Anda di halaman 1dari 10

1a.

negara hukum secara sederhana adalah negara yang penyelenggaraan


kekuasaan pemerintahannya didasarkan atas hukum. Dalam negara hukum,
kekuasaan menjalankan pemerintahan berdasarkan kedaulatan hukum
(supremasi hukum) dan bertujuan untuk menjalankan ketertiban hukum.
b. Keadilan hukum - berbicara tentang suatu penghukuman yang sesuai atas
pelaku tindak kejahatan atau pelanggaran hukum
kemanfaatan hukum- yaitu tujuan hukum yang semata-mata untuk memberikan
kebahagiaan yang sebesar-besarnya bagi sebanyak-banyaknya warga
masyarakat.
kepastian hukum - merujuk pada penerapan pasal-pasal yang ada .
2a. geopolitik dimaknai sebagai ilmu penyelenggaraan negara yang setiap kebijakannya dikaitkan
dengan masalah-masalah geografi wilayah atau tempat tinggal suatu bangsa.
b.
3a.

Ayat 1

Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan.

Ayat 2

Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.

Ayat 3

Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Ayat 4

Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan


prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan ekonomi nasional.

Ayat 5

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-
undang.

b. Wawasan Nusantara

Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan
bentuk geografinya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dalam pelaksanannya, wawasan
nusantara mengutamakan kesatuan wilayah dan menghargai kebhinekaan untuk mencapai
tujuan nasional.

Wawasan nusantara sebagai wawasan nasional bangsa Indonesia merupakan ajaran yang
diyakini kebenaran oleh seluruh rakyat agar tidak terjadi penyesatan dan penyimpangan
dalam upaya mencapai dan mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional. Dengan demikian,
Wawasan Nusantara menjadi landasan visional dalam menyelenggarakan kehidupan
nasional.Wawasan Nusantara dalam paradigma nasional dapat dilihat dari spesifikasinya
sebagai berikut:

1. Pancasila sebagai falsafah, ideologi bangsa, dan dasar Negara, berkedudukan sebagai
landasan yang adil.

2. Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 sebagai landasan konstitusi negara;


berkedudukan sebagai landasan konstitusional.

3. Wawasan Nusantara sebagai visi nasional; berkedudukan sebagai landasan


konsepsional

4. Ketahanan Nasional sebagai konsepsi nasional; berkedudukan sebagai landasan


konsepsional.

5. GBHN sebagai politik dan strategi nasional atau sebagai kebijaksanaan dasar
nasional; berkedudukan sebagai landasan operasional.

Wawasan nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan serta


rambu-rambu dalam menentukan segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan,
dan perbuatan bagi penyelenggaraan Negara di pusat dan daerah maupun bagi
seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan
bernegara.

4.a. Trigatra

Trigatra adalah aspek-aspek suatu negara yang memang sudah melekat pada negara itu dan
tidak pernah sama spesifikasinya untuk setiap negara. Trigatra mengandung unsur-unsur
alamiah yang bersifat relatif tetap atau statis.

Aspek-aspek trigatra meliputi :

1. Geografi

2. Kekayaan alam

3. Kependudukan

Geografi
Geografi suatu negara adalah segala sesuatu pada permukaan bumi yang dapat dibedakan
antara hasil proses alam dan hasil ulah manusia, dan memberikan gambaran tentang
karakteristik wilayah kedalam maupun keluar.

Kekayaan alam

Kekayaan alam adalah segala sumber dan potensi alam yang terdapat di bumi, dilaut, dan di
udara dalam wilayah suatu negara.

Kependudukan

Penduduk adalah manusia yang mendiami suatu wilayah negara. Manusia adalah faktor
penentu apa yang dilakukan atau tidak dilakukan disuatu negara.

b. Pancagatra

Pancagatra adalah aspek-aspek kehidupan nasional yang menyangkut kehidupan dan


pergaulan hidup manusia dalam bermasyarakat dan bernegara dengan ikatan-ikatan, aturan-
aturan dan norma-norma tertentu.

Aspek-aspek pancagatra meliputi :

1. Ideologi

2. Politik

3. Ekonomi

4. Sosial budaya

5. Pertahanan keamanan

Ideologi

Ideologi adalah serangkaian nilai yang tersusun secara sistematis dan merupakan kebulatan
ajaran atau doktrin yang dijadikan dasar serta member arah dan tujuan yang ingin dicapai di
dalam kelangsungan hidup bangsa dan negara.

Politik

Politik diartikan sebagai asas, haluan dan kebijaksanaan yang digunakan untuk mencapai
tujuan, dan oleh kekuasaan karena itu masalah politik selalu dihubungkan dengan masalah
kekuasaan dalam suatu negara yang berada di tangan pemerintah.Pemerintah akan
menentukan sistem politik yang tepat untuk dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan
nasionalnya.

Ekonomi

Ekonomi yang dijalankan oleh suatu Negara merupakan kekuatan nasional Negara yang
bersangkutan terlebih di era global sekarang ini. Bidang ekonomi berperan langsung dalam
upaya pemberian dan distribusi kebutuhan warga Negara.

Sosial Budaya

Unsur budaya di masyarakat juga menentukan kekuatan nasional suatu Negara. Hal-hal yang
dialami sebuah bangsa yang homogen tentu saja akan berbeda dengan yang dihadapi bangsa
yang heterogen (plural) dari segi sosial budaya masyarakatnya.

Pertahanan Keamanan

Pertahanan keamanan (Hankam) adalah upaya rakyat semesta dengan angkatan bersenjata
TNI/POLRI sebagai intinya mempertahankan dan mengamankan bangsa dan Negara serta
hasil perjuangannya. Pertahanan keamanan adalah merupakan salah satu fungsi pemerintahan
dalam menegakkan ketahanan nasional dengan tujuan untuk mencapai keamanan bangsa dan
Negara serta hasil perjuangannya.

6.a.

trategi Asimilasi

Asimilasi adalah proses percampuran dua macam kebudayaan atau

lebih menjadi satu kebudayaan yang baru, di mana dengan percampuran

tersebut maka masing-masing unsur budaya melebur menjadi satu

sehingga dalam kebudayaan yang baru itu tidak tampak lagi identitas masing-masing budaya
pembentuknya. Ketika asimilasi ini menjadi sebuah strategi integrasi nasional, berarti bahwa
negara mengintegrasikan masyarakatnya dengan mengupayakan agar unsur-unsur budaya
yang ada

dalam negara itu benar-benar melebur menjadi satu dan tidak lagi

menampakkan identitas budaya kelompok atau budaya lokal. Dengan

strategi yang demikian tampak bahwa upaya mewujudkan integrasi

nasional dilakukan tanpa menghargai unsur-unsur budaya kelompok atau


budaya lokal dalam masyarakat negara yang bersangkutan. Dalam konteks

perubahan budaya, asimilasi memang bisa saja terjadi dengan sendirinya

oleh adanya kondisi tertentu dalam masyarakat. Namun bisa juga hal itu merupakan bagian
dari strategi pemerintah negara dalam

mengintegrasikan masyarakatnya, yaitu dengan cara melakukan rekayasa

budaya agar integrasi nasional dapat diwujudkan. Dilihat dari perspektif

demokrasi, apabila upaya yang demikian itu dilakukan dapat dikatakan

sebagai cara yang kurang demokratis dalam mewujudkan integrasi

2. Strategi Akulturasi

Akulturasi adalah proses percampuran dua macam kebudayaan

atau lebih sehingga memunculkan kebudayaan yang baru, di mana ciri-ciri

budaya asli pembentuknya masih tampak dalam kebudayaan baru tersebut.

Dengan demikian berarti bahwa kebudayaan baru yang terbentuk tidak

melumat semua unsur budaya pembentuknya. Apabila akulturasi ini

menjadi strategi integrasi yang diterapkan oleh pemerintah suatu negara,

berarti bahwa negara mengintegrasikan masyarakatnya dengan mengupayakan adanya


identitas budaya bersama namun tidak menghilangkan seluruh unsur budaya kelompok atau
budaya lokal.

