Anda di halaman 1dari 27

REFERAT

KELAINAN REFRAKSI

Oleh :
Rifki Herdani
11310323

Pembimbing :
dr. Sutrisno, Sp.M

STASE MATA
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
RSUD CIAMIS 2017

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk
pada retina (macula lutea). Pada kelainan refraksi terjadi ketidakseimbangan

1
sistem optik pada mata sehingga menghasilkan bayangan kabur. Pada mata
normal, kornea dan lensa membelokkan sinar pada titik fokus yang tepat pada
sentral retina. Keadaan ini memerlukan susunan kornea dan lensa yang sesuai
dengan panjangnya bola mata. Pada kelainan refraksi, sinar tidak di biaskan
tepat pada makula lutea, tetapi dapat di depan atau dibelakang makula. 1
Dikenal istilah emetropia yang berarti tidak adanya kelainan refraksi dan
ametropia yang berarti adanya kelainan refraksi seperti miopia, hipermetropia,
astigmat, dan presbiopia.2
1.2 Batasan Masalah

Referat ini membahas tentang definisi, epidemiologi, etiologi, patogenesis,


manifestasi klinis, diagnosis, dan penatalaksanaan masing-masing jenis
kelainan refraksi.

1.1 Tujuan Penulisan

Untuk menambah wawasan mengenai Kelainan Refraksi.

1.2 Metode Penulisan

Metode yang dipakai adalah tinjauan kepustakaan dengan merujuk kepada

berbagai literatur.

1.3 Manfaat Penulisan

Referat ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan informasi dan


pengetahuan tentang kelainan-kelainan refraksi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media
penglihatan yang terdiri atas kornea, cairan mata, lensa, badan kaca, dan
panjangnya bola mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh media

2
penglihatan dan panjangnya bola mata demikian seimbang sehingga bayangan
benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula
lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan
menempatkan bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan mata yang
tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh.1
Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk
pada retina (macula lutea). Pada kelainan refraksi terjadi ketidakseimbangan
sistem optik pada mata sehingga menghasilkan bayangan kabur.1
Dikenal beberapa titik di dalam bidang refraksi, seperti Punctum
Proksimum merupakan titik terdekat di mana seseorang masih dapat melihat
dengan jelas. Punctum Remotum adalah titik terjauh di mana seseorang masih
dapat melihat dengan jelas, titik ini merupakan titik dalam ruang yang
berhubungan dengan retina atau foveola bila mata istirahat. 1

2.1.1 Emetropia
Pada mata ini daya bias mata adalah normal, di mana sinar jauh
difokuskan sempurna di makula lutea tanpa bantuan akomodasi. Bila sinar
sejajar tidak difokuskan pada makula lutea disebut ametropia. Mata emetropia
akan mempunyai penglihatan normal atau 6/6 atau 100%. Bila media
penglihatan seperti kornea, lensa, dan badan kaca keruh maka sinar tidak
dapat diteruskan di makula lutea. Pada keadaan media penglihatan keruh
maka penglihatan tidak akan 100% atau 6/6.1
Keseimbangan dalam pembiasan sebagian besar ditentukan oleh
dataran depan dan kelengkungan kornea dan panjangnya bola mata. kornea
mempunyai daya pembiasan sinar terkuat dibanding bagian mata lainnya.
Lensa memegang peranan membiaskan sinar terutama pada saat melakukan
akomodasi atau bila melihat benda yang dekat. Panjang bola mata seseorang
berbede-beda. Bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh kornea (mendatar,
mencembung) atau adanya perubahan panjang (lebih panjang, lebih pendek)
bola mata maka sinar normal tidak dapat jatuh ke makula. Keadaan ini
disebut ametropia/anomali refraksi yang dapat berupa miopia, hipermetropia,

3
atau astigmatisma. Kelainan lain pada mata normal adalah gangguan
perubahan kencembungan lensa yang dapat berkurang akibat berkurangnya
elastisitas lensa sehingga terjadi gangguan akomodasi. Gangguan akomodasi
dapat terlihat pada usia lanjut sehingga terlihat keadaan yang disebut
presbiopia. 1

2.1.2 Akomodasi
Pada keadaan normal cahaya tidak berhingga akan terfokus pada retina,
demikian pula bila benda jauh didekatkan, maka dengan adanya daya
akomodasi benda dapat difokuskan pada retina atau makula lutea. Dengan
berakomodasi, maka benda pada jarak yang berbeda-beda akan terfokus pada
retina. Akomodasi adalah kemampuan lensa untuk mencembung yang terjadi
akibat kontraksi otot siliar. Akibat akomodasi, daya pembiasan lensa
bertambah kuat. Kekuatan akomodasi akan meningkat sesuai dengan
kebutuhan, makin dekat benda makin kuat mata harus berakomodasi
(mencembung). Kekuatan akomodasi diatur oleh refleks akomodasi. Refleks
akomodasi akan bangkit bila mata melihat kabur dan pada waktu konvergensi
atau melihat dekat. 1
Mata akan berakomodasi bila bayangan difokuskan di belakang retina.
Bila sinar jauh tidak difokuskan pada retina seperti pada mata dengan
kelainan refraksi hipermetropia maka mata tersebut akan berakomodasi terus
menerus walaupun letak bendanya jauh, dan pada keadaan ini diperlukan
akomodasi yang baik.1

