Anda di halaman 1dari 21

KEPANITERAAN KLINIK

STATUS ILMU PENYAKIT MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF ILMU PENYAKIT MATA

RS MARDI RAHAYU, KUDUS, JAWA TENGAH

Nama : Natashya Risa Pramana


NIM : 11.2015.172
Dr. Pembimbing : dr Rosalia Septiana W,Sp.M

I. IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Tn H
Umur : 59 tahun (12-05-1948)
Agama : Kristen
Alamat : Pasuruan, LOP 004/001, Kudus
Status : Kawin
Pekerjaan : Pensiunan
No. RM : 406226

II. ANAMNESIS
Anamnesis secara : Autoanamnesis pada tanggal 31 Mei 2017 di Poli Mata
Keluhan Utama : Pasien datang dengan keluhan mata kanannya melihat bintik-
bintik hitam sejak 2 minggu SRMS

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang ke poliklinik mata RS Mardi Rahayu dengan keluhan mata
kanannya melihat bintik-bintik hitam sejak 2 minggu SRMS. Bintik-bintik hitam tidak
terlihat sepanjang waktu dan terutama tidak terlihat ketika menggunakan kacamata.
Pasien juga mengeluhkan buram pada mata kanan dan kiri jika melihat jauh. Keluhan
penglihatan buram pertama kali dirasakan sejak 8 tahun SMRS (tahun 2009) dan
dirasakan semakin lama semakin buram. Tanpa disertai mata merah atau pun nyeri kedua
mata tidak ada keluhan silau. Pasien tidak mempunyai kesulitan membaca. Riwayat
trauma disangkal. Pasien memiliki riwayat operasi katarak pada mata kanan (25 April
2017). Pasien tidak mengeluh pusing atau pun mual.

Riwayat Penyakit Dahulu


a. Umum
Hipertensi : Sejak 6 bulan SMRS, terkontrol
Diabetes Melitus :-
Penyakit Lain :-
b. Mata
Riwayat sakit mata sebelumnya : mata buram sejak 8 tahun SMRS
Riwayat operasi mata : Post operasi katarak 1 bulan yang lalu
Riwayat trauma mata sebelumnya : Disangkal
Riwayat penggunaan kacamata : sejak tahun 2009

Riwayat Penyakit Keluarga

Penyakit mata serupa : Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan serupa.
Penyakit mata lainnya : Tidak ada.
Hipertensi : Tidak ada
Diabetes Melitus :Tidak ada

Riwayat Sosial Ekonomi


Pengobatan ditanggung BPJS, status ekonomi cukup.

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. VITAL SIGN
Tekanan darah : 130/60 mmHg
Nadi : 80 x / menit
Pernafasan : 20 x / menit
Suhu : 36 C
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Status Gizi : TB 168 cm BB 70 kg

OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)


0.8 KMS Visus 0.2 KMS
0.08
Gerak bola mata normal, Gerak bola mata normal,
kedudukan bola mata di Bulbus okuli kedudukan bola mata di
tengah, tengah,
enoftalmus (-), enoftalmus (-),
eksoftalmus (-), eksoftalmus (-),
strabismus (-) strabismus (-)
Edema (-), hiperemis(-), Edema (-), hiperemis(-),
nyeri tekan (-),blefarospasme nyeri tekan (-),
(-), lagoftalmus (-), Palpebra blefarospasme (-),
ektropion (-), entropion (-) lagoftalmus (-),
ektropion (-), entropion (-)

Edema (-), Edema (-),


injeksi siliar (-), injeksi siliar (-),
injeksi konjungtiva (-), Konjungtiva injeksi konjungtiva (-),
infiltrat (-), infiltrat (-),
hiperemis (-) hiperemis (-)
anemis (-) anemis (-)
Putih Sklera Putih
Bulat,jernih, Bulat,jernih,
edema (-), edema (-),
keratik presipitat (-),infiltrat Kornea keratik presipitat (-),infiltrat
(-), sikatriks (-), (-), sikatriks (-),

