setiap bangsal sehingga akan mengurangi kesalahan dalam
dokumentasi dan evaluasi hasil tindakan keperawatan yang sudah dilakukan.
Pelayanan yang bersifat non-medis pun dengan adanya perkembangan teknologi
informasi seperi sekarang ini semakin terbantu dalam menyediakan sebuah bentuk
pelayanan yang semakin efisien dan efektif, dimana para calon klien rumah sakit
yang pernah berobat atau dirawat di RS idak perlu lagi menunggu dalam waktu
yang cukup lama saat mendaftarkan diri karena proses administrasi yang masih
terdokumentasi secara manual di atas kertas dan membutuhkan waktu yang cukup
lama mencari data klien yang sudah tersimpan, ataupun setelah sekian lama
mencari dan tidak ditemukan akhirnya klien tersebut diharuskan mendaftar ulang
kembali dan hal ini jelas menurunkan efisiensi RS dalam hal penggunaan kertas
yang tentunya membutuhkan biaya. Bandingkan bila setiap klien didaftarkan
secara digital dan semua data mengenai klien dimasukkan ke dalam komputer
sehingga ketika data-data tersebut dibutuhkan kembali dapat diambil dengan
waktu yang relatif singkat dan akurat.
Diposkan oleh tatta agiesta di 10.00
SISTEM INFORMASI DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN BERBASIS KOMPUTER DAN
MANFAATNYA Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas M.A Sistem Informasi Manajemen (SIM)
Oleh : Neni Ampi Juwita Sirait NPM : 0906594545 Program Magister Ilmu Keperawat an
Kekhususan Keperawatan Anak Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Tahun 2008
SISTEM INFORMASI DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN BERBASIS KOMPUTER DAN
MANFAATNYA Abstrak Artikel ini menjelaskan tentang sistem informasi keperawatan yang
berfokus pada dokumentasi asuhan keperawatan berbasis komputer dan manfaatnya.
Tujuannya adalah untuk mengembangkan dan meningkatkan mutu layanan keperawatan.
Sebagaimana yang diungkapkan Graves dan Corcoran (1989), Informatika keperawatan adalah
kombinasi ilmu komputer dan informasi ilmu keperawatan. Kombinasi ini membantu dalam
manajemen pemrosesan data keperawatan, informasi dan pengetahuan dalam mendukung
praktik keperawatan dan pemberian perawatan. A. LATAR BELAKANG Pelayanan keperawatan
adalah salah satu p elayanan kesehatan yang memiliki peranan sangat penting pada suatu
rumah sakit. Perubahan dalam masyarakat menimbulkan tuntutan baru untuk keperawatan.
Teknologi dan penemuan ilmiah baru mengharuskan perawat untuk secara terus menerus
memperbaharui pengetahuan dan keterampilan mereka. (blais et al, 2002). Agar pelayanan
keperawatan memiliki kualitas mutu yang baik, seorang perawat dituntut untuk mampu
memberikan a suhan keperawatan secara efisien dan efektif dan dapat diakses dalam suatu
rentang lingkungan kh ususnya rumah sakit. Standar asuhan keperawatan yang diberikan
kepada pasien terdiri dari pengkajian, penegakan diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi dan evaluasi setelah itu dilakukan pendokumentasian . Saat ini sebagian besar
rumah sakit masih melakukan pendokumentasian asuhan kepe rawatan secara manual, dimana
dalam pelaksanaannya se ring diabaikan oleh perawat karena
hal ini menambah beban kerja perawat yang sudah banyak dan menghabiskan waktu yang
banyak untuk penulisan. Pendokumentasian Keperawatan adalah hal penting yang dapat
menunjang pelaksanaan mutu asuhan keperawatan. (Kozier,E. 1990). Pendokumentasi juga
merupakan bukti akontabilitas terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan perawat
kepada pasien, sehingga tindakan tersebut dapat dipertanggung jawabkan dan merupakan bukti
praktik keperawatan profesional. (Hariyati, RT, 1999). Peningkatan kualitas sistem informasi
keperawatan merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
Sejak pengenalan sistem informasi keperawatan akut pada tahun 1965, perpaduan informatika
konsumen dan sistem informasi yang berpusat pada pasien (staggers, Thompson, dan Snyder-
Halpern, 2001). Saat ini sistem informasi keperawatan dijadikan standar dalam sistem informasi
perawatan kesehatan terintegrasi yang lebih luas dan menyediakan alat alat yang efektif
dan efisien untuk mendukung asuhan keperawatan. (Blais et all , 2002). B. Kajian Literatur a.
