Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Ners LENTERA, Vol. 4, No.

1, Maret 2016

DIABETES MELLITUS: HUBUNGAN ANTARA


PENGETAHUAN SENSORIS, KESADARAN DIRI,
TINDAKAN PERAWATAN DIRI DAN KUALITAS HIDUP

(Diabetes Mellitus: Correlation between Sensory Knowledge, Self-awareness,


Self-care Practice and Quality of Life)

Ni Putu Wulan Purnama Sari


Fakultas Keperawatan, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
Jl. Raya Kalisari Selatan 1, Surabaya; Telp. (031) 99005299
Email: moonygalz@yahoo.com

ABSTRAK
Pendahuluan: Diabetes Mellitus (DM) memiliki banyak manifestasi klinis dan
komplikasi yang dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya. Penelitian ini
bertujuan mengiden-tifikasi dan menganalisis hubungan antara pengetahuan
sensoris dan kesadaran diri dengan tindakan perawatan diri dan kualitas hidup
pada penderita DM. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional
yang menggabungkan model perawatan diri dan Precede Proceed Model sebagai
kerangka teoritis. Populasi adalah semua penderita DM di wilayah Kelurahan
Keputran, besar sampel 32 yang diambil dengan teknik convenient sampling.
Variabel independen: pengetahuan sensoris dan kesadaran diri; variable dependen:
tindakan perawatan diri dan kualitas hidup. Instrumen: kuesioner pengetahuan
sensoris dan kesadaran diri, Self-Care Inventory-Revised Version dan WHOQOL-
BREF. Analisis data menggunakan uji korelasi Pearson; 0.05; CI 95%. Hasil:
32 responden berpartisipasi dalam penelitian ini, proporsi yang sama untuk pria
dan wanita (50%); usia rata-rata 54,4 tahun. Mayoritas lulusan SMA, sudah
menikah dan masih aktif bekerja. Lama sakit DM rentangnya 1-26 tahun.
Sebagian besar responden memiliki pengetahuan sensoris dan kesadaran diri yang
cukup, hanya saja tindakan perawatan diri dan kualitas hidupnya belum optimal.
Analisis statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara pengetahuan sensoris
dan tindakan perawatan diri (p=0,165); antara pengetahuan sensoris dan kualitas
hidup (p=0.097); juga antara kesadaran diri dan tindakan perawatan diri
(p=0,714). Ada hubungan yang lemah dan signifikan teridentifikasi antara
kesadaran diri dan kualitas hidup (r=0.354; p=0.047). Pembahasan: Keberhasilan
pengelolaan DM yang menentukan kualitas hidup penderita tergantung pada
motivasi dan kesadaran diri penderita untuk melakukan manajemen perawatan diri
yang dirancang untuk mengontrol gejala dan menghindari komplikasi. Tindakan
perawatan diri tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan sensoris dan kesadaran
diri saja, namun ada banyak faktor lain yang tidak diteliti juga mempengaruhi.
Kesimpulan: Kesadaran diri terbukti berhubungan dengan kualitas hidup pada
penderita DM. Pada variabel yang tidak berhubungan, potensial ada faktor lain
yang pengaruhnya lebih kuat.
Kata Kunci: Diabetes Mellitus, pengetahuan sensoris, kesadaran diri,
perawatan diri, kualitas hidup

51
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 4, No. 1, Maret 2016

ABSTRACT
Introduction: Diabetes Mellitus (DM) has many clinical manifestations and
complications that lowering health-related quality of life (HRQOL). This study
aims to identify and analyze the correlation between sensory knowledge, self-
awareness, self-care practice, and HRQOL in DM context. Method: This is a
cross-sectional study mixing the model of Self-care and Precede Proceed. The
population was all DM clients in Keputran sub-district, sample amount was 32
enrolled by means of convenient sampling. Independent variables: sensory
knowledge, self-awareness; dependent variables: self-care practice, HRQOL.
Instruments used were sensory knowledge and self-awareness questionnaire, Self-
Care Inventory-Revised Version and WHOQOL-BREF. Data analysis was using
Pearson Correlation statistical test; 0.05; CI 95%. Result: 32 respondents
participating in this study, equal number for males and females (50%), average
age was 54.4 years old. Most of them are high school graduates, get married, and
still working. The range of DM sickness was 1-26 years. Most respondents have
enough sensory knowledge and self-awareness, but their self-care practice and
HRQOL are not optimal. Statistical analysis show that there is no correlation
between sensory knowledge and self-care practice (p = 0.165), between sensory
knowledge and HRQOL (p = 0.097), and between self-awareness and self-care
practice (p = 0.714). There is a weak significant correlation identified between
self-awareness and HRQOL (r=0.354; p=0.047). Discussion: The successful
management of DM determining patients quality of life depends on the
motivation and self-awareness of patients to perform self-care management which
is designed to control the symptoms and avoid complications. The act of self-care
is not only influenced by sensory knowledge and self-awareness, but also many
other factors unidentified in this study. Conclusion: Self-awareness proved to be
correlated with HRQOL in DM context. In the uncorrelated variables, potentially
there are other factors having stronger influence.
Keywords: Diabetes Mellitus, sensory knowledge, self-awareness, self-care,
quality of life

PENDAHULUAN dan pencegahan (Arief, 2007; dalam


Diabetes Mellitus (DM) Susanti, et al, 2013).
adalah gangguan metabolisme Studi epidemiologi di
karbohidrat, lemak, dan protein yang Indonesia memperoleh data angka
ditandai dengan kondisi prevalensi DM sebesar 1,5 2,3 %
hiperglikemia (Sukandar, et al, pada penduduk yang usianya lebih
2009). DM merupakan gangguan dari 15 tahun, bahkan di daerah
metabolik kronis yang tidak dapat urban prevalensi DM sebesar 14,7%
disembuhkan tetapi dapat dikontrol dan di daerah rural sebesar 7,2%
(Lewis, et al, 2011). Ada lima pilar (dalam Kusnanto, 2013). Menurut
yang harus diperhatikan dalam Diabetes Care (2004) yang dicatat
pengelolaan DM, yaitu perencanaan dalam Kementrian Kesehatan
makan, latihan fisik, penggunaan Indonesia, pada tahun 2030
obat hipoglikemia oral (OAD atau diperkirakan prevalensi DM di
Oral Anti Diabetes), penyuluhan, Indonesia mencapai 21,3 juta orang.

52
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 4, No. 1, Maret 2016

Indonesia termasuk 10 besar negara DM di wilayah Kelurahan Keputran


dengan jumlah penderita DM Surabaya. Sampel dalam penelitian
terbanyak. Pada tahun 2000 ini adalah penduduk di Kelurahan
jumlahnya 8.426.000 orang, dan Keputran Surabaya yang menderita
WHO memprediksi pada tahun 2030 DM dan memenuhi kriteria sampel.
jumlah ini akan meningkat menjadi Kriteria inklusi sampel terdiri dari: 1)
21.257.000 orang (WHO, 2012). bisa menunjukkan bukti diagnosis
Gejala-gejala DM yang DM dari dokter (contoh: kartu
muncul sewaktu-waktu berpotensi periksa, kartu kontrol berobat, hasil
mengganggu aktivitas sehari-hari dan pemeriksaan gula darah dari
dapat menurunkan kualitas hidup laboratorium, dll); 2) tidak
penderita akibat disabilitas atau mengalami gangguan psikologis atau
masalah lain yang ditimbulkan. Agar mental dan kooperatif; 3) usia
dapat mencapai kualitas hidup yang minimal 18 tahun; 4) bisa membaca
tinggi maka status kesehatan yang dan menulis. Penderita DM yang
optimal harus dicapai dan tidak bersedia menjadi responden
dipertahankan. Salah satu cara untuk penelitian merupakan kriteria
mencapainya adalah melalui eksklusi sampel. Cara pengambilan
pemberdayaan penderita secara sampel yang digunakan adalah
mandiri melalui tindakan perawatan convenient sampling. Sampling ini
diri (self-care operation) dalam dipilih dengan tujuan untuk melihat
bentuk perilaku sehat dan fenomena yang ada di masyarakat
manajemen mandiri penyakit DM. secara cepat dan mudah. Sampel
Untuk itu diperlukan pengetahuan terdiri dari unit individu yang mudah
sensoris (sensory knowledge), ditemui. Besar sampel minimum
kesadaran diri (self-awareness), dan adalah 30 orang sesuai arahan dari
tindakan perawatan diri yang Roscoe (1975). Pengambilan data
memadai dari para penderita DM dilakukan di wilayah Kelurahan
(Orem, 1971; Green & Kreuter, Keputran Surabaya pada bulan
1991). Penelitian ini bertujuan Februari 2015.
mengidentifikasi dan menganalisis Variabel independen terdiri
hubungan antara pengetahuan dari pengetahuan sensoris dan
sensoris dan kesadaran diri dengan kesadaran diri yang diukur
tindakan perawatan diri dan kualitas menggunakan kuesioner yang
hidup pada penderita DM. dikembangkan sendiri oleh peneliti;
sedangkan variabel dependen terdiri
BAHAN DAN METODE dari tindakan perawatan diri dan
Penelitian ini merupakan kualitas hidup yang diukur dengan
jenis penelitian observasional instrumen standard. Berdasarkan
analitik dengan pendekatan desain hasil uji coba instrumen terhadap 17
cross-sectional. Populasi adalah responden maka semua instrumen
semua penduduk yang menderita penelitian dinyatakan valid dan

