Dyslexia
Dyslexia
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN DYSLEXIA
Secara bahasa dyslexia berasal dari bahasa yunani yaitu dys yang berarti buruk dan
lexikon yang berarti dalam kata- kata. S edangkan secara istilah dyslexia adalah sebuah
kesulitan belajar dalam hal bahasa, baik dalam membaca atau memahami bacaan.
Kesulitan umumnya terletak pada area ingatan jangka pendek dan working memory,
kecepatan mengolah data, kemampuan mengurutkan, persepsi auditori dan/atau visual,
spoken language, serta kemampuan motorik.
Dyslexia mengacu pada anak- anak yang memiliki ketrampilan yang buruk dalam
mengenali kata- kata dan memehami bacaan. Dyslexia diperkirakan mempengaruhi 4%
dari anak- anak usia sekolah (APA, 2000). Anak- anak yang menderita dyslexia
membaca dengan lambat dan kesulitan dan mereka mengubah, menghilangkan atau
mengganti kata- kata ketika membaca dengan keras. Meraka memiliki kesulitan
menguraikan huruf- huruf dan kombinasinya serta mengalami kesulitan menerjemah
kannya menjadi suara yang tepat.
Sebagian besar penderita dyslexia adalah anak laki- laki daripada anak perempuan
tetapi, perbedaan ini mungkin lebih disebabkan oleh danya bias dalam meng
identifikasi gangguan terhadap anak laki- laki. Hal ini berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Universitas Colorado yang menemukan bahwa dalam suatu keluarga
anggota keluarga laki- laki memiliki kecenderungan menderita dyslexia lebih besar
dibandingkan dengan anggota keluarga perempuan.
Anak- anak penderita dyslexia mungkin saja sangat berbakat dalam banyak bidang
tetapi harus berjuang keras untuk dapat membaca dan menulis. Adakalanya terkait
masalah- masalah seperti: kesulitan koordinasi, bingung membedakan kri dan kanan,
clumsiness, dll.
Sayangnya, maslah demikian ini jarang diketahui dengan segera. Anak yang
mengalami kesulitan belajar mungkin tertinggal pelajaran sekolahnya, atau menghadapi
masalah- maslah emosional atau perilaku sebelum oranglain menyadari bahwa masalah
itu ada.
1. Faktor genetis.
Yaitu, diturunkan oleh salah satu atau keduaorangtua anak yang menderitanya.
bukti ini didapatkan dari hasil penelitian terhadap anak yang kembar identik.
Apabila salah satu dari anak kembar itu diidentifikasi menderita disleksia, maka
kemunkinan besar anak yang lain juga menderita hal yang sama.
Gangguan fungsi pada otak diyakini dapat menyebabkan disleksia. Para peneliti
bersepakat bahwa permasalahan disleksia ini bisa dilacak melalui perbedaan-
perbedaan pada struktur, kimiawi dan fungsi dari otak. Selain itu bukti-bukti
mengarah pada ketidakmampuan otak memproses invormasi visual.
4. Kerusakan neurologis
Dyslexia bersifat genetic. Meski demikian, dyslexia juga dapat disebabkan infeksi
telinga pada usia dini. Kedua hal ini dapat menyebabkan anak mengalami
kesulitan dalam membedakan bunyi kata yang serupa.
3. Kesulitan mengeja.
Mengeja adalah tugas tersulit bagi anak-anak dyslexic. Mereka sering membuat
kesalahan dalam mengeja kata-kata singkat yang sederhana, seperti mengeja
does/duz, please/pleeze, knock/nock, dll. Anak-anak dyslexic juga mengeja secara
jumbled. Semua huruf yang diperlukan dalam membentuk satu kata diletakkan
dalam urutan yang berbeda, seperti dose/does, freind/friend, siad/said, dll.