2.1.3 Ametropia
Keseimbangan dalam pembiasan sebagian besar ditentukan oleh dataran
depan dan kelengkungan kornea dan panjangnya bola mata. Kornea
mempunyai daya pembiasan sinar terkuat dibanding bagian mata lainnya.
Lensa memegang peranan membiaskan sinar terutama pada saat melakukan
akomodasi atau bila melihat benda dekat. 1

4
Panjang bola mata seseorang berbeda-beda. Bila terdapat kelainan
pembiasan sinar oleh kornea (mendatar atau mencembung) atau adanya
perubahan panjang (lebih panjang atau lebih pendek) bola mata maka sinar
normal tidak akan terfokus pada makula. Keadaan ini disebut ametropia
(anomali refraksi) yang dapat berupa miopia, hipermetropia, atau
astigmatisme.1

2.2 MIOPIA
2.2.1 Definisi
Miopia adalah salah satu bentuk kelainan refraksi dimana sinar yang
datang sejajar dari jarak yang tak berhingga difokuskan di depan retina saat
mata tidak berakomodasi. Pasien dengan myopia akan menyatakan melihat
lebih jelas bila dekat sedangkan melihat jauh kabur atau pasien adalah rabun
jauh. Pasien miopia mempunyai pungtum remotum (titik terjauh yang masih
dilihat jelas) yang dekat sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan
konvergensi yang akan menimbulkan keluhan astenopia konvergensi. Bila
kedudukan mata ini menetap maka penderita akan terlihat juling ke dalam
atau esotropia.

Derajat myopia pasien dapat ringan (1-3 dioptri), sedang (3-6 dioptri),
atau berat (lebih dari -10 dioptri). Pada mata dengan miopia tinggi akan
terdapat kelainan pada fundus okuli seperti degenerasi makula, degenerasi
retina bagian perifer,dengan myopik kresen pada papil saraf optik.
Pengobatan pasien dengan miopia adalah dengan memberikan kaca mata
sferis negative terkecil yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal.
Bila pasien dikoreksi dengan -3.0 memberikan tajam penglihatan 6/6, dan
demikian juga bila diberi -3.25, maka sebaiknya diberikan lensa koreksi -3.0
agar untuk memberikan istirahat mata dengan baik sesudah dikoreksi.1

Keterangan:

Mata dengan sferis -2.75 visus menjadi 6/7.5

5
Mata dengan sferis -3.00 visus menjadi 6/6

Mata dengan sferis -3.25 visus tetap 6/6, akibat mata berakomodasi ringan

Mata denga sferis -3.50 visus menjadi 6/7.5

Pada mata ini diberi kaca mata sferis -3.00 karena mata melihat jelas tanpa
akomodasi

Pada miopia tinggi sebaiknya koreksi dengan sedikit kurang atau under
correction. Lensa kontak dapat dipergunakan pada penderita myopia. Pada
saat ini myopia dapat dikoreksi dengan tindakan bedah refraksi pada kornea
atau lensa. Penyulit yang dapat timbul pada pasien dengan miopia adalah
terjadinya ablasi retina dan juling. Juling esotropia atau juling ke dalam
biasanya mengakibatkan mata berkonvergensi terus-menerus. Bila terdapat
juling ke luar mungkin fungsi satu mata telah berkurang atau terdapat
ambliopia.1

2.2.2 Klasifikasi Etiologi

1. Axial miopi:
Terjadi karena pertambahan panjang diameter antero-posterior bola mata,
ini penyebab yang paling banyak.
2. Kurvatural miopi
Karena peningkatan kelengkungan kornea dan atau lensa.
3. Positional miopi

6
Terjadi karena pergeseran lensa ke bagian anterior.
4. Index myopia
Tipe ini terjadi karena peningkatan index refraksi lensa, missal pada
nuclear sclerosis.
5. Miopi yang berhubungan dengan akomodasi yang berlebihan.

