Anda di halaman 1dari 42

PP 24 TAHUN 2005 PSAP NO. 01 PP 71 TAHUN 2010 PSAP NO.

01
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
Tujuan: mengatur penyajian laporan keuangan Tujuan: mengatur penyajian laporan keuangan
untuk tujuan umum (general purpose financial untuk tujuan umum (general purpose financial
statements) dalam rangka meningkatkan statements) dalam rangka meningkatkan
keterbandingan laporan keuangan, baik keterbandingan laporan keuangan, baik
terhadap anggaran, antar periode maupun terhadap anggaran, antar periode maupun
antar entitas. Laporan keuangan untuk tujuan antar entitas. Laporan keuangan untuk tujuan
umum adalah laporan keuangan yang umum adalah laporan keuangan yang
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
bersama sebagian besar pengguna laporan. bersama sebagian besar pengguna laporan
Untuk mencapai tujuan tersebut, standar ini termasuk lembaga legislatif sebagaimana
menetapkan seluruh pertimbangan dalam ditetapkan dalam ketentuan peraturan
rangka penyajian laporan keuangan, pedoman perundang undangan. Untuk mencapai
struktur laporan keuangan, dan persyaratan tujuan tersebut, standar ini menetapkan
minimum isi laporan keuangan. Laporan seluruh pertimbangan dalam rangka penyajian
keuangan disusun dengan menerapkan basis laporan keuangan, pedoman struktur laporan
kas untuk pengakuan pos pos pendapatan, keuangan, dan persyaratan minimum isi
belanja, dan pembiayaan serta basis akrual laporan keuangan. Laporan keuangan disusun
untuk pengakuan pos pos aset, kewajiban, dengan menerapkan basis akrual. Pengakuan,
dan ekuitas dana. Pengakuan, pengukuran, pengukuran, dan pengungkapan transaksi
dan pengungkapan transaksi transaksi transaksi spesifik dan peristiwa peristiwa
spesifik dan peristiwa peristiwa yang lain yang lain diatur dalam standar akuntansi
diatur dalam standar akuntansi pemerintah pemerintah lainnya (paragraf 1).
lainnya (paragraf 1).
Ruang Lingkup Ruang Lingkup
Laporan keuangan untuk tujuan umum yang Laporan keuangan untuk tujuan umum
disusun dan disajikan dengan basis kas untuk disusun dan disajikan dengan basis akrual
pengakuan pos pos pendapatan, belanja, (paragraf 2).
transfer, dan pembiayaan, serta basis akrual Pernyataan standar ini berlaku untuk entitas
untuk pengakuan pos pos aset, kewajiban, pelaporan dalam menyusun laporan keuangan
dan ekuitas dana (paragraf 2). suatu entitas pemerintah pusat, pemerintah
Idem (paragraf 4). daerah, dan laporan keuangan konsolidasian,
tidak termasuk perusahaan negara/daerah
(paragraf 4).
Basis akuntansi yang digunakan dalam Basis akuntansi yang digunakan dalam
laporan keuangan pemerintah yaitu basis kas laporan keuangan pemerintah yaitu basis
untuk pengakuan pendapatan, belanja, akrual (paragraf 5).
transfer, dan pembiayaan dan basis akrual
untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas
dana (paragraf 5).
Entitas pelaporan diperkenankan untuk Entitas pelaporan menyelenggarakan
menyelenggarakan akuntansi dan penyajian akuntansi dan penyajian laporan keuangan
laporan keuangan dengan menggunakan dengan menggunakan basis akrual baik
sepenuhnya basis akrual baik dalam pengakuan pendapatan dan beban maupun
pengakuan pendapatan, belanja, transfer, dan pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas
pembiayaan maupun dalam pengakuan aset, (paragraf 6).
kewajiban, dan ekuitas dana (paragraf 6).
Entitas pelaporan yang menyelenggarakan Entitas pelaporan yang menyelenggarakan
akuntansi dan menyajikan Laporan keuangan akuntansi berbasis akrual, menyajikan
dengan menggunakan basis akrual tetap Laporan Realisasi Anggaran berdasarkan basis
menyajikan Laporan Realisasi Anggaran kas yang ditetapkan dalam peraturan
berdasarkan basis kas (paragraf 7). perundang undangan tentang anggaran
(paragraf 7).
Apropriasi ... Idem (paragraf 8). DEFINISI
Belanja adalah semua pengeluaran dari Apropriasi merupakan anggaran yang disetujui
Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang DPR/DPRD yang merupakan mandat yang
mengurangi ekuitas dana lancar dalam diberikan kepada
periode tahun anggaran bersangkutan yang Presiden/gubernur/bupati/walikota untuk
tidak akan diperoleh pembayarannya kembali melakukan pengeluaran pengeluaran sesuai
oleh pemerintah (paragraf 8). tujuan yang ditetapkan (paragraf 8).
Ekuitas dana adalah kekayaan bersih Belanja adalah semua pengeluaran dari
pemerintah yang merupakan selisih antara Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang
aset dan kewajiban pemerintah (paragraf 8). mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam
Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang periode tahun anggaran bersangkutan yang
daerah yang ditentukan oleh Bendaharawan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali
Umum Daerah untuk menampung seluruh oleh pemerintah (paragraf 8).
penerimaan dan pengeluaran pemerintah Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah
daerah (paragraf 8). yang merupakan selisih antara aset dan
Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang kewajiban pemerintah (paragraf 8).
negara yang ditentukan oleh Menteri Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang
Keuangan selaku Bendahara Umum Negara daerah yang ditentukan oleh
untuk menampung seluruh penerimaan dan Gubernur/Bupati/Walikota untuk menampung
pengeluaran pemerintah pusat (paragraf 8). seluruh penerimaan daerah dan membayar
Laporan keuangan konsolidasian adalah suatu seluruh pengeluaran daerah (paragraf 8).
laporan keuangan yang merupakan gabungan Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang
keseluruhan laporan keuangan entitas negara yang ditentukan oleh Menteri
pelaporan sehingga tersaji sebagai satu Keuangan selaku Bendahara Umum Negara
entitas tunggal (paragraf 8). untuk menampung seluruh penerimaan
Otorisasi Kredit Anggaran (allotment) ... idem negara dan membayar seluruh pengeluaran
(paragraf 8). negara (paragraf 8).
Pendapatan adalah semua penerimaan Laporan keuangan konsolidasian adalah suatu
Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang laporan keuangan yang merupakan gabungan
menambah ekuitas dana lancar dalam periode keseluruhan laporan keuangan entitas
tahun anggaran yang bersangkutan yang pelaporan, atau entitas akuntansi sehingga
menjadi hak pemerintah dan tidak perlu tersaji sebagai satu entitas tunggal (paragraf
dibayar kembali oleh pemerintah (paragraf 8). 8).
Penyusutan adalah penyesuaian nilai Otorisasi Kredit Anggaran (allotment) adalah
sehubungan dengan penurunan kapasitas dan dokumen pelaksanaan anggaran yang
manfaat dari suatu aset (paragraf 8). menunjukkan bagian dari apropriasi yang
Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran disediakan bagi instansi dan digunakan untuk
(SiLPA/SiKPA) adalah selisih lebih/kurang memperoleh uang dari Bendahara Umum
antara realisasi penerimaan dan pengeluaran Negara/Daerah guna membiayai pengeluaran
APBN/APBD selama satu periode pelaporan pengeluaran selama periode otorisasi
(paragraf 8). tersebut (paragraf 8).
Surplus/defisit adalah selisih lebih/kurang Pendapatan LO adalah hak pemerintah
antara pendapatan dan belanja selama satu pusat/daerah yang diakui sebagai penambah
periode pelaporan (paragraf 8). ekuitas dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali
(paragraf 8).
Pendapatan LRA adalah semua penerimaan
Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang
menambah Saldo Anggaran Lebih dalam
periode tahun anggaran yang bersangkutan
yang menjadi hak pemerintah dan tidak perlu
dibayar kembali oleh pemerintah (paragraf 8).
Penyusutan adalah alokasi yang sistematis
atas nilai suatu aset tetap yang dapat
disusutkan (depreciable assets) selama masa
manfaat aset yang bersangkutan (paragraf 8).
Pos adalah kumpulan akun sejenis yang
ditampilkan pada lembar muka laporan
keuangan (paragraf 8).
Pos luar biasa adalah pendapatan luar biasa
atau beban luar biasa yang terjadi karena
kejadian atau transaksi yang bukan
merupakan operasi biasa, tidak diharapkan
sering atau rutin terjadi, dan berada di luar
kendali atau pengaruh entitas bersangkutan
(paragraf 8).
Saldo Anggaran Lebih adalahg gunggungan
saldo yang berasal dari akumulasi SiLPA/SiKPA
tahun tahun anggaran sebelumnya dan
tahun berjalan serta penyesuaian lain yang
diperkenankan (paragraf 8).
Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran
(SiLPA/SiKPA) adalah selisih lebih/kurang
antara realisasi pendapatan LRA dan belanja,
serta penerimaan dan pengeluaran
pembiayaan dalam APBN/APBD selama satu
periode pelaporan (paragraf 8).
Surplus/defisit LO adalah selisih antara
pendapatan LO dan beban selama satu
periode pelaporan, setelah diperhitungkan
surplus/defisit dari kegiatan non operasional
dan pos luar biasa (paragraf 8).
Surplus/defisit LRA adalah selisih
lebih/kurang antara pendapatan LRA dan
belanja selama satu periode pelaporan
(paragraf 8).
Tujuan: menyajikan informasi mengenai posisi Tujuan: menyajikan informasi mengenai posisi
keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan keuangan, realisasi anggaran, saldo anggaran
kinerja keuangan suatu entitas pelaporan lebih, arus kas hasil operasi, dan perubahan
yang bermanfaat bagi para pengguna dalam ekuitas suatu entitas pelaporan yang
membuat dan mengevaluasi keputusan bermanfaat bagi para pengguna dalam
mengenai alokasi sumber daya membuat dan mengevaluasi keputusan
mengenai alokasi sumber daya (paragraf 9).
Untuk memenuhi tujuan umum ini, laporan Untuk memenuhi tujuan umum ini, laporan
keuangan menyediakan informasi mengenai keuangan menyediakan informasi mengenai
entitas pelaporan dalam hal: entitas pelaporan dalam hal (paragraf 11):
a. Aset; a. Aset;
b. Kewajiban; b. Kewajiban;
c. Ekuitas Dana; c. Ekuitas;
d. Pendapatan; d. Pendapatan LRA;
e. Belanja; e. Belanja;
f. Transfer; f. Transfer;
g. Pembiayaan; dan g. Pembiayaan;
h. Arus Kas. h. Saldo Anggaran Lebih;
i. Pendapatan LO;
j. Beban; dan
k. Arus kas.
Komponen komponen yang terdapat dalam Komponen komponen yang terdapat dalam
suatu set laporan keuangan adalah (paragraf satu set laporan keuangan terdiri dari laporan
14): pelaksanaan anggaran (budgetary reports)
a. Laporan Realisasi Anggaran; dan laporan finansial, sehingga seluruh
b. Neraca; komponen menjadi sebagai berikut (paragraf
c. Laporan Arus Kas; 14):
d. Catatan atas Laporan Keuangan.
a. Laporan Realisasi Anggaran;
b. Laporan Perubahan saldo Anggaran Lebih;
c. Neraca;
d. Laporan Operasional;
e. Laporan Arus Kas;
f. Laporan Perubahan Ekuitas;
g. Catatan atas Laporan Keuangan.
Komponen komponen laporan keuangan Komponen komponen laporan keuangan
tersebut disajikan oleh setiap entitas tersebut disajikan oleh setiap entitas
pelaporan, kecuali Laporan Arus Kas yang pelaporan, kecuali (paragraf 15):
hanya disajikan oleh unit yang mempunyai a. Laporan Arus Kas yang hanya disajikan oleh
fungsi perbendaharaan (paragraf 15). entitas yang mempunyai fungsi
perbendaharaan umum;
b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
yang hanya disajikan oleh Bendahara
Umum Negara dan entitas pelaporan yang
menyusun laporan keuangan konsolidasian.
Entitas pelaporan pemerintah juga menyajikan
Saldo Anggaran Lebih pemerintah yang
mencakup Saldo Anggaran Lebih tahun
sebelumnya, penggunaan Saldo Anggaran
Lebih, Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan
Anggaran (SiLPA/SiKPA) tahun berjalan, dan
penyesuaian lain yang diperkenankan
(paragraf 18).
Entitas pelaporan menyajikan informasi Entitas pelaporan menyajikan informasi untuk
tambahan untuk membantu para pengguna membantu para pengguna dalam
dalam memperkirakan kinerja keuangan memperkirakan hasil operasi entitas dan
entitas dan pengelolaan aset, seperti halnya pengelolaan aset, seperti halnya dalam
dalam pembuatan dan evaluasi keputusan pembuatan dan evaluasi keputusan mengenai
mengenai alokasi sumber daya ekonomi. alokasi sumber daya ekonomi (paragraf 20).
Informasi tambahan ini termasuk rincian
mengenai output entitas dan outcomes dalam
bentuk indikator kinerja keuangan, laporan
kinerja keuangan, tinjauan program, dan
laporan lain mengenai pencapaian kinerja
entitas selama periode pelaporan (paragraf
18).
Disamping menyajikan laporan keuangan Entitas yang mempunyai fungsi
pokok, suatu entitas pelaporan diperkenankan perbendaharaan umum menyajikan informasi
menyajikan Laporan Kinerja Keuangan mengenai sumber, penggunaan, perubahan
berbasis akrual dan Laporan Perubahan kas dan setara kas selama suatu periode
Ekuitas (paragraf 20). akuntansi dan saldo kas dan setara kas pada
tanggal pelaporan (paragraf 21).
Entitas pelaporan menyajikan kekayaan bersih
pemerintah yang mencakup ekuitas awal,
surplus/defisit periode bersangkutan, dan
dampak kumulatif akibat perubahan kebijakan
dan kesalahan mendasar (paragraf 22).
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam
membaca laporan keuangan, entitas
pelaporan harus mengungkapkan semua
informasi penting baik yang telah tersaji
maupun yang tidak tersaji dalam lembar muka
laporan keuangan (paragraf 23).