Dengan strategi yang demikian tampak bahwa upaya mewujudkan

integrasi nasional dilakukan dengan tetap menghargai unsur-unsur budaya

kelompok atau budaya lokal, walaupun penghargaan tersebut dalam kadar

yang tidak terlalu besar. Sebagaimana asimilasi, proses akulturasi juga

bisa terjadi dengan sendirinya tanpa sengaja dikendalikan oleh negara.

Namun bisa juga akulturasi menjadi bagian dari strategi pemerintah negara dalam
mengintegrasikan masyarakatnya. Dihat dari perspektif

demokrasi, strategi integrasi nasional melalui upaya akulturasi dapat

dikatakan sebagai cara yang cukup demokratis dalam mewujudkan

integrasi nasional, karena masih menunjukkan penghargaan terhadap

unsur-unsur budaya kelompok atau budaya lokal.

3. Strategi Pluralis

Paham pluralis merupakan paham yang menghargai terdapatnyaperbedaan

Dalam Paham pluralis pada prinsipnya mewujudkan integrasi nasional dengan memberi
kesempatan pada segala unsur perbedaan yang ada dalam masyarakat untuk hidup dan
berkembang. Ini berarti bahwa dengan strategi pluralis, dalam

mewujudkan integrasi nasional negara memberi kesempatan kepada semua

unsur keragaman dalam negara, baik suku, agama, budaya daerah, dan

perbedaan-perbedaan lainnya untuk tumbuh dan berkembang, serta hidup

berdampingan secara damai. Jadi integrasi nasional diwujudkan dengan

tetap menghargai terdapatnya perbedaan-perbedaan dalam masyarakat.

Hal ini sejalan dengan pandangan multikulturalisme, bahwa setiap unsur

perbedaan memiliki nilai dan kedudukan yang sama, sehingga masing-

masing berhak mendapatkan kesempatan untuk berkembang.


b.
Faktor-Faktor yang menjadi Penghambat Integrasi Nasional di Indonesia adalah sebagai
berikut:

1. Masyarakat Indonesia yang sangat beraneka ragam (heterogen) dalm faktor-faktor


kesukubangsaan dengan masing-masing kebudayaan daerahnya,bahasa daerah,agama
yang dianut ras,dan sebagainya.

2. Wilayah yang begitu luas,terdiri dari ribuan kepulauan yang dikelilingi oleh lautan
luas.

3. Besarnya ancaman,tantangan,halangan dan gangguan yang menrongrong


keutuhan,kesatuan dan persatuan bangsa,baik yang berasal dari luar maupun dalam
negeri.

4. Masih besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan menimbulkan


berbagai rasa tidak puas dan keputusasaan di kalangan masyarakat.dampaknya akan
timbul dalam berbagai gejalah seperti SARA,gerakan separatisme dan
kedaerahan,atau demontrasi dan unjuk rasa.

5. Adanya paham "etnosentrisme" di antara beberapa suku bangsa yang menonjolkan


kelebihan-kelebihan budayanya dan sebaliknya menganggap rendah budaya suku
bangsa yang lainnya.

6. Lemahnya nila-nilai budaya bangsa akibat kuatnya pengaruh budaya asing yang tidak
sesuai dengan kepribadian bangsa,baik melewati kontak langsung maupun tak
langsung.Kontak langsung antara lain melalui unsur-unsur pariwisata,sedangkan
kontak tak langsung antara lain melalui media cetak (majalah dan tabloid) atau media
elektronika (televisi,tape recorder,film,radio).hal itu akan berdampak adanya
westernisasi atau gaya hidup kebarat-baratan,pergaulan bebas,penyalahgunaan
narkotika dan lain sebagainya.