Variasi Klinis miopi:

1. Miopia Kongenital
Miopi yang sudah terjadi sejak lahir,namun biasanya didiagnosa saat usia
2-3 tahun, kebanyakan unilateral dan bermanifestasi anisometropia. Jarang
terjadi bilateral.
Miopi kongenital sering berhubungan dengan kelainan congenital lain
seperti katarak congenital, mikrophtalmus, aniridia, megalokornea. Miopi
congenital sangat perlu dikoreksi lebih awal.
2. Miopi simplek
Jenis miopi ini paling banyak terjadi, jenis ini berkaiatan dengan gangguan
fisiologi, tidak berhubungan dengan penyakit mata lainnya. Miopi ini
meningkat 2 % pada usia 5 tahun sampai 14 % pada usia 15 tahun. Kerena
banyak ditemukan pada anak usia sekolah maka disebut juga dengan
school Myopia.
3. Miopi patologis/ degeneratif

Miopi yang ter jadi karena kelainan pada bagian mata lain seperti, adanya
pendarahan pada badan kaca, pigmentasi pada retina dan peripapil. Miopi
patologi sudah terjadi saat usia 5 10 tahun, yang berefek saat usia
dewasa muda yang mana hal ini berhubungan dengan perubahan
degenerasi pada mata.

Miopi patologis suatu hasil dari pertumbuhan yang cepat dari


panjang axial bola mata. Untuk menerangkan terjadinya kelainan aksial
bola mata banyak teori yang dikemukakan, namun belum ada hipotesis
memuaskan yang bisa menerangkan terjadinya patologi itu. Namun
demikian patologi ini berhubungan dengan herediter dan pertumbuhan
bola mata.3

7
2.2.3 Pemeriksaan

Pemeriksaam mata secara umum atau standar pemeriksaan mata terdiri dari:4

1. Ketajaman penglihatan yang keduanya dari jarak jauh (Snellen) dan jarak
dekat (Jaeger)
2. Uji pembiasan, untuk menentukan benarnya resep dokter dalam
pemakaian kacamata
3. Uji penglihatan terhadap warna, uji ini untuk membuktikan kemungkinan
ada atau tidaknya kebutaan
4. Uji gerakan otot-otot mata
5. Pemeriksaan celah dan bentuk tepat di depan mata
6. Mengukur tekanan cairan di dalam mata
7. Pemeriksaan retina

2.2.4 Penatalaksanaan

a. Nonfarmakologi

Kaca Mata
Lensa kontak
Lensa kontak mengurangi masalah kosmetik yang muncul pada
penggunaan kacamata akan tetapi memerlukan perawatan lensa yang benar
dan bersih.

Kacamata, kontak lensa, dan operasi refraksi adalah beberapa


pilihan untuk mengobati gejala-gejala visual pada pada penderita myopia.
Dalam ilmu keratotology kontak lensa yang digunakan adalah adalah
kontak lensa yang keras atau kaku untuk pemerataan kornea yang
berfungsi untuk mengurangi miopia.

b. Farmakologi

8
Obat yang digunakan untuk penderita miopia adalah obat tetes mata untuk
mensterilisasi kotoran yang masuk ke dalam mata. Obat-obat
tradisionalpun banyak digunakan ada penderita miopia.6

c. Terapi Pembedahan
1. Radial Keratotomy4

Untuk membuat insisi radial yang dalam pada pinggir kornea dan
ditinggalkan 4 mm sebagai zona optik.Pada penyembuhan insisi ini
terjadi pendataran dari permukaan kornea sentral sehingga
menurunkan kekuatan refraksi. Prosedur ini sangat bagus untuk miopi
derajat ringan dan sedang.

Kelemahannya:

Kornea menjadi lemah, bisa terjadi ruptur bola mata jika terjadi
trauma setelah RK, terutama bagi penderita yang berisiko terjadi
trauma tumpul, seperti atlet, tentara. Bisa terjadi astigmat irreguler
karena penyembuhan luka yang tidak sempurna,namun jarang terjadi.
Pasien Post RK juga dapat merasa silau saat malam hari.

2. Photorefractive Keratectomy (PRK)

Pada teknik ini zona optik sentral pada stroma kornea anterior
difotoablasi dengan menggunakan laser excimer (193 nm sinar UV)

9
yang bisa menyebabkan sentral kornea menjadi flat. Sama seperti RK,
PRK bagus untuk miopi -2 sampai -6 dioptri.4

Kelemahan PRK:

- Penyembuhan postoperatif yang lambat

- Keterlambatan penyembuhan epitel menyebabkan keterlambatan


pulihnya penglihatan dan pasien merasa nyeri dan tidak nyaman
selama beberapa minggu.

- Dapat terjadi sisa kornea yang keruh yang mengganggu penglihatan

- PRK lebih mahal dibanding RK

3. Laser in-situ Keratomileusis (LASIK)4

Pada teknik ini, pertama sebuah flap setebal 130-160 mikron dari kornea
anterior diangkat. Setelah Flap diangkat, jaringan midstroma secara
langsung diablasi dengan tembakan sinar excimer laser , akhirnya kornea
menjadi flat. Sekarang teknik ini digunakan pada kelainan miopi yang
lebih dari - 12 dioptri.

Kriteria pasien untuk LASIK

- Umur lebih dari 20 tahun.

10
- Memiliki refraksi yang stabil,minimal 1 tahun.
- Motivasi pasien
- Tidak ada kelainan kornea dan ketebalan kornea yang tipis merupakan
kontraindikasi absolut LASIK.