Defenisi Salah satu pengertian teknologi informasi adalah seperangkat alat yang menolong
mengerjakan sesuatu dengan informasi yang menghasilkan tugas terkait proses pengolahan
informasi. (Sungkar & Sabarguna, 2007). Istilah informatika keperawatan pertama kali
digunakan oleh Scholes dan Barber pada tahun 1980 pada konferensi MEDINFO di T okyo.
Simson (1998) menefinisikan informatika keperawatan adalah susah karena terget bidangnya
sedang berkembang. Maka ia membuat definisi awal penggunaan komputer diseluruh bidang
kegiatan perawat, pelayanan kesehatan, pendidikan dan riset. Definisi lain yang mereka
kemukakan adalah:penggunaan tekhnologi informasi dalam mendukung fungsi perawat. Seperti
pendapat Scholes dan Barber, definisi yang lain menyebutkan penggunaan komputer mulai dari
pengolah kata (word) sampai kecerdasan
buatan (artificial intelligence) untuk perawat dalam parktik keperawatan proffesional. (Irdawaty
& Sudaryanto, 2003). Informatika perawatan kesehatan adalah aplikasi teknologi informasi
untuk memfasilitasi akuntabilitas, membantu pengendalian biaya dan meningkatkan kualitas
perawatan (Ball dan Douglas, 1977), menurut Graves dan Corcoran (1989) , Informatika
keperawatan adalah kombinasi ilmu komputer dan informasi ilmu keperawatan. Kombinasi ini
membantu dalam manajemen pemrosesan data keperawatan, informasi dan pengetahuan
dalam mendukung praktik keperawatan dan pemberian perawatan. (Blais et all, 2002) b.
Manfaat Menurut Holmas (2003) terdapat beberapa keuntungan utama dari dokumentasi
berbasis komputer yaitu: 1. Standarisasi, terdapat pelaporan data klinik yang standar yang
mudah dan cepat diketahui 2. Kualitas, meningkatkan kualitas informasi klinik dan sekaligus
meningkatkan waktu perawat berfokus pada pemberian asuhan 3. Accessibility & legibility,
mudah membaca dan mendapat informasi klinik tentang semua pasien dan suatu lokasi (Ratna
Sitorus, 2006) ANA mengatakan bahwa system informasi keperawatan berkaitan dengan
legalitas untuk memperoleh dan menggunakan data, info rmasi dan pengetahuan tentang
standar dokumentasi , komunikasi, mendukung proses pengambilan keputusan,
mengembangkan dan mendesiminasikan pengetahuan baru, meningkatkan kualitas, efektifitas
dan efisiensi asuhan keperawaratan dan memberdayakan pasien untuk memilih asuhan
kesehatan yang diiinginkan. Kehandalan suatu sistem informasi pada suatu organisasi terletak
pada keterkaitan antar komponen yang ada sehingga dapat dihasilkan dan dialirkan menjadi
suatu informasi yang berguna, akurat, terpercaya, detail, cepat, relevan untuk suatu organisasi.
(Vestal, Khaterine, 1995 dikutip oleh Hariyati, RT., 1999) .
