Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KASUS HEMATOCHEZIA

DI RUANG RAJAWALI 6A RSUP Dr.KARIADI SEMARANG

Disususn Oleh :

Nama : Zumrotul Masruroh

NIM : P1337420615018

Ruang : Rajawali 6A

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

2017
I. Jenis Kasus

1.1 Pengertian Hematochezia

Hematochezia adalah keluarnya darah dari rectum yang diakibatkan perdarahan


saluran cerna bahagian bawah, tetapi dapat juga dikarenakan perdarahan saluran cerna
bahagian atas yang sudah berat. (Porter, R.S., et al., 2008)

Perdarahan dari anus dengan warna merah segar dinamakan hematochezia. Penyebab
dari hematochezia ini adalah berasal dari saluran cerna bagian bawah. Nama penyakit yang
mendasarinya adalah hemoroid (wasir), infeksi kuman seperti amuba, tifus, disentri yang
berat, kanker usus besar, radang usus besar menahun oleh sebab penyakit autoimun
(inflammatory bowel disease).

BAB darah atau biasa disebut hematochezia ditandai dengan keluarnya darah
berwarna merah terang dari anus, dapat berbentuk gumpalan atau telah bercampur dengan
tinja. Sebagian besar BAB darah berasal dari luka di usus besar, rektum, atau anus. Warna
darah pada tinja tergantung dari lokasi perdarahan. Umumnya, semakin dekat sumber
perdarahan dengan anus, semakin terang darah yang keluar. Oleh karena itu, perdarahan di
anus, rektum dan kolon sigmoid cenderung berwarna merah terang dibandingkan dengan
perdarahan di kolon transversa dan kolon kanan (lebih jauh dari anus) yang berwarna merah
gelap atau merah tua.

1.2 Etiologi

Penyebab dari hematochezia ini adalah berasal dari saluran cerna bagian bawah. Nama
penyakit yang mendasarinya adalah hemoroid (wasir), infeksi kuman seperti amuba, tifus,
disentri yang berat, kanker usus besar, radang usus besar menahun oleh sebab penyakit
autoimun (inflammatory bowel disease).

Gastrointestinal bagian atas (biasanya kotoran hitam):


Pendarahan lambung atau ulkus duodenum
Gastritis
Varises esophageal
Mallory-Weiss air mata (air mata di kerongkongan akiabat muntah)
Trauma atau asing tubuh
Usus iskemia (kurangnya aliran darah yang tepat ke usus)
Vascular malformasi
Gastrointestinal bagian bawah (biasanya merah atau bangku merah, berdarah):
Wasir
Anal fissures
Divertikular pendarahan
Infeksi usus (seperti enterokolitis bakteri)
Vascular malformasi
Radang usus
Tumor
Colon polip atau kanker usus besar
Trauma atau asing tubuh
Usus iskemia (kurangnya aliran darah yang tepat ke usus)
1.3 Manifestasi Klinis
a. Syok (denyut Jantung, Suhu Tubuh),
b. Penyakit hati kronis (sirosis hepatis),
c. Demam ringan 38-39C,
d. Nyeri di perut,
e. Hiperperistaltik,
f. Penurunan Hb dan Hmt yang terlihat setelah beberapa jam,
g. Peningkatan kadar urea darah setelah 24-48 jam karena pemecahan protein darah oleh
bakteri usus.

1.4 Patofisiologi

Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar mengakibatkan peningkatan
tekanan vena porta. Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral dalam submukosa
esopagus dan rektum serta pada dinding abdomen anterior untuk mengalihkan darah dari
sirkulasi splenik menjauhi hepar. Dengan meningkatnya tekanan dalam vena ini, maka vena
tersebut menjadi mengembang dan membesar (dilatasi) oleh darah (disebut varises). Varises
dapat pecah, mengakibatkan perdarahan gastrointestinal masif. Selanjutnya dapat
mengakibatkan kehilangan darah tiba-tiba, penurunan arus balik vena ke jantung, dan
penurunan curah jantung. Jika perdarahan menjadi berlebihan, maka akan mengakibatkan
penurunan perfusi jaringan. Dalam berespon terhadap penurunan curah jantung, tubuh
melakukan mekanisme kompensasi untuk mencoba mempertahankan perfusi. Mekanisme ini
merangsang tanda-tanda dan gejala-gejala utama yang terlihat pada saat pengkajian awal.
Jika volume darah tidak digantikan , penurunan perfusi jaringan mengakibatkan disfungsi
seluler. Sel-sel akan berubah menjadi metabolsime anaerob, dan terbentuk asam laktat.
Penurunan aliran darah akan memberikan efek pada seluruh sistem tubuh, dan tanpa suplai
oksigen yang mencukupi sistem tersebut akan mengalami kegagalan.

1.5 Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium (pemeriksaan darah)


Hitung darah lengkap : penurunan Hb, Hmt, peningkatan leukosit.
Elektrolit : penurunan kalium serum, peningkatan natrium, glukosa serum dan laktat.
b. Radiologi
Barrium Foloow through.
Barrium enema.
c. Colonoscopy
Pemeriksaan ini dianjurkan pada pasien yang menderita peradangan kolon.