Keuntungan LASIK

- Minimimal atau tidak ada rasa nyeri post operatif


- Kembalinya penglihatan lebih cepat dibanding PRK.
- Tidak ada resiko perforasi saat operassi dan ruptur bola mata karena
trauma setelah operasi,
- Tidak ada gejala sisa kabur karena penyembuhan epitel.
- Baik untuk koreksi miopi yang lebih dari -12 dioptri.
Kekurangan LASIK
- LASIK jauh lebih mahal
- Membutuhkan skill operasi para ahli mata.
- Dapat terjadi komplikasi yang berhubungan dengan flap, seperti flap putus
saat operasi, dislokasi flap postoperatif, astigmat irreguler.

2.2.5 Komplikasi :

Penyulit :1

1) Strabismus, akibat konvergensi yang terus-menerus


2) Pendarahan badan kaca

11
3) Ablasi retina.
Miopia mungkin dapat diatasi dengan menggunakan kontak lensa tetapi
penggunaan kontak lensa tersebut bisa menyebabkan borok pada kornea dan
infeksi. Selain kontak lensa, laser juga digunakan untuk pembentukan/ koreksi
penglihatan yang akhir-akhir ini banyak digunakan. Tetepi penggunaan laser
ini juga bisa menyebabkan kerusakan serius pada mata. Walaupun jarang,
orang-orang penderita myopia ini sering mengalami degenerasi ( proses
kemunduran ) retina.5

2.2.6 Pencegahan

Pencegahan miopia salah satunya dengan cara tidak membaca dalam keadaan
gelap dan menonton tv dengan jarak yang dekat. Pada beberapa tahun lalu,
penurunan pelebaran mata dimaksudkan untuk salah satu pengobatan yang
telah dikembangkan untuk anak-anak, tetapi ternyata terapi tersebut tidak
efektif.7

Penggunaan kacamata dan kontak lensa mempengaruhi perkembangan myopia


dalam akhir tahun ini. Beberapa dokter yang menggunakan pengobatan klinik
dan para peneliti merekomendasikan kekuatan lebih ( konvex ) pada lensa
kacamata yang dapat dipakai untuk melihat jauh dan dekat. Para pelajar
Malaysia juga baru-baru ini melaporkan bahwa ahli ilmu pengetahuan yang
baru menyatakan bahwa pembentukan atau perbaikan pada penderita myopia
disebabkan karena melajunya pertumbuhan myopia, ini juga terdapat dalam
pertanyaan-pertanyaan klinis. Banyak pengobatan myopia mengalami kesulitan
dan juga terdapat banyak kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, beberapa
grup kontrol cukup menutupi kekurangan tersebut.7

2.3 HIPERMETROPIA
2.3.1 Definisi

12
Hipermetropia atau rabun dekat merupakan keadaan gangguan kekuatan
pembiasan mata dimana sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga
titik fokusnya terletak di belakang retina.1 Pada hipermetropia bayangan
terbentuk di belakang retina, yang menghasilan penglihatan penderita
hipermetropia menjadi kabur. Hal ini dikarenakan bola mata penderita
terlalu pendek atau daya pemiasan kornea dan lensa terlalu lemah. Banyak
anak lahir dengan hiperopia, dan beberapa mereka tumbuh normal dengan
pemanjangan bola mata. Terkadang sulit dibedakan hiperopia dengan
presbiopia, yang juga menyebabkan masalah penglihatan dekat namun
karena alasan yang berbeda.8
Berikut gambar skematik pembentukan bayangan pada penderita
hipermetropia tanpa koreksi dan pembentukan bayangan pada penderita
hipermetropia setelah dikoreksi dengan lensa positif:

2.3.2Etiologi
Hipermetropia dapat disebabkan:
a. Hipermetropia Aksial, merupakan kelainan refraksi akibat bola mata
yang terlalu pendek
b. Hipermetropia Refraktif, dimana daya pembiasan mata terlalu lemah
c. Hipermiopia kurvatur, dimana kelengkungan kornea atau lensa kurang
sehingga bayangan terfokus di belakang retina 1
2.3.3Klasifikasi
Berdasarkan kemampuan akomodasi, dibagi:

