Disusun Oleh
20164030099
2017
1. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana pasien mengalami
tidak ada (Wardaningsih, Irawati, & Hidayah, 2016). Menurut para ahli yang lain
halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan
parabaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetul-betulnya tidak ada
(Damaiyanti, 2012).
2. Proses Terjadinya Halusinasi
a. Proses Terjadinya Halusinasi
Gangguan sensori persepsi: halusinasi biasa ditemukan pada klien dengan
(Kneisl et.al., 2004; Stuart & Laraia, 2005). Hasil penelitian Allen dkk. terhadap
bahwa tingkat ansietas yang tinggi, fokus pada diri sendiri, dan reaksi yang
dan banyak berhubungan dengan sistem limbik. Selama masa remaja akhir, level
dopamin tinggi dalam otak saat dimana skizofrenia biasa muncul untuk pertama
terhadap terjadinya halusinasi (Stuart & Laraia, 2005). Teori ini timbul dari
dopamin dalam sinapsis. (Kaplan, Sadock, Grebb 1997). Amfetamin dan kokain
acetylcoline, penurunan pelekatan GABA (gamma amino butiro acid) terutama pada region medial temporal k
Klien mungkin melamun atau memfokukan pikiran pada hal yang menyenangkan
tanpa bersuara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang
eksternal, klien berada pada tingkat listening pada halusinasi. Pemikiran internal
menjadi menonjol, gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat berupa bisikan
yang tidak jelas klien takut apabila orang lain mendengar dan klien merasa tak
mampu mengontrolnya. Klien membuat jarak antara dirinya dan halusinasi dengan
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya
halusinasinya.
Perilaku klien: kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya
beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor dan
orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya klien berada dalam dunia
yang menakutkan dalam waktu singkat, beberapa jam atau selamanya. Proses ini
agitasi, menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah
otopsi (post-mortem).
2) Psikologis
respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang
3) Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita
b. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa
dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat
1) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
2) Stress lingkungan
3) Sumber koping
5. Akibat Halusinasi
diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Keliat, B.A, 2006). Menurut Townsend, M.C
yang dapat beresiko melakukan tindakan kekerasan pada diri sendiri dan orang lain
2) Mondar-mandir
4) Tangan mengepal
6) Mata merah
dapat saudara kaji dengan cara mengobservasi perilaku pasien, sedangkan data
subjektif dapat saudara kaji dengan melakukan wawancara dengan pasien. Melalui
halusinasi.
c. Waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya halusinasi yang
dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi ? Apakah pagi, siang, sore atau malam ?
Jika mungkin jam berapa ? Frekuensi terjadinya apakah terus-menerus atau hanya
sekali-kali ? Situasi terjadinya apakah kalau sendiri, atau setelah terjadi kejadian
tertentu. Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi khusus pada waktu terjadinya
halusinasi.
d. Respon Halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul. Perawat
dapat menanyakan pada pasien hal yang dirasakan atau dilakukan saat halusinasi
timbul. Perawat dapat juga menanyakan kepada keluarga atau orang terdekat dengan
pasien. Selain itu dapat juga dengan mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi
timbul.
Diagnosa keperawatan jiwa ditetapkan berdasarkan data subjektif dan obektif yang
adalah meliputi:
a) Menghardik Halusinasi
Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri
lain maka terjadi distraksi; fokus perhatian pasien akan beralih dari
mengatasi halusinasi.
Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien
Melatih oasien melakukan aktivitas
Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan
dalam seminggu.
Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan; memberikan
dosis).
2. Tindakan Keperawatan Kepada Keluarga
a. Tujuan
1. Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di rumah sakt
maupun di rumah.
2. Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.
b. Tindakan Keperawatan
Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan
pasien termotivasi untuk sembuh. Demikian juga saat pasien tidak lagi dirawat
secara optimal. Namun demikian jika keluarga tidak mampu merawat pasien,
pasien akan kambuh bahkan tidak mampu merawat pasien, pasien akan
kambuh bahkan untuk memulihkannya lagi akan sulit. Untuk itu perawat harus
pendukung yang efektif bagi pasien dengan halusinasi saat dirumah sakit
maupun dirumah.
Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk keluarga pasien
halusinasi adalah:
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.
2) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis
halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinas, jenis terjadinya
halusinasi, dan cara merawat pasien halusinasi.
3) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat
pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien.
4) Buat perencanaan pulang dengan keluarga.
STRATEGI PELAKSANAAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DIAGNOSA HALUSINASI
DIAGNOSA INTERVENSI
TUJUAN KRITERIA HASIL
KEPERAWATAN PASIEN KELUARGA
SP III SP III
1. Evaluasi kegiatan latihan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
menghardik dan obat. Beri pujian merawat/ melatih pasien menghardik
dan memberikan obat. Beri pujian
2. Latih cara mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap 2. Jelaskan cara bercakap-cakap dan
saat terjadi halusinasi melakukan kegiatan untuk mengontrol
halusinasi
3. Masukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan 3. Latih dan sediakan waktu bercakap-
menghardik, minum obat dan cakap dengan pasien terutama saat
DIAGNOSA INTERVENSI
TUJUAN KRITERIA HASIL
KEPERAWATAN PASIEN KELUARGA
bercakap-cakap halusinasi
4. Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan memberikan pujian.
SP IV SP IV
1. Evaluasi kegiatan latihan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
menghardik, obat, dan bercakap- merawat/melatih pasien menghardik,
cakap. Beri pujian memberikan obat dan bercakap-cakap.
Beri pujian
2. Latih cara mengontrol
halusinasi dengan melakukan 2. Jelaskan follow up ke RSJ/ PKM,
kegiatan harian (mulai 2 kegiatan) tanda kambuh, rujukan
3. Masukkan pada jadwal 3. Anjurkan membantu pasien sesuai
kegiatan untuk latihan jadwal dan memberikan pujian
menghardik, minum obat,
bercakap-cakap dan kegiatan
harian
SP V SP V
1. Evaluasi Kegiatan latihan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
menghardik, minum obat, merawat/ melatih pasien menghardik,
bercakap-cakap dan kegiatan minum obat, bercakap-cakap dan
harian. Beri pujian melakukan kegiatan harian dan follow
up. Beri pujian
2. Latih kegiatan harian
2. Nilai kemampuan keluarga merawat
3. Nilai kemampuan yang telah
DIAGNOSA INTERVENSI
TUJUAN KRITERIA HASIL
KEPERAWATAN PASIEN KELUARGA
mandiri pasien
4. Nilai apakah halusinasi 3. Nilai kemampuan keluarga
terkontrol melakukan control ke RSJ/PKM