Idem (paragraf 26). Setiap komponen laporan keuangan harus
diidentifikasi secara jelas. Di samping itu,
informasi berikut harus dikemukakan secara
jelas dan diulang pada setiap halaman laporan
bilamana perlu untuk memperoleh
pemahaman yang memadai atas informasi
yang dihasilkan (paragraf 29):
a. Nama entitas pelaporan atau sarana
identifikasi lainnya;
b. Cakupan laporan keuangan, apakah satu
entitas tunggal atau konsolidasian dari
beberapa entitas pelaporan;
c. Tanggal pelaporan atau periode yang
dicakup oleh laporan keuangan yang sesuai
dengan komponen komponen laporan
keuangan;
d. Mata uang pelaporan; dan
e. Tingkat ketepatan yang digunakan dalam
penyajian angka angka pada laporan
keuangan.
Idem (paragraf 29). Laporan keuangan disajikan sekurang
kurangnya sekali dalam setahun. Dalam
situasi tertentu, tanggal laporan suatu entitas
berubah dan laporan keuangan tahunan
disajikan dengan suatu periode yang lebih
panjang atau lebih pendek dari satu tahun,
entitas pelaporan mengungkapan informasi
berikut (paragraf 32):
a. Alasan penggunaan periode pelaporan
tidak satu tahun;
b. Fakta bahwa jumlah jumlah komparatif
untuk laporan tertentu seperti arus kas dan
catatan catatan terkait tidak dapat
diperbandingkan.
Kegunaan laporan keuangan berkurang Kegunaan laporan keuangan berkurang
bilamana laporan tidak tersedia bagi bilamana laporan tidak tersedia bagi
pengguna dalam suatu periode tertentu pengguna dalam suatu periode tertentu
setelah tanggal pelaporan. Faktor faktor setelah tanggal pelaporan. Faktor faktor
yang dihadapi seperti kompleksitas operasi yang dihadapi seperti kompleksitas operasi
suatu entitas pelaporan bukan merupakan suatu entitas pelaporan bukan merupakan
alasan yang cukup atas kegagalan pelaporan alasan yang cukup atas kegagalan pelaporan
yang tepat waktu. Batas waktu penyampaian yang tepat waktu (paragraf 34).
laporan selambat lambatnya 6 (enam) bulan
setelah berakhirnya tahun anggaran (paragraf
31).
Idem (paragraf 32). Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran mengungkapkan
kegiatan keuangan pemerintah pusat/daerah
yang menunjukkan ketaatan terhadap
APBN/APBD (paragraf 35).
Idem (paragraf 33) Laporan Realisasi Anggaran menyajikan
ikhtisar sumber, alokasi dan penggunaan
sumber daya ekonomi yang dikelola oleh
pemerintah pusat/daerah dalam satu periode
pelaporan (paragraf 36).
Laporan Realisasi Anggaran menyajikan Laporan Realisasi Anggaran menyajikan
sekurang kurangnya unsur unsur sebagai sekurang kurangnya unsur unsur sebagai
berikut (paragraf 34): berikut (paragraf 37):
a. Pendapatan; a. Pendapatan LRA;
b. Belanja; b. Belanja;
c. Transfer; c. Transfer;
d. Surplus/defisit; d. Surplus/defisit LRA;
e. Pembiayaan; e. Pembiayaan;
f. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran. f. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran.
Idem (paragraf 35). Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan
perbandingan antara anggaran dengan
realisasinya dalam satu periode pelaporan
(paragraf 38).
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
menyajikan secara komparatif dengan periode
sebelumnya pos pos berikut (paragraf 41):
a. Saldo Anggaran Lebih awal;
b. Penggunaan Saldo Anggaran Lebih;
c. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran
tahun berjalan;
d. Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun
Sebelumnya; dan
e. Lain lain;
f. Saldo Anggaran Lebih Akhir.
Di samping itu, suatu entitas pelaporan
menyajikan rincian lebih lanjut dari unsur
unsur yang terdapat dalam Laporan
Perubahan Saldo Anggaran Lebih dalam
Catatan atas Laporan Keuangan (paragraf 42).
NERACA NERACA
Neraca menggambarkan posisi keuangan Neraca menggambarkan posisi keuangan
suatu entitas pelaporan mengenai aset, suatu entitas pelaporan mengenai aset,
kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu
tertentu (paragraf 38). (paragraf 44).
Neraca mencantumkan sekurang kurangnya Neraca menyajikan secara komparatif dengan
pos pos sebagai berikut (paragraf 43): periode sebelumnya pos pos berikut
a. Kas dan setara kas; (paragraf 49):
b. Investasi jangka pendek; a. Kas dan setara kas;
c. Piutang pajak dan bukan pajak; b. Investasi jangka pendek;
d. Persediaan; c. Piutang pajak dan bukan pajak;
e. Investasi jangka panjang; d. Persediaan;
f. Aset tetap; e. Investasi jangka panjang;
g. Kewajiban jangka pendek; f. Aset tetap;
h. Kewajiban jangka panjang; g. Kewajiban jangka pendek;
i. Ekuitas dana. h. Kewajiban jangka panjang;
i. Ekuitas.
Idem (paragraf 49). Aset lancar meliputi kas dan setara kas,
investasi jangka pendek, piutang, dan
persediaan (paragraf 55).
Idem (paragraf 51). Aset nonlancar diklasifikasikan menjadi
investasi jangka panjang, aset tetap, dana
cadangan, dan aset lainnya untuk
mempermudah pemahaman atas pos pos
aset nonlancar yang disajikan di neraca
(paragraf 57).
Idem (paragraf 61). PENGAKUAN
Idem (paragraf 62). Aset diakui pada saat potensi manfaat
ekonomi masa depan diperoleh oleh
pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya
yang dapat diukur dengan andal (paragraf
67).
Aset diakui pada saat diterima atau
kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya
berpindah (paragraf 68).
Idem (paragraf 63). PENGUKURAN ASET
Pengukuran aset adalah sebagai berikut
(paragraf 69):
a. Kas dicatat sebesar nilai nominal;
b. Investasi jangka pendek dicatat sebesar
nilai perolehan;
c. Persediaan dicatat sebesar:
(1) Biaya Perolehan apabila diperoleh
dengan pembelian;
(2) Biaya Standar apabila diperoleh dengan
memproduksi sendiri;
(3) Nilai wajar apabila diperoleh dengan cara
lainnya seperti donasi/rampasan.
Idem (paragraf 75). PENGAKUAN KEWAJIBAN
Idem (paragraf 76). Kewajiban diakui jika besar kemungkinan
bahwa pengeluaran sumber daya ekonomi
akan dilakukan untuk menyelesaikan
kewajiban yang ada sampai saat pelaporan,
dan perubahan atas kewajiban tersebut
mempunyai nilai penyelesaian yang dapat
diukur dengan andal (paragraf 81).
Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman
diterima atau pada saat kewajiban timbul
(paragraf 82).
Idem (paragraf 77). PENGUKURAN KEWAJIBAN
Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal.
Kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan
dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.
Penjabaran mata uang asing menggunakan
kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca
(paragraf 83).
Setiap entitas pelaporan mengungkapkan Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah
secara terpisah dalam Neraca atau dalam yang merupakan selisih antara aset dan
Catatan atas Laporan keuangan (paragraf 78): kewajiban pemerintah pada tanggal laporan
a. Ekuitas Dana lancar, termasuk sisa lebih (paragraf 84).
pembiayaan anggaran/saldo anggaran
lebih;
b. Ekuitas Dana Investasi;
c. Ekuitas Dana Cadangan.
Ekuitas Dana Lancar adalah selisih antara aset Saldo ekuitas di Neraca berasal dari saldo
lancar dan kewajiban jangka pendek. Ekuitas akhir ekuitas pada Laporan Perubahan Ekuitas
dana lancar antara lain sisa lebih pembiayaan (paragraf 85).
anggaran, cadangan piutang, cadangan
persediaan, dan dana yang harus disediakan
untuk pembayaran utang jangka pendek
(paragraf 79).
Ekuitas Dana Investasi mencerminkan
kekayaan pemerintah yang tertanam dalam
investasi jangka panjang, aset tetap, aset
lainnya dikurangi dengan kewajiban jangka
panjang (paragraf 80).
Ekuitas Dana Cadangan mencerminkan
kekayaan pemerintah yang dicadangkan
untuk tujuan tertentu sesuai dengan
peraturan perundang undangan (paragraf
81).
Idem (paragraf 85). LAPORAN ARUS KAS
Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan Laporan Arus Kas menyajikan informasi
berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset mengenai sumber, penggunaan, perubahan
nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran kas dan setara kas selama satu periode
(paragraf 86). akuntansi dan saldo kas dan setara kas pada
tanggal pelaporan (paragraf 89).
Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan
berdasarkan aktivitas operasi, investasi,
pendanaan, dan transitoris (paragraf 90).
Laporan Kinerja Keuangan Laporan Operasional
Suatu entitas pelaporan yang menyajikan Laporan finansial mencakup laporan
laporan berbasis akrual sebagaimana operasional yang menyajikan pos pos
dimaksud pada paragraf 20 maka laporan sebagai berikut:
keuangan pokok dilengkapi dengan Laporan a. a. Pendapatan LO dari kegiatan operasional;
Kinerja keuangan. Laporan Kinerja Keuangan b. b. Beban dari kegiatan operasional;
sekurang kurangnya menyajikan pos pos c. c. Surplus/defisit dari Kegiatan Non
sebagai berikut: Operasional, bila ada;
d. d. Pos luar biasa, bila ada;
a. Pendapatan dari kegiatan operasional;
e. e. Surplus/defisit LO.
b. Beban berdasarkan klasifikasi fungsional
Penambahan pos pos, judul dan subtotal
dan klasifikasi ekonomi;
c. Surplus atau defisit. disajikan dalam laporan operasional jika
Penambahan pos pos, judul dan subtotal standar ini mensyaratkan atau jika diperlukan
disajikan dalam Laporan Kinerja Keuangan jika untuk menyajikan dengan wajar hasil operasi
standar ini mensyaratkan atau jika diperlukan suatu entitas pelaporan (paragraf 92).
untuk menyajikan dengan wajar kinerja
keuangan suatu entitas pelaporan (paragraf
88).
Dalam hubungannya dengan Laporan Kinerja Dalam hubungannya dengan laporan
Keuangan, kegiatan operasional suatu entitas operasional, kegiatan operasional suatu
pelaporan dapat dianalisis menurut klasifikasi entitas pelaporan dapat dianalisis menurut
ekonomi atau klasifikasi fungsi/program untuk klasifikasi ekonomi atau klasifikasi
mencapai tujuan yang telah ditetapkan fungsi/program untuk mencapai tujuan yang
(paragraf 89). telah ditetapkan (paragraf 93).
Penambahan pos pos pada Laporan Kinerja Penambahan pos pos pada laporan
Keuangan dan deskripsi yang digunakan serta operasional dan deskripsi yang digunakan
susunan pos pos dapat diubah apabila serta susunan pos pos dapat diubah apabila
diperlukan untuk menjelaskan kinerja. Faktor diperlukan untuk menjelaskan operasi
faktor yang perlu dipertimbangkan meliputi dimaksud. Faktor faktor yang perlu
materialitas dan sifat serta fungsi komponen dipertimbangkan meliputi materialitas dan
pendapatan LO dan beban (paragraf 90). sifat serta fungsi komponen pendapatan LO
dan beban (paragraf 94).
Dalam Laporan Kinerja Keuangan yang Dalam laporan operasional yang dianalisis
dianalisis menurut suatu klasifikasi beban, menurut suatu klasifikasi beban, beban
beban beban dikelompokkan menurut beban dikelompokkan menurut klasifikasi
klasifikasi ekonomi (sebagai contoh beban ekonomi (sebagai contoh beban
penyusutan/amortisasi, beban alat tulis penyusutan/amortisasi, beban alat tulis
kantor, beban transportasi, dan beban gaji kantor, beban transportasi, dan beban gaji
dan tunjangan pegawai), dan tidak dan tunjangan pegawai), dan tidak
direalokasikan pada berbagai fungsi dalam direalokasikan pada berbagai fungsi dalam
suatu entitas pelaporan. Metode ini sederhana suatu entitas pelaporan. Metode ini sederhana
untuk diaplikasikan dalam kebanyakan entitas untuk diaplikasikan dalam kebanyakan entitas
kecil karena tidak memerlukan alokasi beban kecil karena tidak memerlukan alokasi beban
operasional pada berbagai fungsi (paragraf operasional pada berbagai fungsi (paragraf
91). 95).
Dalam Laporan Kinerja Keuangan yang Dalam laporan operasional yang dianalisis
dianalisis menurut klasifikasi fungsi, beban menurut klasifikasi fungsi, beban beban
beban dikelompokkan menurut program atau dikelompokkan menurut program atau yang
yang dimaksudkannya. Penyajian laporan ini dimaksudkannya. Penyajian laporan ini
memberikan informasi yang lebih relevan bagi memberikan informasi yang lebih relevan bagi
pemakai dibandingkan dengan laporan pemakai dibandingkan dengan laporan
menurut klasifikasi ekonomi, walau dalam hal menurut klasifikasi ekonomi, walau dalam hal
ini pengalokasian beban ke fungsi fungsi ini pengalokasian beban ke fungsi fungsi
adakalanya bersifat arbitrer dan atas dasar adakalanya bersifat arbitrer dan atas dasar
pertimbangan tertentu (paragraf 92). pertimbangan tertentu (paragraf 96).
Idem (paragraf 93). Entitas pelaporan yang mengelompokkan
beban menurut klasifikasi fungsi
mengungkapkan pula tanbahan informasi
beban menurut klasifikasi ekonomi, antara lain
meliputi beban penyusutan/amortisasi, beban
gaji dan tunjangan pegawai, dan beban bunga
pinjaman (paragraf 97).
Idem (paragraf 94). Untuk memilih metode klasifikasi ekonomi
atau klasifikasi fungsi bergantung pada faktor
historis dan peraturan perundang undangan,
serta hakikat organisasi. Kedua metode ini
dapat memberikan indikasi beban yang
mungkin, baik langsung maupun tidak
langsung, berbeda dengan output entitas
pelaporan bersangkutan. Karena penerapan
masing masing metode pada entitas yang
berbeda mempunyai kelebihan tersendiri,
maka standar ini memperbolehkan entitas
pelaporan memilih salah satu metode yang
dipandang dapat menyajikan unsur operasi
secara layak (paragraf 98).
Dalam Laporan Operasional surplus/defisit
penjualan aset nonlancar dan
pendapatan/beban luar biasa dikelompokkan
dalam kelompok tersendiri (paragraf 99).