Jernih, kedalamancukup, Camera Oculi Anterior Jernih, kedalaman cukup,


hipopion (-), hifema (-) (COA) hipopion (-), hifema (-)
Kripta(N), atrofi (-) coklat, Kripta(N), atrofi (-) coklat,
edema(-), Iris edema(-),
synekia (-) synekia (-)
Reguler, bentuk bulat Reguler, bentuk bulat
Letak sentral, Pupil Letak sentral,
Diameter 3 mm Diameter 3 mm
Refleks pupil + Refleks pupil +
IOL di posterior, Jernih Lensa Sebagian keruh

Letak ditengah Letak ditengah

Jernih Vitreus Jernih


Papil bentuk bulat, batas Retina Sulit dinilai
tegas, CD ratio 0,5,Macula
Lutea (+), Pelebaran vena
(-), Warna orange-
kemerahan,A:V = 2:3,
Eksudat (-)
(+) Fundus Refleks (-)
Tidak dilakukan TIO Tidak dilakukan
Tidak tampak kelainan Sistem Lakrimasi Tidak tampak kelainan

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Sph Cyl Ax
OD -2.00 0.00 -
OS - - -
Koreksi: S -0.20 visus 1

V. RESUME
Subjektif:
Pasien datang ke poliklinik mata RS Mardi Rahayu dengan keluhan mata kanannya
melihat bintik-bintik hitam sejak 2 minggu SRMS. Bintik-bintik hitam tidak terlihat sepanjang
waktu dan terutama tidak terlihat ketika menggunakan kacamata. Pasien juga mengeluhkan
buram pada mata kanan dan kiri jika melihat jauh. Keluhan penglihatan buram pertama kali
dirasakan sejak 8 tahun SMRS (tahun 2009) dan dirasakan semakin lama semakin buram. Tanpa
disertai mata merah atau pun nyeri kedua mata tidak ada keluhan silau. Pasien tidak mempunyai
kesulitan membaca. Riwayat trauma disangkal. Pasien memiliki riwayat operasi katarak pada
mata kanan (25 April 2017). Pasien tidak mengeluh pusing atau pun mual.

Objektif:

OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)


0.8 KMS Visus 0.2 KMS
0.08
Jernih, kedalamancukup, Camera Oculi Anterior Jernih, dangkal,
hipopion (-), hifema (-) (COA) hipopion (-), hifema (-)
Reguler, bentuk bulat Reguler, bentuk bulat
Letak sentral, Pupil Letak sentral,
Diameter 3 mm Diameter 3 mm
Refleks pupil + Refleks pupil +
IOL di posterior, Jernih Lensa Sebagian keruh

Letak ditengah Letak ditengah

Papil bentuk bulat, batas Retina Sulit dinilai


tegas, CD ratio 0,5,Macula
Lutea (+), Pelebaran vena
(-), Warna orange-
kemerahan,A:V = 2:3,
Eksudat (-)
(+) Fundus Refleks (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sph Cyl Ax
OD -2.00 0.00 -
OS - - -
Koreksi: S -0.20 visus 1

VII. DIAGNOSIS KERJA

ODS Kelainan Refraksi


OD Pseudofakia
OS Katarak Senilis Imatur

Dasar diagnosis :

ODS Kelainan Refraksi


Dasar diagnosis
- Subjektif:
Penglihatan kedua mata pasien tampak kabur sejak 8 tahun lalu yang semakin lama semakin
buram.
Riwayat penggunaan kacamata (+)
- Objektif:
OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)
- Visus 0.08
Autorefraktometri: Koreksi Pinhole 0,63
Pinhole 0,63
S -0.20 visus 1

OD Pseudofakia
Dasar diagnosis
- Subjektif:
Telah dilakukan operasi katarak dan pemasangan lensa intraokuler pada mata kanan
pasien 1 bulan lalu.
- Objektif:
Lensa IOL di posterior, jernih, letak ditengah. Iris berwarna coklat, tidak ditemukan
kelainan. Pupil terletak sentral dengan diameter +/- 3 mm, refleks pupil baik langsung
ataupun tidak langsung (+). COA normal