Jumbled spelling menunjukkan anak mengalami kesulitan dalam visual
memory. Umumnya, anak-anak non- dyslexic menggunakna visual memory
ketika mencoba mengingat ejaan yang sulit: mereka anak mencoba menuliskan 2
atau 3 versi ejaan dan memutuskan ejaan mana yang paling benar. Kemampuan
visual memory anak dyslexic tidak adekuat untuk tugas ini.
Kesulitan ini terlihat dengan jelas ketika anak diminta untk menunjukkan kaki kiri
dengan tangan kanan.
pergi ke rumah ibu dan tanyakan apakah Peter masuk sekolah hari ini. Tanyakan
juga apakah ibu dapat meminjamkan kamusnya kepada saya. Instruksi semacam
ini terlalu sulit bagi anak dyslexic karena melibatkan pengurutan dan kemampuan
mengingat.
9. membaca dengan amat lamban dan terkesan tidak yakin atas apa yang ia ucapkan .
10. Menggunakan jarinya untuk mengikuti pandangan matanya yang beranjak
dari teks satu ke teks yang lain.
Tes IQ
Tes IQ boleh dilakukan untuk para siswa, dan cara seperti ini bisa
berguna untuk mendiagnosa mengenai ada atau tidaknya disleksia.
Namun, walaupun demikian sebaiknya kita tidak perlu terlalu
menggantungkan pada test IQ. Karena test ini penuh dengan
kekurangan dan kelemahan seperti tingkat emosional dan lain
sebagainya.
Test Kemampuan Akademik
Test Medis
Oleh karena itu penting sekali menyiapkan anak-anak dyslexia agar bisa
memenuhi tuntutan lingkungan. Setidaknya ada 6 area, diluar baca-tulis-hitung yang
harus dikuasai agar ia tidak menjadi begitu berbeda dengan lingkungannya, yaitu :
1. Konsep Waktu
Sebagian besar penderita dyslexia mengalami masalah waktu ini. Saat masih
kecil, mereka terlihat tidak bisa memenuhi harapan orangtua dan guru, tetapi ketika
dewasa hal ini tentu saja akan sangat berpengaruh pada hubungan sosialnya. Ada 4
hal yang menjadi fokus utama dalam konsep waktu ini, yaitu:
a. Membaca Jam
Hampir semua anak dyslexia mengalami kesulitan saat harus membaca jam,
tetapi apabila dilakukan dengan pendekatan yang tepat maka mereka pun bisa
menguasai kemampuan ini. Sebagian orang mengatakan kenapa harus bersusah payah
mengajarkan jam yang konvensional.Dalam masyarakat kita penggunaan jam biasa
masih sangat umum digunakan, dan apabila mereka tidak bisa membaca jam tentu
saja akan menjadi hal yang sangat memalukan dan nantinya akan berdampak pada
konsep diri nya. Selain itu saat anak-anak membaca pada jam digital misalnya 9 : 50,
mereka tidak akan memahami maknanya, jadi konsep waktunya sendiri justru malah
tidak terpelajari.
Oleh karena itu penting untuk mengajarkan materi membaca jam ini, yang di
sebagian daerah materi ini sudah masuk ke dalam kurikulum sekolah. Ada beberapa
tahapan penting yang harus diperhatikan saat mengajarkan jam ini yaitu :
Tahap awal yang harus dilakukan adalah mengecek apakah mereka sudah
menguasai konsep angka dan jumlah. Apabila belum, konsep ini
merupakan dasar yang harus dikuasai terlebih dahulu sebelum memulai
belajar jam, karena dalam jam terdapat angka 1-12, begitupula dalam
konsep menit, terdapat angka 1-60.
Ajarkan bahwa ada 60 menit dalam 1 jam
Kita biasa mengucapkan istilah jam tujuh kurang 10 (06.50) atau lima
lebih seperempat (05.15) bahkan pengucapan jam setengah dua (01.30),
kita bisa menyampaikannya secara otomatis, tapi tidak begitu bagi anak-
anak dyslexia. Hal ini bisa menjadi sesuatu yang sangat membingungkan,
oleh karena itu penting sekali untuk mengajarkan istilah-istilah tersebut
satu demi satu.
Gunakan jam asli atau jam buatan yang menyerupai aslinya, karena
dengan memberi kesempatan pada anak untuk mengetahui dan meraba
tekstur dari jam akan sangat membantu proses pemahaman itu sendiri.
Teknik multisensory sangat penting disini.
Perkenalkan ada 2 jarum, yang menunjukkan jam dan menit. Apabila
menggunakan jam yang dibuat sendiri, akan lebih baik apabila tampilan
jarum jam nya dibuat berbeda antara menit dan jam dengan penggunaan
warna yang berbeda ataupun tekstur yang berbeda seperti penambahan
butiran pasir pada jarum menit, dll.
Tunjukkan pada mereka mengenai pergerakan jarum jam tersebut, beri
kesempatan pada mereka untuk melakukannya beberapa kali.
Jelaskan mengenai sistem angka pada jam, ada 2 sistem yaitu jam dan
menit. Ini biasanya yang membuat belajar jam menjadi sangat susah bagi
sebagian orang. Sistem pertama adalah jam, ada angka 1-12 untuk
menunjukkan jam. Perkenalkan juga penggunaan angka 13-24 untuk
menunjukkan waktu siang sampai malam hari, seperti jam 20.00. Sistem
yang kedua adalah menit, perkenalkan bahwa satu perubahan gerakan
angka pada jarum menit berarti 5 menit, setelah itu baru masuk pada
kelipatannya. Intinya adalah buat sekongkrit mungkin.
Gunakan games saat mengajarkan konsep waktu ini, agar anak-anak bisa
menikmati proses belajarnya.
Harus diketahui juga apakah mereka mengetahui konsep waktu yang lain,
yang juga sangat penting bagi kehidupan sehari-hari terutama dalam percakapan
dengan orang lain, yaitu istilah kemarin, besok, dulu, sekarang, nanti, lama,
sebentar karena anak-anak dyslexia juga mengalami kesulitan dalam penggunaan
istilah-istilah ini.
Sebagian besar dari kita mempunyai naluri untuk memperkirakan jam berapa
sekarang atau lama sebentarnya sebuah acara walaupun tidak melihat jam. Tidak
begitu dengan anak-anak dyslexia, mereka tidak mempunyai naluri ini, sehingga
seringkali waktu terus berlalu dan mereka benar-benar tidak menyadarinya. Hal ini
tentu saja akan menimbulkan banyak masalah di dalam kehidupan sehari-harinya.
Secara ekstrim anak-anak dyslexia tidak bisa merasakan lamanya satu jam dengan
beberapa menit saja. Ini disebabkan karena mereka sangat berfokus pada apa yang
sedang mereka kerjakan sampai tidak bisa merasakan lamanya waktu.
2. Konsep Uang
Menghitung Uang
Saat disediakan di sebelah kiri 2 uang 500an dan di sebelah kanan 5 uang
100an kemudian ditanyakan mana yang nilanya lebih besar, mereka pasti akan
mengalami kesulitan. Dalam belajar uang, ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
seperti :
Salah satu bagian dari kelemahan gaya belajar anak-anak dyslexia adalah:
Tidak bisa kita pungkiri di lingkungan kita terdapat banyak sekali tulisan dan
angka, contoh pentingnya seperti pada kalender, katalog, menu, koran, panduan
acara televisi, dll. Yang bisa dilakukan terhadap hal ini adalah :
Hal yang sering dikeluhkan oleh para orangtua yang mempunyai anak
dyslexia adalah bahwa mereka sering sekali kehilangan barang, buku sekolahnya
yang hilang saat berpindah ruang kelas, pensil yang sudah berapa kali ganti, buku PR,
dll.
Mengetahui bagaimana perasaan anak tentang hal ini adalah hal pertama yang
harus dilakukan. Akan sangat bagus apabila mereka mengatakan merasa tidak
nyaman dengan seringnya kehilangan barang-barang tersebut, sehingga mereka bisa
termotivasi untuk berubah.