Laporan Perubahan Ekuitas Laporan Perubahan Ekuitas
Suatu entitas pelaporan yang menyajikan Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan
Laporan Perubahan Ekuitas sebagaimana sekurang kurangnya pos pos (paragraf
dimaksud pada paragraf 20 maka menyajikan 101):
sekurang kurangnya pos pos (paragraf 95): a. Ekuitas awal;
a. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran; b. Surplus/defisit LO pada periode
b. Setiap pos pendapatan dan belanja beserta bersangkutan;
totalnya seperti diisyaratkan dalam standarc. Koreksi koreksi yang langsung
standar lainnya yang diakui secara menambah/mengurangi ekuitas yang
langsung dalam ekuitas; antara lain berasal dari dampak kumulatif
c. Efek kumulatif atas perubahan kebijakan yang disebabkan oleh perubahan kebijakan
akuntansi dan koreksi kesalahan yang akuntansi dan koreksi kesalahan mendasar,
mendasar diatur dalam suatu standar misalnya:
terpisah. 1. Koreksi kesalahan mendasar dari
Di samping itu, suatu entitas pelaporan persediaan yang terjadi pada periode
menyajikan dalam lembar muka laporan atau periode sebelumnya;
dalam Catatan atas Laporan keuangan 2. Perubahan nilai aset tetap karena
(paragraf 96): revaluasi aset tetap.
d. Ekuitas akhir.
a. Saldo ekuitas pada awal periode dan pada
Disamping itu, suatu entitas pelaporan
tanggal pelaporan serta perubahannya
menyajikan rincian lebih lanjut dari unsur
selama periode berjalan.
b. Apabila komponen ekuitas diungkapkan unsur yang terdapat dalam Laporan
secara terpisah, rekonsiliasi antara nilai Perubahan Ekuitas dalam Catatan atas
tiap komponen ekuitas dana pada awal dan Laporan Keuangan (paragraf 102).
akhir periode mengungkapkan masing
masing perubahan secara terpisah.
Catatan atas Laporan Keuangan Struktur Catatan atas Laporan Keuangan
Agar dapat digunakan oleh pengguna dalam Agar dapat digunakan oleh pengguna dalam
memahami dan membandingkannya dalam memahami dan membandingkannya dengan
laporan keuangan entitas lainnya, Catatan laporan keuangan entitas lainnya, Catatan
atas Laporan Keuangan sekurang kurangnya atas Laporan Keuangan mengungkapkan hal
disajikan dengan susunan sebagai berikut hal sebagai berikut (paragraf 104):
(paragraf 97): a. Informasi Umum tentang Entitas Pelaporan
a. Informasi tentang kebijakan dan Entitas Akuntansi;
fiskal/keuangan, ekonomi makro, b. Informasi tentang kebijakan
pencapaian target Undang Undang fiskal/keuangan dan ekonomi makro;
APBN/Perda APBD, berikut kendala dan c. Ikhtisar pencapaian target keuangan
hambatan yang dihadapi dalam selama tahun pelaporan berikut kendala
pencapaian target; dan hambatan yang dihadapi dalam
b. Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan pencapaian target;
selama tahun pelaporan; d. Informasi tentang dasar penyusunan
c. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan
laporan keuangan dan kebijakan kebijakan akuntansi yang dipilih untuk
kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi transaksi dan
diterapkan atas transaksi transaksi dan kejadian kejadian penting lainnya.
kejadian kejadian penting lainnya; e. Rincian dan penjelasan masing masing
d. Pengungkapan informasi yang diharuskan pos yang disajikan pada lembar muka
oleh Pernyataan Standar Akuntansi laporan keuangan;
Pemerintahan yang belum disajikan dalam f. Informasi yang diharuskan oleh Pernyataan
lembar muka laporan keuangan; Standar Akuntansi Pemerintahan yang
e. Pengungkapan informasi untuk pos pos belum disajikan dalam lembar muka
aset dan kewajiban yang timbul laporan keuangan;
sehubungan dengan penerapan basis g. Informasi lainnya yang diperlukan untuk
akrual atas pendapatan dan belanja dan penyajian yang wajar, yang tidak disajikan
rekonsiliasinya dengan penerapan basis dalam lembar muka laporan keuangan.
kas;
f. Informasi tambahan yang diperlukan untuk
penyajian yang wajar, yang tidak disajikan
dalam lembar muka laporan keuangan;
g. Daftar dan skedul.
Catatan atas Laporan Keuangan disajikan Catatan atas Laporan Keuangan disajikan
secara sistematis. Setiap pos dalam Laporan secara sistematis. Setiap pos dalam Laporan
Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo
Kas harus mempunyai referensi silang dengan Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional,
informasi terkait dalam Catatan atas Laporan Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan
Keuangan (paragraf 98). Ekuitas harus mempunyai referensi silang
dengan informasi terkait dalam Catatan atas
Laporan Keuangan (paragraf 105).
Catatan atas Laporan Keuangan meliputi Catatan atas Laporan Keuangan meliputi
penjelasan atau daftar terinci atau analisis penjelasan atau daftar terinci atau analisis
atas nilai suatu pos yang disajikan dalam atas nilai suatu pos yang disajikan dalam
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Realisasi Anggaran, Laporan
Laporan Arus Kas. Termasuk pula dalam Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca,
Catatan atas Laporan Keuangan adalah Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan
penyajian informasi yang diharuskan dan Laporan Perubahan Ekuitas. Termasuk pula
dianjurkan oleh Standar Akuntansi dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah
Pemerintahan serta pengungkapan penyajian informasi yang diharuskan dan
pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk dianjurkan oleh Standar Akuntansi
penyajian yang wajar atas laporan keuangan, Pemerintahan serta pengungkapan
seperti kewajiban kontijensi dan komitmen pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk
komitmen lainnya (paragraf 106). penyajian yang wajar atas laporan keuangan,
seperti kewajiban kontijensi dan komitmen
komitmen lainnya (paragraf 106).
Idem (paragraf 101). Penyajian Kebijakan Kebijakan Akuntansi
Bagian kebijakan akuntansi pada Catatan atas
Laporan Keuangan menjelaskan hal hal
berikut ini (paragraf 108):
(a) Dasar pengukuran yang digunakan dalam
penyusunan laporan keuangan;
(b) Sampai sejauh mana kebijakan
kebijakan akuntansi yang berkaitan
dengan ketentuan ketentuan masa
transisi Standar Akuntansi Pemerintahan
diterapkan oleh suatu entitas pelaporan;
dan
(c) Setiap kebijakan akuntansi tertentu yang
diperlukan untuk memahami laporan
keuangan.
Dalam menentukan apakah suatu kebijakan Dalam menentukan apakah suatu kebijakan
akuntansi perlu diungkapkan, manajemen akuntansi perlu diungkapkan, manajemen
harus mempertimbangkan apakah harus mempertimbangkan apakah
pengungkapan tersebut dapat membantu pengungkapan tersebut dapat membantu
pengguna untuk memahami setiap transaksi pengguna untuk memahami setiap transaksi
yang tercermin dalam laporan keuangan. yang tercermin dalam laporan keuangan.
Kebijakan kebijakan akuntansi yang perlu Kebijakan kebijakan akuntansi yang perlu
dipertimbangkan untuk disajikan meliputi, dipertimbangkan untuk disajikan meliputi,
tetapi tidak terbatas pada hal hal sebagai tetapi tidak terbatas pada hal hal sebagai
berikut (paragraf 103): berikut (paragraf 110):
a. Pengakuan pendapatan; (a) Pengakuan pendapatan LRA dan
b. Pengakuan belanja; pendapatan LO;
c. Prinsip prinsip penyusunan laporan (b) Pengakuan belanja;
konsolidasian; (c) Pengakuan beban;
d. Investasi; (d) Prinsip prinsip penyusunan laporan
e. Pengakuan dan penghentian/penghapusan konsolidasian;
aset berwujud dan tidak berwujud; (e) Investasi;
f. Kontrak kontrak konstruksi; (f) Pengakuan dan penghentian/penghapusan
g. Kebijakan kapitalisasi pengeluaran; aset berwujud dan tidak berwujud;
h. Kemitraan dengan fihak ketiga; (g) Kontrak kontrak konstruksi;
i. Biaya penelitian dan pengembangan; (h) Kebijakan kapitalisasi pengeluaran;
j. Persediaan, baik yang untuk dijual maupun (i) Kemitraan dengan fihak ketiga;
untuk dipakai sendiri; (j) Biaya penelitian dan pengembangan;
k. Dana cadangan; (k) Persediaan, baik yang untuk dijual
l. Penjabaran mata uang asing dan lindung maupun untuk dipakai sendiri;
nilai. (l) Dana cadangan;
(m) Penjabaran mata uang asing dan
lindung nilai.
Idem (paragraf 106) Pengungkapan Pengungkapan Lainnya
Suatu entitas pelaporan mengungkapkan hal
hal berikut ini apabila belum diinformasikan
dalam bagian manapun dari laporan
keuangan, yaitu (paragraf 113):
a. Domisili dan bentuk hukum suatu entitas
serta juridiksi dimana entitas tersebut
beroperasi;
b. Penjelasan mengenai sifat operasi entitas
dan kegiatan pokoknya;
c. Ketentuan perundang undangan yang
menjadi landasan kegiatan operasionalnya.
PP 24 TAHUN 2005 PSAP NO. 05 PP 71 TAHUN 2010 PSAP NO. 05
AKUNTANSI PERSEDIAAN AKUNTANSI PERSEDIAAN
Tujuan: mengatur perlakuan akuntansi untuk Tujuan: mengatur perlakuan akuntansi
persediaan dan informasi lainnya yang persediaan yang dianggap perlu disajikan
dianggap perlu disajikan dalam laporan dalam laporan keuangan (paragraf 1).
keuangan (paragraf 1).
Idem (paragraf 2). Ruang Lingkup: diterapkan dalam penyajian
seluruh persediaan dalam laporan keuangan
untuk tujuan umum (paragraf 2).
Standar ini mengatur perlakuan akuntansi Pernyataan standar ini tidak mengatur:
persediaan pemerintah pusat dan daerah a. Persediaan bahan baku dan perlengkapan
yang meliputi: (a) Definisi; (b) Pengakuan; (c) yang dimiliki proyek swakelola dan
Pengukuran; dan (d) Pengungkapan (paragraf dibebankan ke suatu akun konstruksi
4). dalam pengerjaan; dan
Untuk a idem dengan paragraf 17. b. Instrumen keuangan (paragraf 3).
idem (paragraf 5). DEFINISI
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk
barang atau perlengkapan yang dimaksudkan
untuk mendukung kegiatan operasional
pemerintah dan barang barang yang
dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan
dalam rangka pelayanan kepada masyarakat
(paragraf 4).
idem (paragraf 6). Persediaan merupakan aset yang berupa
(paragraf 5):
a. Barang atau perlengkapan (supplies)
yang digunakan dalam rangka kegiatan
operasional pemerintah;
b. Bahan atau perlengkapan (supllies)
yang akan digunakan dalam proses
produksi;
c. Barang dalam proses produksi yang
dimaksudkan untuk dijual atau
diserahkan kepada masyarakat;
d. Barang yang disimpan untuk dijual atau
diserahkan kepada masyarakat dalam
rangka kegiatan pemerintahan.
Idem (paragraf 7). Persediaan mencakup barang atau
perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk
digunakan, misalnya barang habis pakai
seperti alat tulis kantor, barang tak habis
pakai seperti komponen peralatan dan pipa,
dan barang bekas pakai seperti komponen
bekas (paragraf 6).
Idem (paragraf 10). Persediaan dapat terdiri dari (paragraf 9):
a. Barang konsumsi;
b. Amunisi;
c. Bahan untuk pemeliharaan;
d. Suku cadang;
e. Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga
jaga;
f. Pita cukai dan leges;
g. Bahan baku;
h. Barang dalam proses/setengah jadi;
i. Tanah/ bangunan untuk dijual atau
diserahkan kepada masyarakat;
j. Hewan dan tanaman untuk dijual atau
diserahkan kepada masyarakat.
Idem (paragraf 13). Persediaan dalam kondisi rusak atau usang
tidak dilaporkan dalam neraca, tetapi
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan (paragraf 12).
Idem (paragraf 14 dan paragraf 15). PENGAKUAN
Persediaan diakui (a) pada saat potensi
manfaat ekonomi masa depan diperoleh
pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya
yang dapat diukur dengan andal, (b) pada
saat diterima atau hak kepemilikannya dan/
atau kepenguasaannya berpindah (paragraf
13).
Idem (paragraf 18) PENGUKURAN
Persediaan disajikan sebesar (paragraf 15):
(a) Biaya perolehan apabila diperoleh dengan
pembelian;
(b) Harga pokok produksi apabila diperoleh
dengan memproduksi sendiri;
(c) Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara
lainnya seperti donasi/rampasan
Nilai pembelian yang digunakan adalah biaya Persediaan dapat dinilai dengan
perolehan persediaan yang terakhir diperoleh menggunakan (paragraf 17):
(paragraf 20). a. Metode sistematis seperti FIFO atau rata
rata tertimbang;
b. Harga pembelian terakhir apabila setiap
unit persediaan nilainya tidak material
dan bermacam macam jenis.
Biaya standar persediaan meliputi biaya Harga pokok produksi persediaan meliputi
langsung yang terkait dengan persediaan biaya langsung yang terkait dengan
yang diproduksi dan biaya tidak langsung persediaan yang diproduksi dan biaya tidak
yang dialokasikan secara sistematis langsung yang dialokasikan secara sistematis
berdasarkan ukuran ukuran yang digunakan (paragraf 19).
pada saat penyusunan rencana kerja dan
anggaran (paragraf 22).
Beban persediaan dicatat sebesar pemakaian
persediaan (use of goods) (paragraf 22)
Pengitungan beban persediaan dilakukan
dalam rangka penyajian Laporan Operasional
(paragraf 23)
Dalam hal persediaan dicatat secara
perpetual, maka pengukuran pemakaian
persediaan dihitung berdasarkan catatan
jumlah unit yang dipakai dikalikan nilai per
unit sesuai metode penilaian yang digunakan
(paragraf 24)
Dalam hal persediaan dicatat secara periodik,
maka pengukuran pemakaian persediaan
dihitung berdasarkan inventarisasi fisik, yaitu
dengan cara saldo awal persediaan ditambah
pembelian atau perolehan persediaan
dikurangi dengan saldo akhir persediaan
dikalikan nilai per unit sesuai dengan metode
penilaian yang digunakan (paragraf 25)
Idem (paragraf 25) kecuali c. kondisi PENGUNGKAPAN
persediaan Laporan keuangan mengungkapkan (paragraf
26):
a. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam
pengukuran persediaan;
b. Penjelasan lebih lanjut persediaan seperti
barang atau perlengkapan yang digunakan
dalam pelayanan masyarakat, barang atau
perlengkapan yang digunakan dalam
proses produksi, barang yang disimpan
untuk dijual atau diserahkan kepada
masyarakat, dan barang yang masih dalam
proses produksi yang dimaksudkan untuk
dijual atau diserahkan kepada masyarakat;
dan
c. Jenis, jumlah, dan nilai persediaan dalam
kondisi rusak atau usang.