OS Katarak Senilis Immatur


Dasar diagnosis
- Subjektif:
Penglihatan mata kiri pasien tampak kabur sejak 8 tahun lalu yang semakin lama semakin
buram
Keluhan tidak disertai dengan adanya nyeri pada mata ataupun keluarnya cairan/sekret.
- Objektif:
Lensa sebagian keruh, terletak di tengah. Iris berwarna coklat, tidak tampak kelainan. Pupil
terletak sentral dengan diameter +/- 4 mm, refleks pupil baik langsung ataupun tidak
langsung (+). COA dangkal
Pemeriksaan visus: 0.08

VIII. PENATALAKSANAAN

1. Memakai kacamata

S-0,20 Koreksi -

Medika mentosa
C- lyters ED fl. No I
S 4 dd gtt II ODS
Optiflox ED fl No. I
S 4 dd gtt II ODS
Non Medikamentosa
Untuk OS katarak senilis immature dapat dilakukan tindakan bedah berupa
fakoemulsifikasi atau ekstraksi katarak ekstrakapsular (EKEK) dan insersi intraocular
lensa (IOL).

IX. PROGNOSIS

OD OS
Ad Vitam : ad bonam ad bonam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA

PSEUDOFAKIA
Definisi
Pseudofakia adalah lensa yang ditanam pada mata (lensa intra okuler) yang diletakkan
tepat ditempat lensa yang keruh dan sudah dikeluarkan. Lensa ini akan memberikan penglihatan
lebih baik. Lensa intraokular ditempatkan waktu operasi katarak dan akan tetap disana untuk
seumur hidup. Lensa ini tidak akan mengganggu dan tidak perlu perawatan khusus dan tidak
akan ditolak keluar oleh tubuh.1

Letak lensa didalam bola mata dapat bermacam macam, seperti :


1. Pada bilik mata depan, yang ditempatkan didepan iris dengan kaki penyokongnya bersandar
pada sudut bilik mata
2. Pada daerah pupil, dimana bagian optik lensa pada pupil dengan fiksasi pupil.
3. Pada bilik mata belakang, yang diletakkan pada kedudukanlensa normal dibelakang iris.
Lensa dikeluarkan dengan ekstraksi lensa ekstrakapsular
4. Pada kapsul lensa.

Pada saat ini pemasangan lensa terutama diusahakan terletak di dalam kapsul lensa. Meletakkan
lensa tanam di dalam bilik mata memerlukan perhatian khusus :1
1. Endotel kornea terlindung
2. Melindungi iris terutama pigmen iris
3. Melindungi kapsul posterior lensa
4. Mudah memasukkannya karena tidak memberikan cedera pada zonula lensa.

Keuntungan pemasangan lensa ini :1


1. Penglihatan menjadi lebih fisiologis karena letak lensa yang ditempatkan pada tempat lensa
asli yang diangkat.
2. Lapang penglihatan sama dengan lapang pandangan normal
3. Tidak terjadi pembesaran benda yang dilihat
4. Psikologis, mobilisasi lebih cepat.

Pemasangan lensa tidak dianjurkan kepada :1


1. Mata yang sering mengalami radang intraokuler (uveitis)
2. Anak di bawah 3 tahun
3. Uveitis menahun yang berat
4. Retinopati diabetik proliferatif berat
5. Glaukoma neovaskuler
Presbiopia
Presbiopi merupakan keadaan refraksimata, dalam hal ini punctum proksimum telah
begitu jauh, sehingga pekerjaan dekat yang halus seperti membaca, dan menjahit sukar
dilakukan. Proses ini merupakan keadaan fisiologis, terjadi pada setiap mata, dan tidak dianggap
sebagai suatu penyakit. Sepanjang hidup terjadi pengerasan sedikit demi sedikit pada lensa,
dimulaidari nucleus. Ini menyebabkan lensa mendapat kesukaran dalam mengubah bentuknya
pada penglihatan dekat untuk menambah daya biasnya karena lensa tak kenyal lagi. Dengan
demikian daya akomodasinya berkurang akibat proses sclerosis ini. Ditambah lagi dengan daya
kontraksi dari otot siliar yang berkurang sehingga pengendoran dari zonula Zinnii menjadi tidak
sempurna.2
Gejala dan tanda presbyopia berupa keluhan yang timbul pada penglihatan dekat. Kalau
dibiarkan tidak dikoreksi, akan menimbulkan tanda astenopia, mata sakit, lekas lelah, lakrimasi,
selain sukar melihat dekat. 2

Penanganan Presbiopi
Untuk memperbaikinya diperlukan kacamata sferis positif yang besarnya tergantung dari
umurnya. Orang umur 40 tahun butuh adisi S+1D, 45 tahun butuh S+1,5D, 50 tahun butuh adisi
S+2D, 55 tahun butuh adisi S+2,5D, dan umur 60 tahun butuh adisi S+3D.2
Maksimal diberikan S+3, supaya orang masih dapat mengerjakan pekerjaan dekat pada
jarak yang enak tanpa melakukan konvergensi yang berlebihan. Kalau umpamanya diberikan
S+4, maka jarak baca menjadi 25 cm, sedang jarak baca yang baik adalah 33 cm, jadi orang ini
harus mengadakan konvergensi berlebihan.2

Astigmatisma
Astigmatisma merupakan kelainan refraksi mata, yang ditandai adanya berbagai derajat
refraksi pada berbagai meridian, sehingga sinar sejajar yang dating pada mata itu akan
difokuskan pada macam-macam fokus pula. Astigmatisma dibedakan menjadi 2, yaitu yang
regular dan iregular. Pada astigmatisma regular didapatkan dua titik bias pada sumbu mata
karena adanya dua bidang yang saling tegak lurus pada bidang yang lain sehingga pada salah
satu bidang memiliki daya bias yang lebih kuat daripada bidang yang lain. Astigmatisme jenis
ini, jika mendapat koreksi lensa cylindris yang tepat, akan bisa menghasilkan tajam penglihatan
normal. Tentunya jika tidak disertai dengan adanya kelainan penglihatan yang lain. Sedangkan
Astigmatisme Irreguler dimana titik bias didapatkan tidak teratur. 3
Penyebab astigmatisma adalah poli genetic atau poli faktorial. Kelainan kornea,
perubahan lengkung kornea dengan atau tanpa pemendekan atau pemanjangan diameter antero
posterior. Kelainan lensa, kekeruhan lensa, biasanya katarak insipient atau imatur, bisa juga
menyebabkan astigmatisma.3

Berdasarkan letak titik vertical dan horizontal pada retina, astigmatisme dibagi sebagai berikut: 3
1. Astigmatisme Miopia Simpleks
Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada tepat pada
retina (dimana titik A adalah titik fokus dari daya bias terkuat sedangkan titik B adalah
titik fokus dari daya bias terlemah). Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini
adalah Sph 0,00 Cyl -Y atau Sph -X Cyl +Y di mana X dan Y memiliki angka yang sama.

Gambar 1. Astigmatisme Miopia Simpleks

2. Astigmatisme Hiperopia Simpleks


Astigmatisme jenis ini, titik A berada tepat pada retina, sedangkan titik B berada di
belakang retina.

Gambar 2. Astigmatisme Hiperopia Simpleks

3. Astigmatisme Miopia Kompositus


Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada di antara
titik A dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph -X Cyl -Y.

Gambar 3. Astigmatisme Miopia Kompositus


4. Astigmatisme Hiperopia Kompositus

Astigmatisme jenis ini, titik B berada di belakang retina, sedangkan titik A berada di
antara titik B dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph +X
Cyl +Y.

Gambar 4.Astigmatisme Hiperopia Kompositus


5. Astigmatisme Mixtus
Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada di
belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph +X Cyl -Y,
atau Sph -X Cyl +Y, dimana ukuran tersebut tidak dapat ditransposisi hingga nilai X
menjadi nol, atau notasi X dan Y menjadi sama - sama + atau -.
Gambar 5.Astigmatisme Mixtus
MIOPIA

