Obat Yang Menyebabkan Diare PDF
Obat Yang Menyebabkan Diare PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
2.1.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui panca indra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga (Notoatmodjo, 2003).
2.2. Sikap
2.2.1 Definisi Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau
aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu prilaku. Sikap itu
masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah
laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di
lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo,
2003).
Dalam bagian lain Allport (1954) yang dikutip kembali oleh Notoatmodjo
menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yakni:
a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.
c. Kecendrungan untuk bertindak (trend to behave) (Notoatmodjo, 2003).
2.4. Diare
2.4.1. Defenisi Diare
Diare diartikan sebagai buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk
cairan atau setengah cair (setengah cair setengah padat), kandungan air pada tinja
lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24jam. Defenisi lain
memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari.
Buang air besar encer tersebut dapat atau tanpa desertai lendir dan darah
(Simadibrata, 2006).
Reflex buang air besar dimulai dari pengembangan akut rectum di bawah
pusat supra spinal, dan kontraksi sigmoid akan meningkatkan tegangan rectum.
Bersamaan dengan kontraksi tersebut terjadi relaksasi otot spinkter ani eksterna
yang akan menyebabkan pengeluaran feses melalui anus. Pendorongan feses
keluar dari anus akan diperkuat oleh gerakan valsava (penutupan glottis, fiksasi
diafragma dan kontraksi otot dinding perut). Buang air besar secara sadar dapat
dicegah dengan melakukan kontraksi otot diafragma pelvis dan spinkter ani
eksterna (Tarigan, 1998). Frekuensi defekasi normal berkisar dari 3 kali seminggu
hingga 3 kali sehari. Faktor-faktor yang mempengaruhi berat tinja, konsistensi dan
frekuensi defekasi mencakup kandungan serat dalam makanan, jenis kelamin
(berat tinja rata-rata per hari pada perempuan lebih kecil dibandingkan pada laki-
laki), obat-obat yang diminum dan kemungkinan pula latihan serta stress
(Friedman, 1999).
Diare harus dibedakan dengan pseudadiare atau hiperdefekasi yang
merupakan peningkatan frekuensi defekasi tanpa peningkatan berat tinja diatas
normal, sebagaimana terjadi pada pasien irritable bowel syndrome, proktitis,
2.4.4.3.Menurut Penyebab
2.4.4.3.1. Diare Infeksiosa
Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab terbesar (tersering) dari pada
diare. Dipandang dari sudut kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi 2 golongan
yaitu: Non-invasif (yang tidak merusak mukosa) dan Invasif (yang merusak
mukosa) (Daldiyono, 1997).
Bakteri non invasive menyebabkan diare karena toksin yang disekresi oleh
bakteri tersebut, yang juga disebut diare toksigenik. Sebagai prototip diare
toksigenik adalah pada kolera. Vibrio cholerae/Eltor memproduksi enterotoksin
berupa suatu protein dengan berat molekul 84.000 gr.mol. protein tersebut
mempunyai bagian (gugus) yang aktif yang dapat menempel pada epitel usus 15-
30 menit sesudah diproduksi oleh vibrio. Atas pengaruh nikotinamid adenine
dinukleotide pada dinding sel usus, terbentuklah adenosine monofosfat siklik
(AMF siklik) yang makin lama makin banyak yang akibatnya terjadilah sekresi
aktif anion klorida yang diikuti oleh air, ion bikarbonat dan kation natrium dan
kalium. Namun demikian mekanisme absorbsi ion natrium melalui mekanisme
pompa kalium tidak terganggu karena itu keluarnya ion klorida (diiringi oleh air,
ion kalium dan ion bikarbonat, klorida). Kompensasi ini dapat dicapai dengan
pemberian larutan glukosa yang di absorbsi secara aktif oleh dinding sel usus.
Glukosa tersebut diserap bersama air, sekaligus diiringi oleh ion natrium, kalium
dan klorida, ion bikarbonat (Daldiyono, 1997).
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin tidak banyak bersangkutan dengan diare (Daldiyono, 1997).
c. Frekuensi Diare
Frekuensi diare sangat penting untuk diketahui. Frekuensi diare harus
dipertanyakan setiap hari dari awal penyakit sampai pasien datang kedokter.
Misalnya hari pertama beberapa kali, hari kedua dan seterusnya. Perlu diketahui
apakah frekuensi diare tersebut yang misalnya 4-5 kali sehari terbagi rata dalam
sehari atau hanya pagi hari saja misalnya. Frekuensi diare oleh infeksi bakteri
biasanya dari hari kehari makin sering, berbeda dengan diare akibat minum laksan
misalnya, atau akibat salah makan (Daldiyono, 1997).
d. Lamanya diare
Diare akut biasanya berlangsung cepat sedang kronik misalnya pada colitis
ulserosa, sindrom kolon iritabel, intoleransi laktase, malabsorbsi biasanya
berlangsung lama (Daldiyono, 1997).
e. Perjalanan penyakit
Diare akut biasanya cepat sembuh sedangkan beberapa penyakit misalnya
sindrom iritabel, hipertiroid, kolitis ulserasi mengalami perode remisi dan
eksaserbasi (Daldiyono, 1997).
f. Informasi tentang tinja
Informasi tentang tinja justru yang terpenting. Dengan mengetahui secara
tepat seluk beluk tinja yang dikeluarkan dapat memimpin fikiran untuk menuju
diagnosis. Idealnya dokter melihat dan membau tinja penderita, tapi ini sering
sukar, bahkan pasien sendiri banyak yang segan melihat tinjanya sendiri. Sebelum
menganalisis tinja yang patologis, baik diterangkan karakteristik tinja normal.
Tinja ideal biasanya berwarna coklat hijau, kekuningan, panjang 15-39 cm pada
2.4.6.2.Pemeriksaan Fisik
Kelainan kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat
berguna dalam menentukan beratnya diare daripada menentukan penyebab diare.
Status volume dinilai dengan memperhatikan perubahan ortostatik pada tekanan
darah dan nadi, temperatur tubuh dan toksisitas. Pemeriksaan abdomen yang
seksama merupakan hal yang penting. Kualitas bunyi usus dan ada atau tidaknya
distensi abdomen dan nyeri tekan merupakan petunjuk penting bagi penentuan
etiologi (Simadibrata, 2006).
2.4.6.3.Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan tinja selalu penting. Adanya parasit atau jamur hanya dapat
didiagnosis dengan pemeriksaan mikroskopis. Pemeriksaan kultur tinja haruslah
tertuju terhadap bakteri tertentu. Pemeriksaan serologi atau pemeriksaan
laboratorium lain banyak diperlukan bagi diare kronik atau berulang (Daldiyono,
1997). Pada pasien diare perlu dianalisis tinjanya sebagai berikut :
a. Volume
Frekuensi defekasi yang sering dengan tinja yang sedikit, berarti iritasi
kolon bagian distal atau rektum misalnya pada disentri, colitis ulserosa, tumor
rektum dan sigmoid dan pada sindrom usus irritable. Diare dengan tinja yang
banyak berarti berasal dari intestine misalnya pada kolera, atau diare bentuk
kolera (cholererform diarrhea), enteritis bacterial atau akibat laksan. Tinja pada
sindrom malabsorbsi biasanya banyak sekali seperti adonan roti pucat, lengket
dengan bau yang menyengat dan terapung pada air. Sedang pada keadaan lain
malabsorbsi tinja dengan air bercampur dengan sempurna. Tinja yang lunak
Pemeriksaan
fisik
Umum Abdomen Pemeriksaan
Keseimbangan Nyeri tekan Fecal occult blood test
Cairan Distensi
Panas
Nutrisi
Pemeriksaan awal
Toksik Nontoksik Terapi simtomatik
Penyakit berjalan Lama penyakit Cairan rehidrasi oral
terus sebentar Obat antidiare
Darah di tinja Tidak berdarah
Dehidrasi Tidak nyeri tekan Tidak respon respon
Replesi cairan /
elektrolit
Evaluasi
Laboratorium
Pemeriksaan darah tepi Kimia darah Pemeriksaan tinja
lengkap Elektrolit Pemeriksaan telur dan
Hemokonsentrasi Ureum parasit
Diferensial leukosit Kretinin Antigen Giardia
Serologi ameba Toksin Clostridium
difficille
Sigmoidoskopi atau
kolonoskopi dengan
biopsi
Leukosit tinja
Positif Negatif
Klinis Skor
Rasa haus / muntah 1
Tekanan darah sistolik 60 90 mmHg 1
Tekanan darah sistolik < 60 mmHg 2
Frekuensi nadi >120x/menit 1
Kesadaran apatis 1
Kesadaran somnolen, sopor atau koma 2
Frekuensi nafas >30x/menit 1
Fasies kolerika 2
Vox Cholerica 2
Turgor kulit menurun 1
Washer womans hand 1
Ekstremitas dingin 1
Sianosis 2
Umur 50 60 tahun -1
Umur > 60 tahun -2
(Sumber : Simadibrata, 2006)
2.4.7.2.Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang di indikasikan pada diare akut
infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa
pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan
gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah, leukosit pada feses,
mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan
jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised.
Pemberian antibiotik secara empiris dapat dilakukan (Tabel 2.4), tetapi terapi
antibiotik spesifik diberikan berdasarkan kultur dan resistensi kuman (Zein,
2004).
2.4.8. Komplikasi
Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama,
terutama pada usia lanjut dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera kehilangan
cairan secara mendadak sehingga terjadi shock hipovolemik yang cepat.
Kehilangan elektrolit melalui feses potensial mengarah ke hipokalemia dan
asidosis metabolik. Pada kasus-kasus yang terlambat meminta pertolongan medis,
sehingga syok hipovolemik yang terjadi sudah tidak dapat diatasi lagi maka dapat
timbul Tubular Nekrosis Akut pada ginjal yang selanjutnya terjadi gagal multi
organ. Komplikasi ini dapat juga terjadi bila penanganan pemberian cairan tidak
adekuat sehingga tidak tercapai rehidrasi yang optimal (Zein, 2004).
2.4.10. Pencegahan
Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral, penularannya
dapat dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik. Ini termasuk sering
mencuci tangan setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah
makanan. Kotoran manusia harus diasingkan dari daerah pemukiman, dan hewan
ternak harus terjaga dari kotoran manusia. Karena makanan dan air merupakan
penularan yang utama, ini harus diberikan perhatian khusus. Minum air, air yang
digunakan untuk membersihkan makanan, atau air yang digunakan untuk
memasak harus disaring dan diklorinasi. Jika ada kecurigaan tentang keamanan
air atau air yang tidak dimurnikan yang diambil dari danau atau air, harus direbus
dahulu beberapa menit sebelum dikonsumsi. Ketika berenang di danau atau
sungai, harus diperingatkan untuk tidak menelan air (Zein, 2004).