6a.

menurut saya salah satu solusi yang dapat mencegah penyebaran korupsi yaitu dengan
pendidikan. Karena dalam pendidikan setiap manusia memiliki potensi untuk berkembang
dan dikembangkan mengenai potensi yang ada didalam dirinya. Upaya yang dinilai efektif
untuk mengembangkan potensi tersebut yaitu dengan aktifitas pendidikan. Pendidikan juga
sebagai pewarisan nilai budaya oleh generasi tua ke generasi muda, selain ada pewarisan
budaya, pendidikan juga sebagai pemelihara budaya. Karena dengan pendidikan manusia
dibimbing menjadi manusia yang lebih dewasa secara intelektual moral dan juga soisal.
Dengan demikian pendidikan dapat dipandang sebagai upaya prefentif bagi berkembangnya
sikap dan prilaku korup. Begitu besarnya peran pendidikan yang membentuk kepribadian
seseorang, serta sebagai pewaris dan pemelihara budaya yang ada. Saya harap pendidikan di
Indonesia harus lebih memanusiakan manusia. Bukan hanya sekedar pendidikan dinilai oleh
hasilnya saja. Tetapi pendidikan di Indonesia juga harus mampu menilai dalam segi
prosesnya. Sebab proses pembelajaranlah yang membentuk kpribadiannya. Jadi guru yang
menjadi pusat dalam pendidikan. Guru harus menilai proses anak dalam pembelajaran bukan
hanya sekedar dan berorientasi pada hasil.

b.Strategi Preventif (pencegahan)


Institusi pendidikan diyakini sebagai tempat terbaik untuk menyebarkan dan menanamkan
nilai-nilai anti-korupsi. mahasiswa yang akan menjadi tulang punggung bangsa di masa
mendatang sejak dini harus diajar dan dididik untuk membenci serta menjauhi praktek
korupsi. Bahkan lebih dari itu, diharapkan dapat turut aktif memeranginya. Dengan cara
melakukan pembinaan pada aspek mental, spiritual, dan moral, Karena, orientasi pendidikan
nasional kita mengarahkan manusia Indonesia untuk menjadi insan yang beriman dan
bertakwa serta berakhlak mulia. Berkaitan dengan itu maka perguruan tinggi harus
mengadakan penyelenggaraan program pendidikan anti korupsi, hal ini dapat dimulai dengan
diadakannya pembuatan kurikulum dan modul pendidikan anti korupsi. Pendidikan anti
korupsi tersebut bertujuan menanamkan nilai-nilai kejujuran dan keluhuran moral sejak dini
kepada para mahasiswa. Pada tataran internal kelembagaan, perguruan tinggi itu sendiri pun
juga harus menerapkan sistem yang transparan dan terbuka, mudah diakses dan terevaluasi.
Dengan begitu, baik keluarga besar kampus, terutama mahasiswa, maupun pihak di luar
kampus dapat mengontrol berjalannya sistem di dalam kampus yang transparan dan
akuntabel, terutama dalam persoalan keuangan, penerimaan mahasiswa baru, rekrutmen
dosen dan karyawan, serta persoalan lain yang sensitif di mata publik. Perguruan tinggi juga
harus berani memasang poster, spanduk, baliho dan beragam alat peraga lain yang berisi
tulisan "kampus bebas korupsi", jika itu dilakukan, maka secara moril kampus memiliki
tanggung jawab yang luar biasa besar untuk terus berusaha "membersihkan diri" dari praktik
korupsi. karena sampai sejauh ini, perguruan tinggi masih belum terjamah oleh isu-isu
antikorupsi. Padahal, tidak ada jaminan bahwa perguruan tinggi terbebas dari praktik korupsi.
Strategi Investigative
Hal ini didasarkan pada fenomena kampus yang hanya memproduksi SDM untuk kebutuhan
pasar, hal itu jelas mengikis peran kampus yang sesungguhnya. Semestinya perguruan tinggi
mengadakan suatu lembaga kajian dan penelitian yang fokus pada penelitian dan
pemberdayaan masyarakat sipil untuk ikut bersama-sama memberantas korupsi. Lembaga
kajian dan penelitian ini proaktif dalam menerima pengaduan masyarakat yang melihat,
mendengar, atau mengetahui adanya tindakan korupsi yang terjadi. Lembaga kajian ini perlu
rutin mendatangi dan memantau proses peradilan kasus-kasus dugaan korupsi yang