Definisi

Miopia adalah ketidakmampuan untuk melihat objek pada jarak jauh dengan jelas. Pada
orang dengan miopia, bola mata akan lebih panjang dari normal sehingga sinar yang datang dari
objek yang jauh difokuskan di depan retina. Miopia dapat diklasifikasikan menjadi miopia
simpleks (miopia yang fisiologik) dan miopia degeneratif (miopia patologik). Mata dengan
miopia simpleks mempunyai kelainan refraksi kurang dari 6 Dioptri dan tidak terdapat
perubahan patologis sedangkan mata dengan miopia degeneratif mempunyai kelainan refraksi
paling sedikit 6 Dioptri dan berhubungan dengan perubahan degeneratif terutama di segmen
posterior bola mata.4

Miopia merupakan kelainan optik yang sering dijumpai.Pada fisiologi miopia, kekuatan
lensa kurang dari -6 D, hal ini dianggap variasi biologi yang normal. Keadaan mata yang eror
yaitu dengan kekuatan lensa lebih dari 6 D disebut sebagai miopia tinggi. Dimana pada
keadaan ini, panjang aksial miopia tersebut tidak dapat stabil selama dewasa muda. Patofisiologi
dari progresivitas kelainan ini sebagai bentuk degeneratif miopi yang tidak diketahui.`

Etiologi

Secara umum masih belum jelas namun faktor herediter dan faktor lingkungan
memegang peranan penting. Suatu varitas pola genetik untuak miopia telah digambarkan
termasuk X-Linked myopia (myp1 pada kromosom X q28), autosomal dominan myp2 pada
kromosom 18p, autosomal dominan myp3 pada kromosom 12q, autosomal dominan myp4 pada
kromosom 7q dan autosomal dominan myp5 pada kromosom 17q. Pada penelitian yang
dilakukan baru-baru ini dianggap bahwa heterogenitas genetik dari miopia ditentukan oleh X-
Linked pada lokus sekunder di daerah q12q2123.4

Faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan miopi antara lain pekerjaan dekat,
stres emosional, dan meningkatnya pendidikan formal seseorang. Akomodasi yang lama dan
tekanan intra okular dicurigai dapat mempengaruhi elongasi bola mata dengan penurunan
tahanan dari sklera. Faktor lain yang diduga dapat mempengaruhi perkembangan miopi yaitu diet
dan nutrisi serta stres.4

Patofisiologi

Tipe mata miopia yang ekstrim dapat meluas dalam semua bagian posterior, tetapi memiliki
panjang aksial yang sangat panjang. Pada bagian anterior, kornea kemungkinan agak menipis
dan terlihat datar dari normal, dengan ruangan anterior yang dalam dan terlihat sudut sempit
yang menunjukkan proses mendekatnya iris ke arah trabekulum. Lensa memiliki kecenderungan
untuk mengalami awal sklerosis inti. Biasanya terdapat defek pada membran zonula dan
kemungkinan terdapat sebuah hambatan selama pembedahan katarak.4

Penipisan skleral pada umumnya berhubungan dengan elastisitas skleral atau penurunan
kekakuan okular.Terutama ketika bergabung dengan zonular dehiscence, ini dapat
mengakibatkan cairan vitreus cepat regress dan rapuh ketika mata membuka terhadap tekanan
atmosfer.Kadang-kadang terjadi hipotoni bisa diakibatkan oleh serosa atau pendarahan koroid
selama pembedahan intra okular.Secara anatomi, sklera tidak hanya tipis tetapi juga bisa
menjadikan kondisi abnormal. Mikroskop elektron yang ditemukan oleh Garzino menunjukkan
serat kolagen yang rata-rata berdiameter kecil dan menunjukkan banyak serat pemisah antar
serat.4

Gambaran Klinis

Manifestasi Fungsional
- Penglihatan menurun

- Ambliopia anisometropia

- ketajaman penglihatan subnormal

- defek lapangan pandang

- Mengganggu penglihatan pada malam hari

- Diskriminasi warna abnormal

Penatalaksanaan

- Kacamata

Meskipun masih sedikit bukti ilmiah untuk menyatakan bahwa pemakaian kacamata
koreksi secara terus menerus progresivitas miopia atau mempertahankan visus namun dapat
mengurangi kelelahan pada mata dan melatih mata terutama pada anak-anak.Miopi dikoreksi
dengan lensa konkaf atau lensa negatif.Pada kasus dengan miopi tinggi koreksi yang penuh
jarang diberikan.Pengurangan koreksi dilakukan sampai tercapai penglihatan binokuler yang
masih nyaman.Jika sudah terdapat perubahan patologis pada fundus maka sedikit sekali
keuntungan yang didapat pada pemakaian kacamata.Kacamata yang terbuat dari bahan kaca dan
plastik dengan indeks yang tinggi dan lensa polikarbonat cocok digunakan. Bahkan lensa
polikarbonat dapat memberikan derajat proteksi yang lebih tinggi.

