Anda di halaman 1dari 12

BAB I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu
tubuh (suhu rectal diatas 380) yang disebabkan oleh suatu proses ektrakranium.
Kejang tersebut biasanya timbul pada suhu badan yang tinggi. Demamnya sendiri
dapat disebabkan oleh berbagai sebab, tetapi yang utama adalah infeksi. Demam
yang disebabkan oleh imunisasi juga dapat memprovokasi terjadinya kejang
demam. (Sylvia & Latrain, 1995)
Kejang demam biasa terjadi pada infant atau anak anak umumnya terjadi pada
usia 3 bulan sampai dengan 5 tahun. Kejang demam berhubungan dengan adanya
peningkatan suhu badan. Biasanya kejang demam tidak terbukti adanya infeksi
intrakranial atau penyebab tertentu. Anak dengan kejadian kejang demam yang
tidak mendapat terapi profilaksis 30%-40% akan mengalami kejadian berulang.
(IDAI, 2009)
Kejang demam terdapat dua tipe yaitu kejang demam sederhana dan kejang
demam komplek. Pada saat mengalami kejang, anak akan terlihat aneh untuk
beberapa saat, kemudian kaku, dan memutar matanya. Anak tidak responsif untuk
beberapa waktu, nafas akan terganggu, dan kulit akan tampak lebih gelap dari
biasanya. Setelah kejang, anak akan segera normal kembali.Serangan kejang pada
penderita kejang demam dapat terjadi satu, dua, tiga kali atau lebih selama satu
episode demam. Jadi, satu episode kejang demam dapat terdiri dari satu, dua, tiga
atau lebih serangan kejang.(Freeman, J.M, 1980)

1.2. Rumusan masalah


Apa definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, penatalaksanaan dari kejang
demam?
1.3. Tujuan
Menjelaskan definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, penatalaksanaan dari
kejang demam?
1.4. Manfaat
Mengetahui definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, penatalaksanaan dari
kejang demam?

BAB II
Tinjauan Pustaka

2.1. Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 380C) tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat ,gangguan
elektrolit atau metabolik lain. Kejang disertai demam pada bayi berusia kurang
dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam. Kejang demam terjadi pada
anak usia 3 bulan sampai 5 tahun. Anak yang pernah kejang tanpa demam dan
bayi berumur kurang dari 4 minggu tidak termasuk dalam kejang demam.
(IDAI,2009)

2.2. Etiologi

Terdapat interaksi 3 faktor sebagai penyebab kejang demam, yaitu:


1 Imaturitas otak dan termoregulator,
2 Demam, dimana kebutuhan oksigen meningkat,
3 predisposisi genetik: > 7 lokus kromosom (poligenik, autosomal dominan).

2.3. Klasifikasi

2.3.1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)


Adapun ciri-ciri kejang demam sederhana antara lain :
a.Berlangsung singkat (< 15 menit)
b.Menunjukkan tanda-tanda kejang tonik dan atau klonik. Kejang tonik
yaitu serangan berupa kejang/kaku seluruh tubuh. Kejang klonik yaitu
gerakan menyentak tiba-tiba pada sebagian anggota tubuh.
c.Kejang hanya terjadi sekali / tidak berulang dalam 24 jam.
2.3.2. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure )
Adapun ciri-ciri kejang demam kompleks antara lain :
a.Berlangsung lama (> 15 menit).
b.Menunjukkan tanda-tanda kejang fokal yaitu kejang yang hanya
melibatkan salah satu bagian tubuh.
c.Kejang berulang/multipel atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam. (IDAI,
2009)
2.4. Patofisiologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau otak diperlukan energi
yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang
terpenting adalah glukosa dan melalui suatu proses oksidasi. Dalam proses
oksidasi tersebut diperlukan oksigen yang disediakan melalui perantaraan paru-
paru. Oksigen dari paru-paru ini diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskular.
Suatu sel, khususnya sel otak atau neuron dalam hal ini, dikelilingi oleh suatu
membran yang terdiri dari membran permukaan dalam dan membran permukaan
luar. Membranpermukaan
dalam bersifat lipoid, sedangkan membran permukaan luar bersifat ionik.
Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dengan mudah dilalui ion
Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium ( Na+ ) dan elektrolit
lainnya, kecuali oleh ion Klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam neuron
tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan di luar neuron terdapat keadaan
sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar
neuron, maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran
neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi
dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran tadi dapat berubah karenaadanya : perubahan
konsentrasi ion di ruang ekstraseluler, rangsangan yang datang mendadak seperti
rangsangan mekanis, kimiawi, atau aliran listrik dari sekitarnya, dan perubahan
patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1C akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10-15% dan meningkatnya kebutuhan oksigen sebesar 20%.
Pada seorang anak usia 3 tahun, sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh sirkul
asi tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi kenaikan
suhu tubuh pada seorang anak dapat mengubah keseimbangan membran sel
neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi ion Kalium dan ion Natrium
melalui membran tersebut sehingga mengakibatkan terjadinya lepas muatan
listrik. Lepasnya muatan listrik ini demikian besar sehingga dapat meluas ke
seluruh sel maupun ke membran sel lain yang ada didekatnya dengan perantaraan
neurotransmitter sehingga terjadilah kejang.
2.5. Diagnosis
2.5.1.Anamnesis
Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang
Suhu sebelum/saat kejang, frekuensi dalam 24 jam, interval, keadaan anak
pasca kejang,
Penyebab demam di luar infeksi susunan saraf pusat (gejala Infeski saluran
napas akut/ISPA, infeksi saluran kemih/ISK, otitis media akut/OMA, dll)
Riwayat perkembangan, riwayat kejang demam dan epilepsi dalam
keluarga,
Singkirkan penyebab kejang yang lain (misalnya diare/muntah yang
mengakibatkan gangguan elektrolit, sesak yang mengakibatkan
hipoksemia, asupan kurang yang dapat menyebabkan hipoglikemia)

2.5.2.Pemeriksaan fisik
Kesadaran: apakah terdapat penurunan kesadaran, Suhu tubuh: apakah
terdapat demam
Tanda rangsang meningeal : Kaku kuduk, Bruzinski I dan II,
Kernique,Laseque
Pemeriksaan nervus kranial
Tanda peningkatan tekanan intrakranial : ubun ubun besar (UUB)
membonjol , papil edema
Tanda infeksi di luar SSP : ISPA, OMA, ISK, dll
Pemeriksaan neurologi: tonus, motorik, reflex fisiologis, reflex patologis.
2.5.3.Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi untuk mencari penyebab
demam atau kejang. Pemeriksaan dapat meliputi darah perifer lengkap,
gula darah, elektrolit, urinalisis dan biakan darah, urin atau feses.
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk
menegakkan/menyingkirkan kemungkinan meningitis. Pada bayi kecil
seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis
meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Jika yakin bukan
meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal. Pungsi
lumbal dianjurkan pada :
o Bayi usia kurang dari 12 bulan : sangat dianjurkan
o Bayi usia 12-18 bulan : dianjurkan
o Bayi usia > 18 bulan tidak rutin dilakukan
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak direkomendasikan .EEG
masih dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas, misalnya :
kejang demam kompleks pada anak berusia lebih dari 6 tahun atau kejang
demam fokal.
Pencitraan (CT-Scan atau MRI kepala) dilakukan hanya jika ada indikasi,
misalnya :
o Kelainan neurologi fokal yang menetap (hemiparesis) atau
kemungkinan adanya lesi struktural di otak (mikrosefali,
spastisitas)
o Terdapat tanda peningkatan tekanan intrakranial (kesadaran
menurun, -muntah berulang, UUB membonjol, paresis nervus VI,
edema papil). .(IDAI, 2009)

2.6. Diagnosa Banding


2.6.1. Ensefalitis
Ensefalitis merupakan suatu penyakit demam akut dengan kerusakan jaringan
parenkim sistem saraf pusat yang menimbulkan kejang, kesadaran menurun atau
tanda tanda neurologis fokal. Diagnosa dari ensefalitis dapat menggunakan
kriteria mayor yaitu pasien yang mengalami perubahan status mentalis (penurunan
atau perubahan kesadaran, letargi atau perubahan kepribadian) yang bertahan
lebih dari 24 jam tanpa adanya sebab yang diketahui. Berdasarkan kriteria minor,
diagnosa posible ensefalitis apabila ditemukan 2 kriteria. Diagnosa probable
apabila ditemukan setidaknya 3 kriteria. Kriteria minor meliputi demam lebi 38 0
selama 72 jam, kejang general atau parsial tanpa ada penyakit kejang sebelumnya,
ditemukan gejala fokal neurologis, jumlah sel darah putih CSF 5/mm 3, adanya
abnormalitas parenkim otak pada neuroimaging, abnormalitas EEG yang
konsisten dengan ensefalitis tanpa ada penyebab yang lain( Venkatesan,2013)
2.6.2. Meningitis
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piameter
(lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang lebih ringan
mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial. Meningitis dibagi
menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak yaitu
meningitis serosa dan meningitis purulenta. Meningitis serosa ditandai dengan
jumlah sel dan protein yang meninggi disertai cairan serebrospinal yang jernih.
Penyebab yang paling sering dijumpai adalah kuman Tuberculosis dan virus.
Meningitis purulenta atau meningitis bakteri adalah meningitis yang bersifat akut
dan menghasilkan eksudat berupa pus serta bukan disebabkan oleh bakteri
spesifik maupun virus. Meningitis Meningococcus merupakan meningitis
purulenta yang paling sering terjadi.

