Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI

STASE KEPERAWATAN JIWA

Disusun Oleh

Izmi Ika Fitriyani

20164030099

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2017
1. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana pasien mengalami

perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,

pengecapan perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya

tidak ada (Wardaningsih, Irawati, & Hidayah, 2016). Menurut para ahli yang lain

halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan

sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan,

parabaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetul-betulnya tidak ada

(Damaiyanti, 2012).
2. Proses Terjadinya Halusinasi
a. Proses Terjadinya Halusinasi
Gangguan sensori persepsi: halusinasi biasa ditemukan pada klien dengan

diagnosa skizofrenia. Halusinasi merupakan salah satu gejala positif dari

skizofrenia dan merupakan respon maladaptif dari gangguan neurobiologis

(Kneisl et.al., 2004; Stuart & Laraia, 2005). Hasil penelitian Allen dkk. terhadap

individu non-clinical yang dilakukan pada populasi pelajar (n=327) menyatakan

bahwa tingkat ansietas yang tinggi, fokus pada diri sendiri, dan reaksi yang

ekstrim merupakan predisposisi terjadinya halusinasi .


Kemudian, Neurotransmitter asam amino inhibitor gamma-minobutyric acid

(GABA) juga terlibat dalam patofisiologi skizofrenia. Hilangnya neuron inhibitor

GABA-ergik secara teoritis dapat menyebabkan hiperaktivitas neuron

dopaminergik dan noradrenergik. Dopamin penting dalam berespon terhadap stres

dan banyak berhubungan dengan sistem limbik. Selama masa remaja akhir, level

dopamin tinggi dalam otak saat dimana skizofrenia biasa muncul untuk pertama

kalinya. Skizofrenia diduga disebabkan oleh terlalu banyaknya aktivitas

dopaminergik. Ketidakseimbangan dopamin pada jalur mesolimbik berkontribusi

terhadap terjadinya halusinasi (Stuart & Laraia, 2005). Teori ini timbul dari

pengamatan tentang penghambatan reseptor dopamin khususnya reseptor dopamin


tipe 2 (D2). Zat lain yang mempengaruhi sistem dopamin adalah amfetamin dan

kokain. Amfetamin menyebabkan pelepasan dopamin dan kokain menghambat

pengambilan dopamin. Kedua zat tersebut menyebabkan meningkatnya jumlah

dopamin dalam sinapsis. (Kaplan, Sadock, Grebb 1997). Amfetamin dan kokain

meningkatkan level dopamin dalam otak dan akhirnya menyebabkan gejala

psikosis (Stuart & Laraia, 2005).


b. Pathway

Zat kimia (psikotropika) Kelainan/Lesi Anatomi Otak Neglect (penelantaran)

acetylcoline, penurunan pelekatan GABA (gamma amino butiro acid) terutama pada region medial temporal k

Causa/penyebab Isolasi Diri

Core problem HALUSINASI

RISIKO PERILAKU KEKERASAN WAHAM Effect


Effect

RISIKO BUNUH DIRI

3. Tanda dan Gejala Halusinasi


a. Fase Pertama / Comforting / Menyenangkan
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah, kesepian.

Klien mungkin melamun atau memfokukan pikiran pada hal yang menyenangkan

untuk menghilangkan kecemasan dan stress. Cara ini menolong untuk


sementara. Klien masih mampu mengotrol kesadarnnya dan mengenal pikirannya,

namun intensitas persepsi meningkat.


Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir

tanpa bersuara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang

asyik dengan halusinasinya dan suka menyendiri.


b. Fase Kedua / Comdemming
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan

eksternal, klien berada pada tingkat listening pada halusinasi. Pemikiran internal

menjadi menonjol, gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat berupa bisikan

yang tidak jelas klien takut apabila orang lain mendengar dan klien merasa tak

mampu mengontrolnya. Klien membuat jarak antara dirinya dan halusinasi dengan

memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari orang lain.


Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti

peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya

dan tidak bisa membedakan dengan realitas.


c.Fase Ketiga / Controlling
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi terbiasa

dan tak berdaya pada halusinasinya. Termasuk dalam gangguan psikotik.


Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan

mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap

halusinasinya.
Perilaku klien: kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya

beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor dan

tidak mampu mematuhi perintah.


d. Fase Keempat / Conquering/ Panik
Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari kontrol

halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi

mengancam, memerintah dan memarahi klien tidak dapat berhubungan dengan

orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya klien berada dalam dunia
yang menakutkan dalam waktu singkat, beberapa jam atau selamanya. Proses ini

menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi.


Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan,

agitasi, menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah

kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.


4. Penyebab Halusinasi
a. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2007), faktor predisposisi terjadinya halusinasi adalah:
1) Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan

respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini

ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:


a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang

lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal,

temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.


b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang

berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin

dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.


c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan

terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi

otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral

ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil

(cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh

otopsi (post-mortem).

2) Psikologis

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi

respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang

dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau

tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.

3) Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita

seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana

alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.

b. Faktor Presipitasi

Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya

hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa

dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat

mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).Menurut Stuart

(2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :

1) Biologis

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses

informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang

mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus

yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.

2) Stress lingkungan

Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor

lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

3) Sumber koping

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

5. Akibat Halusinasi

Akibat Adanya gangguang persepsi sensori halusinasi dapat beresiko mencederai

diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Keliat, B.A, 2006). Menurut Townsend, M.C

suatu keadaan dimana seseorang melakukan sesuatu tindakan yang dapat


membahayakan secara fisik baik pada diri sendiri maupuan orang lain. Seseorang

yang dapat beresiko melakukan tindakan kekerasan pada diri sendiri dan orang lain

dapat menunjukkan perilaku :


a. Data subjektif :
1) Mengungkapkan mendengar atau melihat objek yang mengancam
2) Mengungkapkan perasaan takut, cemas dan khawatir
b. Data objektif :

1) Wajah tegang, merah

2) Mondar-mandir

3) Mata melotot rahang mengatup

4) Tangan mengepal

5) Keluar keringat banyak

6) Mata merah

Data yang perlu dikaji dan Masalah Keperawatan


1. Data yang Perlu Dikaji
a. Jenis Halusinasi
Berikut adalah jenis-jenis halusinasi, data objektif dan data subjektifnya. Data objektif

dapat saudara kaji dengan cara mengobservasi perilaku pasien, sedangkan data

subjektif dapat saudara kaji dengan melakukan wawancara dengan pasien. Melalui

data ini perawat dapat mengetahui isi halusinasi pasien.

Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif

Halusinasi 1) Bicara atau tertawa 1) Mendengar suara-


Dengar/Suara sendiri suara atau kegaduhan
2) Marah-marah tanpa 2) Mendengar suara
sebab yang mengajak
3) Menyedengkan telinga bercakap-cakap.
ke arah tertentu 3) Mendengar suara
4) Menutup telinga menyuruh melakukan
sesuatu yang
berbahaya.

Halusinasi Penglihatan 1) Menunjuk-nunjuk ke 1) Melihat bayangan,


arah tertentu sinar, bentuk
2) Ketakutan pada sesuatu geometris, bentuk
Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif

yang tidak jelas kartoon, melihat hantu


atau monster

Halusinasi Penghidu 1) Menghidu seperti 1) Membaui bau-bauan


sedang membaui bau- seperti bau darah,
bau tertentu urin, feses, kadang-
2) Menutup hidung kadang bau itu
menyenangkan

Halusinasi Pengecapan 1) Sering meludah 1) Merasakan rasa


2) Muntah seperti darah urin atau
feses

Halusinasi Peerabaan 1) Menggaruk-garuk 1) Mengatakan ada


permukaan serangga di
permukaan kulit
2) Merasa seperti
tersengat listrik
b. Isi Halusinasi
Data tentang isi halusinasi dapat saudara ketahui dari hasil pengkajian tentang jenis

halusinasi.
c. Waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya halusinasi yang

dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi ? Apakah pagi, siang, sore atau malam ?

Jika mungkin jam berapa ? Frekuensi terjadinya apakah terus-menerus atau hanya

sekali-kali ? Situasi terjadinya apakah kalau sendiri, atau setelah terjadi kejadian

tertentu. Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi khusus pada waktu terjadinya

halusinasi, menghindari situasi yang ,enyebabkan munculnya halusinasi. Sehingga

pasien tidak larut dengan halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya

halusinasi dapat direncanaan frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya

halusinasi.
d. Respon Halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul. Perawat

dapat menanyakan pada pasien hal yang dirasakan atau dilakukan saat halusinasi

timbul. Perawat dapat juga menanyakan kepada keluarga atau orang terdekat dengan

pasien. Selain itu dapat juga dengan mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi

timbul.

Merumuskan Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan jiwa ditetapkan berdasarkan data subjektif dan obektif yang

ditemukan pada pasien

GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI.........

Diagnosa Keperawatan Halusinasi sering dijumpai pada klien dengan

Diagnosa Medis Skizofrenia

A. Rencana Tindakan Keperawatan Pasien Halusinasi


1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien
a. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
2) Pasien dapat mengontrol halusinanya
3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
b. Tindakan Keperawatan
1) Membantu pasien mengenali halusinasi
Untuk membantu pasien mengenali halusinasi saudara dapat

melakukannya dengan cara berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi

(apa yang didengar/dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya

halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan respon pasien

saat halusinasi muncul.


2) Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien agara

mampu mengontrol halusinasi saudara dapat melatih pasien empat cara

yangsudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi. Keemat cara tersebut

adalah meliputi:
a) Menghardik Halusinasi
Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri

terhadap halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul.

Pasien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang

muncul atau tidak mempedulikan halusinasinya. Kalai ini dapat

dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak

mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin halusinasi tetap ada

namun dengan kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk

menuruti apa yang ada dalam halusinya.


Tahapan tindakan meliputi:
Menjelaskan cara menghardik halusinasi
Memperagakan cara menghardik
Meminta pasien memperagakan ulang
Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien.
b) Bercakap-cakap dengan orang lain
Untuk mengotrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap

dengan orang lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang

lain maka terjadi distraksi; fokus perhatian pasien akan beralih dari

halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain


tersebut. Sehingga salah satu cara yang efektif untuk mengontro

halusinasi adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain.


c) Melakukan aktivitas yang terjadwal
Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan

menyibukkan diri dengan aktivitas yang teratur. Dengan

beraktivitas secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak

waktu luang sendiri yang seringkali mencetuskan halusinasi. Untuk

itu pasien yang mengalami halusinasi bisa dibantu untuk mengatasi

halusinasinya dengan cara berkativitas secara teratur dari bangun

pagi sampai tidr malam, tujuh hari dalam seminggu.


Tahapan intervensinya sebagai berikut:
Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk

mengatasi halusinasi.
Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien
Melatih oasien melakukan aktivitas
Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan

aktivitas yang telah dilatih. Upayakan pasien mempunyai

aktivitas dari bangun pagi sampai tidur malam, 7 hari

dalam seminggu.
Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan; memberikan

penguatan terhadap perilaku pasien yang positif.


d) Menggunakan obat secara teratur
Untuk mampu mengobtrol halusinasi pasien juga harus dilatih

untuk menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program.

Pasien gangguan jiwa yang dirawat di rumah seringkali mengalami

putus obat sehingga akibatnya pasien mengalami kekambuhan.

Bila kekambuhan terjadi maka untuk mencapai kondisi seperti

semula akan lebih sulit. Untuk itu pasien perlu dilatih

menggunakan obat sesuai program dan berkelanjutan. Berikut ini

tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan obat:


Jelaskan guna obat
Jelaskan akibat putus obat
Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat
Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 Benar

(benar obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, benar

dosis).
2. Tindakan Keperawatan Kepada Keluarga
a. Tujuan
1. Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di rumah sakt

maupun di rumah.
2. Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.
b. Tindakan Keperawatan
Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan

asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi. Dukungan keluarga

selama pasien di rawat di rawat di rumah sakit sangat dibutuhkan sehingga

pasien termotivasi untuk sembuh. Demikian juga saat pasien tidak lagi dirawat

di rumah sakit (dirawat dirumah). Keluarga yang mendukung pasien secara

konsisten akan membuat pasien mampu mempertahankan program pengobatan

secara optimal. Namun demikian jika keluarga tidak mampu merawat pasien,

pasien akan kambuh bahkan tidak mampu merawat pasien, pasien akan

kambuh bahkan untuk memulihkannya lagi akan sulit. Untuk itu perawat harus

memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar mampu menjadi

pendukung yang efektif bagi pasien dengan halusinasi saat dirumah sakit

maupun dirumah.
Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk keluarga pasien

halusinasi adalah:
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.
2) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis
halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinas, jenis terjadinya
halusinasi, dan cara merawat pasien halusinasi.
3) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat
pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien.
4) Buat perencanaan pulang dengan keluarga.
STRATEGI PELAKSANAAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DIAGNOSA HALUSINASI

