Anda di halaman 1dari 16

1.

1 KERANGKA KONSEPTUAL DAN PELAPORAN KEUANGAN


Kerangka kerja konseptual (conceptual fraamework) serupa dengan konstitusi
(constitution) sutau sistem koheren yang terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang
saling berhubungan, yang menjadi landasan bagi penetapan standar yang konsisten dan
penentuan sifat, fungsi, serta bata-batas dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan.
Penyajian laporan keuangan harus disajikan dengan benar dan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku agar dapat dibandingkan, baik dengan laporan keuangan periode sebelumnya
maupun dengan laporan keuangan entitas lain. FASB (1978), mendefinisikan kerangka
konseptual sebagai suatu sistim yang koheren tentang tujuan (objective) dan konsep dasar
yang saling berkaitan, yang diharapkan dapat menghasilkan standar-standar yang konsisten
dan memberikan pedoman tentang jenis, fungsi dan keterbatasan akuntansi dan pelaporan
keuangan. Perlunya kerangka konseptual :
a. Sebagai pedoman dalam menetukan standar akuntansi
b. Sebagai kerangka referensi untuk memecahkan masalah akuntansi apabila standar yang
sekarang ada tidak mengatur isu-isu yang baru muncul
c. Sebagai dasar membuat pertimbangan dalam penyajian laporan keuangan.
d. Meningkatkan daya banding dengan cara mengurangi berbagai alternatif metode akuntansi
yang ada.

Perkembangan Kerangka kerja Konseptual


FASB (Financial Accounting Standarts Board) memiliki kerangka konseptual. Kerangka
konseptual FASB dijelaskan dalam dokumen, Kerangka kerja untuk persiapan dan penyajian
laporan keuangan, dikembangkan dalam erangkaian pernyataan konsep, yang pada umumnya
di sebut sebagai kerangka konseptual. IASB dan FASB sekarang bekerja pada sebuah proyek
bersama untuk mengembangkan kerangka kerja konseptual yang baik, yang memberikan
dasar yang kuat untuk mengembangkan standar akuntansi dimasa depan. Kerangka kerja
konseptual yang baik berlandaskan dan berhubungan dengan serangkaian konsep serta tujuan
fundamental. Hal ini akan memungkinkan FASB menerbitkan standar-standar yang lebih baik
dari waktu kewaktu. Sehingga masalah-masalah praktis yang baru akan dapat di pecahkan
secara cepat jika mengacu pada kerangka teori dasar yang telah ada. Pada perkembangannya,
FASB pada tahun 1976 telah mengembangkan kerangka kerja konseptual yang menjadi dasar
bagi penetapan standar akuntansi dan pemecahan kontroversi pelaporan keuangan. Sejak saat
itu FASB telah menerbitkan enam SFACs (Statement Of Financial Accounting Concepts)
yang berhubungan dengan pelaporan keuangan entitas, yaitu:
1. SFACs No.1, Objectives Of financial Reporting by Bussines Enterprises yang berisi
tentang tujuan dan sasaran akuntansi.
2. SFACs No.2 Qualitative Characteristic of Accounting Information yang
menjelaskan karakteristik, yang membuat informasi akuntansi ini bermanfaat.
3. SFACs No.3 Element of Fnancial Statements of Business Enterprisesyang
memberikan definisi dan pos-pos yang terdapat dalam laporan keuangan, seperti
aktiva, kewajiban, pendapatan dan beban.
4. SFACs No.5 Recognition and Measurement in financial statements of Business
Enterprises yang menetapkan kriteria pengakuan dan pengukuran fundamental serta
pedoman tetang informasi apa yang biasanya harus dimasukkan dalam laporan
keuangan dan kapan waktunya.
5. SFACs No.6 Element of Financial Statements yang memperluas lingkup SFACs
no.3 dengan memasukkan anggota-anggota nirlaba.
6. SFACs No. 7 Using Cash Flow Information and Present Value in Accounting
Measurement yang memberikan kerangka kerja bagi pemakai arus kas masa depan
yang diharapkan dan nilai sekarang sebagai dasar pengukuran.