PP 24 TAHUN 2005 PSAP NO. 06 AKUNTANSI PP 71 TAHUN 2010 PSAP NO. 06 AKUNTANSI
INVESTASI INVESTASI
Idem (paragraf 1). Tujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi
untuk investasi dan pengungkapan informasi
penting lainnya yang harus disajikan dalam
laporan keuangan (paragraf 1).
Idem (paragraf 2). Ruang Lingkup: diterapkan dalam penyajian
Idem (paragraf 4). seluruh investasi pemerintah dalam laporan
Idem (paragraf 5) kecuali (a). keuangan untuk tujuan umum yang disusun
dan disajikan sesuai dengan SAP (paragraf 2).
Pernyataan Standar ini mengatur perlakuan
akuntansi investasi pemerintah pusat dan
daerah baik investasi jangka pendek maupun
investasi jangka panjang yang meliputi saat
pengakuan, klasifikasi, pengukuran dan
metode penilaian investasi serta
pengungkapannya pada laporan keuangan
(paragraf 4).
Pernyataan standar ini tidak mengatur
(paragraf 5).:
(a) Penempatan uang yang termasuk dalam
lingkup setara kas;
(b) Investasi dalam perusahaan asosiasi;
(c) Kerjasama operasi; dan
(d) Investasi dalam properti
Idem (paragraf 6). DEFINISI
Investasi adalah aset yang dimaksudkan
untuk memperoleh manfaat ekonomi seperti
bunga, dividen, dan royalti atau manfaat
sosial sehingga dapat meningkatkan
kemampuan pemerintah dalam rangka
pelayanan kepada masyarakat (paragraf 6)
Pemerintah melakukan investasi dengan Pemerintah melakukan investasi dimaksudkan
beberapa alasan antara lain memanfaatkan antara lain untuk memperoleh pendapatan
surplus anggaran untuk memperoleh dalam jangka panjang atau memanfaatkan
pendapatan dalam jangka panjang dan dana yang belum digunakan untuk investasi
memanfaatkan dana yang belum digunakan jangka pendek dalam rangka manajemen kas
untuk investasi jangka pendek dalam rangka (paragraf 7).
manajemen kas (paragraf 7).
Idem (paragraf 9). Investasi pemerintah diklasifikasikan menjadi
dua yaitu investasi jangka pendek dan
investasi jangka panjang. Investasi jangka
pendek merupakan kelompok aset lancar
sedangkan investasi jangka panjang
merupakan kelompok aset nonlancar
(paragraf 9).
PENGAKUAN PENGAKUAN
Suatu pengeluaran kas atau aset dapat diakui Pengeluaran kas dan/atau aset, penerimaan
sebagai investasi apabila memenuhi kriteria: hibah dalam bentuk investasi dan perubahan
berikutnya sama (paragraf 20). piutang menjadi investasi dapat diakui
Pengeluaran untuk perolehan investasi jangka sebagai investasi apabila memenuhi kriteria
pendek diakui sebagai pengeluaran kas sebagai berikut (paragraf 20):
pemerintah dan tidak dilaporkan sebagai (a) Kemungkinan manfaat ekonomi dan
belanja dalam laporan realisasi anggaran, manfaat sosial atau jasa potensial di masa
sedangkan pengeluaran untuk memperoleh yang akan datang atas suatu investasi
investasi jangka panjang diakui sebagai tersebut dapat diperoleh pemerintah;
pengeluaran pembiayaan (paragraf 21). (b) Nilai perolehan atau nilai wajar investasi
dapat diukur secara memadai (reliable).
Idem (paragraf 24) PENGUKURAN
Untuk beberapa jenis investasi, terdapat pasar
aktif yang dapat membentuk nilai pasar,
dalam hal investasi yang demikian, nilai pasar
dipergunakan sebagai dasar penerapan nilai
wajar. Sedangkan untuk investasi yang tidak
memiliki pasar yang aktif dapat dipergunakan
nilai nominal, nilai tercatat atau nilai wajar
lainnya (paragraf 23).
Diskonto atau premi pada pembelian investasi
diamortisasi selama periode dari pembelian
sampai saat jatuh tempo sehingga hasil yang
konstan diperoleh dari investasi tersebut
(paragraf 34).
Diskonto atau premi yang diamortisasi
tersebut dikreditikan atau didebetkan pada
pendapatan bunga sehingga merupakan
penambahan atau pengurangan dari nilai
tercatat investasi (carrying value) tersebut
(paragraf 35).
Hasil investasi ...........metode ekuitas, bagian PENGAKUAN
laba yang diperoleh oleh pemerintah akan Hasil investasi yang diperoleh dari investasi
dicatat mengurangi nilai investasi pemerintah jangka pendek, antara lain berupa bunga
dan tidak dicatat sebagai pendapatan hasil deposito, bunga obligasi, dan dividen tunai
investasi. Kecuali untuk dividen dalam bentuk (cash dividend), diakui pada saat diperoleh
saham yang diterima akan menambah nilai dan dicatat sebagai pendapatan (paragraf 39).
investasi pemerintah dan ekuitas dana yang Hasil investasi berupa dividen tunai yang
diinvestasikan dengan jumlah yang sama diperoleh dari penyertaan modal pemerintah
(paragraf 37) yang pencatatannya menggunakan metode
biaya, dicatat sebagai pendapatan hasil
investasi. Sedangkan apabila menggunakan
metode ekuitas, bagian laba berupa dividen
tunai yang diperoleh oleh pemerintah dicatat
sebagai pendapatan hasil investasi dan
mengurangi nilai investasi pemerintah.
Dividen dalam bentuk saham yang diterima
tidak akan menambah nilai investasi
pemerintah (paragraf 40).
Penerimaan dari penjualan investasi jangka Perbedaan antara hasil pelepasan investasi
pendek diakui sebagai penerimaan kas dengan nilai tercatatnya harus dibebankan
pemerintah dan tidak dilaporkan sebagai atau dikreditkan kepada untung/rugi
pendapatan dalam laporan realisasi anggaran, pelepasan investasi. Keuntungan/rugi
sedangkan penerimaan dari pelepasan pelepasan investasi disajikan dalam laporan
investasi jangka panjang diakui sebagai operasional (paragraf 42).
penerimaan pembiayaan. Pelepasan sebagian
dari investasi tertentu yang dimiliki
pemerintah dinilai dengan menggunakan nilai
rata rata (paragraf 39).
Nilai rata rata diperoleh dengan cara
membagi total nilai investasi terhadap total
jumlah saham yang dimiliki oleh pemerintah
(paragraf 40).
Pemindahan pos investasi dapat berupa
reklasifikasi investasi permanen menjadi
investasi jangka pendek, aset tetap, aset lain
lain dan sebaliknya (paragraf 41).
Idem (paragraf 42). PENGUNGKAPAN
Hal hal yang harus diungkapkan dalam
laporan keuangan pemerintah berkaitan
dengan investasi pemerintah, antara lain
(paragraf 43):
(a) Kebijakan akuntansi untuk penentuan nilai
investasi;
(b) Jenis jenis investasi, investasi permanen
dan nonpermanen;
(c) Perubahan harga pasar baik investasi
jangka pendek maupun investasi jangka
panjang;
(d) Penurunan nilai investasi yang signifikan
dan penyebab penurunan tersebut;
(e) Investasi yang dinilai dengan nilai wajar
dan alasan penerapannya;
(f) Perubahan pos investasi.
PP 24 TAHUN 2005 PSAP NO. 07 AKUNTANSI PP 71 TAHUN 2010 PSAP NO. 07 AKUNTANSI
ASET TETAP ASET TETAP
Idem (paragraf 1). Tujuan: untuk mengatur perlakuan akuntansi
untuk aset tetap meliputi pengakuan,
penentuan nilai tercatat serta penentuan dan
perlakuan akuntansi atas penilaian kembali
dan penurunan nilai tercatat (carrying value)
aset tetap (paragraf 1).
Ruang Lingkup: diterapkan untuk seluruh unit Ruang Lingkup: diterapkan untuk seluruh unit
pemerintah yang menyajikan laporan pemerintah yang menyajikan laporan
keuangan untuk tujuan umum dan mengatur keuangan untuk tujuan umum dan mengatur
tentang perlakuan akuntansinya, termasuk tentang perlakuan akuntansinya, termasuk
pengakuan, penilaian, penyajian, dan pengakuan, penilaian, penyajian, dan
pengungkapan yang diperlukan, kecuali bila pengungkapan yang diperlukan (paragraf 2).
PSAP lainnya mensyaratkan perlakuan
akuntansi yang berbeda (paragraf 2).
DEFINISI DEFINISI
Aset tetap adalah aset berwujud yang Aset tetap adalah aset berwujud yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua
belas) bulan untuk digunakan atau belas) bulan untuk digunakan atau
dimaksudkan untuk digunakan dalam dimaksudkan untuk digunakan dalam kegiatan
kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh pemerintah atau dimanfaatkan oleh
masyarakat umum (paragraf 4). masyarakat umum (paragraf 4).
Penyusutan adalah penyesuaian nilai Penyusutan adalah alokasi yang sistematis
sehubungan dengan penurunan kapasitas dan atas nilai suatu aset tetap yang dapat
manfaat dari suatu aset (paragraf 4). disusutkan (depreciable assets) selama masa
manfaat aset yang bersangkutan (paragraf 4).
PENGAKUAN PENGAKUAN
Untuk dapat diakui sebagai aset tetap, suatu Aset tetap diakui pada saat manfaat ekonomi
aset harus berwujud dan memenuhi kriteria masa depan dapat diperoleh dan nilainya
(paragraf 15): dapat diukur dengan andal. Untuk dapat
(a) = (b) pada PP 71 Tahun 2010 diakui sebagai aset tetap harus dipenuhi
(b) = (c) pada PP 71 Tahun 2010 kriteria sebagai berikut (paragraf 15):
(c) = (d) pada PP 71 Tahun 2010 (a) Berwujud;
Pengukuran dapat dipertimbangkan andal (b) Mempunyai masa manfaat lebih dari 12
biasanya dipenuhi bila terdapat transaksi (dua belas) bulan:
pertukaran dengan bukti pembelian aet tetap (c) Biaya perolehan aset dapat diukur secara
yang mengidentifikasikan biayanya. Dalam andal;
keadaan suatu aset yang (d) Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam
dikonstruksi/dibangun sendiri, suatu operasi normal entitas; dan
pengukuran yang dapat diandalkan atas biaya (e) Diperoleh atau dibangun dengan maksud
dapat diperoleh dari transaksi pihak eksternal untuk digunakan.
dengan entitas tersebut untuk perolehan
bahan baku, tenaga kerja, dan biaya lain yang
digunakan dalam proses konstruksi (paragraf
18).
Idem (paragraf 22) PENGUKURAN
Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan.
Apabila penilaian aset tetap dengan
menggunakan biaya perolehan tidak
memungkinkan maka nilai aset tetap
didasarkan pada nilai wajar pada saat pada
saat perolehan (paragraf 20).
Pengukuran dapat dipertimbangkan andal bila
terdapat transaksi pertukaran dengan bukti
pembelian aset tetap yang
mengidentifikasikan biayanya. Dalam keadaan
suatu aset yang dikonstruksikan/dibangun
sendiri, suatu pengukuran yang dapat
diandalkan atas biaya dapat diperoleh dari
transaksi pihak eksternal dengan entitas
tersebut untuk perolehan bahan baku, tenaga
kerja dan biaya lain yang digunakan dalam
proses konstruksi (paragraf 21).
PENILIAN AWAL ASET TETAP PENILAIAN AWAL ASET TETAP
Barang berwujud ..... Idem (paragraf 24) Barang berwujud yang memenuhi kualifikasi
Bila aset tetap ..... (paragraf 25) untuk diakui sebagai suatu aset dan
Biaya perolehan peralatan dan mesin dikelompokkan sebagai aset tetap, pada
menggambarkan jumlah pengeluaran yang awalnya harus diukur berdasarkan biaya
telah harus dilakukan untuk memperoleh perolehan (paragraf 23).
peralatan dan mesin tersebut sampai siap Bila aset tetap diperoleh dengan tanpa nilai,
pakai (paragraf 32). biaya aset tersebut adalah sebesar nilai wajar
Biaya perolehan gedung dan bangunan pada saat aset tersebut diperoleh (paragraf
menggambarkan seluruh biaya yang 24).
dikeluarkan untuk memperoleh gedung dan Biaya perolehan peralatan dan mesin
bangunan sampai siap pakai (paragraf 33). menggambarkan jumlah pengeluaran yang
Biaya perolehan jalan, irigasi, dan jaringan telah dan yang masih harus dilakukan untuk
menggambarkan seluruh biaya yang memperoleh peralatan dan mesin tersebut
dikeluarkan untuk memperoleh jalan, irigasi, sampai siap pakai (paragraf 31).
dan jaringan sampai siap pakai (paragraf 34). Biaya perolehan gedung dan bangunan
Biaya perolehan aset tetap lainnya menggambarkan seluruh biaya yang
menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan dan yang masih harus dikeluarkan
dikeluarkan untuk memperoleh aset tersebut untuk memperoleh gedung dan bangunan
sampai siap pakai (paragraf 35). sampai siap pakai (paragraf 32).
Biaya perolehan jalan, irigasi, dan jaringan
menggambarkan seluruh biaya yang
dikeluarkan dan yang masih harus dikeluarkan
untuk memperoleh jalan, irigasi, dan jaringan
sampai siap pakai (paragraf 33).
Biaya perolehan aset tetap lainnya
menggambarkan seluruh biaya yang
dikeluarkan dan yang masih harus dikeluarkan
untuk memperoleh aset tersebut sampai siap
pakai (paragraf 34).
Suatu aset tetap dapat diperoleh melalui Suatu aset tetap dapat diperoleh melalui
pertukaran atau pertukaran sebagian aset pertukaran atau pertukaran sebagian aset
tetap yang tidak serupa atau aset lainnya. tetap yang tidak serupa atau aset lainnya.