DIAGNOSA INTERVENSI
TUJUAN KRITERIA HASIL
KEPERAWATAN PASIEN KELUARGA

Halusinasi Setelah 1. Pasien mampu SP I SP I


dilakukan mengidentifikasi jenis
tindakan halusinasi 1. Identifikasi jenis halusinasi 1. Diskusikan masalah yang dirasakan
keperawatan dalam merawat pasien
2. Identifikasi isi halusinasi
selama x jam 2. Pasien mampu
mengidentifikasi isi 2. Jelaskan pengertian, tanda dan
diharapkan: 3. Identifikasi frekuensi halusinasi gejala,
halusinasinya dan proses terjadinya
- Pasien mampu halusinasi
4. Identifikasi waktu terjadinya
mengontrol 3. Pasien mampu
halusinasi 3. Jelaskan cara merawat pasien
halusinasinya mengidentifikasi
frekuensi halusinasi dengan halusinasi dirumah
5. Identifikasi situasi yang
- pasien tidak menyebabkan munculnya 4. Latih cara merawat halusinasi:
mencederai diri, 4. Pasien mampu
halusinasi
mengidentifikasi waktu menghardik
orang lain dan
lingkungannya terjadinya halusinasi 6. Identifikasi respon pasien 5. Anjurkan membantu pasien sesuai
terhadap halusinasinya jadwal dan member pujian
5. Pasien mampu
mengidentifikasi situasi 7. Jelaskan cara mengontrol
yang menyebabkan halusinasi: menghardik, minum
munculnya halusinasi obat secara teratur, bercakap-
cakap, melakukan kegiatan
6. Pasien mampu
mengidentifikasi respon 8. Latih cara mengontrol
terhadap halusinasinya halusinasi dengan menghardik
7. Pasien dapat menerima 9. Masukkan pada jadwal
penjelasan tentang cara kegiatan untuk latihan
DIAGNOSA INTERVENSI
TUJUAN KRITERIA HASIL
KEPERAWATAN PASIEN KELUARGA

mengontrol halusinasi: menghardik


Menghardik, Minum obat
secara teratur, bercakap- SP II SP II
cakap, dan melakukan
1. Evaluasi kegiatan menghardik, 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
kegiatan
beri pujian merawat/ melatih pasien menghardik.
Beri pujian
2. Latih cara mengontrol
halusinasi 2. Jelaskan 6 benar cara memberikan
obat
3. dengan obat (jelaskan 6 benar
obat: jenis, kegunaan, dosis, 3. Latih cara memberikan/
frekuensi, cara, kontinuitas membimbing minum obat
minum obat)
4. Anjurkan membantu pasien sesuai
4. Masukkan pada jadwal jadwal dan member pujian
kegiatan untuk latihan
menghardik dan minum obat

SP III SP III
1. Evaluasi kegiatan latihan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
menghardik dan obat. Beri pujian merawat/ melatih pasien menghardik
dan memberikan obat. Beri pujian
2. Latih cara mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap 2. Jelaskan cara bercakap-cakap dan
saat terjadi halusinasi melakukan kegiatan untuk mengontrol
halusinasi
3. Masukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan 3. Latih dan sediakan waktu bercakap-
menghardik, minum obat dan cakap dengan pasien terutama saat
DIAGNOSA INTERVENSI
TUJUAN KRITERIA HASIL
KEPERAWATAN PASIEN KELUARGA

bercakap-cakap halusinasi
4. Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan memberikan pujian.

SP IV SP IV
1. Evaluasi kegiatan latihan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
menghardik, obat, dan bercakap- merawat/melatih pasien menghardik,
cakap. Beri pujian memberikan obat dan bercakap-cakap.
Beri pujian
2. Latih cara mengontrol
halusinasi dengan melakukan 2. Jelaskan follow up ke RSJ/ PKM,
kegiatan harian (mulai 2 kegiatan) tanda kambuh, rujukan
3. Masukkan pada jadwal 3. Anjurkan membantu pasien sesuai
kegiatan untuk latihan jadwal dan memberikan pujian
menghardik, minum obat,
bercakap-cakap dan kegiatan
harian

SP V SP V
1. Evaluasi Kegiatan latihan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
menghardik, minum obat, merawat/ melatih pasien menghardik,
bercakap-cakap dan kegiatan minum obat, bercakap-cakap dan
harian. Beri pujian melakukan kegiatan harian dan follow
up. Beri pujian
2. Latih kegiatan harian
2. Nilai kemampuan keluarga merawat
3. Nilai kemampuan yang telah
DIAGNOSA INTERVENSI
TUJUAN KRITERIA HASIL
KEPERAWATAN PASIEN KELUARGA

mandiri pasien
4. Nilai apakah halusinasi 3. Nilai kemampuan keluarga
terkontrol melakukan control ke RSJ/PKM

Anda mungkin juga menyukai