Beberapa area ini bisa menimbulkan pengalaman yang sangat memalukan bagi
anak-anak dyslexia, misalnya saja saat dia berada di lingkungan yang pada saat itu dia
di wajibkan untuk membaca sesuatu padahal itu adalah salah satu kelemahannya. Dia
tentu akan merasa sangat malu ketika teman-temannya mengetahui bahwa ia tidak
mampu membaca dengan baik. Hal ini sangat berpengaruh pada psikologis anak.
Beberapa hal yang bisa dillakukan untuk mengatasi hal tersebut di atas adalah :r.
Ajak mereka untuk mau bercerita tentang kesulitannya pada temannya yang bisa
dipercaya. Apabila dalam satu kelompok, mungkin bisa bercerita pada ketua
kelompoknya. Hal ini tentu saja sangat berguna, agar teman-teman yang lain bisa
mengerti kelemahan mereka yang tentunya bisa mengurangi hal-hal memalukan
yang mungkin akan terjadi
BAB I
PENDAHULUAN
Oleh sebab itu, kami menyusun makalah ini agar dapat lebih memahami
tentang karakteristik dan penanganan tepat mengenai kasus disleksia ini,
sebagai bekal kami kelak untuk terjun ke lapangan jikaliau anak didik kami
mempunyai kasus yang sama.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka kami dapat merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Apa yang di maksud disleksia?
2. Apa saja penyebab anak mengalami gangguan belajar disleksia?
3. Karakteristik apa saja yang terdapat pada anak penderita disleksia?
4. Bagaimana cara mendiagnosa anak yang mengalami disleksia?
5. Bagaimana cara membantu anak yang mengalami disleksia untuk
mengatasi tuntutan lingkungannya?
C. TUJUAN
Dari perumusan masalah diatas, maka tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk memahami makna dari disleksia
2. Agar mengetahui penyebab anak mengalami disleksia
3. Agar dapat memahami karakteristik anak yang menderita disleksia
4. Agar dapat mengetahui bagaimana cara mendiagnosa penderita
disleksia
5. Agar dapat membantu anak yang mengalami disleksia untuk
mengatasi tuntutan hidup.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN.
Dari pembahasan di atas, kami dapat menyimpulkan nahwa:
1. Bahwa dyslexia adalah salah satu gangguan belajar.
2. Dyslexia biasanya dialami oleh anak laki- laki.
3. Dyslexia terjadi karenaa adanya faktor keturunan, kerusakan fungsi otak,
terganggunya pemrosesan fonologis, serta kerusakan neurologis.
4. Dalam pendiagnosaan terhadap dyslexia ada dua pendekatan yaitu wawancara
dan juga dengan menggunakan tes, akan tetapi pendekatan wawancara lebih baik.
B. SARAN
Adapun saran yang ingin kami sampaikan adalah:
1. Kami sebagai penulis menerima kritik dan saran dari pembaca agar nantinya
bisa lebih baik lagi.
2. Saran kami untuk pembaca agar lebih menggali informasi lagi mengenai
dyslexia.
DYSLEXIA
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah deteksi dini tumbuh kembang
anak semester ganjil
Disusun Oleh:
1. Retno Wulandari A 520090055
2. Dewi Rachmawati A520090102
3. Lisa Ardiana A520090119
Fanu, James Le. 2006. Deteksi Dini Masalah- masalah Psikologi Anak. Think: Jogjakarta
Lask, Bryan. 1991. Memahami dan Mengatasi Masalah Aanak Anda. Gramedia Pustaka
Utama: Jakarta.
Nevid, Jeffrey S. Dkk. 2005. Psikologo Abnormal. ERLANGGA: JAKARTA
Sulistiyawati, Febrina Nur. 2006. Gangguan belajar. ( www.sukapsikologi .com, 27
Oktober 2010)