13
a. Hipermetropia manifes adalah hipermetropia yang dapat dikoreksi
dengan kacamata positif maksimal yang dapat memberikan tajam
penglihatan normal. Hipermetropia ini terdiri atas:
- Hipermetropia absolut, dimana kelainan refraksi tidak diimbangi
dengan akomodasi dan memerlukan kacamata positif untuk melihat
jauh. Biasanya hipermetropia laten berakhir dengan hipermetropia ini.
- Hipermetropia fakultatif, dimana kelainan hipermetropia dapat
diimbangi dengan akomodasi ataupun kacamata positif.
b. Hipermetropia laten, dimana kelainan hipermetropia tanpa sikloplegia
diimbangi seluruhnya dengan akomodasi. Hipermetropia laten hanya dapat
diukur bila diberikan sikloplegia.
c. Hipermetropia total adalah hipermetropia yang ukurannya didapatkan
sesudah diberikan sikloplegia. 1
2.3.4 Patofisiologi
- hipermetropia aksial karena sumbu aksial mata lebih pendek dari normal
- hipermetropia kurvatura karena kurvatura kornea atau lensa lebih lemah dari
normal
- hipermetropia indeks karena indeks mata lebih rendah dari normal 1
2.3.5 Gejala Klinis
a. Gejala Subyektif
- Penglihatan jauh kabur, terutama pada hipermetropia 3 D atau lebih,
hipermeropia pada orang tua dimana amplitudo akomodasi menurun
- Penglihatan dekat kabur lebih awal, terutama bila lelah, bahan cetakan
kurang terang atau penerangan kurang
- Sakit kepala terutama daerah frontal dan makin kuat pada penggunaan
mata yang lama dan membaca dekat
- Penglihatan tidak enak (asthenopia akomodatif = eye strain) terutama
bila melihat pada jarak yang tetap dan diperlukan penglihatan jelas pada
jangka waktu yang lama, misalnya menonton TV, dll
- Mata sensitif terhadap sinar
- Spasme akomodasi yang dapat menimbulkan pseudomiopia
- Perasaan mata juling karena akomodasi yang berlebihan akan diikuti
konvergensi yang berlebihan pula 4
b. Gejala Obyektif
- Karena akomodasi yang terus menerus, akan terjadi hipertrofi dari otot
otot akomodasi di corpus ciliare.

14
- Akomodasi, miosis dan konvergensi adalah suatu trias dari saraf
parasympatik N III.
- Karena seorang hipermetrop selalu berakomodasi, maka pupilnya kecil
(miosis).
- Karena akomodasi yang terus menerus, juga timbul hiperraemi dari mata.
Mata kelihatan terus merah. Juga fundus okuli, terutama N II kelihatan
merah, hingga memeberi kesan adanya radang dari N II.
-
Karena ini bukan radang yang sebenarnya, maka kemerahan N II juga
dinamakan pseudo-neuritis optica atau pseudo-papillitis. 4
-

2.3.6 Pemeriksaan
2.3.6.1 Refraksi Subyektif
a. Alat
- Kartu Snellen.
- Bingkai percobaan.
- Sebuah set lensa coba. 4
b.Teknik
- Penderita duduk menghadap kartu snellen pada jarak 6 meter.
- Pada mata dipasang bingkai percobaan.
- Satu mata ditutup, biasanya mata kiri ditutup terlebih dahulu untuk
memeriksa mata kanan.
- Penderita disuruh membaca kartu snellen mulai huruf terbesar
(teratas) dan diteruskan pada baris bawahnya sampai pada huruf
terkecil yang masih dapat dibaca.
- Lensa positif terkecil ditambah pada mata yang diperiksadan bila
tampak lebih jelas oleh penderita lensa positif tersebut ditambah
kekuatannya perlahan lahan dan disuruh membaca huruf huruf
pada baris yang lebih bawah.
- Ditambah kekuatan lensa sampai terbaca huruf huruf pada baris 6/6.
- Ditambah lensa positif +0.25 lagi dan ditanyakan apakah masih dapat
melihat huruf huruf di atas.
- Mata yang lain dikerjakan dengan cara yang sama. 4

c. Nilai
Bila dengan S +2.00 tajam penglihatan 6/6, kemudian dengan S +2.25
tajam penglihatan 6/6 sedang dengan S +2.50 tajam penglihatan 6/6-2

15
maka pada keadaan ini derajat hipermetropia yang diperiksa S +2.25 dan
kacamata dengan ukuran ini diberikan pada penderita. Padapenderita
hipermetropia selama diberikan lensaa sferis positif terbesar yang
memberikan tajam penglihatan terbaik. 4

2.3.6.2 Refraksi Obyektif


a.Retinoskop
Dengan lensa kerja / +2.00, pemeriksa mengamati refleksi fundus yang
bergerak searah gerakan retinoskop (with movement), kemudian
dikoreksi dengan lensa sferis positif sampai tercapai netralisasi
b.Autorefraktometer9

2.3.7 Penatalaksanaan
1. Kacamata
Koreksi dengan lensa sferis positif terkuat yang menghasilkan tajam
penglihatan terbaik
2. Lensa kontak
untuk : Anisometropia, Hipermetropia tinggi 10

2.3.8 Komplikasi
- Glaukoma sudut tertutup
- Esotropia pada ipermetropia > 2.0 D
- Ambliopia terutama pada hipermetropia dan anisotropia. Hipermetropia
merupakan penyebab tersering ambliopia pada anak dan bisa bilateral.10

