Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, yang dapat menyebabkan kematian terutama pada anak serta sering kali menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) atau wabah. (Muchlastriningsih, 2004) Wabah dengue pertama kali ditemukan di dunia tahun 1635 di Kepulauan Karibia dan selama abad 18, 19 dan awal abad 20, wabah penyakit yang menyerupai dengue telah digambarkan secara global di daerah tropis dan beriklim sedang. Vektor penyakit ini berpindah dan memindahkan penyakit dan virus dengue melalui transportasi laut. Seorang pakar bernama Rush telah menulis tentang dengue berkaitan dengan break bone fever yang terjadi di Philadelphia tahun 1780. Kebanyakan wabah ini secara klinis adalah demam dengue walaupun ada beberapa kasus berbentuk haemorrhargia. Penyakit DBD di Asia Tenggara ditemukan pertama kali di Manila tahun 1954 dan Bangkok tahun 1958 (Soegijanto, 2006) Penyakit DBD di Indonesia pertama kali ditemukan di Surabaya tahun 1968, tetapi konfirmasi virologis baru diperoleh tahun 1972. Kasus pertama di Jakarta dilaporkan tahun 1968, diikuti laporan dari Bandung (1972) dan Yogyakarta (1972). (Soedarmo, 2002). Sejak itu penyakit DBD menyebar ke berbagai daerah di seluruh pelosok tanah air, kecuali yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. Sejak pertama kali ditemukan jumlah kasus menunjukkan kecenderungan meningkat, baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit dan secara sporadis selalu terjadi KLB setiap tahun. KLB terbesar terjadi pada tahun 1998, pada tahun 1999 Incidence Rate (IR) menurun tajam, namun tahun-tahun berikutnya IR cenderung meningkat. Sejak Januari sampai
Universitas Sumatera Utara
dengan 5 Maret tahun 2004 total kasus DBD di seluruh propinsi di Indonesia sudah mencapai 26.015 orang, (Depkes RI, 2004). Upaya penanggulangan DBD di Indonesia dilakukan sejak tahun 1968, dan diprogramkan secara teratur sejak tahun 1974, namun upaya pelaksanaan program pemberantasan penyakit DBD belum berhasil menekan angka kesakitan, sehingga penyakit ini masih sering terjadi dan menimbulkan KLB diberbagai daerah. (WHO; Dep-Kes RI, 2000) Propinsi Sumatera Utara termasuk salah satu wilayah endemis penyakit DBD, selama kurun waktu lima tahun terakhir (2001-2005) jumlah kasus yang berfluktuasi namun cenderung meningkat, oleh karena itu penyakit DBD harus diwaspadai dan dipantau terus-menerus. (Din-Kes Prop. S.U., 2008) Penyakit DBD telah menyebar luas ke seluruh wilayah Provinsi Sumatera Utara sebagai KLB dengan angka kesakitan dan kematian yang relatif tinggi. Berdasarkan KLB wilayah Provinsi Sumatera Utara dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Daerah Endemis DBD Kota Medan, Deli Serdang, Binjai, Langkat, Asahan, Tebing Tinggi, Pematang Siantar dan Kabupaten Karo. b. Daerah Sporadis DBD Kota Sibolga, Tanjung Balai, Simalungun, Tapanuli Utara, Toba Samosir, Dairi, Tapanuli Tengah, Mandailing Natal, Padang Sidempuan, Tapanuli Selatan, Labuhan Batu, Humbang Hasundutan, Pak-Pak Barat, Serdang Bedagai dan Kabupaten Samosir. c. Daerah Potensial/Bebas DBD Kabupaten Nias dan Nias Selatan. (Din-Kes Prop S.U., 2008) Pada tahun 2008 dilaporkan terjadi 3 kali KLB DBD di 3 Kota yaitu Tanjung Balai (179 penderita, 5 orang meninggal), Tebing Tinggi (62 penderita, 2 orang meninggal) dan Pematang Siantar (28 penderita, 1 orang meninggal). Total
Universitas Sumatera Utara
jumlah penderita sebanyak 269 orang dan 8 diantaranya meninggal dunia. Pada tahun 2008, jumlah penduduk yang terserang DBD di Sumatera Utara sebanyak 4.401 orang dan yang meninggal sebanyak 50 orang. Dibandingkan dengan tahun 2007, angka kesakitan (IR) tidak menunjukkan penurunan yang signifikan sebaliknya angka kematian (CFR) mengalami peningkatan yaitu 0,83% menjadi 1,13%. (Din-Kes Prop S.U., 2008) Dengan demikian DBD menjadi masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian, hal inilah yang melatarbelakangi penulis melakukan penelitian untuk mengetahui gambaran penderita DBD pada anak di RSUP. H. Adam Malik Tahun 2008-2010.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka diperlukan suatu penelitian tentang gambaran penderita demam berdarah dengue pada anak untuk menjawab pertanyaan penelitian bagaimana gambaran penderita demam berdarah dengue pada anak di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2008-2010?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penderita demam berdarah dengue pada anak di RSUP. H. Adam Malik tahun 2008-2010.
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui distribusi proporsi, penderita demam berdarah dengue pada anak berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, dan status gizi di RSUP. H. Adam Malik tahun 2008-2010. 2. Untuk mengetahui musim penularan demam berdarah dengue pada anak berdasarkan waktu (bulan dan tahun) pada tahun 2008-2010.
Universitas Sumatera Utara
3. Untuk mengetahui kota daerah tempat tinggal pada penderita demam berdarah dengue pada anak di RSUP. H. Adam Malik Medan pada Tahun 2008-2010. 4. Untuk mengetahui gejala klinis yang timbul pada penderita demam berdarah dengue pada anak di RSUP. H. Adam Malik Medan pada Tahun 2008-2010.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : 1. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk masukan dalam rangka meningkatkan upaya-upaya pencegahan demam berdarah dengue pada anak khususnya di wilayah kota Medan. 2. Sebagai bahan informasi bagi tenaga kesehatan setempat khususnya pengelola program dalam rangka usaha pemberantasan demam berdarah dengue. 3. Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman langsung dalam melakukan penelitian dan penulisan karya ilmiah.