53
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 4, No. 1, Maret 2016

reliabel dengan hasil analisis sebagai dan 4) kualitas hidup: p=0,761. Hasil
berikut: 1) kuesioner pengetahuan uji korelasi Pearson menunjukkan
sensoris: r = 0,530 0,810 dan = tidak ada hubungan antara
0,781; 2) kuesioner kesadaran diri: r pengetahuan sensoris dan aktivitas
= 0,485 0,950 dan = 0,582 perawatan diri (p=0,165); antara
0,925; 3) Self-care Inventory Revised pengetahuan sensoris dan kualitas
Version (Gatlin, 2012): r = 0,955 hidup (p=0.097); juga antara
0,975 dan = 0,525; dan 4) kesadaran diri dan aktivitas
WHOQOL-BREF (WHO, 2004): r = perawatan diri (p=0,714). Ada
0,419 0,798 dan = 0,700. Uji hubungan yang lemah namun
statistik yang dipilih adalah uji signifikan teridentifikasi antara
korelasi Pearson dengan 0,05 dan kesadaran diri dan kualitas hidup
confidence interval 95%. Etika (r=0.354; p=0.047).
penelitian ditekankan pada informed
consent, kerahasiaan dan anonimitas. PEMBAHASAN
Hubungan pengetahuan sensoris
HASIL dan tindakan perawatan diri
32 orang responden Pelaksanaan self-care
berpartisipasi dalam penelitian ini. membutuhkan pembelajaran,
Responden laki-laki dan perempuan pengetahuan, motivasi, dan skill.
masing-masing sebanyak 16 orang. Menurut Orem (1971), yang
Rata-rata usia responden 54,4 tahun. menjadikan self-care adalah
Sebagian besar responden adalah pengetahuan seseorang, khususnya
tamatan SD dan berprofesi sebagai pengetahuan tentang cara melakukan
ibu rumah tangga. Responden perawatan diri. Kebiasaan dalam
penelitian menderita DM rata-rata melakukan self-care pada pasien usia
sudah selama 6,5 tahun. Data khusus dewasa dipengaruhi pengetahuan
hasil penelitian menunjukkan secara spesifik dalam penerapannya.
mayoritas responden memiliki Postulat teori self-care menyatakan
pengetahuan cukup (50%), kesadaran bahwa self-care tergantung dari
diri tinggi dan cukup hasilnya perilaku yang telah dipelajari,
berimbang (masing-masing 46,8%), individu berinisiatif dan membentuk
tindakan perawatan diri cukup sendiri untuk memelihara kehidupan,
(78,1%), kualitas hidup tinggi dan kesehatan, dan kesejahtera-annya.
cukup juga berimbang (masing- Kesadaran akan kebutuhan
masing 50%). mendapatkan pengetahuan dan
Uji normalitas data kemampuan untuk mencari
menunjukkan semua data hasil pengetahuan akan mempengaruhi
penelitian berdistribusi normal, tindakan yang diambil oleh seorang
yaitu: 1) pengetahuan sensoris: individu. Seseorang yang
p=0,811; 2) kesadaran diri: p=0,702; melaksanakan tindakan harus
3) tindakan perawatan diri: p=0,658; mempunyai sensory knowledge