2.4 ASTIGMATISMA
2.4.1 Definisi

16
Astigmatisma adalah keadaan dimana terdapat variasi pada kurvatur kornea
atau lensa pada meridian yang berbeda yang mengakibatkan berkas cahaya
tidak difokuskan pada satu titik. 11
Astigmat merupakan akibat bentuk kornea yang oval seperti telur, makin
lonjong bentuk kornea makin tinggi astigmat mata tersebut. Dan umumnya
setiap orang memiliki astigmat yang ringan.11

2.4.2 Etiologi
Astigmat biasanya bersifat diturunkan atau terjadi sejak lahir, dan biasanya
berjalan bersama dengan myopia dan hipermetropia dan tidak banyak terjadi
perubahan selama hidup. Bayi yang baru lahir biasanya mempunyai kornea
yang bulat atau sferis yang di dalam perkembangnnya terjadi keadaan yang
disebut astigmatism with the rule (astigmat lazim) yang berarti kelengkungan
kornea pada bidang vertical bertambah atau lebih kuat atau-jari-jarinya lebih
pendek disbanding jari-jari kelengkungan kornea di bidang horizontal. 10,11
Astigmatisma dapat disebabkan oleh kelainan pada kurvatur, aksis, atau
indeks refraksi.2
Astigmatisma kurvatur pada derajat yang tinggi, merupakan yang tersering
pada kornea. anomali ini bersifat kongenital, dan penilaian oftalmometrik
menunujukkan. Kebanyakan kelainan yang terjadi dimana sumbu vertical
lebih besar dari sumbu horizontal (sekitar 0,25 D). ini dikenal dengan
astigmatisme direk dan diterima sebagai keadaan yang fisiologis. Bayi yang
baru lahir biasanya mempunyai kornea yang bulat atau sferis tipe
astigmatisma ini di dapatkan pada 68 % anak-anak pada usia 4 tahun dan 95%
pada usia 7 tahun.11

2.4.3 Jenis Astigmatisma


1 Astigmatisma Reguler

17
Astigmatisma regular merupakan astigmatisma yang memperlihatkan
kekuatan pembiasan bertambah atau berkurang perlahan-lahan secara
teratur dari satu meridian ke meridian berikutnya. Bayangan yang terjadi
dengan bentuk yang teratur dapat berbentuk garis, lonjong atau
lingkaran.10,11
Astigmatisma reguler dapat diklasifikasikan sebagai berikut:11
a. Simple astigmatism, dimana satu dari titk fokus di retina. Fokus
lain dapat jatuh di dapan atau dibelakang dari retina, jadi satu
meridian adalah emetropik dan yang lainnya hipermetropi atau
miop. Yang kemudian ini dapat di rumuskan sebagai Simple
hypermetropic astigmatism dan Simple myopic astigmatism.

Gambar 1. Simple myopic astigmatism

18

Gambar 2. Simple hypermetropic astigmatism


b. Compound astigmatism, dimana tidak ada dari dua focus yang
jatuh tepat di retina tetapi keduanya terletak di depan atau
dibelakang retina. Bentuk refraksi kemudian hipermetropi atau
miop. Bentuk ini dikenal dengan compound hypermetropic
astigmatism dan compound miopic astigmatism.

Gambar 3. Compound miopic astigmatism

19
c. Mixed Astigmatism, dimana salah satu focus berada didepan retina
dan yang lainnya berda dibelakang retina, jadi refraksi berbentuk
hipermetrop pada satu arah dan miop pada yang lainnya.11

Gambar 4. Mixed Astigmatism


Apabila meridian-meridian utamanya saling tegak lurus dan sumbu-
sumbunya terletak di dalam 20 derajat horizontal dan vertical, maka astigmatisme
ini dibagi menjadi astigmatism with the rule (astigmatisme direk), dengan daya
bias yang lebih besar terletak di meridian vertical, dan astigmatism against the
rule (astigmatisma inversi) dengan daya bias yang lebih besar terletak dimeridian
horizontal. Astigmatisme lazim lebih sering ditemukan pada pasien berusia muda
dan astigmatisme tidak lazim sering pada orang tua.11
2 Astigmatisma irregular
Astigmatisma yang terjadi tidak memiliki 2 meridian saling tegak lurus.
Astigmat ireguler dapat terjadi akibat kelengkungan kornea pada meridian
yang sama berbeda sehingga bayangan menjadi ireguler. Pada keadaan ini
daya atau orientasi meridian utamanya berubah sepanjang bukaan
pupil.10,11
Astigmatisma ireguler bisa terjadi akibat infeksi kornea, trauma dan
distrofi atau akibat kelainan pembiasan.11

2.4.4 Gejala Klinis


Seseorang dengan astigmatisma akan memberikan keluhan: 10,11,12
1 Melihat jauh kabur sedang melihat dekat lebih baik
2 Melihat ganda dengan satu atau kedua mata

20
3 Penglihatan akan kabur untuk jauh atau pun dekat
4 Bentuk benda yang dilihat berubah (distorsi)
5 Mengecilkan celah kelopak jika ingin melihat
6 Sakit kepala
7 Mata tegang dan pegal
8 Mata dan fisik lelah
9 Astigmat tinggi (4-8 D) yang selalu melihat kabur sering mengakibatkan
ambliopia.