1.6 Penatalaksanaan

a. Pengaturan diet
Bila terjadi konstipasi berikan makan dengan makanan tinggi serat. Dianjurkan untuk
menghindari susu.
b. Pengaturan obat-obatan

1.7 Komplikasi

a. Encelofati
b. Asites
c. Sirosis Hepatis

II. Fokus Assesment

Regenerasi sel hati yang terganggu

Kegagalan parenkim paru Peningkatan tekanan vena

nafsu makan menurun Varises

mual muntah perut tidak enak Tekanan meningkat


kelemahan dan cepat lelah Pembuluh darah pecah

Perubahan
nutrisi
Hematokhezia Melena

Syok hipovolemik Pendarahan Ansietas

Tekanan kapiler meningakat


Defisit
Volume
Protein plasma hilang
Cairan

Edema

Penekanan pembuluh darah

Perfusi jaringan menurun

Resiko kerusakan
integritas jaringan

III. Diagnosa Keperawatan

a. Defisit Volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan b.d output cairan yang
berlebihan.
b. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake asupan yang tidak
adekuat.
c. Ansietas b.d dengan perubahan besar pada kesehatan
d. Resiko kerusakan integritas jaringan b.d kekurangan volume cairan

IV. Intervensi dan Rasionalisasi


a. Defisit Volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan b.d output cairan yang
berlebihan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan 2x24 Jam klien tidak mengalami defisit cairan
lagi.
Kriteri hasil :
a. Tanda-tanda Dehidrasi tidak ada
b. Mukosa mulut dan bibir lembab
c. Balance cairan seimbang

Intervensi Rasionalisasi
1. Tingkatkan/pertahankan asupan cairan 1. Mencegah timbulnya masalah
per oral. kekurangan cairan yang semakin parah
2. Monitor tanda-tanda vital yang sesuai
2. Mengetahui perubahan kondisi pasien
3. Monitor asupan dan pengeluaran
4. Konsultasikan dengan dokter jika sebagai indikasi perkembangan
tanda dan gejala ketidakseimbangan kebutuhan cairan
cairan dan/atau elektrolit menetap atau 3. Memberikan pedoman penggantian
memburuk cairan
4. Menentukan tindakan lebih lanjut yang
tepat sesuai daengan kebutuhan pasien
dan pemberian obat-obatan hemostatik
seperti vitamin K, 4 x 10 mg/hari,
karbasokrom (Adona AC), antasida dan
golongan H2 reseptor antagonis
(simetidin atau ranitidin) berguna untuk
menanggulangi perdarahan.

b. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake asupan yang tidak
adekuat.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan selama 2x24 Jam gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi teratasi.
Kriteria Hasil :
a. Intake nutrisi klien meningkat
b. Diet makan habis 1 porsi
c. Tidak merasakan mual dan muntah.
INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji pola nutrisi klien dan
perubahan yang terjadi
b. Timbang BB klien
c. Kaji penyebab gangguan
pemenuhan nutrisi
d. Berikan diet dalam kondisi
hangat dan porsi kecil tapi
sering
e. Kolaborasi dengan tim gizi
dalam pemenuhan diet klien.

c. Ansietas b.d perubahan besar pada kesehatan


Tujuan : selama dilakukan tindakan 2x24 Jam klien tidak tampak cemas
Kriteria hasil :
a. Klien tidak menunjukan sikap gelisah
b. Klien terlihat tenang

Intervensi Rasionalisasi
1. Bina hubungan saling percaya antara 1. hubungan saling percaya
perawat-pasien adalah dasar hubungan terpadu
2. Pahami rasa takut/ ansietas pasien.
yang mendukung klien dalam
3. Kaji tingkat ansietas yang dialami oleh
mengatasi perasaan cemas.
pasien.
2. perasaan adalah nyata dan
4. Temani atau atur supaya ada seseorang
membantu pasien untuk
bersama pasien sesuai.
5. Berikan penjelasan pada pasien tentang terbuka sehingga dapat
penyakitnya. mendiskusikan dan
menghadapinya
3. mengetahui sejauh mana
tingkat kecemasan yang
dirasakan oleh pasien.
4. dukungan yang terus menerus
mungkin membantu pasien
mengurangi ansietas/ rasa takut
ke tingkat yang dapat diatasi.
5. dapat mengurangi rasa cemas
pasien akan penyakitnya

d. Resiko kerusakan integritas jaringan b.d kekurangan volume cairan

Intervensi Rasionalisasi
1. Tentukan jumlah dan jenis 1. Untuk mencegah terjadinya hipovolemia
intake/asupan cairan serta kebiasaan dan hipervolemia pada pasien
2. Memberikan pedoman penggantian
eliminasi
2. Monitor asupan dan pengeluaran cairan
3. Monitor membrane mukosa, turgor 3. Membrane mukosa, turgor kulit dan
kulit dan respon haus respon haus yang buruk menandakan
pasien mengalami dehidrasi

V. Buku Sumber

Amin, Hardi.2015.Asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis dan Nanda Nic Noc.
Yogyakarta: Media Action Publishing.

Dongoes.2000. Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC

Junadi dkk.1982.Kapita SElekta kedokteran, Ed2.FKUI:Media Aesculapius.

Porter, et al. 2008.Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan).PT EGC:Jakarta.

Samsjuhidayat & Wim de Jong.1997.Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai