Anda di halaman 1dari 12

Kontribusi ichnologi terhadap geologi sedimen (sedimentary geology) dapat dilihat pada tabel

berikut (modifikasi dari Frey & Pemberton, 1985):


Jenis jenis ichnofacies

Secara umum ada dua pengelompokan ichnofacies yang sering digunakan dalam
ichnologi : preservational classification dan behavioural classification.
II. 2. A Preservational classification
Ekspresi morfologi dari sebuah variasi ichnotaxon berdasarkan pengawetan fosil jejak
tersebut pada mudstone atau batupasir, atau pada batas antara keduanya. Pengelompokan
fosil jejak menurut Seilacher dilakukan berdasarkan pengawetan dalam relief penuh atau
dalam semirelief. Klasifikasi ini juga dibuat untuk pengelompokan kedalaman lingkungan
berdasarkan hubungan antara struktur dengan media cetakan, khususnya lapisan batupasir.
Kehadiran fosil jejak dalam jumlah besar terjadi pada lapisan bagian atas (top), dan
khususnya permukaan batupasir yang sudah tererosi karena tersingkap dipermukaan.

Dalam litologi monoton seperti batuserpih (shale) dan batukapur (chalk) dapat
ditemukan kehadiran fosil jejak yang signifikan. Dalam beberapa kasus, jejak utuhnya hadir
secara eksklusif dalam bentuk relief penuh, meskipun jejak mungkin terlihat jelas pada
belahan permukaan. Namun monotonnya kehadiran dari jenis fosil jejak dalam suatu keadaan
memberikan nilai kecil pada klasifikasi stratinomik.

Preservational classification tidak menggambarkan diagenesa mahluk. Meskipun


perkembangan konkresi atau distribusi tidak sempurna dari semen adalah hal yang paling
pokok dalam pengawetan fosil jejak, khususnya dimana litologi tidak berubah, fenomena ini
belum dikelompokkan menjadi sebuah klasifikasi khusus.
II. 2. B. Ethological classification
Fosil jejak adalah bukti nyata dari tingkah laku hewan dan cara paling alami untuk
mengelompokkan fosil jejak tersebut berdasarkan pola tingkah lakunya. Ethological
classification ditemukan oleh Seilacher (1964) menyajikan maksud dan penggunaan umum
deskripsi serta intepretasi fosil jejak.

II. 2. B. i Resting traces ( cubichnia )


Struktur ini dibuat oleh hewan vagile yang menggali untuk suatu periode dan
kemudian kembali pada rute yang sama. Beberapa mahluk seperti bintang laut melakukan hal
ini dengan tujuan untuk menangkap mangsa yang terkubur. Sering kali, cubichnia diproduksi
secara endogen oleh hewan tersebut, hidup pada lapisan pasir permukaan dan mengganggu
substrat yang tersebar di permukaan tiap kali mereka menggali untuk hidup maupun
beristirahat. Banyak bivalve menunjukkan tingkah laku ini.

II. 2. B. ii Crawling traces ( repichnia)


Struktur ini lebih merefleksikan daya gerak langsung (locomotion) daripada aktifitas
lainnya. Hewan pembuat jejak ini tampak hanya berpindah dari satu tempat ke tempat yang
lain. Hampir sebagian besar fosil jejak ini mengikuti bidang perlapisan. Contohnya adalah
trackways dari Diplichnites ispp dan galian sederhana, Cruziana ispp.

II. 2. B. iii Grazing traces ( pascichnia )


Dimana jalur jejak atau daya gerak jejak mengikuti jalan kelokan (meandering) atau
spiral, itu jelas bahwa hewan telah memanfaatkan sebagian wilayah dari substrat untuk
makanan. Grazing trace yang bagus umumnya berada di dasar laut tapi hampir sebagian
besar fosil terjadi dilihat dari tingkah laku (behaviour) pada lapisan dibawah dasar laut.
Contohnya Phycosphon, Nereites, dan Scolicia.