Biaya dari pos semacam itu diukur Biaya dari pos semacam itu diukur
berdasarkan nilai wajar aset yang diperoleh berdasarkan nilai wajar aset yang diperoleh
yaitu nilai ekuivalen atas nilai tercatat aset yaitu nilai ekuivalen atas nilai tercatat aset
yang dilepas setelah disesuaikan dengan yang dilepas setelah disesuaikan dengan
jumlah setiap kas atau setara kas yang jumlah setiap kas atau setara kas dan
ditransfer/diserahkan (pargraf 42). kewajiban lain yang ditransfer/diserahkan
(pargraf 42).
Apabila perolehan aset tetap memenuhi Apabila perolehan aset tetap memenuhi
kriteria perolehan aset donasi, maka kriteria perolehan aset donasi, maka
perolehan tersebut diakui sebagai pendapatan perolehan tersebut diakui sebagai pendapatan
pemerintah dan jumlah yang sama juga diakui operasional (paragraf 48).
sebagai belanja modal dalam laporan realisasi
anggaran (paragraf 49).
Nilai penyusutan untuk masing masing Penyusutan adalah alokasi yang sistematis
periode diakui sebagai pengurang nilai atas nilai suatu aset tetap yang dapat
tercatat aset tetap dalam neraca dan disusutkan (depreciable assets) selama masa
diinvestasikan dalam aset tetap (paragraf 54). manfaat aset yang bersangkutan (paragraf
53).
Nilai penyusutan untuk masing masing
periode diakui sebagai pengurang nilai
tercatat aset tetap dalam neraca dan beban
penyusutan dalam laporan operasional
(paragraf 54).
Biaya untuk perolehan, konstruksi, Biaya untuk perolehan, konstruksi,
peningkatan, rekonstruksi harus dibebankan peningkatan, rekonstruksi harus dibebankan
sebagai belanja tahun terjadinya pengeluaran dalam laporan operasional sebagai beban
tersebut. Biaya tersebut termasuk seluruh tahun terjadinya pengeluaran tersebut. Beban
biaya yang berlangsung untuk menjadikan tersebut termasuk seluruh beban yang
aset bersejarah tersebut dalam kondisi dan berlangsung untuk menjadikan aset
lokasi yang ada pada periode berjalan bersejarah tersebut dalam kondisi dan lokasi
(paragraf 70). yang ada pada periode berjalan (paragraf 70).
Beberapa aset bersejarah juga memberikan
potensi manfaat lainnya kepada pemerintah
selain nilai sejarahnya, sebagai contoh
bangunan bersejarah digunakan untuk ruang
perkantoran. Untuk kasus tersebut, aset ini
akan diterapkan prinsip prinsip yang sama
seperti aset tetap lainnya (paragraf 71).
PENGUNGKAPAN
Laporan keuangan harus mengungkapkan
untuk masing masing jenis aset tetap
sebagai berikut (paragraf 80):
(a) Dasar penilaian yang digunakan untuk
menentukan nilai tercatat (carrying
amount);
(b) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan
akhir periode yang menunjukkan:
(1) Penambahan;
(2) Pelepasan;
(3) Akumulasi penyusutan dan perubahan
nilai, jika ada
(4) Mutasi aset tetap lainnya.
(c) Informasi penyusutan, meliputi:
(1) Nilai penyusutan;
(2) Metode penyusutan yang digunakan;
(3) Masa manfaat atau tarif penyusutan
yang digunakan;
(4) Nilai tercatat bruto dan akumulasi
penyusutan pada awal dan akhir
periode.
Laporan keuangan juga harus mengumumkan
(paragraf 81):
(a) Eksitensi dan batasan hak milik atas aset
tetap;
(b) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi
yang berkaitan dengan aset tetap;
(c) Jumlah pengeluaran pada pos aset tetap
dalam konstruksi; dan
(d) Jumlah komitmen untuk akuisisi aset
tetap.
Jika jumlah aset tetap dicatat pada jumlah
yang dinilai kembali, maka hal hal berikut
harus diungkapkan (paragraf 82):
(a) Dasar peraturan untuk menilai kembali
aset tetap;
(b) Tanggal efektif penilaian kembali;
(c) Jika ada, nama penilai independen;
(d) Hakikat setiap petunjuk yang digunakan
untuk menentukan biaya pengganti;
(e) Nilai tercatat setiap jenis aset tetap.
Aset bersejarah diungkapkan secara rinci,
antara lain nama, jenis, kondisi dan lokasi aset
tersebut (paragraf 82).
PP 24 TAHUN 2005 PSAP NO. 08 AKUNTANSI PP 71 TAHUN 2010 PSAP NO. 08 AKUNTANSI
KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN
Tujuan: mengatur perlakuan akuntansi untuk Tujuan: mengatur perlakuan akuntansi untuk
konstruksi dalam pengerjaan dengan metode konstruksi dalam pengerjaan (paragraf 1).
nilai historis. Masalah utama akuntansi untuk
Konstruksi Dalam Pengerjaan adalah jumlah
biaya yang diakui sebagai aset yang harus
dicatat sampai dengan konstruksi tersebut
selesai dikerjakan (paragraf 1) = sama
dengan paragraf 5 PP 71 Tahun 2010.
Idem (paragraf 3). Ruang Lingkup: Suatu entitas akuntansi yang
melaksanakan pembangunan aset tetap untuk
dipakai dalam penyelenggaraan kegiatan
pemerintahan dan/atau masyarakat dalam
suatu jangka waktu tertentu, baik
pelaksanaan pembangunannya dilakukan
secara swakelola atau oleh pihak ketiga, wajib
menerapkan standar ini (paragraf 3).
Masalah utama akuntansi untuk Konstruksi
Dalam Pengerjaan adalah jumlah biaya yang
diakui sebagai aset yang harus dicatat sampai
dengan konstruksi tersebut selesai dikerjakan
(paragraf 5)= sama dengan paragraf 1 PP 24
Tahun 2005
DEFINISI DEFINISI
Konstruksi dalam pengerjaan adalah aset Konstruksi dalam pengerjaan adalah aset
aset yang sedang dalam proses aset tetap yang sedang dalam proses
pembangunan (paragraf 5). pembangunan (paragraf 6).
Idem (paragraf 13) PENGAKUAN
Suatu benda berwujud harus diakui sebagai
Konstruksi Dalam Pengerjaan jika (paragraf
14):
(a) Besar kemungkinan bahwa manfaat
ekonomik masa yang akan datang
berkaitan dengan aset tersebut akan
diperoleh;
(b) Biaya perolehan tersebut dapat diukur
secara andal; dan
(c) Aset tersebut masih dalam proses
pengerjaan
Idem (paragraf 17) PENGUKURAN
Konstruksi Dalam Pengerjaan dicatat dengan
biaya perolehan (paragraf 18)
Kontraktor meliputi kontraktor utama dan Kontraktor meliputi kontraktor utama dan
subkontraktor (paragraf 22). kontraktor lainnya (paragraf 23).
Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi
tidak boleh melebihi jumlah biaya bunga yang tidak boleh melebihi jumlah biaya bunga yang
dibayar pada periode yang bersangkutan dibayar dan yang masih harus dibayar pada
(paragraf 27). periode yang bersangkutan (paragraf 28).
Apabila pinjaman digunakan untuk membiayai Apabila pinjaman digunakan untuk membiayai
beberapa jenis aset yang diperoleh dalam beberapa jenis aset yang diperoleh dalam
suatu periode tertentu, biaya pinjaman suatu periode tertentu, biaya pinjaman
periode yang bersangkutan dialokasikan ke periode yang bersangkutan dialokasikan ke
masing masing konstruksi (paragraf 29). masing masing konstruksi dengan metode
rata rata tertimbang atas total pengeluaran
biaya konstruksi (paragraf 29).
Idem (paragraf 33) PENGUNGKAPAN
(c) Jumlah biaya yang telah dikeluarkan . Suatu entitas harus mengungkapkan informasi
Idem (paragraf 5) mengenai Konstruksi Dalam Pengerjaan pada
Idem (paragraf 34) akhir periode akuntansi (paragraf 34):
Idem (paragraf 35). (a) Rincian kontrak konstruksi dalam
pengerjaan berikut tingkat penyelesaian
dan jangka waktu penyelesaiannya;
(b) Nilai kontrak konstruksi dan sumber
pendanaannya;
(c) Jumlah biaya yang telah dikeluarkan dan
yang masih harus dibayar;
(d) Uang muka kerja yang diberikan;
(e) Retensi.
Retensi adalah jumlah termin (progress
billing) yang belum dibayar hingga
pemenuhan kondisi yang ditentukan dalam
kontrak untuk pembayaran jumlah tersebut
(paragraf 6).
Konstrak konstruksi pada umumnya memuat
ketentuan tentang retensi, misalnya termin
pembayaran terakhir yang masih ditahan oleh
pemberi kerja selama masa pemeliharaan.
Jumlah retensi diungkapkan dalam Catatan
atas Laporan Keuangan (paragraf 35)
Aset dapat dibiayai dari sumber dana
tertentu. Pencantuman sumber dana
dimaksudkan memberi gambaran sumb er
dana dan penyerapannya sampai tanggal
tertentu (paragraf 36).
PP 24 TAHUN 2005 PSAP NO. 09 AKUNTANSI PP 71 TAHUN 2010 PSAP NO. 09 AKUNTANSI
KEWAJIBAN KEWAJIBAN
Idem (paragraf 1). Tujuan: untuk mengatur perlakuan akuntansi
kewajiban meliputi saat pengakuan,
penentuan nilai tercatat, amortisasi, dan biaya
pinjaman yang dibebankan terhadap
kewajiban tersebut (paragraf 1).
Idem (paragraf 2). Ruang Lingkup: diterapkan untuk seluruh unit
pemerintahan yang menyajikan laporan
keuangan untuk tujuan umum dan mengatur
tentang perlakuan akuntansinya, termasuk
pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan (paragraf 2).
Idem (paragraf 5). DEFINISI
Kewajiban adalah utang yang timbul dari
peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya
ekonomi pemerintah (paragraf 5).
Nilai nominal adalah nilai kewajiban Nilai nominal adalah nilai kewajiban
pemerintah pada saat pertama kali transaksi pemerintah pada saat pertama kali transaksi
berlangsung seperti nilai yang tertera pada berlangsung seperti nilai yang tertera pada
lembar surat utang pemerintah. Aliran lembar surat utang pemerintah (paragraf 5).
ekonomi setelahnya, seperti transaksi
pembayaran, perubahan penilaian
dikarenakan perubahan kurs valuta asing, dan
perubahan lainnya selain perubahan nilai
pasar, diperhitungkan dengan menyesuaikan
nilai tercatat kewajiban tersebut (paragraf 5).
Restrukturisasi utang adalah kesepakatan Restrukturisasi utang adalah kesepakatan
antara kreditur dan debitur untuk antara kreditur dan debitur untuk
memodifikasi syarat syarat perjanjian utang memodifikasi syarat syarat perjanjian utang
dengan atau tanpa pengurangan jumlah dengan atau tanpa pengurangan jumlah utang
utang, dalam bentuk (paragraf 5) sama (paragraf 5).
dengan (paragraf 70) PP 71 Tahun 2010:
(a) Pembiayaan kembali yaitu mengganti
utang lama termasuk tunggakan dengan
utang baru; atau
(b) Penjadwalan ulang atau modifikasi
persyaratan utang yaitu mengubah
persyaratan dan kondisi kontrak
perjanjian yang ada.
Penjadwalan utang dapat berbentuk:
(1) Perubahan jadwal pembayaran,
(2) Penambahan masa tenggang, atau
(3) Menjadwalkan kembali rencana
pembayaran pokok dan bunga yang
jatuh tempo dan/atau tertunggak.
Setiap entitas pelaporan mengungkapkan Setiap entitas pelaporan mengungkapkan
setiap pos kewajiban yang mencakup jumlah setiap pos kewajiban yang mencakup jumlah
jumlah yang diharapkan akan diselesaikan jumlah yang diharapkan akan diselesaikan
dalam waktu 12 (dua belas) bulan dan lebih setelah tanggal pelaporan (paragraf 9).
dari 12 (dua belas) bulan setelah tanggal
pelaporan (paragraf 9).
Pelaporan keuangan untuk tujuan umum PENGAKUAN
harus menyajikan kewajiban yang diakui jika Kewajiban diakui jika besar kemungkinan
besar kemungkinan bahwa pengeluaran bahwa pengeluaran sumber daya ekonomi
sumber daya ekonomi akan dilakukan atau akan dilakukan untuk menyelesaikan
telah dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sampai saat pelaporan
kewajiban yang ada sampai saat ini dan dan perubahan atas kewajiban tersebut
perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang dapat
mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan andal (paragraf 18).
diukur dengan andal (paragraf 18).
Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman
diterima dan/atau pada saat kewajiban timbul diterima oleh pemerintah atau dikeluarkan
(paragraf 21). oleh kreditur sesuai dengan kesepakatan,
dan/atau pada saat kewajiban timbul (paragraf
21).
Idem (paragraf 32). PENGUKURAN
Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal.
Kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan
dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.
Penjabaran mata uang asing menggunakan
kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca
(paragraf 32).
Utang transfer adalah kewajiban suatu entitas
pelaporan untuk melakukan pembayaran
kepada entitas lain sebagai akibat ketentuan
perundang undangan (paragraf 38).
Utang transfer diakui dan dinilai sesuai
dengan peraturan yang berlaku (paragraf 39).
Pada setiap tanggal neraca pos kewajiban Pada setiap tanggal neraca pos utang
moneter dalam mata uang asing dilaporkan pemerintah dalam mata uang asing dilaporkan
ke dalam mata uang rupiah dengan ke dalam mata uang rupiah dengan
menggunakan kurs tengah bank sentral pada menggunakan kurs tengah bank sentral pada
tanggal neraca (paragraf 56). tanggal neraca (paragraf 58).
Selisih penjabaran pos kewajiban moneter Selisih penjabaran pos utang pemerintah
dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam dalam mata uang asing antara tanggal
antara tanggal transaksi dan tanggal neraca transaksi dan tanggal neraca dicatat sebagai
dicatat sebagai kenaikan atau penurunan kenaikan atau penurunan ekuitas periode
ekuitas dana periode berjalan (paragraf 57). berjalan (paragraf 59).