Manfaat penerapan sistem informasi keperawatan di lingkungan rumah sakit salah satunya
adalah membantu perawat dalam melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan. Dengan
memanfaatkan sistem informasi keperawatan tersebut perawat dapat menghemat waktu untuk
melakukan pencatatan dibandingkan bila dilakukan pencatatan secara manual. Di samping itu,
data yang tercatat dengan menggunakan sistem informasi keperawatan akan lebih terjamin
keberadaannya. Resiko data yang dicatat akan hilang sangat kecil. Berbeda dengan pencatatan
ya ng berdasarkan paper base, dimana kemungkinan untuk hilangnya data sangat mungkin
untuk terjadi. Selain itu keberadaan sistem informasi keperawatan juga akan meningkatkan
keefektifan dan efisien kerja dari tenaga keperawatan. c. Program Sistem Pendokumentasi an
Asuhan Keperawatan 1. Standard Asuhan Keperawatan Standar Asuhan Keperawatan
menggunakan standar Internasional dengan mengacu pada Diagnosa Keperawatan yang
dikeluarkan oleh North American Nursing Diagnosis Association, standar outcome keperawatan
mengacu pada Nursing Outcome Clasification dan standar intervensi keperawatan mengacu
pada Nursing Intervention Clasification (NIC) yang dikeluarkan oleh Iowa Outcomes Project.
Standar Asuhan Keperawatn ini juga telah dilengkapi dengan standar pengkajian perawat an
dengan mengacu pada 13 Divisi Diagnosa Keperawatan yang disusun oleh Doenges dan
Moorhouse dan standar evaluasi keperawatan dengan mengacu pada kriteria yang ada dalam
Nursing Outcome Clasification (NOC) dengan model skoring 2. Proses keperawatan a. Pengkajian
Proses keperawatan dimulai dengan pengumpulan data menilai status pasien sekarang dalam
perbandingan dengan kriteria dan harapan normalitas.
b. Diagnosa Diagnosis keperawatan yang dikembangkan oleh the North American Nursing
Diagnosis Association (NANDA): Bermula dari pengorganisasian diagnosis keperawatan yang
dikembangkan dari daftar abjad, selanjutnya berkembang menjadi sistem konseptual sebagai
penuntun klasifikasi diagnosis keperawatan dalam sebuah taksonomi c. Intervensi
Implementasi The Nursing Interventions Classification (NIC) adalah daftar komprehensif
intervensi keperawatan yang dikelompokkan berdasarkan label yang mendeskripsikan aktivitas
keperawatan. NIC dibagi menjadi tujuh bidang, yaitu: 1) Fisiologisdasar
(physiologicalbasic): Mendukung fungsi fisik. 2) Fisiologiskompleks
(physiologicalcomplex): Mendukung regulasi homeostatis 3) Perilaku (behavioral):
Mendukung perubahan fungsi sosial dan gaya hidup. 4) Keselamatan (safety): Mendukung
proteksi terhadap gangguan. 5) Keluarga (family): Mendukung unit keluarga. 6) Sistem
kesehatan (health system): Mendukung penggunaan sistem layanan kesehatan. 7) Komunitas
(community): Mendukung kesehatan komunitas. d. Evaluasi Melalui proses kognitif yang spesifik
bagi masing -masing disiplin, pelabelan diagnostik diaplikasikan, tujuan pengobatan
diidentifikasi dengan tenggat waktu untuk evaluasi, serta intervensi pengobatan dipilih dan
diimplementasikan. Pada interval tertentu, pasien dinilai kembali, efektivitas perawatan
dievaluasi, serta tujuan dan intervensi pengobatan dilanjutkan atau disesuaikan menurut
kebutuhan. Jika penilaian kembali menunjukkan bahwa pasien tidak membutuhkan lagi
perawatan, layanan diakhiri.
3. Skema alur kerja proses keperawatan (Ozbolt et al, 1985) tidak ya tidak ya C. Pembahasan
Luasnya lingkup tanggung jawab keperawatan dan kehadiran perawat secara kontinu
mendampingi pasien menempatkan keperawatan pada posisi sentral bagi layanan kesehatan
dan pusat informasi pasien untuk membangkitkan perkembangan informatika keperawatan
yang dapat menginformasikan perkembangan aplikasi multidisiplin terintegrasi bagi pelayanan
pasien . Dokumentasi asuhan keperawatan adalah salah satu sistem inform asi dalam
Pengumpulan data Sintesis diagnosis keperawatan Analisa data Masuk Apakah perawatan yang
diberikan perlu dievaluasi Evaluasi keperawatan yang diberikan Analisa sebab keberhasilan dan
kegagalan Formulasi tujuan Penentuan prioritas untuk tujuan Penentuan data target untuk
evaluasi tujuan Seleksi intervensi keperawatan Implementasi intervensi keperawatan Apakah
perawatan diakhiri Keluar
pelayanan keperawatan, dewasa ini sistem pendokumentasian asuhan keperawatan di beberapa
rumah sakit masih menggunakan sistem tertulis (manual), dimana sistem ini memiliki banyak
kekurangan diantaranya adalah pendokumentasian tertulis ini serin g membebani perawat
karena perawat harus menuliskan dokumentasi pada form yang telah tersedia dan
membutuhkan waktu banyak untuk mengisinya. Permasalahan lain yang sering muncul adalah
biaya pencetakan form mahal sehingga sering form pendokumentasian tidak tersedia.
Pendokumentasian secara tertulis dan manual juga mempunyai kelemahan yaitu sering hilang.
Pendokumentasian yang berupa lembaran-lembaran kertas maka dokumentasi asuhan
keperawatan sering terselip. Selain itu pendokumentasian secara tertulis ju ga memerlukan
tempat penyimpanan dan akan menyulitkan untuk pencarian kembali jika sewaktu-waktu
pendokumentasian tersebut diperlukan. Dokumentasi yang hilang atau terselip di ruang
penyimpanan akan merugikan perawat. Hal ini karena tidak dapat menjadi buk ti legal jika
terjadi suatu gugatan hukum, dengan demikian perawat berada pada posisi yang lemah dan
rentan terhadap gugatan hukum. (Hariyati RT, 1999). Oleh karena itu sudah selayaknya sistem
informasi keperawatan terutama pendokumentasian asuhan keperawa tan dikembangkan
berbasis komputer sebagai solusi untuk meningkatkan pelayanan keperawatan , Menurut
Sungkar dan Sabarguna, (2007) dengan informasi yang berbasis komputer atau digital
diharapkan, mudah digunakan oleh tenaga administrasi dan kesehatan, cepat dan mudah untuk
dapat mengukur data pasien , administrasi yang mudah, memungkinkan pengembangan
jaringan dengan mudah, fleksibilitas yang tinggi untuk tampilan sendiri, integrasi data dari
berbagai sistem . Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Graves dan corcoran, (1989) bahwa
Informatika keperawatan adalah kombinasi ilmu komputer, ilmu informasi, dan ilmu
keperawatan yang dirancang untuk membantu manajemen dan pemrosesan data, informasi,
dan pengetahuan keperawatan untuk menunjang praktek keperawatan dan penyampaian
layanan keperawatan
D. Penutup 1. Kesimpulan Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi
dokumentasi asuhan keperawatan berbasis komputer merupakan solusi yang tepat untuk
mengatasi masalah pendokumentasian asuhan keperawata n. merupakan komponen kritis bagi
pengambilan keputusan yang efektif serta praktek keperawatan berkualitas tinggi . Informasi
dan pengetahuan yang diperoleh melalui informatika keperawatan dapat meningkatkan
kesadaran serta pemahaman terhadap isu-isu keperawatan dan layanan kesehatan. Informatika
keperawatan dengan sepenuhnya memelihara perspektif klinik dan mempromosikan penelitian
yang secara langsung mendukung peningkatan layanan pasien. 2. Rekomendasi Untuk
mendukung sistem ini diperlukan pelatihan terhad ap perawat dan dibuat suatu software yang
baku untuk dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkan standard.
Daftar Rujukan Blais et all. Praktik Keperawatan Profesional konsep dan perspektif edisi 4, EGC
(2002) Budiana & Apriyadi (2008). Pengembangan prototip sehat sistem informasi manajemen
klinik praktek bersama. Konferensi dan Temu Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi
untuk Indonesia Carpenito. (1985). Nursing diagnosis application to clinical practice . J.B.
Lippincott Co.,. Philadephia . Graves JR, Corcoran S. The study of nursing informatics. Image:
Journal of Nursing Scholarship 1989;21:227 -31. Hariyati, S. T. (1999). Hubungan antara
pengetahuan aspek hukum dari perawat dan karakteristik perawat terhadap kualitas dokmentas
i keperawatan di RS.Bhakti Yudha, Tidak dipublikasikan Irdawaty & Sudaryanto (2008).
Pemanfaatan teknologi dalam pelayanan kesehatan. Diakses dari www.google.com tanggal 10
oktober 2010 Kaminski J. Nursing informatics and nursing culture: Is there a fit? [editorial]
Online Journal of Nursing Informatics. Oct 2005 Diakses. dari: URL: http://eaa-
knowledge.com/ojni/ni/9_3/oct.htm . tanggal 3 oktober 2010 Ozbolt JF, Schultz II S, Swain MA,
Abraham II. A proposed expert system for nursing practice: A springboard to nursing science.
Journal of Medical Systems 1985;9:175-85. Safrizal & Sabarguna, (2006). Master plan sistem
informasi kesehatan; Jateng DIY, Konsorsium rumah sakit islam. Sungkar & Sabarguna. (2007)
Sistem Informasi Medis. UI PRESS ____________(2008), Sistem Infomasi Manajemen
Berbasis Komputer Di Indonesia, Sudah Perlukah ? diakses dari http://www.fik.ui.ac.id/ tanggal
12 oktober 2010
X
Recommended
,petrologi
T.A Aji
artikel aja
Tugas Artikel SMP
pendidikan
artikel IOS
Artikel Tugas Bahasa Indonesia
.....
Artikel ini membahas tentang income smoothing yang diambil dari 10 referensi jurnal yang
terdapat di dalam negeri. Artikel ini merupakan tugas teori akuntansi Fakultas Ekonomi
statistika
Penggunaan Obat Pelangsing, Apakah Aman? March 1, 2012 Obat Pelangsing Halo, kembali
lagi, kali ini saya ingin berbagi tentang hal yang cukup penting untuk kamu ketahui yaitu
artikel
View more
perkembangan+teknologi+komputer+dan+informatika+dalam+keperawatan
Informatika keperawatan merupakan komponen yang sangat penting bagi layanan kesehatan.
Lingkungan informatika kesehatan mencakup pemahaman, keterampilan, dan alat-alat yang
memungkinkan untuk berbagi dan menggunakan informasi untuk menyampaikan layanan kesehatan
serta mempromosikan kesehatan (British Medical Informatics Society, 2004).
Informatika keperawatan:
adalah penggunaan teknologi informasi sehubungan dengan tiap fungsi yang ada dalam bidang
keperawatan dan dilakukan oleh perawat dalam pelaksanaan tugas mereka. Hal ini mencakup perawatan
pasien, administrasi, pendidikan, dan penelitian (Hannah, 1985).
Informatika keperawatan
adalah kombinasi ilmu komputer, ilmu informasi, dan ilmu keperawatan yang dirancang untuk
membantu manajemen dan pemrosesan data, informasi, dan pengetahuan keperawatan untuk
menunjang praktek keperawatan dan penyampaian layanan keperawatan (Graves & Corcoran, 1989).
Informatika keperawatan:
adalah upaya ilmiah multidisiplin untuk analisis, formalisasi, dan pemodelan cara perawat
mengumpulkan dan mengelola data, memproses data menjadi informasi dan pengetahuan, membuat
keputusan berbasis-pengetahuan dan inferensi bagi perawatan pasien, serta menggunakan pengetahuan
empirik dan berdasarkan pengalaman ini untuk memperluas wawasan dan meningkatkan kualitas praktek
profesional mereka (Goossen, 1996).
ABSTRAK
Tekhnologi informasi yang berkembang dengan pesat, menyebabkan tuntutan terhadap
pelayanan kesehatan yang cepat, efisien dan efektif juga semakin meningkat. Perawat
mempunyai peran penting dalam memberikan pelayanan yang aman dan berkualitas. Berbagai
upaya dilakukan untuk dapat memberikan pelayanan yang aman dan berkualitas, salah satunya
adalah pemanfaatan tekhnologi informasi. Penggunaan teknologi informasi diharapkan dapat
meningkatkan patient safety. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan efektivitas sistem Bar-
code dalam pemberian obat , peralatan monitoring, CPEO, telehealth dan telenursing, dalam
meningkatkan keselamatan pasien dan kualitas penyanan keperawatan. Namun tekhnologi
informasi tetap memiliki dampak negatif yang harus disadari dan diantisipasi . Dampak negatif
yang mungkin timbul antara lain peralatan yang membahayakan , pelanggaran privacy , dan
kurangnya sentuhan pada pasien. Strategi yang digunakan untuk meminimalkan dampak negatif
tersebut yaitu meningkatkan kemampuan perawat dalam menggunakan tekhnologi, tetap
menjaga kerahasiaan pasien walaupun menggunakan metoda telenursing , menggunakan
tekhnologi secara tepat tanpa mengabaikan touch, caring dan empati pada pasien.
1. Latar belakang
Perkembangan teknologi dan informasi yang sangat pesat menyebabkan pengetahuan masyarakat
tentang kesehatan juga semakin berkembang. Perkembangan pengetahuan masyarakat , membuat
masyarakat lebih menuntut pelayanan kesehatan yang bermutu dan dapat
dipertanggungjawabkan. Kebutuhan layanan kesehatan termasuk keperawatan yang cepat, efisien
dan efektif menjadi tuntutan masyarakat saat ini. Hal tersebut telah membuat dunia keperawatan
di Indonesia menjadi tertantang untuk terus mengembangkan kualitas pelayanan keperawatan
yang berbasis teknologi informasi (Rini, 2009)
Perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi pelayanan kesehatan,
mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dalam upaya
peningkatan mutu, seorang perawat harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai
standar, yaitu mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi berikut dengan dokumentasi
Kualitas atau mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit bergantung kepada kecepatan,
kemudahan, dan ketepatan dalam melakukan tindakan keperawatan. Dalam hal ini perawat
berada dalam posisi kunci untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan melalui strategi dan
intervensi yang mendukung keselamatan pasien ( Rini, 2009 )
Isu patient safety merupakan salah satu isu utama dalam pelayanan kesehatan. Para pengambil
kebijakan, pemberi pelayanan kesehatan, dan konsumen menempatkan keamanan sebagai
prioritas pertama pelayanan. Patient safety merupakan sesuatu yang jauh lebih penting daripada
sekedar efisiensi pelayanan. Berbagai risiko akibat tindakan medik dapat terjadi sebagai bagian
dari pelayanan kepada pasien. Identifikasi dan pemecahan masalah tersebut merupakan bagian
utama dari pelaksanaan konsep patient safety ( Pinzon , 2007 )
Penggunaan teknologi informasi diharapkan dapat meningkatkan patient safety. Pada tahun 2004
Agency for Healthcare Research and Quality menganggarkan $ 60 juta bagi pengembangan
teknologi informasi untuk menunjang patient safety. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan
efektivitas penggunaan sistem komputer untuk memperbaiki praktek peresepan, mengurangi
medication error, dan meningkatkan kepatuhan terhadap pelaksanaan standar pelayanan ( Pinzon
, 2007).
Manfaat teknologi memang cukup besar dalam meningkatkan keselamatan pasien dan kualitas
pelayanan keperawatan. Namun dampak negatif yang timbul dari penggunaan teknologi tersebut,
tidak boleh diabaikan.
Meskipun diakui bahwa teknologi dapat mempromosikan perasaan keselamatan pada pasien,
teknologi tidak pernah bisa menggantikan kedekatan dan empati sentuhan manusia (Almerud ,et
al , 2008 dalam Harley & Timmos 2010)
Artikel ini akan membahas lebih lanjut bagaimana teknologi informasi dapat meningkatkan
keselamatan pasien dan kualitas pelayanan keperawatan, apa dampak negatifnya, dan bagaimana
solusi mengatasi dampak negatif tersebut.