II. 2. B. iv Feeding traces ( fodinichnia )


Katagori ini dikarakteristikkan oleh kombinasi fungsi dari endapan feeding dan
tempat tinggal (dwelling). Struktur jejak ini punya beberapa tingkat ketetapan/permanenitas
dan morfologinya merefleksikan eksploitasi dari substrat untuk makanan. Contohnya
Thalassinoides suevicus, Dactyloidites ottoi, dan Rhizocorallium irregular.

II. 2. B. v Dwelling traces ( domichnia )


Struktur ini ditempatkan pada domisili kelompok semi-permanen. Penanda jejak
mungkin sebuah pemakan suspensi sessile, karnivora aktif menunggu dalam jebakan, atau
makanan cacing di sekitar detritus. Contohnya Skolithos, Ophiomorpha dan Arenicolites.

II. 2. B. vi Traps and gardening traces ( agrichnia )


Teratur, pola struktur mempunyai variasi tingkah laku yang signifikan,
dikelompokkan dalam graphoglyptids. Bagaimanapun juga, Seilacher (1977)
mendemonstrasikan bahwa beberapa struktur ini terlalu rumit untuk disebut Grazing foraging
traces.
Bentuk kompleks ini menunjukan cabang asli dan oleh karena itu harus ada sebagai
galian terbuka untuk kunjungan berkali-kali dari penanda jejak. Contoh klasik dari struktur
ini adalah Spirorhaphe dan cosmorhaphe sebagai perangkap dan Paleodictyon serta
Helicolithes sebagai kebun. Secara keseluruhan, ada sebuah batas alami dari jebakan
bakteri/kuman, via pembiakan kuman/bakteri untuk makanan atau juga pembiakan
kumas/bakteri (microbes) sebagai simbian.

II. 2. B. vii Predation traces ( praedichnia )


Ekdale (1985) menempatkan fosil jejak dengan tingkah laku mangsa-memangsa pada
tempatnya sendiri. Struktur ini biasanya muncul pada substrat yang keras, sebagai lubang
galian kerang (Oichnus ispp) dan sebagai kerang yang diganggu pemangsa (durophagy).
Gangguan substrat halus sebagai hasil dari predasi tidak mudah untuk dikenal sebagai sebuah
rekaman fosil.

II. 2. B. viii Equilibrium traces ( equilibrichnia )


Dibawah perubahan gradual agradasi dan degradasi dasar laut, posisi dari binatang
infaunal dan galian secara konstan diatur. Kedalaman dimana sebagian besar hewan hidup
disertai substrat adalah kritis, dan kontak biasanya bertahan dengan permukaan. Pada tempat
dimana akresi terjadi gradual dan galian mahluk endobenthos harus terkorespondensikan
pergeserannya secara upward.

II. 2. B. ix Escape traces ( fugichnia )


Sedikit spesies endobentik dapat mentolerir penguburan tiba-tiba dengan paket
sedimen. Dibawah kondisi-kondisi ini, reaksi panic/kabur/terlepas seperti hewan melarikan
diri ke dasar laut yang baru, serta sedimen di- reworked dalam sebuah perubahan perlahan
dari suatu sedimen contohnya : Edifices contructed above substrate ( aedificichnia )
Struktur ini dibentuk dari sedimen kurang lebih tersementasi oleh architect. Katagori
ini pertama kali diberi nama mud-dauber wasp nest oleh Bown and Ratcliffe (1998) dan telah
diaplikasikan untuk kontruksi dari koloni rayap.

II. 2. B. x Structures made for breeding purposes ( calichnia )


Katagori ini dibuat untuk mencakupi struktur khusus yang digunakan untuk
memelihara larva atau juvenile. Contohnya : sarang lebah dan sarang kumbang scarabeid.
Mungkin sarang dinosaurus dan fosil sarang burung pelatuk diletakkan pada katagori ini,
namun masih sulit ditentukan antara calichnia dan aedificichnia.