Apabila harga perolehan kembali tidak sama Apabila harga perolehan kembali tidak sama
dengan nilai tercatat (carrying value) maka, dengan nilai tercatat (carrying value) maka,
selain penyesuaian jumlah kewajiban dan selain penyesuaian jumlah kewajiban dan aset
ekuitas dana yang terkait, jumlah perbedaan yang terkait, jumlah perbedaan yang ada juga
yang ada juga diungkapkan pada Catatan atas disajikan dalam Laporan Operasional pada pos
Laporan Keuangan (paragraf 62). Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional
dan diungkapkan pada Catatan atas Laporan
Keuangan (paragraf 64).
Restrukturisasi dapat berupa (paragraf 70)
sama dengan (paragraf 5) PP 24 Tahun 2005:
(a) Pembiayaan kembali yaitu mengganti
utang lama termasuk tunggakan dengan
utang baru; atau
(b) Penjadwalan ulang atau modifikasi
persyaratan utang yaitu mengubah
persyaratan dan kondisi kontrak perjanjian
yang ada. Penjadwalan utang dapat
berbentuk:
(1) Perubahan jadwal pembayaran,
(2) Penambahan masa tenggang, atau
(3) Menjadwalkan kembali rencana
pembayaran pokok dan bunga yang
jatuh tempo dan/atau tertunggak.
Biaya biaya yang berhubungan dengan Biaya biaya yang berhubungan dengan
utang pemerintah adalah biaya bunga dan utang pemerintah adalah biaya bunga dan
biaya lainnya yang timbul dalam kaitan biaya lainnya yang timbul dalam kaitan
dengan peminjaman dana. Biaya biaya dengan peminjaman dana. Biaya biaya
dimaksud meliputi (paragraf 79): dimaksud meliputi (paragraf 82):
(a) Bunga atas penggunaan dana pinjaman, (a) Bunga dan provisi atas penggunaan dana
baik pinjaman nagka pendek maupun pinjaman, baik pinjaman jangka pendek
jangka panjang; maupun jangka panjang;
(b) Amortisasi diskonto atau premium yang (b) Commitment fee atas dana pinjaman yang
terkait dengan pinjaman; belum ditarik;
(c) Amortisasi biaya yang terkait dengan (c) Amortisasi diskonto atau premium yang
perolehan pinjaman seperti biaya terkait dengan pinjaman;
konsultan, ahli hukum, commitment fee, (d) Amortisasi kapitalisasi biaya yang terkait
dan sebagainya; dengan perolehan pinjaman, seperti biaya
(d) Perbedaan nilai tukar pada pinjaman konsultan, ahli hukum, dan sebagainya.
dengan mata uang asing sejauh hal (e) Perbedaan nilai tukar pada pinjaman
tersebut diperlakukan sebagai dengan mata uang asing sejauh hal
penyesuaian atas biaya bunga. tersebut diperlakukan sebagai
penyesuaian atas biaya bunga.
Idem (paragraf 84) PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN
Idem (paragraf 85) Utang pemerintah harus diungkapkan secara
rinci dalam bentuk daftar skedul utang untuk
memberikan informasi yang lebih baik kepada
pemakainya (paragraf 87).
Untuk meningkatkan kegunaan analisis,
informasi informasi yang harus disajikan
dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah
(paragraf 88):
(a) Jumlah saldo kewajiban jangka pendek
dan jangka panjang yang diklasifikasikan
berdasarkan pemberi pinjaman;
(b) Jumlah saldo kewajiban berupa utang
pemerintah berdasarkan jenis sekuritas
utang pemerintah dan jatuh temponya;
(c) Bunga pinjaman yang terutang pada
periode berjalan dan tingkat bunga yang
berlaku;
(d) Konsekuensi dilakukannya penyelesaian
kewajiban sebelum jatuh tempo;
(e) Perjanjian restrukturisasi utang meliputi:
(1) Pengurangan pinjaman;
(2) Modifikasi persyaratan utang;
(3) Pengurangan tingkat bunga pinjaman;
(4) Pengunduran jatuh tempo pinjaman;
(5) Pengurangan nilai jatuh tempo
pinjaman; dan
(6) Pengurangan jumlah bunga terutang
sampai dengan periode pelaporan.
(f) Jumlah tunggakan pinjaman yang
disajikan dalam bentuk daftar umur utang
berdasarkan kreditur.
(g) Biaya pinjaman:
(1) Perlakuan biaya pinjaman;
(2) Jumlah biaya pinjaman yang
dikapitalisasi pada periode yang
bersangkutan; dan
(3) Tingkat kapitalisasi yang dipergunakan.
PP 24 TAHUN 2005 PSAP NO. 10 KOREKSI PP 71 TAHUN 2010 PSAP NO. 10 KOREKSI
KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN
AKUNTANSI, DAN PERISTIWA LUAR BIASA AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI
AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK
DILANJUTKAN
Tujuan: mengatur perlakuan akuntansi atas Tujuan: mengatur perlakuan akuntansi atas
koreksi kesalahan, dan peristiwa luar biasa koreksi kesalahan akuntansi dan pelaporan
(paragraf 1). laporan keuangan, perubahan kebijakan
akuntansi, perubahan estimasi akuntansi, dan
operasi yang tidak dilanjutkan (paragraf 1).
Ruang Lingkup Ruang Lingkup
Dalam menyusun dan menyajikan laporan Dalam menyusun dan menyajikan laporan
keuangan suatu entitas harus menerapkan keuangan suatu entitas harus menerapkan
Pernyataan Standar ini untuk melaporkan Pernyataan Standar ini untuk melaporkan
pengaruh kesalahan, perubahan kebijakan pengaruh kesalahan, perubahan kebijakan
akuntansi, dan peristiwa luar biasa (paragraf akuntansi, perubahan estimasi akuntansi, dan
2). operasi yang tidak dilanjutkan dalam Laporan
Idem (paragraf 3). Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo
Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional,
Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas,
dan Catatan atas Laporan Keuangan (paragraf
2).
Pernyataan standar ini berlaku untuk entitas
pelaporan dalam menyusun laporan keuangan
yang mencakup laporan keuangan semua
entitas akuntansi, termasuk Badan Layanan
Umum yang berada di bawah pemerintah
pusat/daerah (paragraf 3).
Kebijakan akuntansi .... Idem (paragraf 4) DEFINISI
Kesalahan adalah penyajian pos pos yang Kebijakan akuntansi adalah prinsip prinsip,
secara signifikan tidak sesuai dengan yang dasar dasar, konvensi konvensi, aturan
seharusnya yang mempengaruhi laporan aturan, dan praktik praktik spesifik yang
keuangan periode berjalan atau periode dipakai oleh suatu entitas pelaporan dalam
sebelumnya (paragraf 4). penyusunan dan penyajian laporan keuangan
Koreksi adalah tindakan pembetulan (paragraf 4).
akuntansi agar pos pos yang tersaji dalam Kesalahan adalah penyajian akun/pos yang
laporan keuangan entitas menjadi sesuai secara signifikan tidak sesuai dengan yang
dengan yang seharusnya (paragraf 4). seharusnya yang mempengaruhi laporan
Peristiwa luar biasa adalah kejadian atau keuangan periode berjalan atau periode
transaksi yang secara jelas berbeda dari sebelumnya (paragraf 4).
aktivitas normal entitas dan karenanya tidak Koreksi adalah tindakan pembetulan secara
diharapkan terjadi dan berada diluar kendali akuntansi agar akun/pos yang tersaji dalam
atau pengaruh entitas sehingga memiliki laporan keuangan entitas menjadi sesuai
dampak yang signifikan terhadap realisasi dengan yang seharusnya (paragraf 4).
anggaran atau posisi aset/kewajiban (paragraf Operasi tidak dilanjutkan adalah penghentian
4). suatu misi atau tupoksi tertentu yang
berakibat pelepasan atau penghentian suatu
fungsi, program, atau kegiatan sehingga aset,
kewajiban, dan operasi dapat dihentikan tanpa
menganggu fungsi, program, atau kegiatan
yang lain (paragraf 4).
Perubahan estimasi adalah revisi estimasi
karena perubahan kondisi yang mendasari
estimasi tersebut atau karena terdapat
informasi baru, pertambahan pengalaman
dalam mengestimasi atau perkembangan lain
(paragraf 4).
Pos adalah kumpulan akun sejenis yang
ditampilkan pada lembar muka laporan
keuangan (paragraf 4).
Dalam mengoreksi suatu kesalahan akuntansi,
jumlah koreksi yang berhubungan dengan
periode sebelumnya harus dilaporkan dengan
menyesuaikan baik Saldo Anggaran Lebih
maupun saldo ekuitas. Koreksi yang
berpengaruh material pada periode berikutnya
harus diungkapkan pada Catatan atas Laporan
Keuangan (paragraf 8).
Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang
terjadi pada periode periode berjalan, baik terjadi pada periode periode berjalan, baik
yang mempengaruhi posisi kas maupun yang yang mempengaruhi posisi kas maupun yang
tidak, dilakukan dengan pembetulan pada tidak, dilakukan dengan pembetulan pada
akun yang bersangkutan dalam periode akun yang bersangkutan dalam periode
berjalan (paragraf 11). berjalan, baik pada akun pendapatan LRA,
atau akun belanja, maupun akun pendapatan
LO atau akun beban (paragraf 12).
Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang
terjadi pada periode periode sebelumnya terjadi pada periode periode sebelumnya
dan mempengaruhi posisi kas, apabila laporan dan mempengaruhi posisi kas, apabila laporan
keuangan periode tersebut belum diterbitkan, keuangan periode tersebut belum diterbitkan,
dilakukan dengan pembetulan pada akun dilakukan dengan pembetulan pada akun yang
pendapatan atau akun belanja dari periode bersangkutan, baik pada akun pendapatan
yang bersangkutan (paragraf 12). LRA atau akun belanja, maupun akun
pendapatan LO atau akun beban (paragraf
13).
Koreksi kesalahan atas pengeluaran belanja Koreksi kesalahan atau pengeluaran belanja
(sehingga mengakibatkan penerimaan (sehingga mengakibatkan penerimaan
kembali belanja) yang tidak berulang yang kembali belanja) yang tidak berulang yang
terjadi pada periode periode sebelumnya terjadi pada periode periode sebelumnya
dan mempengaruhi posisi kas, serta dan menambah posisi kas, apabila laporan
mempengaruhi secara material posisi aset keuangan periode tersebut sudah diterbitkan,
selain kas, apabila laporan keuangan periode dilakukan dengan pembetulan pada akun
tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan pendapatan lain lain LRA. Dalam hal
pembetulan pada akun pendapatan lain lain, mengakibatkan pengurangan kas dilakukan
akun aset serta akun ekuitas dana yang dengan pembetulan pada akun Saldo
terkait (paragraf 13). Anggaran Lebih (paragraf 14).
Koreksi kesalahan atas pengeluaran belanja Contoh koreksi kesalahan belanja (paragraf
(sehingga mengakibatkan penerimaan 15):
kembali belanja) yang tidak berulang yang (a) Yang menambah saldo kas yaitu
terjadi pada periode periode sebelumnya pengembalian belanja pegawai tahun lalu
dan mempengaruhi posisi kas dan tidak karena salah penghitungan jumlah gaji,
mempengaruhi secara material posisi aset dikoreksi dengan menamvah saldo kas
selain kas, apabila laporan keuangan periode dan pendapatan lain lain LRA.
tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan (b) Yang menambah saldo kas terkait belanja
pembetulan pada akun pendapatan lain lain modal yang menghasilkan aset, yaitu
(paragraf 14). belanja modal yang di-mark-up dan
setelah dilakukan pemeriksaaan
kesalahan belanja tersebut harus
dikembalikan, dikoreksi dengan
menambah saldo kas dan menambah
akun pendapatan lain lain LRA.
(c) Yang mengurangi saldo kas yaitu terdapat
transaksi belanja pegawai tahun lalu yang
belum dilaporkan, dikoreksi dengan
mengurangi akun Saldo Anggaran Lebih
dan mengurangi saldo kas.
(d) Yang mengurangi saldo kas terkait belanja
modal yang menghasilkan aset, yaitu
belanja modal tahun lalu yang belum
dicatat, dikoreksi dengan mengurangi
akun Saldo Anggaran Lebih dan
mengurangi saldo kas.
Koreksi kesalahan atas penerimaan Koreksi kesalahan atas perolehan aset selain
pendapatan yang tidak berulang yang terjadi kas yang tidak berulang yang terjadi pada
pada periode periode sebelumnya dan periode periode sebelumnya dan menambah
mempengaruhi posisi kas, apabila laporan maupun mengurangi posisi kas, apabila
keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, laporan keuangan periode tersebut sudah
dilakukan dengan pembetulan pada akun diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan
ekuitas dana lancar (paragraf 15). pada akun kas dan akun aset bersangkutan
(paragraf 16).
Idem (paragraf 16) sama dengan (paragraf Contoh koreksi kesalahan untuk perolehan
29) PP 71 Tahun 2010. aset selain kas (paragraf 17):
(a) Yang menambah saldo kas terkait
perolehan aset selain kas yaitu
pengadaan aset tetap yang di-mark-up
dan setelah dilakukan pemeriksaan
kelebihan nilai aset tersebut harus
dikembalikan, dikoreksi dengan
menambah saldo kas dan mengurangi
akun terkait dalam pos aset tetap.
(b) Yang mengurangi saldo kas terkait
perolehan aset selain kas yaitu
pengadaan aset tetap tahun lalu belum
dilaporkan, dikoreksi dengan menambah
akun terkait dalam pos aset tetap dan
mengurangi saldo kas.
Koreksi kesalahan sebagaimana dimaksud Koreksi kesalahan atas beban yang tidak
pada paragraf 13, 14, dan 15 tidak dengan berulang, sehingga mengakibatkan
sendirinya berpengaruh terhadap pagu pengurangan beban, yang terjadi pada
anggaran atau belanja entitas yang periode periode sebelumnya dan
bersangkutan dalam periode dilakukannya mempengaruhi posisi kas dan tidak
koreksi kesalahan. Akun koreksi pendapatan mempengaruhi secara material posisi aset
periode lalu dan akun koreksi belanja periode selain kas, apabila laporan keuangan periode
lalu disajikan secara terpisah dalam Laporan tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan
Realisasi Anggaran. Akibat koreksi kesalahan pembetulan pada akun pendapatan lain lain
tersebut selanjutnya diungkapkan pada LO. Dalam hal mengakibatkan penambahan
Catatan atas Laporan Keuangan (paragraf 17). beban dilakukan dengan pembetulan pada
akun ekuitas (paragraf 18).