54
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 4, No. 1, Maret 2016

tentang situasi tertentu sehingga dimiliki menjadi belum optimal


mengacu pada pengetahuan tersebut karena kurangnya pembelajaran.
maka seseorang dapat mengambil Perawat komunitas di wilayah
keputusan untuk melakukan suatu tersebut perlu memberikan DSME
tindakan (Taylor & Renpenning, pada para penderita DM untuk
2011; Meleis, 2011; dalam menunjang pembelajaran khusus.
Nursalam, 2013). Hubungan pengetahuan sensoris
Hasil penelitian dan kualitas hidup
menyimpulkan bahwa tidak ada Kualitas hidup yang rendah
hubungan antara pengetahuan berhubungan dengan rendahnya
sensoris dan tindakan perawatan diri pendidikan yang dimiliki pasien DM.
pada penderita DM. Hal ini potensial Isa & Baiyewu menyimpulkan
disebabkan oleh beberapa hal, bahwa pendidikan yang rendah akan
diantaranya: 1) Pengetahuan yang berdampak pada rendahnya kualitas
dimiliki oleh penderita DM adalah hidup pasien DM. Menurut
pengetahuan tentang penyakit DM Notoatmodjo, salah satu faktor yang
secara harfiah, bukan pengetahuan dapat mempengaruhi pengetahuan
khusus tentang bagaimana adalah perolehan informasi, selain
manajemen perawatan diri pada faktor tingkat pendidikan. Informasi
penderita DM di rumah; hal ini minimal umumnya diberikan kepada
terbukti dari jawaban-jawaban penderita DM setelah diagnosis DM
responden yang cenderung benar ditegakkan, yang meliputi
pada saat menjawab pertanyaan pengetahuan dasar tentang diabetes,
tentang penyakit DM, namun penatalaksanaan DM, pemantauan
jawaban menjadi cenderung salah mandiri kadar gula darah, sebab-
atau kurang tepat pada saat sebab tingginya kadar gula darah,
menjawab pertanyaan tentang dan lain-lain. Semakin tinggi tingkat
manajemen diet dan aktivitas fisik pengetahuan seseorang maka
yang tepat bagi penderita DM; 2) semakin mudah menerima informasi
penderita DM belum memiliki tentang hal-hal yang menunjang
pengetahuan khusus agar bisa kesehatan, sehingga mereka
mengidentifikasi pada saat apa memiliki gaya hidup yang sehat dan
aktivitas perawatan diri itu mereka dapat meningkatkan kualitas
butuhkan atau sebaiknya dilakukan. hidupnya. Penelitian yang dilakukan
Untuk itu memang diperlukan oleh Ayik Miranti menyatakan
pembelajaran khusus. Selama ini pengetahuan berhubungan dengan
DSME (Diabetes Self-Management kualitas hidup pada penderita DM;
Education) sudah banyak diterapkan selain itu juga faktor umur, olahraga,
di masyarakat, namun belum pernah waktu tidur, kepatuhan berobat,
diterapkan pada penderita DM di dukungan keluarga, dan diet (dalam
wilayah Kelurahan Keputran, Masfufah, et al, 2014).
sehingga pengetahuan sensoris yang