Seilacher (1964) memperhatikan bahwa perulangan ichnotaxa tertentu harus punya


implikasi paleoenvironmental dan menetapkan konsep ichnofacies pada basis ini. Sebuah
ichnofacies adalah sebuah asosiasi dari fosil jejak yang berulang dalam ruang dan waktu,
serta secara langsung merefleksikan kondisi lingkungan seperti batimetri, salinitas, dan
karakter substrat.
II. 2. C Seilacher ichnofacies
Mulanya Seilacher (1964) menentukkan enam ichnofacies, diberi nama berdasarkan
kesamaan genetika fosil jejak. Empat dari ichnofacies tersebut secara eksplisit berdasarkan
pada batimetri : Skolithos, Cruziana, Zoophycos dan Nereites ichnofacies. Yang kelima,
Glossifungites ichnofacies, adalah karakteristik dari firmground, dan merefleksikan ketegasan
untuk permukaan keras. Keenam, Scoyenia ichnofacies, dikarakteristikan berdasarkan red
bed lingkungan non-marine.
Ichnofacies dasarnya adalah fasies sedimen yang didefinisikan berdasarkan dari fosil
jejak. Dua-duanya mempunyai dua komponen penting dari biological input dan taphonomic
loss. Pentingnya dua komponen ini bervariasi pada tiap ichnofacies dimana faktanya dibagi
menjadi dua kelompok : kelompok yang karakteristiknya didominasi oleh ekologi dari
tracemakers (biofasies) dan kelompok yang dibedakan berdasarkan dasar taphonomik bias
(taphofacies).

Seilacher (1967) memperkenalkan Scoyenia ichnofacies pada dasar dari rangkaian


Triassic red-bed. Bromley dan Asgaard (1991) menyarankan mengabaikan Scoyenia
ichnofacies dan menggantinya dengan memperpanjang fasies marin hingga non marin. Fosil
jejak sangat membantu dalam dokumentasi perubahan dan level salinitas, tapi salinitas purba
diintepretasi berdasarkan ukuran fosil jejak, perbedaan dan kehadiran ichnospesies.
Kemudian dari kesimpulan tersebut didapat beberapa ichnofacies, antara lain :
II. 2. C. i Scoyenia ichnofacies
Ichnofacies ini meliputi asosiasi firmground pada lingkungan air jernih (freshwater),
yaitu pada pasir dan lumpur yang berhubungan dengan shallow lacustrine dan setting fluviatil
biasanya subjek untuk subaerial exposure. Fosil jejak mempunyai perkembangan dinding
sculpture dalam berbagai tingkatan variasi, dan dicirikan oleh Scoyenia gracilis, Skolithos
(Cylindricum) antiquum, Spongeliomorpha carlsbergi dan struktur spreite berbentuk-U,
keduanya tergores (Glossifungites) dan tak tergores (Rhizocorallim jenense).

II. 2. C. ii Glossifungites ichnofacies


Aslinya, ichnofacies ini tidak mempunyai konotasi dengan lingkungan marin.
Glossifungites saxicava secara asli digambarkan dari suksesi non-marin, meskipun ini
mungkin bahwa lapisan yang mengandung Glossifungites saxicava merepresentasikan
lingkungan marin. Umumnya Glossifungites ichnofacies dikenali sebagai fase singgah dari
suksesi komunitas bentik seperti permukaan yang hilang berawal dari softground melewati
firmground menuju sebuah hardground.
Lebih jauh lagi, erosi lokal hingga ekspos sedimen yang terkompaksi sebagai
firmground adalah seting mayor untuk ichnofacies ini. Lamanya waktu non-deposisi
ditunjukan oleh permukaan yang hilang. Waktu non-deposisi ini memperkenankan
perkembangan trace fossil yang direpresentasikan dengan pertumbuhan para tracemaker dari
pada pergerakannya. ichnofacies ini berkembang pada kedalaman bathyal pada hardground
yaitu lebih dari 300 meter. Contohnya adalah G. saxicava, Spongeliomorpha ispp dan
Strophichnus xystus serta Glyphichnus harefeldensis, ichnofacies ini berhubungan dengan
Scoyenia ichnofacies.

