Anda di halaman 1dari 3

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Salah satu bentuk konjungtivitis adalah konjungtivitis alergi.

Konjungtivitis alergi adalah peradangan konjungtiva yang disebabkan oleh

reaksi alergi atau hipersensitivitas tipe humoral ataupun selular.

Konjungtivitis alergi disebabkan oleh suatu reaksi imunologis berupa reaksi

hipersensitivitas terhadap berbagai hal seperti: 1) reaksi alergi terhadap

debu, serbuk sari, bulu binatang; 2) iritasi oleh angin, debu, asap, dan polusi

udara; dan 3) pemakaian lensa kontak terutama dalam jangka panjang.


Gejala utama penyakit alergi ini adalah radang (merah, sakit, bengkak,

dan panas), gatal, silau berulang dan menahun. Tanda karakteristik lainnya

adalah terdapatnya papil besar pada konjungtiva, injeksi konjungtiva, datang

bermusim, yang dapat mengganggu penglihatan. Walaupun penyakit alergi

konjungtiva sering sembuh sendiri akan tetapi dapat memberikan keluhan

yang memerlukan pengobatan. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan

sel eosinofil, sel plasma, limfosit, dan basofil yang meningkat. Dapat juga

dilakukan pemeriksaan tes alergi untuk mengetahui penyebab dari alerginya

itu sendiri.
Terapi dapat diberikan terapi lokal maupun terapi sistemik. Terapi

berupa agonis reseptor H1, mast cell stabilizers, antihistamin dengan mast

cell-stabilizing activity, NSAID topikal, vasokonstriktor, steroid topikal, dan

antihistamin oral, dan pada kasus-kasus berat, dapat diberikan kortikosteroid

sistemik.

28
Menegakkan diagnosis dan memberikan terapi yang tepat dapat

memperbaiki kualitas hidup penderita konjungtivitis alergika. Namun, perlu

diperhatikan komplikasi dari konjungtivitis alergika kronik seperti ulserasi

pada permukaan kornea dan keratitis.

29
DAFTAR PUSTAKA

1 Riordan-Eva P. Anatomi dan embriologi mata. Dalam: Whitcher JP, Riordan-


Eva P, editors. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta:
EGC; 2007. h 1-27.
2 Khurana AK. Diseases of the conjunctiva. Dalam: Khurana AK, editor.
Comprehensive Ophtalmology Fourth Edition. New Delhi: New Age; h51-88.
3 Garcia-Ferrer FJ, Schwab IR, Shetlar DJ. Konjungtiva. Dalam: Whitcher JP,
Riordan-Eva P, editors. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum Edisi 17.
Jakarta: EGC; 2007. h 97-124.
4 Ventocillia M, Roy H. Allergic Conjunctivitis. Medscape Reference. 2016.
http://emedicine.medscape.com/article/1191467-overview#a0104
5 American Academy of Ophtalmology. Clinical approach to immune-related
disorders of the ecxternal eye in External Disease and Cornea. San Fransisco:
American Academy of Ophtalmology; 2008. h205-41.
6 Ilyas S. Mata merah dengan penglihatan normal. Ilyas S, editor. Dalam: Ilmu
Penyakit Mata Edisi ke-3. Jakarta: FKUI; 2009. h116-46.
7 Yanoff M, Dukers J. Myron Yanoff & Jays Duker Ophtalmology. Edisi 3.
New York: Mosby Elsevier; 2008

30

Anda mungkin juga menyukai