55
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 4, No. 1, Maret 2016

Kualitas hidup adalah Hubungan kesadaran diri dan


persepsi individu mengenai posisi tindakan perawatan diri
mereka dalam hidup, konteks budaya Penanganan pasien dengan
dan sistem nilai dimana mereka penyakit kronis saat ini lebih
hidup, dan hubungannya dengan berfokus pada pasien (patient-
perhatian, tujuan, harapan, dan centered care). Petugas kesehatan,
standard yang ditetapkan individu. termasuk perawat menganggap
Ini merupakan konsep yang luas pasien sebagai orang yang paling
yang berpengaruh secara kompleks tahu kondisi kesehatannya dan
dalam kesehatan fisik seseorang, menghargai pengalaman subjektif
status psikologis, tingkat pasien sebagai suatu yang relevan
kemandirian, hubungan sosial, dan untuk mempertahankan kesehatan
hubungan hal-hal tersebut dengan atau membantu proses penyembuhan
ciri khas yang menonjol dari pasien. Pasien adalah orang yang
lingkungannya, dimana variabel- ikut aktif berperan dalam usaha
variabel ini tidak diteliti di dalam meningkatkan kesehatannya dimana
penelitian ini. Walaupun kesehatan pasien bekerjasama dengan perawat
adalah salah satu domain penting untuk menentukan intervensi yang
dari keseluruhan kualitas hidup, tepat dan diperlukan (Rawlins, et al,
masih ada domain lain juga yang 1993; dalam Potter & Perry, 2005).
bisa mempengaruhi kualitas hidup, Menurut Orem (1971), individu
seperti pekerjaan, perumahan, berinisiatif dan membentuk sendiri
sekolah, hubungan dengan tetangga, perilakunya untuk memelihara
budaya dan nilai yang dianut, tingkat kehidupan, kesehatan, dan
spiritualitas, dan lain-lain. Variabel kesejahteraannya. Inisiatif adalah
determinan sosial seperti yang membuat langkah pertama dalam
disebutkan di atas tidak diteliti di mengusahakan sesuatu, kata
dalam penelitian ini. Terkait dengan kuncinya: usaha sendiri, langkah
hasil penelitian yang membuktikan awal, dan ide baru
tidak ada hubungan antara (KamusBahasaIndonesia.org, 2015).
pengetahuan sensoris dan kualitas Inisiatif membutuhkan kemampuan
hidup pada penderita DM, ada individu untuk bisa bertindak lebih
kemungkinan hal ini terjadi karena dari apa yang dibutuhkan/dituntut
status psikologis, tingkat darinya. Karena itulah Orem
kemandirian, hubungan sosial, dan menekankan ide bahwa seorang
variabel-variabel determinan sosial perawat adalah diri sendiri (Orem,
lainnya lebih dominan 2001; dalam Muhlisin & Idarwati,
mempengaruhi kualitas hidup 2010).
dibandingkan dengan aspek Hasil penelitian ini
pengetahuan sensoris. menyimpulkan bahwa tidak ada
hubungan antara kesadaran diri
dengan tindakan perawatan diri pada