HIPERMETROPIA
I. Definisi
Hipermetropia juga dikenal dengan istilah hyperopia atau rabun dekat. Hipermetropia adalah
keadaan mata yang tidak berakomodasi memfokuskan bayangan di belakang retina. 4,5
Pasien dengan hipermetropia mendapat kesukaran untuk melihat dekat akibat sukarnya
berakomodasi. Keluhan akan bertambah dengan bertambahnya umur yang diakibatkan melemahnya
otot siliar untuk akomodasi dan berkurangnya kekenyalan lensa. 4
Pada perubahan usia lensa berangsur-angsur tidak dapat memfokuskan bayangan pada selaput
jala (retina) sehingga akan lebih terletak di belakangnya. Sehingga diperlukan penambahan lensa
positif atau konveks dengan bertambahnya usia.4

II. Etiologi
Kekuatan optik mata terlalu rendah (biasanya karena mata terlalu pendek) dan sinar cahaya paralel
mengalami konvergensi pada titik di belakang retina. Penyebab utama hipermetropia adalah
panjangnya bola mata yang lebih pendek. Akibat bola mata yang lebih pendek bayangan benda
akan difokuskan di belakang retina atau selaput jala. 4
Sebab atau jenis hipermetropia:4
Hipermetropia sumbu atau hipermetropia aksial merupakan kelainan
refraksi akibat bola mata pendek atau sumbu anteroposterior yang pendek.
Hipermetropia kurvatur, dimana kelengkungan kornea atau lensa kurang
sehingga bayangan difokuskan di belakang retina.
Hipermetropia indeks refraktif, dimana terdapat indeks bias yang kurang
pada system optik mata, misalnya pada usia lanjut lensa mempunyai
indeks refraksi lensa yang berkurang.

III. Gejala Hipermetropia


Biasanya seseorang dengan hipermetropia tidak menyukai keramaian dan lebih senang
sendiri. Hipermetropia sukar melihat dekat dan tidak sukar melihat jauh. Melihat dekat akan lebih
kabur dibandingkan dengan melihat sedikit lebih dijauhkan. Biasanya pada usia muda tidak
banyak menimbulkan masalah karena dapat diimbangi dengan melakukan akomodasi. 4
Bila hipermetropia lebih dari + 3.00 dioptri maka tajam penglihatan jauh akan terganggu.
Sesungguhnya sewaktu kecil atau baru lahir mata lebih kecil dan hipermetropia. Dengan
bertambahnya usia maka kemampuan berakomodasi untuk mengatasi hipermetropia ringa
berkurang. Pasien hipermetropia hingga + 2.00 dengan usia muda atau 20 tahun masih dapat
melihat jauh dan dekat tanpa kaca mata dengan tidak mendapatkan kesukaran. Pada usia lanjut
dengan hipermetropia, terjadi pengurangan kemampuan untuk berakomodasi pada saat melihat
dekat ataupun jauh.4
Pasien dengan hipermetropia apapun penyebabnya akan mengeluh matanya lelah dan sakit
karena terus-menerus harus berakomodasi untuk melihat atau memfokuskan bayangan yang
terletak di belakang makula agar terletak di daerah makula lutea. Keadaan ini disebut astenopia
akomodatif. Akibat terus-menerus berakomodasi, maka bola mata bersama-sama melakukan
konvergensi dan mata akan sering terlihat mempunyai kedudukan esotropia atau juling ke dalam. 4
Pasien muda dengan hipermetropia tidak akan memberikan keluhan karena matanya masih
mampu melakukan akomodasi kuat untuk melihat benda dengan jelas. Pada pasien yang banyak
membaca atau mempergunakan matanya, terutama pada usia yang telah lanjut, akan memberikan
keluhan kelelahan setelah membaca. Keluhan tersebut berupasakit kepala, mata terasa pedas dan
tertekan.4
Keluhan mata yang harus berakomodasi terus untuk dapat melihat jelas adalah: 4
Mata lelah
Sakit kepala
Penglihatan kabur melihat dekat
Pada usia lanjut seluruh titik fokus akan berada di belakang retina karena berkurangnya daya
akomodasi mata dan penglihatan akan berkurang.

IV. Patofisiologi
Diameter anterior posterior bola mata yang lebih pendek, kurvatura kornea dan lensa yang
lebih lemah, dan perubahan indeks refraktif menyebabkan sinar sejajar yang datang dari objek
terletak jauh tak terhingga di biaskan di belakang retina. 4

VII. Penatalaksanaan
1. Koreksi Refraksi
- Kacamata
Untuk memperbaiki kelainan refraksi adalah dengan mengubah sistem pembiasan dalam
mata. Pada hipermetropia diperlukan lensa cembung atau konveks untuk mematahkan sinar lebih
kuat ke dalam lensa. Pengobatan hipermetropia adalah diberikan koreksi hipermetropia manifes
dimana tanpa siklopegia didapatkan ukuran lensa positif maksimal yang memberiakan tajam
penglihatan normal.4
Katarak Senilis

Definisi

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau
terjadi akibat kedua-duanya. Lima puluh satu persen (51%) kebutaan
diakibatkan oleh katarak.. Katarak senilis merupakan jenis katarak yang
paling sering ditemukan. Katarak senilis adalah setiap kekeruhan pada
lensa yang terjadi pada usia lanjut, yaitu di atas usia 50 tahun.5

Faktor Resiko

Katarak adalah penyakit degeneratif yang dipengaruhi oleh beberapa


faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor internal yang berpengaruh
antara lain adalah umur dan jenis kelamin sedangkan faktor eksternal
yang berpengaruh adalah pekerjaan dan pendidikan yang berdampak
langsung pada status sosial ekonomi dan status kesehatan seseorang,
serta faktor lingkungan, yang dalam hubungannya dalam paparan sinat
Ultraviolet yang berasal dari sinar matahari.4

Usia

Proses normal ketuaan mengakibatkan lensa menjadi keras dan keruh.


Dengan meningkatnya umur, maka ukuran lensa akan bertambah dengan
timbulnya serat-serat lensa yang baru. Seiring bertambahnya usia, lensa
berkurang kebeningannya, keadaan ini akan berkembang dengan
bertambahnya berat katarak. .Prevalensi katarak meningkat tiga sampai
4
empat kali pada pasien berusia >65 tahun

Stadium Katarak Senilis


1) Stadium insipien. Stadium yang paling dini, yang belum menimbulkan gangguan
visus. Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer berupa bercak-bercak seperti
baji (jari-jari roda),terutama mengenai korteks anterior, sedangkan aksis relatif masih
jernih. Gambaran ini disebut spokes of a wheel yang nyata bila pupil dilebarkan.4
Ciri2 :
Visus masih cukup baik, bertanbah kabur bila bertambah usia, fundus reflek masih
positif, kekeruhan ditepi lensa.
2) Stadium imatur. Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa. Kekeruhan
terutama terdapat di bagian posterior dan bagian belakang nukleus lensa. Kalau tidak
ada kekeruhan di lensa, maka sinar dapat masuk ke dalam mata tanpa ada yang
dipantulkan. Oleh karena kekeruhan dibagian posterior lensa, maka sinar oblik yang
mengenai bagian yang keruh ini akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan,
terlihat di pupil ada daerah yang terang sebagai refleks pemantulan cahaya pada
daerah lensa yang keruh dan daerah yang gelap,akibat bayangan iris pada lensa yang
keruh. Keadaan ini disebut shadow test (+).
Ciri2 :
Visus bertambah kabur terutama sore menjelang malam , Kekeruhan belum merata,
bisa dinukleus atau di kapsul posterior, fundus reflek mulai suram, bisa terjadi
komplikasi glaucoma.4