2.4.5 Diagnosis
Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Pasien
akan datang dengan gejala klinis seperti yang tersebut di atas. Pada
pemeriksaan fisik, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan dengan
menggunakan kartu snellen. Periksa kelainan refraksi miopia atau
hipermetropia yang ada, tentukan tajam penglihatan.2,10,11
Dengan menggunakan juring atau kipas astigmat, garis berwarna hitam yang
disusun radial dengan bentuk semisirkular dengan dasar yang putih
merupakan pemeriksaan subyektif untuk menilai ada dan besarnya derajat
astigmat.2,11
Keadaan dari astigmatisma irregular pada kornea dapat dengan mudah di
temukan dengan melakukan observasi adanya distorsi bayangan pada kornea.
Cara ini dapat dilakukan dengan menggunakan Placidos Disc di depan mata.
Bayangan yang terlihat melalui lubang di tengah piringan akan tampak
mengalami perubahan bentuk.2,11
Karena sebagian besar astigmatisma disebabkan oleh kornea, maka dengan
mempergunakan keratometer, derajat astigmat dapat diketahui, sehingga pada
saat dikoreksi untuk mendapatkan tajam penglihatan terbaik hanya dibutuhkan
lensa sferis saja.11

21
Gambar 5. Kipas Astigmat

2.4.6
Penatalaksanaan
Astigmat ringan, yang tidak mengalami gangguan ketajaman penglihataan (0,5
D atau kurang) tidak perlu dilakukan koreksi. Pada astigmat yang berat
dipergunakan kacamata silinder, lensa kontak atau pembedahan.10
1. Kacamata Silinder
Pada astigmatism againts the rule, koreksi dengan silender negatif
dilakukan dengan sumbu tegak lurus (60-120 derajat) atau dengan selinder
positif dengan sumbu horizontal (30 150 derajat). Sedangkan pada
astigmatism with the rule diperlukan koreksi silinder negatif dengan
sumbu horizontal (30-150 derajat) atau bila dikoreksi dengan silinder
positif sumbu vertikal (60-120 derajat).10,11
Pada koreksi astigmat dengan hasil keratometri dipergunakan hukum
Jawal, yaitu :

22
a. Berikan kacamata koreksi astigmat pada astigmatism with the rule
dengan selinder minus 180 derajat, dengan astigmat hasil keratometri
yang ditemukan ditambahkan dengan nilainya dan dikurangi
dengan 0,5 D.
b. Berikan kacamata koreksi astigmat pada astigmatism againts the rule
dengan selinder minus 90 derajat, dengan astigmat hasil keratometri
yang ditemukan ditambahkan dengan nilainya dan ditambah dengan
0,5 D.10,11
2. Lensa Kontak
Pada penderita astigmatisma diberikan lensa rigid, yang dapat
menetralisasi astigmat yang terjadi di permukaan kornea.2,11
3. Pembedahan
Untuk mengoreksi astigmatisma yang berat, dapat digunakan pisau khusus
atau dengan laser untuk mengoreksi kornea yang irreguler atau anormal.
Ada bebrapa prosedur pembedahan yang dapat dilakukan, diantaranya : 11
a. Photorefractife Keratectomy (PRK), laser dipergunakan unutk
membentuk kurvatur kornea.
b. Laser in Situ Keratomileusis (lasik), laser digunakan untuk merubah
kurvatur kornea dengan membuat flap (potongan laser) pada kedua
sisi kornea.
c. Radial keratotomy, insisi kecil dibuat secara dalam dikornea.

2.5 PRESBIOPIA
2.5.1 Definisi
Makin berkurangnya kemampuan akomodasi mata sesuai dengan makin
meningkatnya umur.3 Kelainan ini terjadi pada mata normal berupa
gangguan perubahan kencembungan lensa yang dapat berkurang akibat
berkurangnya elastisitas lensa sehingga terjadi gangguan akomodasi. 1
Berikut ini gambar ilustrasi pembentukan bayangan pada penderita
presbiopia.