56
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 4, No. 1, Maret 2016

penderita DM. Hal ini dapat terjadi Keberhasilan pengelolaan DM


karena beberapa hal. Keberhasilan tergantung pada motivasi dan
pengelolaan DM tergantung pada kesadaran diri pasien itu sendiri
motivasi dan kesadaran diri pasien untuk melakukan manajemen
itu sendiri untuk melakukan perawatan diri yang dirancang untuk
manajemen perawatan diri yang mengontrol gejala dan menghindari
dirancang untuk mengontrol gejala komplikasi (Goodall & Halford,
dan menghindari komplikasi 1991; dalam Wu, et al, 2006).
(Goodall & Halford, 1991; dalam Kesadaran diri (self awareness)
Wu, et al, 2006). Jadi selain adalah perhatian yang berlangsung
kesadaran diri masih ada faktor ketika seseorang mencoba
penting lain yang mampu memahami keadaan internal dirinya
mempengaruhi tindakan perawatan (Mayer; dalam Yanti, 2009).
diri penderita DM, yaitu motivasi. Prosesnya berupa refleksi dimana
Motivasi merupakan dorongan yang penderita DM secara sadar
berasal dari dalam diri maupun dari memikirkan hal-hal yang dialami
luar individu untuk melakukan tugas berikut emosi-emosi mengenai
tertentu guna mencapai suatu tujuan. pengalamannya sehingga emosi
Bandura (1994) dalam Ariani (2011) tersebut akan berpengaruh terhadap
mengemukakan bahwa motivasi perawatan dirinya. DM sebagai
merupakan salah satu proses penyakit kronis yang memiliki
pembentukan efikasi diri selain banyak komplikasi tentunya akan
kognitif, afektif dan seleksi. Johnson sangat berdampak terhadap status
(1992) dalam Temple (2003) emosional dan kondisi psikologis
menyatakan bahwa efikasi diri pada penderitanya. Penderita DM
pasien DM tipe 2 menggambarkan diharapkan mampu melakukan
suatu kemampuan individu untuk manajemen diri dengan baik untuk
membuat suatu keputusan yang tepat mencegah terjadinya komplikasi. Hal
dalam merencanakan, memonitor ini membutuhkan kesadaran diri
dan melaksanakan regimen yang tinggi dari penderita DM itu
perawatan sepanjang hidup individu. sendiri (Yanti, 2009).
Jadi, motivasi dan efikasi diri adalah Kesadaran diri pada penderita
dua variabel penting yang turut DM sangat diperlukan untuk
menentukan tindakan perawatan diri meningkatkan kepatuhan terhadap
penderita DM namun tidak diteliti di manajemen diet, aktivitas fisik,
dalam penelitian ini. pemantauan kadar gula darah,
Hubungan kesadaran diri dan konsumsi obat anti-diabetes, dan
kualitas hidup pencegahan komplikasi penyakit.
Hasil penelitian menunjukkan Kesadaran diri dalam kontrol
ada hubungan lemah yang signifikan glikemik akan dapat membantu
antara kesadaran diri dan kualitas penderita DM mempertahankan
hidp pada penderita DM. status kesehatannya. Kesadaran diri

57
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 4, No. 1, Maret 2016

ini dapat timbul dari adanya hubungan yang lemah dan signifikan
pengetahuan yang cukup, dan akan antara kesadaran diri dan kualitas
berlanjut pada kemauan yang kuat hidup penderita DM.
yang diterapkan pada perubahan Saran
perilaku penderita DM menjadi Peneliti selanjutnya atau perawat
perilaku yang sehat (Hidayah, 2012). komunitas dapat menerapkan DSME
Menurut Green & Kreuter (1991), terlebih dahulu kepada para
modifikasi perilaku sehari-hari penderita DM di wilayah Kelurahan
menjadi gaya hidup sehat dapat Keputran Surabaya, setelah itu baru
meningkatkan status kesehatan menilai pengetahuan sensoris,
individu yang kemudian akan kesadaran diri, tindakan perawatan
meningkatkan kualitas hidupnya. diri, dan kualitas hidup mereka.
Kualitas hidup terkait kesehatan Motivasi dan efikasi diri sebaiknya
(HRQOL) didefinisikan sebagai diteliti bersamaan dengan aspek
kesehatan fisik dan mental yang kesadaran diri karena ketiga variabel
dirasakan sepanjang waktu ini berpotensi mempengaruhi
(Moriarty, et al, 2003). Pada tingkat tindakan perawatan diri pada
individu, HRQOL meliputi persepsi penderita DM tipe 2 di komunitas.
kesehatan fisik dan mental dan Status psikologis, tingkat
korelasinya yang meliputi risiko dan kemandirian, hubungan sosial,
kondisi sehat, status fungsional, determinan sosial (pekerjaan,
dukungan sosial, dan status perumahan, pendidikan), budaya,
sosioekonomi. Dengan pencapaian nilai yang dianut, dan spiritualitas
status kesehatan yang optimal maka sebaiknya diteliti juga bersamaan
secara otomatis menghantarkan dengan pengetahuan sensoris dan
penderita DM pada pencapaian kesadaran diri karena semua variabel
HRQOL yang optimal pula. ini dapat mempengaruhi kualitas
hidup seseorang secara keseluruhan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan KEPUSTAKAAN
Tidak ada hubungan antara
Ariani, Y. (2011). Hubungan Antara
pengetahuan sensoris dan kesadarn
Motivasi dengan Efikasi Diri Pasien
diri dengan tindakan perawatan diri DM Type 2 dalam Konteks Asuhan
pada penderita DM. Tindakan Keperawatan di RSUP H. Adam
perawatan diri potensial lebih Malik Medan. Diunduh dari:
dipengaruhi oleh motivasi dan www.lib.ui.ac.id
efikasi diri. Pengetahuan sensoris
juga terbukti tidak berhubungan Gatlin, PK. (2012). Disertasi:
Severity of type 2 Diabetes Mellitus,
dengan kualitas hidup penderita DM.
Working Memory, and Self-Care.
Variabel determinan social potensial Diunduh dari:
lebih dominan mempengaruhi www.arizona.openrepository.com
kualitas hidup penderita DM. Ada