3) Stadium matur . Pada stadium ini lensa telah menjadi keruh seluruhnya, sehingga
semua sinar yangmelalui pupil dipantulkan kembali di permukaan anterior lensa. Tak
ada bayangan iris. Shadow test (-). Di pupil tampak lensa yang seperti mutiara. Shadow
test membedakan stadium matur dari imatur, dengan syarat harus diperiksa lebih
lanjut dengan midriatika,oleh karena pada katarak polaris anterior juga terdapat
shadow test (-), karena kekeruhan terletak di daerah pupil. Dengan melebarkan pupil,
akan tampak bahwa kekeruhan hanya terdapat pada daerah pupil saja. Kadang-
kadang, walaupun masih stadium imatur, dengankoreksi, visus tetap buruk, hanya
dapat menghitung jari, bahkan dapat lebih buruk lagi1/300 atau satu per tak hingga,
hanya ada persepsi cahaya, walaupun lensanya belumkeruh seluruhnya. Keadaan ini
disebut vera matur.4
Ciri2 :
Kekeruhan lensa merata, Visus 1/300 1/, Fundus reflek (-)

4) Stadium hipermatur. Korteks lensa yang konsistensinya seperti bubur telah mencair,
sehingga nukleus lensa turun oleh karena daya beratnya ke bawah. Melalui pupil, pada
daerah yang keruh, nukleus ini terbayang sebagai setengah lingkaran di bagian bawah,
dengan warna yang lain daripada bagian yang diatasnya, yaitu kecoklatan. Pada stadium
ini juga terjadi kerusakan kapsul lensa, yang menjadi lebih permeabel, sehingga isi
korteks yang cair dapat keluar dan lensa menjadi kempis, yang di bawahnya terdapat
nukleus lensa. Keadaan ini disebut katarak Morgagni.4
Ciri2 :
Kekeruhan lensa merata, daerah kortek mulai mencair , nukleus mengendap kebawah,
bisa terjadi glaucoma.

Epidemiologi Katarak Senilis


Lebih dari 90% kejadian katarak merupakan katarak senilis. 20-40% orang usia 60 tahun
ke atas mengalami penurunan ketajaman penglihatan akibat kekeruhan lensa. Sedangkan
pada usia 80 tahun ketas insidensinya mencapai 60-80%. Prevalensi katarak kongenital pada
negara maju berkisar 2-4 setiap 10000 kelahiran. Frekuensi katarak laki-laki dan perempuan
sama besar. Di seluruh dunia, 20 juta orang mengalami kebutaan akibat katarak.4

Patofisiologi Katarak
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang dari badan siliar ke sekitar
daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi,
sehingga mengakibatkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah
satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa.
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori
lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada
kebanyakan pasien yang menderita katarak.5

Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori hidrasi dan sklerosis:5

1. Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitellensa yang berada di
subkapsular anterior, sehingga air tidak dapatdikeluarkan dari lensa. Air yang banyak ini akan
menimbulkan bertambahnya tekanan osmotik yangmenyebabkan kekeruhan lensa.
2. Teori sklerosis lebih banyak terjadi pada lensa manula dimana serabut kolagen terus
bertambah sehingga terjadi pemadatan serabut kolagendi tengah. Makin lama serabut
tersebut semakin bertambah banyak sehingga terjadilah sklerosis nukleus lensa.
DaftarPustaka
1. Perhimpunan Spesialis Mata Indonesia. Ilmu penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan
Mahasiswa Kedokteran.2002. Jakarta : Sagung Seto
2. Suhardjo, Hartono. Ilmu Kesehatan Mata. 2007. Yogyakarta : Bagian Ilmu Kesehatan
Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
3. Whitcher J P and Eva P R, Low Vision. In Whitcher J P and Eva P R, Vaughan &
Asburys General Ophtalmology. New York: McGraw Hill, 2007.
4. Ilyas, H.S.Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta:FKUI.
5. Riordan, Paul, Whitcher, John P.2000. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Jakarta: EGC.Hal:
401-402.

Anda mungkin juga menyukai