Koreksi kesalahan belanja sebagaimana Contoh koreksi kesalahan beban (paragraf 19):
dijelaskan pada paragraf 13 dan 14 dapat (a) Yang menambah saldo kas yaitu
dibagi dua yaitu yang menambah saldo kas pengembalian beban pegawai tahun lalu
dan yang mengurangi saldo kas. Contoh karena salah penghitungan jumlah gaji,
koreksi kesalahan belanja yang menambah dikoreksi dengan menambah saldo kas
saldo kas yaitu pengembalian belanja dan menambah pendapatan lain lain LO.
pegawai karena salah penghitungan jumlah (b) Yang mengurangi saldo kas yaitu terdapat
gaji, dikoreksi menambah saldo kas dan transaksi beban pegawai tahun lalu yang
pendapatan lain lain. Contoh koreksi belum dilaporkan, dikoreksi dengan
kesalahan belanja yang mengurangi saldo kas mengurangi akun beban lain lain LO dan
yaitu terdapat transaksi belanja pegawai mengurangi saldo kas.
tahun lalu yang belum dilaporkan, dikoreksi
mengurangi akun ekuitas dana lancar dan
mengurangi saldo kas. Terhadap koreksi
kesalahan yang berkaitan dengan belanja
yang menghasilkan aset, disamping
mengoreksi saldo kas dan pendapatan lain
lain juga perlu dilakukan koreksi terhadap aset
yang bersangkutan dan pos ekuitas dana
diinvestasikan. Sebagai contoh, belanja aset
tetap yang di-mark-up dan setelah dilakukan
pemeriksaan, kelebihan belanja tersebut
harus dikembalikan, maka koreksi yang harus
dilakukan adalah dengan menambah kas dan
pendapatan lain lain, serta mengurangi pos
aset tetap dan pos ekuitas dana
diinvestasikan (paragraf 18).
Koreksi kesalahan pendapatan sebagaimana Koreksi kesalahan atas penerimaan
dijelaskan pada paragraf 15 dapat dibagi dua pendapatan LRA yang tidak berulang yang
yaitu yang menambah saldo kas dan yang terjadi pada periode periode sebelumnya
mengurangi saldo kas. Contoh koreksi dan menambah maupun mengurangi posisi
kesalahan pendapatan yang menambah saldo kas, apabila laporan keuangan periode
kas yaitu terdapat transaksi penyetoran tersebut sudah diterbitkan , dilakukan dengan
bagian laba perusahaan negara yang belum pembetulan pada akun kas dan akun Saldo
dilaporkan. Dalam hal demikian, koreksi yang Anggaran lebih (paragraf 20).
perlu dilakukan adalah menambah saldo kas
dan ekuitas dana lancar. Contoh koreksi
kesalahan pendapatan yang mengurangi
saldo kas yaitu kesalahan pengembalian
pendapatan dana alokasi umum karena
kelebihan transfer. Dalam hal demikian,
koreksi yang perlu dilakukan adalah
mengurangi saldo kas dan ekuitas dana lancar
(paragraf 19)
Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang Contoh koreksi kesalahan pendapatan LRA
terjadi pada periode periode sebelumnya (paragraf 21):
dan tidak mempengaruhi posisi kas, baik (a) yang menambah saldo kas yaitu
sebelum maupun setelah laporan keuangan penyetoran bagian laba perusahaan
periode tersebut diterbitkan, dilakukan negara yang belum masuk ke aakas
dengan pembetulan pos pos neraca terkait negara dikoreksi dengan menambah akun
pada periode ditemukannya kesalahan kas dan menambah akun Saldo Anggaran
(paragraf 20). Lebih.
(b) yang mengurangi saldo kas yaitu
pengembalian pendapatan dana alokasi
umum karena kelebihan transfer oleh
Pemerintah Pusat, dikoreksi oleh:
(1) Pemerintah yang menerima transfer
dengan mengurangi akun Saldo
Anggaran Lebih dan mengurangi saldo
kas.
(2) Pemerintah pusat dengan menambah
akun saldo kas dan menambah Saldo
Anggaran Lebih.
Contoh kesalahan yang tidak mempengaruhi Koreksi kesalahan atas penerimaan
posisi kas sebagaimana disebutkan pada pendapatan LO yang tidak berulang yang
paragraf 20 adalah belanja untuk membeli terjadi pada periode periode sebelumnya
perabot kantor (aset tetap) dilaporkan sebagai dan menambah maupun mengurangi posisi
belanja perjalanan dinas. Dalam hal demikian, kas, apabila laporan keuangan periode
koreksi yang perlu dilakukan adalah mendebet tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan
pos aset tetap dan mengkredit pos ekuitas pembetulan pada akun kas dan akun entitas
dana investasi pada aset tetap (paragraf 21). (paragraf 22).
Kesalahan berulang dan sistemik seperti yang Contoh koreksi kesalahan pendapatan LO
dimaksud pada paragraf 9 tidak memerlukan (paragraf 23):
koreksi, melainkan dicatat pada saat terjadi (a) yang menambah saldo kas yaitu
(paragraf 22). penyetoran bagian laba perusahaan
negara yang belum masuk ke kas negara
dikoreksi dengan menambah akun kas
dan menambah akun ekuitas.
(b) yang mengurangi saldo kas yaitu
pengembalian pendapatan dana alokasi
umum karena kelebihan transfer oleh
Pemerintah Pusat dikoreksi oleh:
(1) Pemerintah yang menerima transfer
dengan mengurangi akun Ekuitas dan
mengurangi saldo kas.
(2) Pemerintah pusat dengan menambah
akun saldo kas dan menambah Ekuitas.
Akibat kumulatif dari koreksi kesalahan yang Koreksi kesalahan atas penerimaan dan
berhubungan dengan periode periode yang pengeluaran pembiayaan yang tidak berulang
lalu terhadap posisi kas dilaporkan dalam yang terjadi pada periode periode
baris tersendiri pada Laporan Arus Kas tahun sebelumnya dan menambah maupun
berjalan (paragraf 23). mengurangi posisi kas, apabila laporan
keuangan periode tersebut sudah diterbitkan,
dilakukan dengan pembetulan pada akun kas
dan akun Saldo Anggaran Lebih (paragraf 24).
Perubahan kebijakan akuntasi dan Contoh koreksi kesalahan terkait penerimaan
pengaruhnya harus diungkapkan dalam pembiayaan (paragraf 25):
Catatan atas Laporan keuangan (paragraf 42). (a) Yang menambah saldo kas yaitu
Pemerintah Pusat menerima setoran
kekurangan pembayaran cicilan pokok
pinjaman tahun lalu dari Pemda A,
dikoreksi oleh Pemerintah Pusat dengan
menambah saldo kas dan menambah
akun Saldo Anggaran Lebih.
(b) yang mengurangi saldo kas terkait
penerimaan pembiayaan, yaitu
Pemerintah Pusat mengembalikan
kelebihan setoran cicilan pokok pinjaman
tahun lalu dari Pemda A dikoreksi dengan
mengurangi akun saldo Anggaran Lebih
dan mengurangi saldo kas.
Peristiwa luar biasa menggambarkan suatu Contoh koreksi kesalahan terkait pengeluaran
kejadian atau transaksi yang secara jelas pembiayaan (paragraf 26):
berbeda dari aktivitas biasa. Di dalam (a) yang menambah saldo kas yaitu kelebihan
aktivitas biasa entitas pemerintah termasuk pembayaran suatu angsuran utang jangka
penanggulangan bencana alam atau sosial panjang sehingga terdapat pengembalian
yang terjadi berulang. Dengan demikian, yang pengeluaran angsuran, dikoreksi dengan
termasuk dalam peristiwa luar biasa hanyalah menambah saldo kas dan menambah
peristiwa peristiwa yang belum pernah atau akun Saldo Anggaran Lebih.
jarang terjadi sebelumnya (paragraf 30). (b) yang mengurangi saldo kas yaitu terdapat
pembayaran suatu angsuran utang tahun
lalu yang belum dicatat, dikoreksi dengan
mengurangi saldo kas dan mengurangi
Saldo Anggaran Lebih.
Peristiwa yang berada di luar kendali atau Koreksi kesalahan yang tidak berulang atas
pengaruh entitas adalah kejadian yang sukar pencatatan kewajiban yang terjadi pada
diantisipasi dan oleh karena itu tidak periode periode sebelumnya dan menambah
dicerminkan di dalam anggaran. Suatu maupun mengurangi posisi kas, apabila
kejadian atau transaksi yang berada di luar laporan keuangan periode tersebut sudah
kendali atau pengaruh entitas merupakan diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan
peristiwa luar biasa bagi suatu entitas atau pada akun kas dan akun kewajiban
tingkatan pemerintah tertentu, tetapi bersangkutan (paragraf 27).
peristiwa yang sama tidak tergolong luar
biasa untuk entitas atau tingkatan pemerintah
yang lain (paragraf 31)
Dampak yang signifikan terhadap realisasi Contoh koreksi kesalahan terkait pencatatan
anggaran karena peristiwa luar biasa kewajiban (paragraf 28):
terpenuhi apabila kejadian dimaksud secara (a) yang menambah saldo kas yaitu adanya
tunggal menyebabkan penyerapan sebagian penerimaan kas karena dikembalikannya
besar anggaran belanja tak tersangka atau kelebihan pembayaran angsuran suatu
dana darurat sehingga memerlukan kewajiban dikoreksi dengan menambah
perubahan/pergeseran anggaran secara saldo kas dan menambah akun kewajiban
mendasar (paragraf 32). terkait.
(b) yang mengurangi saldo kas yaitu terdapat
pembayaran suatu angsuran kewajiban
yang seharusnya dibayarkan tahun lalu
dikoreksi dengan menambah akun
kewajiban terkait dan mengurangi saldo
kas.
Anggaran belanja tak tersangka atau Laporan keuangan dianggap sudah diterbitkan
anggaran belanja lain lain yang ditujukan apabila sudah ditetapkan dengan undang
untuk keperluan darurat biasanya diterapkan undang atau peraturan daerah (paragraf 29)
ditetapkan besarnya berdasarkanb perkiraan sama dengan (paragraf 16 PP 24 Tahun 2005).
dengan memanfaatkan informasi kejadian
yang bersifat darurat pada tahun tahun lalu.
Apabila selama tahun anggaran berjalan
terjadi peristiwa darurat, bencana, dan
sebagainya yang menyebabkan penyerapan
dana dari mata anggaran ini, peristiwa
tersebut tidak dengan sendirinya termasuk
peristiwa luar biasa, terutama bila peristiwa
tersebut tidak sampai menyerap porsi yang
signifikan dari anggaran yang tersedia. Tetapi
apabila peristiwa tersebut secara tunggal
harus menyerap 50% (lima puluh persen) atau
lebih anggaran tahunan, maka peristiwa
tersebut layak digolongkan sebagai peristiwa
luar biasa. Sebagai petunjuk, akibat
penyerapan dana yang besar itu, entitas
memerlukan perubahan atau pergeseran
anggaran guna membiayai peristiwa luar
biasa dimaksud atau peristiwa lain yang
seharusnya dibiayai dengan mata anggaran
belanja tak tersangka atau anggaran lain
lain untuk kebutuhan darurat (paragraf 33).
Dampak yang signifikan terhadap posisi Koreksi kesalahan sebagaimana dimaksud
aset/kewajiban karena peristiwa luar biasa pada paragraf 13, 14. 16, dan 20 tersebut di
terpenuhi apabila kejadian atau transaksi atas tidak berpengaruh terhadap pagu
dimaksud menyebabkan perubahan yang anggaran atau belanja entitas yang
mendasar dalam keberadaan atau nilai bersangkutan dalam periode dilakukannya
aset/kewajiban entitas (paragraf 34). koreksi kesalahan (paragraf 30).
Peristiwa luar biasa harus memenuhi seluruh Koreksi kesalahan sebagaimana dimaksud
persyaratan berikut (paragraf 35): pada paragraf 13, 18, dan 22 tersebut di atas
(a) Tidak merupakan kegiatan normal dari tidak berpengaruh terhadap beban entitas
entitas; yang bersangkutan dalam periode
(b) Tidak diharapkan terjadi dan tidak dilakukannya koreksi kesalahan (paragraf 31).
diharapkan terjadi berulang;
(c) Berada di luar kendali atau pengaruh
entitas;
(d) Memiliki dampak yang signifikan terhadap
realisasi anggaran atau posisi
aset/kewajiban.
Hakikat, jumlah dan pengaruh yang Koreksi kesalahan tidak berulang yang terjadi
diakibatkan oleh peristiwa luar biasa harus pada periode periode sebelumnya dan tidak
diungkapkan secara terpisah dalam Catatan mempengaruhi posisi kas, baik sebelum
atas Laporan Keuangan (paragraf 36). maupun setelah laporan keuangan periode
tersebut diterbitkan, pembetulan dilakukan
pada akun akun neraca terkait pada periode
kesalahan ditemukan (paragraf 32) sama
dengan (paragraf 20) PP 24 tahun 2005.
Contoh kesalahan yang tidak mempengaruhi
posisi kas sebagaimana disebutkan pada
paragraf 32 adalah pengeluaran untuk
pembelian peralatan dan mesin (kelompok
aset tetap) dilaporkan sebagai jalan, irigasi,
dan jaringan. Koreksi yang dilakukan hanyalah
pada Neraca dengan mengurangi akun jalan,
irigasi, dan jaringan dan menambah akun
peralatan dan mesin. Pada Laporan Realisasi
Anggaran tidak perlu dilakukan (paragraf 33).
Kesalahan berulang dan sistemik seperti yang
dimaksud pada paragraf 10 tidak memerlukan
koreksi, melainkan dicatat pada saat terjadi
pengeluaran kas untuk mengembalikan
kelebihan pendapatan dengan mengurangi
pendapatan LRA maupun pendapatan LO
yang bersangkutan (paragraf 34).
Koreksi kesalahan yang berhubungan dengan
periode periode yang lalu terhadap posisi
kas dilaporkan dalam Laporan Arus Kas tahun
berjalan pada aktivitas yang bersangkutan
(paragraf 35).
Koreksi kesalahan diungkapkan pada Catatan
atas Laporan Keuangan (paragraf 36).
Perubahan kebijakan akuntasi harus disajikan
pada Laporan Perubahan Ekuitas dan
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan
keuangan (paragraf 42).