2.7. Algoritma
(Office of Kids and Families,2016)
2.8. Tatalaksana
2.8.1. Medikamentosa
Obat Dosis
Midazolam: 0,3 mg/kg max 10mg
buccal/intra-nasal
Midazolam: 0,15 mg/kg max 10mg
Intravena/intraosseus/intramuscular
Diazepam 0,25 mg/kg max 10mg
Intravena/intraosseus
Phenytoin 20 mg/kg dalam 0,9% sodium clorida
Intravena/intraosseus selama 20 menit dengan monitoring
ECG
Lecetiracetam 20 mg/kg (max 1g)
Intravena/intraosseus
Phenobarbitone 20 mg/kg (max 1g)
Intravena/intraosseus
Pyridoxine 5 - 100 mg/dose
Thiopentone 2 5 mg/kg
Intravena/intraosseus
Sodium Valproate 20 40 mg/kg selama 3 5 menit
Intravena/intraosseus selanjutnya 1 5 mg/kg/ jam bersamam
infus
(Office of Kids and Families,2016)

2.8.2.Perujukan / konsultasi :
Pada keadaan klinis, tanda dan gejala terjadinya kejang demam yang
membingungan atau meragukan maka dianjurkan untuk berkonsultasi dengan
dokter spesialis. Keadaan yang mengharuskan untuk konsultasi dengan dokter
spesialis maupun merujuk antara lain:
Vital sign yang jelek, misalnya
o Airway yang memerlukan intubasi
o Breathing dengan keadaan hipoventilasi persisten atau aspirasi
o Cirkulasi yang buruk
Kejang yang berkepanjangan
Kejang yang terus menerus setelah diberikan dua kali dosis benzodiazepin
Kejang yang disebabkan oleh penyakit serius misalnya meningitis
gangguan metabolit, trauma kepala. (Office of Kids and Families,2016)
2.8.3. Rawat Inap
Indikasi rawat
Kejang demam kompleks
Hiperpireksia
Usia dibawah 6 bulan
Kejang demam pertama kali
Terdapat kelainan neurologis. (IDAI,2009)

BAB III
Kesimpulan

3.1. Kesimpulan
Kejang demam merupakan bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh diatas 38o. Kejang terjadi pada anak usia 3 bulan sampai dengan 5 tahun.
Kejang demam dibagi menjadi dua yaitu kejang demam sederhana dan kejang
demam komplek. Kejang demam memerlukan penanganan yang cepat dan serius .
Penanganan kejang dibutuhkan penanganan segera sejak awal terjadinya
bangkitan.
3.2. Saran
Makalah ini dapat digunakan sebagai referensi dalam pembelajaran mengenai
kejang demam, dan juga membutuhkan pembaruan guna memperdalam informasi.

Daftar Pustaka

Office of Kids and Families, 2016, Infants and Children: Acute


Management of Seizures , Ministry of Health, NSW. (Dikutip dari :
http://www0.health.nsw.gov.au/policies/gl/2016/pdf/GL2016_005.pdf , pada
tanggal 7 Maret 2017)
IDAI , 2009, Pedoman Pelayanan Medis. ( Dikutip dari :
http://www.idai.or.id/downloads/PPM/Buku-PPM.pdf , pada 7 Maret 2017)
Freeman, J.M, 1980, PEDIATRICS Vol. 66 No 6, Departement of
Neurology the John Hopkins Hospital Baltimore. (Dikutip dari
http://pediatrics.aappublications.org/content/pediatrics/66/6/1009.2.full.pdf , pada
7 maret 2017)
Venkatesan ,2013, Case definitions, diagnostic algorithms, and priorities in
encephalitis: consensus statement of the international encephalitis consortium.

Anda mungkin juga menyukai

  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Dina Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Dina Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    Dina Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    Dina Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Dina Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • CVA Bab I
    CVA Bab I
    Dokumen1 halaman
    CVA Bab I
    Dina Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Resume (1) JHJ
    Resume (1) JHJ
    Dokumen3 halaman
    Resume (1) JHJ
    Dina Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Lalala Ahhaha
    Lalala Ahhaha
    Dokumen3 halaman
    Lalala Ahhaha
    Dina Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Resume (1) JHJ
    Resume (1) JHJ
    Dokumen3 halaman
    Resume (1) JHJ
    Dina Sanjaya
    Belum ada peringkat