58
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 4, No. 1, Maret 2016

Green, LW., Kreuter, MW. (1991). Orem, DE. (1971). Nursing: Concepts of
Health Promotion Planning: An Practice, 6th Edition. St. Louis: Mosby
Educational and Environmental
Approach, 2nd Edition. Mountain View: Potter & Perry. (2005). Buku Ajar
Mayfield Publishing Company Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses &. Praktek, Edisi 4, Volume 1.
Hidayah, A. (2012). Skripsi: Tingkat Jakarta: EGC
Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus
tentang Risiko Terjadinya Ulkus Kaki Sukandar, EY. (2009). ISO
Diabetes di Poli Klinik Penyakit Dalam Farmakoterapi. Jakarta: PT. ISFI
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan. Diunduh dari: Susanti, NL., dkk. (2013). Peran
www.repository.usu.ac.id Keluarga dalam Merawat Anggota
Keluarga Sakit Diabetes Mellitusdi
Kusnanto. (2013). Meningkatkan Rumah. Surabaya: Fak. Keperawatan
Respons Psikososial-Spiritual pada UKWMS
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Melalui
Aplikasi Modul Self Care Management. Temple, A.J.S. (2003). The Effects of
Jurnal Ners, Vol. 8 No. 1, 47-55 Diabetes Self-management Education on
Diabetes Self-efficacy, and
Lewis, SL., et al. (2011). Medical- Psychological Adjustment to Diabetes.
Surgical Nursing: Assessment and Diunduh dari:
Management of Clinical Problems. Vol. http://proquest.umi.com/pqdweb
2. 8th Edition. USA: Elsevier Mosby
World Health Organization (WHO).
Masfufah., Hadju, V., Jafar, N. (2014). (2004). Instrument BREF. Diunduh dari:
Pengetahuan, Kadar Glukosa Darah www.who.int
dan Kualitas Hidup Penderita Diabetes
Mellitus Tipe 2 Rawat Jalan di Wilayah World Health Organization (WHO).
Kerja Puskesmas Kota Makasar. (2012). 10 Facts About Diabetes.
Diunduh dari: Diunduh dari: www.who.int
www.repository.unhas.ac.id
Wu, S.F.V., Courtney, M., Edward, H.,
Moriarty, DG., Zack, MM., Kobau, R. McDowell, J., Shortridge-Baggett, L.M.,
(2003). The Centers for Disease Control Chang, P.J. (2006). Self-efficacy,
and Preventions: Healthy Day Measures Outcome Expectation and Self Care
Population Tracking of Perceived Behavior in People with Type 2
Physical and Mental Health Over Time. Diabetes in Taiwan. Diunduh dari:
Diunduh dari: www.hqlo.com http://web.ebscohost.com

Muhlisin, A., Irdawati. (2010). Teori Yanti, S. (2009). Tesis: Analisis


Self Care dari Orem dan Pendekatan Hubungan Kesadaran Diri Pasien
dalam Praktek Keperawatan. Berita Ilmu dengan Kejadian Komplikasi Diabetes
KeperawatanVol.2 No.2,97-100 Mellitus dalm Konteks Asuhan
Nursalam. (2013). Metodologi Keperawatan di RSUD Dr. Adnan W. D.
Penelitian Ilmu Keperawtan: Payakumbuh. Diunduh dari:
Pendekatan Praktis, Edisi 3. Jakarta: www.lib.ui.ac.id
Salemba Medika

59

Anda mungkin juga menyukai