II. 2. C. iii Psilonichnus ichnofacies


Ichnofacies ini berkembang pada lingkungan backshore, antara foreshore dan
lingkungan darat. ichnofacies ini adalah biofasies, secara luas didasarkan atas data biologi
tanpa prasangka (unbias).
Bagaimanapun juga, kesamaan kumpulan peng-atributan untuk ichnofacies ini terjadi
pada Pleistosen di Georgia dan Bahama, dan juga telah diidentifikasi pada zaman Jurazik di
Portugal. Ichnogenus kepiting hantu Psilonichnus hadir di setiap contoh dari tiap zaman.

II. 2. C. iv Skolithos ichnofacies


Skolithos ini adalah ichnofacies yang dapat digunakan sebagai penanda tinggi-
rendahnya level suatu energi gelombang atau arus. ichnofacies ini merepresentasikan keadaan
pada lower littoral hingga infralittoral, kondisi energi pengendapan yang relatif sedang
hingga tinggi diasosiasikan dengan tekstur butir mud hingga pasir, sortasi baik, perubahan
subjek sedimen menuju erosi kasar atau deposisi.
Gambar 15. Skolithos ichnofacies (Benton & Harper, 1997)
Komunitas modern dalam perubahan butir pasir tidak mengurangi penanda jejak
dalam tingkat (tiers) paling atas lapisan. Jejak ini bisa disebabkan oleh bivalve-bivalve
pemakan suspensi, worm yang terperangkap, pemakan endapan juga hadir dalam semua pasir
lingkungan intertidal. Tipikal struktur ini adalah mempunyai ichnodiversity rendah, densitas
rendah, dan orientasi vertikal. ichnofacies menunjukkan evolusi selama phanerozoik, tanpa
terkecuali Skolithos ichnofacies.
Dalam beberapa kasus Skolithos ichnofacies dapat terjadi hingga laut dalam, namun
hal itu disebabkan oleh aktifitas arus contour (thermohaline circulation) pada laut dalam.
Bagaimanapun juga, keterjadian Skolithos pada endapan badai berbeda pada endapan
turbidit.

II. 2. C. v Cruziana ichnofacies


Ichnofacies ini dikarakteristikan oleh daerah antara wavebase normal dengan
wavebase saat badai. Pada daerah dengan pengendapan yang cepat, bioturbasi mungkin jauh
dari sempurna. Aktifitas tingkat paling dalam kemudian tidak punya waktu untuk
melenyapkan struktur yang lebih dangkal, dan ichnodiversity mungkin tinggi. Kecepatan
sedimentasi mungkin juga menghalangi pendewasaan komunitas, tingkat dalam mungkin
tidak ditempati dan kumpulan jejak Zoophicos-Chondrites secara umum tidak akan dijumpai.

II. 2. C. vi Rusophycus ichnofacies

Pada lingkungan non-marin, kumpulan serupa dari fosil jejak dari Cruziana
ichnofacies telah dilaporkan dalam fluvial dan shallow lacustrine, lumpur, lanau, dan pasir
halus pada softground. ichnofacies ini didominasi oleh repichnia (Cruziana ispp) dan semua
jejak arthropod berjalan seperti Diplichnites dan Multipodichnus) dan cubichnia (Rusophycus
ispp).