Kerangka kerja konseptual untuk pelaporan keuangan


TINGKAT PERTAMA: TUJUAN DASAR

Tujuan pelaporan keuangan (objectives of financial reporting) adalah untuk menyediakan


informasi:
1. Yang berguna bagi mereka yang memiliki pemahaman memadai tentang aktivitas bisnis
dan ekonomi untuk membuat keputusan investasi serta kredit

2. Untuk membantu investor yang ada dan potensial, kreditor yang ada dan potensial, serta
pemakai lainnya dalam menilai jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas masa depan

3. Tentang sumber daya ekonomi, klaimterhadap sumber daya tersebut, dan perubahan di
dalamnya.

Tujuan (objectives) dimulai dengan lebih banyak berfokus pada informasi yang berguna
bagi para investor dan kreditor dalam membuat keputusan. Fokus ini lalu menyempit pada
kepentingan investor dan kreditor atas prospek penerimaan kas dari investasi mereka dalam,
atau dari pinjaman yang telah mereka berikan ke entitas bisnis. Pada akhirnya, tujuan
berfokus pada laporan keuangan yang menyediakan informasi yang berguna untuk menilai
prospek arus kas yang akan diterima entitas bisnis yaitu arus kas yang menjadi harapan
investor dan kreditor. Pendekatan ini dikenal sebagai kegunaan keputusan (decision
usefulness).

Dalam menyediakan informasi kepada pemakai laporan keuangan, profesi akuntan


mengandalkan laporan keuangan bertujuan-umum (general-purpose financial statement),
yaitu menyediakan informasi paling bermanfaat dengan biaya minimal kepada berbagai
kelompok pemakai.

TINGKAT KEDUA : KONSEP-KONSEP FUNDAMENTAL

Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi

Agar berguna dalam pengambilan keputusan (decision usefulness), informasi


akuntansi harus memiliki dua kualitas yaitu kualitas primer dan kualitas sekunder. Tentu saja
terdapat beberapa kendala untuk mencapai dua kualitas tersebut.

Kualitas Primer

Relevansi (relevance) dan keandalan (reliability) harus melekat pada informasi akuntansi.

1. Relevansi. Agar relevan informasi akuntansi harus mampu membuat perbedaan dalam
sebuah keputusan. Informasi itu mampu mempengaruhi pengambilan keputusan dan
berkaitan erat dengan keputusan yang akan diambil, jika tidak berarti informasi
tersebut dikatakan tidak relevan. Informasi yang relevan harus memiliki nilai umpan
balik (feed-back value), yakni mampu membantu menjustifikasi dan mengoreksi
harapan masa lalu. Informasi juga harus memiliki nilai prediktif (predictive value)
yakni dapat digunakan untuk memprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan
datang. Selain itu kualitas relevan juga harus mempunyai substansi tepat waktu
(timeliness). Informasi harus disajikan kepada para pemakai sebelum informasi itu
kehilangan kapasitasnya untuk mempengaruhi pengambilan keputusan.

2. Reliabilitas. Informasi dianggap andal jika dapat diverifikasi, netral, disajikan secara
tepat serta bebas dari kesalahan dan bias (penyimpangan). Keandalan sangat
diperlukan bagi individu-individu pemakai yang tidak memiliki waktu atau keahlian
untuk mengevaluasi isi faktual dari informasi. Realibilitas sangat diperlukan oleh
individu-individu yang tidak memiliki waktu atau keahlian untuk mengevaluasi isi
faktual dari informasi.

Daya Uji (verifiability): ditunjukkan ketika pengukur-pengukur independen, dengan


menggunakan metode pengukuran yang sama, mendapatkan hasil yang serupa.

Ketepatan penyajian (representational faithfulness): angka-angka dan penjelasan


dalam laporan keuangan mewakili apa yang benar-benar ada dan terjadi.

Netralitas(neutrality): informasi tidak dapat dipilih untuk kepentingan sekelompok


pemakai tertentu. Info yang disajikan harus faktual, benar dan tidak bisa.

Kualitas Sekunder

Kualitas sekunder yang harus dimiliki informasi akuntansi adalah keberdaya bandingan
(comparability) dan konsistensi (consistency).

1. Komparabilitas. Informasi akuntansi akan lebih bermanfaat jika dapat dibandingkan


antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain dalam satu industri
(perbandingan horizontal) atau membandingkan perusahaan yang sama untuk periode
yang berbeda (perbandingan vertikal). Jadi diperlukan standar dan ukuran tertentu.

2. Konsistensi. Sebuah entitas dikatakan konsisten dalam menggunakan standar


akuntansi apabila mengaplikasikan perlakuan akuntansi (metode akuntansi) yang
sama untuk kejadian-kejadian serupa, dari periode ke periode.

TINGKAT KETIGA : PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

Tingkat ketiga kerangka konseptual terdiri dari konsep-konsep yang dipakai untuk
mengimplementasikan tujuan dasar dari tingkat pertama. Konsep-konsep ini menjelaskan
apa, kapan, dan bagaimana unsur-unsur serta kejadian keuangan harus diakui, diukur, dan
dilaporkan oleh sistem akuntansi.
Asumsi-Asumsi Dasar.

Asumsi-asumsi menyediakan satu landasan bagi profesi akuntansi. Jadi, asumsi dasar
akuntansi adalah anggapan-anggapan yang digunakan oleh para akuntan agar akuntansi dapat
dipraktikkan.

1. Asumsi entitas ekonomi (economic entity assumption). Akuntansi memandang bahwa


perusahaan merupakan unit yang berdiri sendiri dan terpisah dari pihak-pihak yang
memiliki kepentingan (pemilik, kreditor, karyawan, dan lainnya).

2. Asumsi kelangsungan hidup (going concern assumption). Sebagian besar metode


akuntansi di dasarkan pada asumsi kelangsungan hidup yaitu perusahaan bisnis akan
memiliki umur yang panjang.pengalaman mengindikasikan bahwa, meskipun banyak
mengalami kegagalan bisnis, perusahaan dapat memiliki kelangsungan hidup yang
panjang.

3. Asumsi unit moneter ( monetary unit assumption). Akuntansi menggunakan unit


moneter sebagai alat pengukur suatu obyek atau aktivitas perusahaan dan
menganggap nilai uang adalah stabil dari waktu ke waktu.

4. Asumsi periodisitas (periodicity assumption). Cara yang paling akurat untuk


mengukur hasil operasi perusahaan adalah dengan mengukurnya pada saat perusahaan
tersebut di likuidasi. Namun, pengambil keputusan tidak bisa menunggu selama itu
untuk menerima informasi semacam itu. Asumsi periodisitas (periodicity assumption)
atau periode waktu menyiratkan bahwa aktivitas ekonomi sebuah perusahaan dapat di
pisahkan dalam periode waktu artifisial periode waktu ini bervariasi, tetapi yang
paling umum yaitu secara bulanan, kuartalan dan tahunan.

Prinsip-Prinsip Dasar Akuntansi

1. Biaya historis (historical cost). GAAP mewajibkan sebagian besar aktiva dan kewajiban
diperlakukan dan dilaporkan berdasarkan harga akuisisi. Kos(cost) memiliki keunggulan
yang penting dibandingkan penilaian yang lainnya yaitu dapat diandalkan.

2. Pengakuan pendapatan. Pendapatan umumnya diakui jika (1) telah direalisasi atau dapat
direalisasikan dan (2) telah dihasilkan.