berlangsung di pengadilan negeri setempat. Dengan begitu, akan banyak temuan, data dan
hal-hal menarik terkait kasus korupsi yang masuk ke kejaksaan dan pengadilan negeri. Selain
itu Perguruan tinggi juga harus bekerja sama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
dalam meneruskan pengaduan masyarakat terhadap adanya indikasi temuan perbuatan
korupsi di daerah. Hal dilakukan bukan untuk memperpanjang alur birokrasi pelaporan kasus
dugaan korupsi, melainkan salah satu upaya "jemput bola" dari perguruan tinggi untuk
proaktif mendekatkan warga dengan institusi penegak hukum.
Strategi Edukatif
Perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan memiliki peran penting untuk menumbuhkan
kesadaran bagi setiap individu untuk tidak melakukan korupsi, hal tersebut terasa penting
karena benteng pencegahan korupsi adalah sikap mental setiap individu untuk tidak
melakukan kejahatan korupsi yang bisa ditumbuhkan oleh lembaga pendidikan semisal
perguruan tinggi. Upaya ini misalnya dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan
kepada masyarakat mengenai bahaya melakukan tindakan korupsi karena pada nantinya akan
mengancam dan merugikan kehidupan masyarakat sendiri. Serta menghimbau agar
masyarakat ikut serta dalam menindaklanjuti (berperan aktif) dalam memberantas tindakan
korupsi yang terjadi di sekitar lingkungan mereka. Selain itu, masyarakat dituntut lebih kritis
terhadap kebijakan pemerintah yang dirasa kurang relevan. Maka masyarakat sadar bahwa
korupsi memang harus dilawan dan dimusnahkan dengan mengerahkan kekuatan secara
massif, artinya bukan hanya pemerintah saja melainkan seluruh lapisan masyarakat.
Perguruan tinggi juga perlu melakukan sosialisasi dan penyadaran sekolah bebas korupsi,
secara kontinyu ke sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan di bawahnya. Dunia pendidikan
yang dipelopori kampus harus mampu mewujudkan paradigma luhur dan mulia. Jika perlu,
setiap kampus memiliki sekolah binaan atau percontohan yang dapat menjadi prototipe dari
perwujudan paradigma luhur dan mulia tersebut.. Sekolah yang menerapkan asas kejujuran
dalam semua aspek kehidupannya berhasil dan sukses dalam melahirkan siswa dan peserta
didik yang berprestasi dan sukses. Peran perguruan tinggi yang menggodok dan melahirkan
sarjana pendidikan memiliki peran strategis untuk melahirkan pada guru dan pendidik yang
memiliki paradigma dan orientasi penanaman nilai-nilai moral pemberantasan korupsi. Hal
tersebut sangat penting untuk mengarahkan anak didik dan siswa kepada kesadaran untuk
hidup bebas dari korupsi.

Ekspektasi
Sebagai agen perubahan (agent of change), perguruan tinggi perlu menjadi pelopor utama
dari gerakan kultural pemberantasan korupsi yang kondisinya sudah semakin
memprihatinkan. Perguruan tinggi yang dianggap merupakan wadah bagi kelompok
masyarakat terdidik, intelek dan memiliki kepribadian luhur memiliki peran penting dan
strategis dalam pemberantasan korupsi di tengah-tengah masyarakat. Ke depan, perguruan
tinggi diharapkan betul-betul menjadi prototipe dari sebuah lembaga yang menjalankan
sistem dan tata kelola institusi yang menerapkan prinsip clean and good governance sehingga
memungkinkan terbangunnya sebuah tatanan miniatur masyarakat yang bebas dari korupsi
dan menjadi benteng utama pertahanan bangsa dan negara ini dari segala hal yang berbau
korupsi. Maka, gerakan pemberantasan korupsi oleh perguruan tinggi dan mahasiswa sebagai
penggerak utamanya merupakan gerakan kultural yang berjalan secara terus-menerus dalam
jangka waktu yang panjang atau bahkan bisa long life campaign, yaitu kampanye sepanjang
hayat dalam pemberantasan korupsi.

Anda mungkin juga menyukai