II. 2. C. vii Arenicolites ichnofacies


Perulangan kumpulan fosil jejak vertical dikarakteristikan oleh diversitas rendah
ditunjukkan oleh Arenicolites ichnofacies. ichnofacies ini diaplikasikan untuk istilah singkat
kolonisasi dari lapisan badai dan tubuhpasir lain yang terjadi dalam lingkungan yang tidak
layak. Fosil jejak yang muncul biasanya tersusun oleh Thalassinoides (cacing oligochaete)
dan Spongeliomorpha (serangga), fluviatil dan marginal lacustrine Skolithos serta
arenicolites kecil, kadang-kadang ditemani oleh Polykladichnus dan Diopatrichus.

II. 2. C. viii Zoophycos ichnofacies


Karakter ichnofacies ini berada pada lingkungan circalitorral hingga bathyal, kondisi
air tenang, kurang atau lebih defisien oksigen, offshore yaitu daerah dibawah wavebase badai
hingga daerah laut dalam. Sedimen fosil jejak ini biasanya menunjukkan bioturbasi total.
Akumulasi dari lumpur memperbolehkan puncak komunitas untuk berkembang, tersebar
dalam banyak tingkatan, dan Zoophycos-Chondrites menempati tingkat (tiers) paling dalam.
Lebih jauh lagi, karena fasies ini menempati tingkat paling dalam dengan substrat
mengalami pengurangan oksigen, karena itu fosil ini sebagai suatu penanda daerah oxygen-
depleted sea floor. Pada pengamatan seri core pada struktur tiers (tingkat) lingkungan
bathyal hingga abysal, melewati kedalaman 1000 4000 m dibawah muka air laut, didapat
pada kedalaman 4000 m (sea floor) galian Zoophycos sedalam 20 30 cm. fosil jejak ini
sering disebut ichnofacies laut dalam.

II. 2. C. ix Nereites ichnofacies


Seilacher mendefinisikan ichnofacies ini dalam istilah endapan turbidit. Kadang-
kadang pasir turbidit menyediakan substrat yang arenaceous untuk komunitas post-event.
Setelah itu, jejak ini terkubur dalam sedimen pelagik dan lingkungan lumpur kembali.
Dimana fosil jejak ini terlihat, terawetkan dengan buruk, lebih dalam, tingkat (tiers) pre-
deposisi terlihat mirip dengan Zoophycos ichnofacies (Seilacher, 1987).
Erosional turbidit menjaga tingkat (tiers) paling atas pada komunitasnya,
memproduksi setelan pre-deposisional yang mendukung Nereites ichnofacies tersebut. Selain
itu substrat pasir yang terbawa dalam endapan turbidit adalah terkolonisasi. Setelan post-
deposisional termasuk dalam Nereites ichnofacies. Setelan tersebut secara dekat terhubung
dengan Arenicolites ichnofacies, tapi telah dikelirukan dengan sand-based ichnofacies
lainnya, contohnya Skolithos ichnofacies.

II. 2. C. x Fuersichnus ichnofacies?


Fosil jejak ini terdapat pada lingkungan lacustrine dibawah wavebase normal. Fosil
jejak ini didominasi oleh Fuersichnus communis, sebuah struktur pemakan deposit yang
permukaannya tersusun atas sebuah spreite. Fosil jejak ini mungkin hadir dalam freshwater
pasangan untuk Zoophycos ichnofacies marin.

II. 2. C. xi Mermia ichnofacies


Digambarkan sebagai sebuah kejadian luar biasa dari fosil jejak dalam suksesi danau
Carboniferous oleh turbidit. Asosiasi fosil jejak ini didominasi oleh pascichnia, secara garis
besar bukan sebuah grazing patterns.

Bromley, Richard G. 1996. Trace Fossils: biology, taphonomy and applications 2nd edition. Chapman and
Hall. London
Ekdale, AA., Bromley, Richard G., Pemberton, SG. 1984. Ichnology : the use of trace fossils in sedimentary
and stratigraphy. Society of Economic Paleontologists and Mineralogists Tusla, Oklahama

Anda mungkin juga menyukai