Apabila suatu misi atau tupoksi suatu entitas
pemerintah dihapuskan oleh peraturan, maka
suatu operasi, kegiatan, program, proyek atau
kantor terkait pada tugas pokok tersebut
dihentikan (paragraf 46).
Informasi penting dalam operasi yang tidak
dilanjutkan, misalnya hakikat operasi,
kegiatan, program, proyek yang dihentikan
tanggal efektif penghentian, cara
penghentian, pendapatan dan beban tahun
berjalan sampai tanggal penghentian apabila
dimungkinkan, dampak sosial atau dampak
pelayanan, pengeluaran aset atau kewajiban
terkait pada penghentian apabila ada harus
diungkapkan pada Catatan atas Laporan
Keuangan (paragraf 47).
Agar Laporan Keuangan disajikan secara
komparatif, suatu segmen yang dihentikan itu
harus dilaporkan dalam Laporan Keuangan
walaupun berjumlah nol untuk tahun berjalan.
Dengan demikian, operasi yang dihentikan
tampak pada Laporan Keuangan (paragraf
48).
Pendapatan dan beban operasi yang
dihentikan pada suatu tahun berjalan, di
akuntansikan dan dilaporkan seperti biasa,
seolah olah operasi itu berjalan sampai akhir
tahun Laporan Keuangan. Pada umumnya
entitas membuat rencana penghentian
meliputi jadwal penghentian bertahap atau
sekaligus, resolusi masalah legal, lelang,
penjualan, hibah, dan lain lain (paragraf 49).
Bukan merupakan penghentian operasi
apabila (paragraf 50):
(a) Penghentian suatu program, kegiatanh,
proyek, segmen secara
evolusioner/alamiah. Hal ini dapat
diakibatkan oleh demand (permintaan
publik yang dilayani) yang terus merosot,
pergantian kebututuhan lain.
(b) Fungsi tersebut tetap ada.
(c) Beberapa jenis subkegiatan dalam suatu
fungsi pokok dihapus, selebihnya berjalan
seperti biasa. Relokasi suatu program,
proyek, kegiatan ke wilayah lain.
(d) Menutup suatu fasilitas yang berutilisasi
amat rendah, menghemat biaya, menjual
sarana operasi tanpa menganggu operasi
tersebut.
PP 24 TAHUN 2005 PSAP NO. 11 LAPORAN PP 71 TAHUN 2010 PSAP NO. 11 LAPORAN
KEUANGAN KONSOLIDASIAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
Idem (paragraf 1). Tujuan: untuk mengatur penyusunan laporan
keuangan konsolidasian pada unit unit
pemerintahan dalam rangka menyajikan
laporan keuangan unyik tujuan umum
(general purpose financial statements) demi
meningkatkan kualitas dan kelengkapan
laporan keuangan dimaksud (paragraf 1).
Idem (paragraf 3). Ruang Lingkup: Laporan keuangan
konsolidasian pada pemerintah pusat sebagai
entitas pelaporan mencakup laporan
keuangan semua entitas pelaporan, termasuk
laporan keuangan badan layanan umum
(paragraf 3).
Laporan keuangan konsolidasian pada
kementerian/lembaga/pemerintah daerah
sebagai entitas pelaporan mencakup laporan
keuangan semua entitas akuntansi termasuk
laporan keuangan Badan Layanan Umum/
Badan Layanan Umum Daerah (paragraf 4).
DEFINISI
Konsolidasian adalah proses penggabungan
antara akun akun yang diselenggarakan oleh
suatu entitas pelaporan dengan entitas
pelaporan lainnya, entitas akuntansi dengan
entitas akuntansi lainnya, dengan
mengeliminasi akun akun timbal balik agar
dapat disajikan sebagai satu entitas pelaporan
konsolidasian (paragraf 6).
Laporan keuangan konsolidasian adalah suatu
laporan keuangan yang merupakan gabungan
keseluruhan laporan keuangan entitas
pelaporan, atau entitas akuntansi, sehingga
tersaji sebagai satu entitas tunggal (paragraf
6).
PENYAJIAN PENYAJIAN
Laporan keuangan konsolidasian terdiri dari Laporan keuangan konsolidasian terdiri dari
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Realisasi Anggaran, Laporan
Catatan atas Laporan Keuangan (paragraf 7). Perubahan SAL, Neraca, Laporan Operasional,
Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas,
dan Catatan atas Laporan Keuangan (paragraf
7).
Laporan keuangan konsolidasian sebagaimana
dimaksud pada paragraf 7, disajikan oleh
entitas pelaporan, kecuali (paragraf 8):
(a) Laporan keuangan konsolidasian arus kas
yang hanya disajikan oleh entitas yang
mempunyai fungsi perbendaharaan
umum;
(b) Laporan keuangan konsolidasian
perubahan saldo anggaran lebih yang
hanya disusun dan disajikan oleh
Pemerintah Pusat.
Pemerintah daerah menyampaikan laporan
keuangan konsolidasian dan semua entitas
akuntansi dibawahnya kepada lembaga
legislatif (paragraf 11).
Contoh akun timbal balik (reciprocal accounts) Contoh akun timbal balik (reciprocal accounts)
antara lain sisa Uang Yang Harus antara lain sisa uang persediaan yang belum
Dipertanggungjawabkan yang belum dipertanggungjawabkan oleh bendahara
dipertanggungjawabkan oleh Bendahara pengeluaran sampai dengan akhir periode
Pembayar sampai dengan akhir periode akuntansi (paragraf 13).
akuntansi (paragraf 13).
Pengguna anggaran/pengguna barang Entitas akuntansi menyelenggarakan
sebagai entitas akuntansi menyelenggarakan akuntansi dan menyampaikan laporan
akuntansi dan menyampaikan laporan keuangan sehubungan dengan
keuangan sehubungan dengan anggaran/barang yang dikelolanya yang
anggaran/barang yang dikelolanya yang ditujukan kepada entitas pelaporan (paragraf
ditujukan kepada entitas pelaporan (paragraf 15).
15).
Selaku penerima anggaran belanja
pemerintah (APBN/APBD) BLU/BLUD adalah
entitas akuntansi yang laporan keuangannya
dikonsolidasikan pada entitas pelaporan yang
secara organisatoris membawahinya (paragraf
19).
Selaku satuan kerja pelayanan berupa Badan,
walaupun bukan berbentuk badan hukum
yang mengelola kekayaan negara yang
dipisahkan, BLU/BLUD adalah entitas
pelaporan (paragraf 20).
Konsolidasi laporan keuangan BLU/BLUD pada
kementerian/lembaga/ pemerintah daerah
yang secara organisatoris membawahinya
dilaksanakan setelah laporan keuangan
BLU/BLUD disusun menggunakan standar
akuntansi yang sama standar akuntansi yang
dipakai oleh organisasi yang membawahinya
(paragraf 21).
Konsolidasi yang dimaksud oleh Pernyataan Konsolidasi yang dimaksud oleh Pernyataan
Standar ini dilaksanakan dengan cara Standar ini dilaksanakan dengan cara
menggabungkan dan menjumlahkan akun menggabungkan dan menjumlahkan akun
yang diselenggarakan oleh entitas pelaporan yang diselenggarakan oleh entitas pelaporan
dengan entitas pelaporan lainnya dengan dengan entitas pelaporan lainnya, atau yang
atau tanpa mengeliminasi akun timbal balik diselenggarakan oleh entitas akuntansi
(paragraf 17). dengan entitas akuntansi lainnya, dengan
mengeliminasi akun timbal balik (paragraf 22).
Konsolidasi dapat dilaksanakan baik dengan PENGUNGKAPAN
mengeliminasi akun akun yang timbal balik Dalam Catatan atas Laporan Keuangan perlu
(reciprocal) maupun tanpa mengeliminasinya diungkapkan nama nama entitas yang
(paragraf 19). dikonsolidasikan atau digabungkan beserta
status masing masing, apakah entitas
pelaporan atau entitas akuntansi (paragraf
24).
Dalam hal konsolidasi dilakukan tanpa Dalam hal konsolidasi tidak diikuti dengan
mengeliminasi akun akun yang timbal balik, eliminasi akun timbal balik sebagaimana
maka nama nama akun yang timbal balik disebut pada paragraf 12, maka perlu
dan estimasi besaran jumlah dalam akun yang diungkapkan nama nama dan besaran saldo
timbal balik dicantumkan dalam Catatan atas akun timbal balik tersebut dan disebutkan
Laporan Keuangan (paragraf 20). pula alasan belum dilaksanakan eliminasinya
(paragraf 25).
Laporan keuangan Badan Layanan Umum
(BLU) digabungkan pada kementerian
negara/lembaga teknis pemerintah
pusat/daerah yang secara organisatoris
membawahinya dengan ketentuan sebagai
berikut (paragraf 21):
(a) Laporan Realisasi Anggaran BLU
digabungkan secara bruto kepada
Laporan Realisasi Anggaran kementerian
negara/lembaga teknis pemerintah
pusat/daerah yang secara organisatoris
membawahinya.
(b) Neraca BLU digabungkan kepada neraca
kementerian negara/lembaga teknis
pemerintah pusat/daerah yang secara
organisatoris membawahinya.
PP 71 TAHUN 2010 PSAP NO. 12 LAPORAN
OPERASIONAL
Tujuan: menetapkan dasar dasar penyajian
Laporan Operasional untuk pemerintah dalam
rangka memenuhi tujuan akuntabilitas
penyelenggaraan pemerintah sebagaimana
ditetapkan oleh peraturan perundang
undangan (paragraf 1).
Tujuan pelaporan operasi adalah memberikan
informasi tentang kegiatan operasional
keuangan yang tercerminkan dalam
pendapatan LO, beban, dan surplus/defisit
operasional dari suatu entitas pelaporan
(paragraf 2).
Ruang Lingkup: berlaku untuk setiap entitas
pelaporan dan entitas akuntansi, baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
dalam menyusun laporan operasional yang
menggambarkan pendapatan LO, beban,
dan surplus/defisit operasional dalam suatu
periode pelaporan tertentu, tidak termasuk
perusahaan negara/daerah (paragraf 4).
Laporan Oeprasional menyediakan informasi
mengenai seluruh kegiatan operasional
keuangan entitas pelaporan yang
tercerminkan dalam pendapatan LO, beban,
dan surplus/defisit operasional dari suatu
entitas pelaporan yang penyajiannya
disandingkan dengan periode sebelumnya
(paragraf 5).
Pengguna laporan membutuhkan Laporan
Operasional dalam mengevaluasi pendapatan
LO dan beban untuk menjalankan suatu unit
atau seluruh entitas pemerintahan, sehingga
Laporan Operasional menyediakan informasi
(paragraf 6):
(a) Mengenai besarnya beban yang harus
ditanggung oleh pemerintah untuk
menjalankan pelayanan;
(b) Mengenai operasi keuangan secara
menyeluruh yang berguna dalam
mengevaluasi kinerja pemerintah dalam
hal efisiensi, efektifitas, dan kehematan
perolehan dan penggunaan sumber daya
ekonomi;
(c) yang berguna dalam memprediksi
pendapatan LO yang akan diterima
untuk mendanai kegiatan pemerintah
pusat dan daerah dalam periode
mendatang dengan cara menyajikan
laporan secara komparatif;
(d) Mengenai penurunan ekuitas (bila defisit
operasional) dan peningkatan ekuitas (bila
surplus operasional).
Laporan Operasional disusun untuk
melengkapi pelaporan dari siklus akuntansi
berbasis akrual (full accrual accounting cycle)
sehingga penyusunan Laporan Operasional,
Laporan Perubahan Ekuitas, dan Neraca
mempunyai keterkaitan yang dapat
dipertanggungjawabkan (paragraf 7).
DEFINISI
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi
atau potensi jasa dalam periode pelaporan
yang menurunkan ekuitas yang dapat berupa
pengeluaran atau konsumsi aset atau
timbulnya kewajiban (paragraf 8).
Pendapatan LO adalah hak pemerintah
pusat/daerah yang diakui sebagai penambah
ekuitas dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali
(paragraf 8).
Surplus/Defisit dari Kegiatan Operasional
adalah selisih lebih/kurang antara pendapatan
operasional dan beban selama satu periode
pelaporan (paragraf 8).
Surplus/Defisit LO adalah antara pendapatan
LO dan beban selama satu periode
pelaporan setelah diperhitungkan
surplus/defisit dari kegiatan non operasional
dan pos luar biasa (paragraf 8).
Untung/Rugi Penjualan Aset merupakan selisih
antara nilai buku aset dengan harga jual aset
(paragraf 8).
Laporan Operasional disajikan sekurang
kurangnya sekali dalam setahun. Dalam
situasi tertentu, apabila tanggal laporan suatu
entitas bgerubah dan Laporan Operasional
tahunan disajikan dengan suatu periode yang
lebih pendek dari satu tahun, entitas harus
mengungkapkan informasi sebagai berikut:
(a) Alasan penggunaan periode pelaporan
tidak satu tahun;
(b) Fakta bahwa jumlah jumlah komparatif
dalam Laporan Operasional dan catatan
catatan terkait tidak dapat
diperbandingkan.
Laporan Operasional menyajikan berbagai
unsur pendapatan LO, beban, surplus/defisit
dari operasi, surplus/defisit dari kegiatan non
operasional, surplus/defisit sebelum pos luar
biasa, pos luar biasa, dan surplus/defisit LO
yang diperlukan untuk penyajian yang wajar
secara komparatif.
Dalam Laporan Operasional harus
diidentifikasikan secara jelas dan jika
dianggap perlu, diulang pada setiap halaman
laporan, informasi berikut (paragraf 12):
(a) Nama entitas pelaporan atau sarana
identifikasi lainnya;
(b) Cakupan entitas pelaporan;
(c) Periode yang dicakup;
(d) Mata uang pelaporan; dan
(e) Satuan angka yang digunakan.
Dalam Laporan Operasional ditambahkan pos,
judul, dan sub jumlah lainnya apabila
diwajibkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan atau apabila penyajian tersebut
diperlukan unyik menyajikan Laporan
Operasional secara wajar (paragraf 14).
Pendapatan LO diakui pada saat (paragraf
19):
(a) Timbulnya hak atas pendapatan;
(b) Pendapatan direalisasi, yaitu adanya
aliran masuk sumber daya ekonomi.
Beban diakui pada saat (paragraf 32):
a. Timbulnya kewajiban;
b. Terjadinya konsumsi aset;
c. Terjadinya penurunan manfaat ekonomi
atau potensi jasa.

Anda mungkin juga menyukai