3. Prinsip Penandingan (matching principle). Beban untuk suatu periode ditentukan


dengan mengaitkannya dengan pendapatan tertentu atau dengan periode tertentu.. Beban
diakui : jika terdapat hubungan langsung atau sebab akibat dengan penjualan produk atau
penyerahan jasa, pada periode terjadinya, yakni pada saat kas dikeluarkan jika tidak
terdapat hub. Langsung atau sebab akibat dengan penjualan produk atau jasa, dengan
alokasi yang sistematis dan rasional, jika butir 1 dan 2 tidak terpenuhi. Contoh: depresiasi.

4. Prinsip Pengungkapan Penuh (full disclosure principle) Mengakui sifat dan jumlah
informasi yang dimasukkan dalam laporan keuangan mencerminkan trade off penilaian,
seperti :

Hal-hal yang harus diungkapkan karena mempengaruhi keputusan pemakai

Kebutuhan untuk menyajikan secara penuh agar informasi dapat dipahami.

Catatan atas laporan keuangan umumnya ditujukan untuk memperkuat atau memperjelas pos-
pos yang disajikan dalam bagian utama laporan keuangan.

Tujuan pelaporan keuangan


Dalam upaya membangun pondasi bagi akuntansi dan pelaporan keuangan, profesi akuntansi
telah mengidentifikasi sekelompok tujuan pelaporan keuangan (objectives of financial
reporting) oleh perusahaan bisnis. Pelaporan keuangan harus menyediakan infomasi berikut:

1. Berguna bagi investor serta kreditor saat ini atau potensial dan para pemakailainnya untuk
membuat keputusan investasi,kredit, dan keputusan serupa secara rasional.
2. Membantu investor serta kreditor saat ini atau potensi dan para pemakai lainnya
dalammenilai jumlah, penetapan waktu, dan ketidakpastian penerimaan kas prospektif dari
dividen atau bunga dan hasil dari penjualan, penebusan, atau jatuh tempo sekuritas atau
pinjaman.
3. Dengan jelas menggambarkan sumber daya ekonomi dari sebuah perusahaan, klaim terhadap
sumber daya tersebut (kewajiban perusahaan untuk mentransfer sumber daya ke entitas
lainnya dan ekuitas pemilik), dan pengaruh dari transaksi, kejadian, serta situasi yang
mengubah sumber daya perusahaan dan klaim pihak lain terhadap sumber daya tersebut.

Laporan Keuangan Interim (PSAK NO 3)

Laporan keuangan interim merupakan laporan keuangan yang berisi laporan keuangan
lengkap (seperti yang dijelaskan psak no 1 : penyajian laporan keuangan) atau laporan
keuangan ringkas (seperti yang dijelaskan di pernyataan ini ) untuk satu periode interim.
Periode interim adalah suatu periode pelaporan keuangan yang lebih pendek dari pada satu
tahun buku penuh.
Isi Laporan Keuangan Interim
Menurut PSAK No 1, Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen
berikut ini:
a. Laporan posisi keuangan pada akhir periode
b. Laporan laba rugi komprehensif selama periode
c. Laporan perubahan ekuitas selama periode
d. Laporan arus kas selama periode
e. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi
penjelasan lainnya
f. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas
menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali
pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan
keuangannya. Entitas diperkenankan menggunakan judul laporan selain yang digunakan
dalam Pernyataan ini.
Laporan Arus Kas
Menurut PSAK no 2, informasi tentang arus kas entitas berguna bagi para pengguna laporan
keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan entitas dalam mengahasilkan kas dan
setara kas setara menilai kebutuhan entitas untuk menggunakan arus kas tersebut. Arus kas
adalah arus masuk dan keluar kas setara kas. Penyajian laporan arus kas meliputi :
a. Aktifitas Investasi adalah perolehan dan pelepasan asset jangka panjang serta investasi lain
yang tidak termasuk setara kas.
b. Aktifitas Operasi adalah aktifitas penghasil utama pendapatan entitas dan aktifitas lain yang
bukan merupakan aktifitas investasi dan pendanaan.
c. Aktifitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta
komposisi kontribusi modal pinjaman entitas.

1.2 MANAJEMEN LABA

Manajemen laba sebagai suatu proses mengambil langkah yang disengaja dalam batas
prinsip akuntansi yang berterima umum baik didalam maupun diluar batas General Accepted
Accounting PrinciSP (GAAP). Menurut sugiri (1998:1-18) membagi definisi manajemen laba
menjadi dua, yaitu :
1. Definisi Sempit.Manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode
akuntansi. Manajemen laba dalam artian sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manajer
untuk bermain dengan komponen discretionary accruals dalam menentukan besarnya laba.
2. Definisi Luas. Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan
(mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit usaha dimana manajer bertanggung
jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomi jangka panjang
unit tersebut.
Pengertian manajemen laba oleh Merchan (1989) dalam Merchan dan Rockness
(1994)
didefinisikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk
mempengaruhi laba yang dilaporkan yang bisa memberikan informasi mengenai keuntungan
ekonomis (economic advantage) yang sesungguhnya tidak dialami perusahaan, yang dalam
jangka panjang tindakan tersebut bisa merugikan perusahaan.
Sasaran Manajemen Laba
Menurut Ayres (1994:27-29) terdapat unsur-unsur laporan keuangan yang dapat dijadikan
sasaran untuk dilakukan manajemen laba yaitu :
a. Kebijakan Akuntansi. Keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijakan akuntansi
yang wajib diterapkan oleh suatu perusahaan, yaitu antara menerapkan akuntansi lebih
awal dari waktu yang ditetapkan atau menundanya sampai saat berlakunya kebijakan
tersebut.
b. Pendapatan. Dengan mempercepat atau menunda pengakuan akan pendapatan.
c. Biaya. Menganggap sebagai ongkos (beban biaya) atau menganggap sebagai suatu
tambahan investasi atas suatu biaya (amortize or capitalize of investment).
Alasan dilakukan manajemen laba
a. Manajemen laba dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap manajer.
Manajemen laba berhubungan eratdengan tingkat perolehan laba atau prestasi usaha suatu
organisasi, hal ini karena tingkat keuntungan atau laba dikaitkan dengan prestasi manajemen
dan juga besar kecilnya bonus yang akan diterima oleh manajer.
b. Manajemen laba dapat memperbaiki hubungan dengan pihak kreditor. Perusahaan yang
terancam default yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran utang pada waktunya,
perusahaan berusaha menghindarinya dengan membuat kebijakan yang dapat meningkatkan
pendapatan maupun laba. Dengan demikian akan memberi posisi bargaining yang relatif baik
dalam negoisasi atau penjadwalan ulang utang antara pihak kreditor dengan perusahaan.
c. Manajemen laba dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya terutama pada
perusahaan go publik pada saat IPO.
Terjadinya Manajemen Laba
Menurut Ayres (1994:27-29) manajemen laba dapat dilakukan oleh manajer dengan caracara
sebagai berikut:
a. Manajer dapat menentukan kapan waktu akan melakukan manajemen laba melalui
kebijakannya. Hal ini biasanya dikaitkan dengan segala aktivitas yang dapat
mempengaruhi aliran kas dan juga keuntungan yang secara pribadi merupakan
wewenang dari para manajer
b. Keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang wajib diterapkan
oleh suatu perusahaan. Yaitu antara menerapkan lebih awal atau menunda sampai saat
berlakunya kebijakan tersebut.
c. Upaya manajer untuk mengganti atau merubah suatu metode akuntansi tertentu dari
sekian banyak metode yang dapat dipilih yang tersedia dan diakui oleh badan akuntansi
yang ada (GAAP).
1.3 KONSEKUENSI EKONOMI LAPORAN KEUANGAN

Economic consequences adalah konsep yang menyatakan bahwa, walaupun


bertentangan dengan implikasi teori pasar modal efisien, pilihan kebijakan akuntansi dapat
mempengaruhi nilai perusahaan. Walaupun dengan implikasi kebijakan teori pasar modal
efisien, tampak bahwa pilihan kebijakan akuntansi memiliki konsekuensi ekonomi bagi
pamakai laporan keuangan, walaupun tidak secara langsung mempengaruhi aliran kas
perusahaan. Zeff (1978) mendefinisikan economic consequences sebagai dampak laporan
akuntansi terhadap perilaku pengambilan keputusan bisnis, pemerintah, dan kreditor. Esensi
definisi tersebut adalah bahwa laporan akuntansi dapat mempengaruhi (affect) keputusan
nyata oleh manajer dan pihak lain, tidak hanya sekedar menggambarkan (reflecting) hasil
keputusan
yang dibuat. Pemahaman konsep konsekuensi ekonomi dalam pemilihan kebijakan akuntansi
merupakan hal penting karena beberapa alasan :
1. Konsep itu sendiri merupakan hal yang menarik.
2. Usul bahwa kebijakan akuntansi bukan merupakan persoalan, bertentangan dengan
pengalaman akuntan.
3. Hadirnya konsekuensi ekonomi menimbulkan pertanyaan mengapa konsekuensi
ekonomi tersebut ada.
Esensi dari economic consequences adalah bahwa kebijakan akuntansi dan perubahan
kebijakan akuntansi tersebut merupakan suatu permasalahan (matter), terutama permasalahan
bagi manajemen. Akan tetapi, apabila hal tersebut merupakan permasalahan bagi manajemen,
kebijakan akuntansi juga permasalahan bagi investor yang memiliki perusahaan karena
manajer dapat mengubah hasil operasi perusahaan sesungguhnya dengan melakukan
perubahan kebijakan akuntansi. Economic consequences muncul karena perusahaan
melakukan kontrak seperti kompensasi eksekutif (executive compensation) dan kontrak utang
(debt contract). Kebijakan akuntansi yang digunakan dapat merupakan sumber informasi
yang penting bagi investor. Manajer dapat menggunakan sumber informasi berupa pilihan
kebijakan akuntansi yang dipilih sebagai signal tentang informasi dalam dari perusahaan.
Alasan lain munculnya konsekuensi ekonomi adalah karena :
a. Economic consequences muncul karena perusahaan melakukan kontrak seperti
kompensasi eksekutif (executive compensation) dan kontrak utang (debt contract).
b. Kebijakan akuntansi yang digunakan dapat merupakan sumber informasi yang
penting bagi investor. Manajer dapat menggunakan sumber informasi berupa pilihan
kebijakan akuntansi yang dipilih sebagai signal tentang informasi dalam dari
perusahaan.
c. Teori pasar modal efisien gagal menjelaskan perilaku pasar. Berdasarkan teori pasar
modal efisien, suatu perubahan akuntansi direaksi oleh pasar hanya apabila perubahan
akuntansi tersebut berpengaruh terhadap arus kas perusahaan.
d. Economic consequences diperlukan untuk mengetahui respon pasar atas perubahan
kebijakan akuntansi walaupun perubahan kebijakan akuntansi tersebut tidak
berpengaruh secara langsung terhadap arus kas. Karena itu, economic consequences
merupakan salah satu anomali pasar modal efisien. Teori akuntansi positif (PAT)
adalah penjelasan terhadap adanya economic consequences.
Teori pasar modal efisien gagal menjelaskan perilaku pasar. Berdasarkan teori pasar
modal efisien, suatu perubahan akuntansi direaksi oleh pasar hanya apabila perubahan
akuntansi tersebut berpengaruh terhadap arus kas perusahaan. Economic consequences
diperlukan untuk mengetahui respon pasar atas perubahan kebijakan akuntansi walaupun
perubahan kebijakan akuntansi tersebut tidak berpengaruh secara langsung terhadap arus kas.
Karena itu, economic consequences merupakan salah satu anomali pasar modal efisien. Teori
akuntansi positif (Positive Accounting Theory/PAT) adalah penjelasan terhadap adanya
economic consequences. PAT adalah teori yang berkaitan dengan prediksi tindakan atas
adanya pilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dan bagaimana manajer merespon suatu
standar baru. Komponen PAT meliputi:
1. Bonus Plan Hypothesis
2. Debt Covenant Hypothesis
3. Political Cost Hypothesis
Bonus Plan Hypothesis Manajer yang memiliki program bonus akan memilih
kebijakan akuntansi yang menggeser laba dari periode yang akan datang ke periode sekarang.
Debt Covenant Hypothesis Semakin dekat perusahaan terhadap pelanggaran kovenan utang
berbasis akuntansi, semakin mungkin manajer memilih prosedur akuntansi yang menggeser
laba dari periode yang akan datang ke periode sekarang. Political Cost Hypothesis Semakin
besar biaya politik yang dihadapi perusahaan, semakin mungkin manajer memilih prosedur
akuntansi yang menggeser laba periode sekarang ke periode yang akan datang.
Berikut beberapa perubahan yang terjadi dalam hal judul laporan, definisi, komponen
laporan keuangan, informasi komparatif dan penyajian penghasilan komprehensif lain:

Hal PSAK 1 2013 PASAK 1 2009

Judul Laporan Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Laporan Laba Rugi
Komprehensif Lain Komprehensif

Definisi Tidak memberikan definisi: Tidak memberikan


defenisi tersebut
Laba Rugi,Pemilik,Penyesuaian
Reklasifikasi, tidak praktis, Total
penghasilan Komprehensif

Komponen Laporan -Laporan posisi keuangan -Laporan posisi


Keuangan keuangan
-Laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain -Laporan laba rugi
komprehensif
-Laporan perubahan ekuitas
-Laporan perubahan
-Laporan arus kas
ekuitas
-Catatan atas laporan keuangan-Informasi
-Laporan arus kas
komparatif
-Catatan atas laporan
keuangan

Informasi Komparatif -Informasi komparatif minimum Tidak terdapat


pengaturan
-Informasi komparatif tambahan

Penyajian Penghasilan Disajikan berdasarkan kelompok: Disajikan dalam


Komprehensif Lain kelompok Penghasilan
1. Pos-pos yang akan direklasifikasikan ke
komprehensif lain
laba rugi

2. Pos-pos yang tidak akan


direklasifikasikan ke laba rugi

Perbedaan PSAK 1 dengan IAS 1

Ruang lingkup tidak berlaku untuk entitas Syariah (par 2)

Menghilangkan kemungkinan penggunaan untuk entitas sektor publik (par 5)

Tambahan aturan regulator pasar modal sbagai suatu acuan untuk entitas yang berada
di bawah pengawasanya dalam definisi SAK (par 7)

Menghilangkan kalimat memperkenankan entitas menggunakan judul lain untuk


komponen laporan keuangan untuk keseragaman (par 10)

Tanggung jawab laporan keuangan karena peraturan hanya mengatur untuk sebagian
entitas.

Perbedaan fomart, aset tetap setelah aset lancar dan ekuitas setelah liabilitas

Penyimpangan dari SAK tidak diadopsi karena tidak sesuai konteks Indonesia

Aset biolojik

Tanggal efektif, ketentuan transisi dan penarikan IAS 1 2003

Penerapan PSAK No. 1 tahun 2013 digunakan untuk penyusunan dan


penyajian laporan keuangan bertujuan umum (general purpose financial statements)
agar dapat dibandingkan dengan periode sebelumnya dan entitas lain.

Pernyataan ini mengatur:

persyaratan bagi penyajian laporan keuangan

struktur laporan keuangan


persyaratan minimum

isi laporan keuangan

Entitas menerapkan Pernyataan ini dalam penyusunan dan penyajian laporan


keuangan bertujuan umum sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Pernyataan
ini tidak berlaku bagi penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas syariah.

KasusAnalisis Kasus PT. Indofarma Tbk

PT. INDOFARMA merupakan pabrik obat yang didirikan pada tahun 1918 dengan
nama Pabrik Obat Manggarai. Pada tahun 1950, Pabrik Obat Manggarai ini diambil alih oleh
Pemerintah Republik Indonesia dan dikelola oleh Departemen Kesehatan. Pada tahun 1979,
nama pabrik obat ini diubah menjadi Pusat Produksi Farmasi Departemen Kesehatan.
Kemudian, berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) No. 20 tahun 1981,
Pemerintah menetapkan Pusat Produksi Farmasi Departemen Kesehatan menjadi Perusahaan
Umum Indonesia Farma (Perum Indofarma). Selanjutnya pada tahun 1996, status badan
hukum Perum Indofarma diubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) berdasarkan PP No.
34 tahun 1995.

Kasus Posisi
Kasus Indofarma ini bermula saat perusahaan yang memproduksi 80% (delapan puluh
persen) obat generik itu mengalami kerugian sebesar Rp. 20,097 (dua puluh koma sembilan
puluh tujuh) miliar pada akhir tahun 2002. Padahal hingga kuartal in tahun yang sama, laba
bersih Indofarma mencapai Rp. 88,57 (delapan puluh delapan koma lima puluh tujuh) miliar.1
Kerugian ini sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari kekeliruan yang dilakukan oleh
manajemen padatahuntahun sebelumnya yang pada akhirnya berdampak pada tahun-tahun
berikutnya. Faktor penyebab kerugian itu menurut manajemen Indofarma:2
1. Adanya perubahan regulasi peme-rintah,yaitu:
a. sejak dihapuskannya subsidi pengadaan obat generik yang diberlakukan secara efektif
sejak tahun 2001;
b penerapan Undang-undang Otonomi Daerah yang mengharuskan tender pengadaan obat
generic dilakukan secara desentralisasi di tingkat Kabupaten dan Kota atau hilangnya captive
market.
2. Persaingan yang semakin ketat antar produsen obat dan mengarah pada terjadiny a perang
harga dengan memberikan diskon yang pada akhirnya mengakibatkan beban pokokpenjualan
meningkat;
3. Komposisiportofolioprodukyang sangat bergantung pada obat generik yang saat ini
mencapai lebih dari 80% (delapan puluh person) dari total penjualan dan penjualan
obatgenerik ini menurun sejalan adanya pe-rubahan regulasi pemerintah ditambah dengan
kondisi pasar yang over supply selama tahun 2003;
4. Pengembangan 40 (empat puluh) jenis obat-obat ethical yang berharga murah dengan
merek (low-price branded generic) sampai sekarang belum membuahkan hasil yang
maksimal.
5. Inefisiensi produksi yang disebabkan oleh kapasitas menganggur (idle cpacity) dari
fasilitas produksi, adanya kapasitas menganggur karena penambahan fasilitas produksi
tanpamemperhatikan kebutuhan riil pasar dengan sangat besamya fasilitas produksi yang
tidak didukung oleh daya serap pasar mengakibatkan utilisasi fasilitas produksi menjadi
sangat rendah dan bahkan sampai dibawah 10% (sepuluh persen). Dengan demikian maka
harga pokok produk menjadi tinggi karena overhead cost-nya sangat tinggi;
6. Sejak tahun 2000 Perusahaan mendirikan anak perusahaan yaitu PT. Indofarma Global
Medika(IGM) yang menjadi distributor untuk semua produk Indofarma. Pendirian IGM ini
dengan investasi yang sangat tinggi seperti pergudangan, sarana trans-portasi, SDM,
teknologi infpormasi dan Iain-lain. Tetapi harga produk sudah ditentukan oleh pemerintah
mang-akibatkan marjin keun-tungan yang diperoleh IGM ini sangat kecil dan ini yang
mengakibat-kan rendahnya

Anda mungkin juga menyukai