23
Diterangkan bahwa: terjadi kekakuan lensa seiring dengan bertambahnya
usia, sehingga kemampuan lensa untuk memfokuskan bayangan saat melihat
dekat. Hal tersebut menyebabkan pandangan kabur saat melihat dekat. 1

2.5.2 Etiologi
Gangguan akomodasi pada usia lanjut dapat terjadi akibat:
- Kelemahan otot akomodasi
- Lensa mata yang tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat
sklerosis lensa 1

2.5.3 Patofisiologi
Pada mekanisme akomodasi yang normal terjadi peningkatan daya refraksi
mata karena adanya perubahan keseimbangan antara elastisitas matriks lensa
dan kapsul sehingga lensa menjadi cembung. Dengan meningkatnya umur
maka lensa menjadi lebih keras (sklerosis) dan kehilangan elastisitasnya
untuk menjadi cembung, dengan demikian kemampuan melihat dekat makin
berkurang. 1

2.5.4Gejala Klinis
o Akibat gangguan akomodasi ini maka pada pasien berusia lebih dari 40 tahun,
akan memberikan keluhan setelah membaca yaitu berupa mata lelah, berair
dan sering terasa pedas.
o Karena daya akomodasi berkurang maka titik dekat mata makin menjauh dan
pada awalnya akan kesulitan pada waktu membaca dekat huruf dengan
cetakan kecil.

24
o Dalam upayanya untuk membaca lebih jelas maka penderita cenderung
menegakkan punggungnya atau menjauhkan obyek yang dibacanya sehingga
mencapai titik dekatnya dengan demikian obyek dapat dibaca lebih jelas.
o Presbiopia timbul pada umur 45 tahun untuk ras Kaukasia dan 35 tahun untuk
ras lainnya. 1

2.5.5 Pemeriksaan
a. Alat
- Kartu Snellen
- Kartu baca dekat
- Seuah set lensa coba
- Bingkai percobaan4
b. Teknik
- Penderita yang akan diperiksa penglihatan sentral untuk jauh dan diberikan
kacamata jauh sesuai yang diperlukan (dapat poitif, negatif ataupun
astigmatismat)
- Ditaruh kartu baca dekat pada jarak 30-40 cm (jarak baca)
- Penderita disuruh membaca huruf terkecil pada kartu baca dekat
- Diberikan lensa positif mulai S +1 yang dinaikkan perlahan-lahan sampai
terbaca huruf terkecil pada kartu baca dekat dan kekuatan lensa ini
ditentukan
- Dilakukan pemeriksaan mata satu per satu4
c. Nilai
Ukuran lensa yang memberikan ketajaman penglihatan sempurna
merupakan ukuran lensa yang diperlukan untuk adisi kacamata baca.
Hubungan lensa adisi dan umur biasanya:1,4 40 sampai 45 tahun 1.0 dioptri
45 sampai 50 tahun 1.5 dioptri
50 sampai 55 tahun 2.0 dioptri
55 sampai 60 tahun 2.5 dioptri
60 tahun 3.0 dioptri
2.5.6 Penatalaksanaan
Diberikan penambahan lensa sferis positif sesuai pedoman umur yaitu umur
40 tahun (umur rata rata) diberikan tambahan sferis + 1.00 dan setiap 5
tahun diatasnya ditambahkan lagi sferis + 0.50
Lensa sferis (+) yang ditambahkan dapat diberikan dalam berbagai cara:

25
1. kacamata baca untuk melihat dekat saja
2. kacamata bifokal untuk sekaligus mengoreksi kelainan yang lain
3. kacamata trifokus mengoreksi penglihatan jauh di segmen atas,
penglihatan sedang di segmen tengah, dan penglihatan dekat di
segmen bawah
4.
kacamata progressive mengoreksi penglihatan dekat, sedang, dan jauh,
tetapi dengan perubahan daya lensa yang progresif dan bukan
bertingkat.2

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
-
Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk
pada retina (macula lutea). Pada kelainan refraksi terjadi
ketidakseimbangan sistem optik pada mata sehingga menghasilkan
bayangan kabur.
-
Dikenal istilah emetropia yang berarti tidak adanya kelainan refraksi dan
ametropia yang berarti adanya kelainan refraksi seperti miopia,
hipermetropia, astigmat, dan presbiopia
- Miopia adalah salah satu bentuk kelainan refraksi dimana sinar yang
datang sejajar dari jarak yang tak berhingga difokuskan di depan retina
saat mata tidak berakomodasi. Kelainan ini dapat dikoreksi dengan
menggunakan lensa sferis negatif.
- Hipermetropia atau rabun dekat merupakan keadaan gangguan kekuatan
pembiasan mata dimana sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga
titik fokusnya terletak di belakang retina. Kelainan ini dapat dikoreksi
dengan menggunakan lensa sferis positif.
- Astigmatisma adalah keadaan dimana terdapat variasi pada kurvatur
kornea atau lensa pada meridian yang berbeda yang mengakibatkan berkas
cahaya tidak difokuskan pada satu titik.

26
- Presbiopia merupakan kelainan penglihatan yang diakibatkan makin
berkurangnya kemampuan akomodasi mata sesuai dengan makin
meningkatnya umur.
- Kelainan-kelainan refraksi dapat dikoreksi dengan menggunakan lensa
yang sesuai. Dan perkembangan ilmu pengetahuan menyediakan modalitas
terapi pembedahan untuk penatalaksanaan kelainan-kelainan refraksi.

27

Anda mungkin juga menyukai