I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kanker serviks adalah kanker kedua yang paling umum pada wanita di seluruh
dunia, dengan sekitar 500.000 kasus baru dan 250.000 kematian setiap tahun.
Hampir 80% kasus terjadi di negara berpendapatan rendah, di mana kanker leher
rahim adalah kanker kedua yang paling umum pada wanita. Hampir semua kasus
kanker serviks (99%) terkait dengan infeksi genital dengan Human Papilloma
Virus (HPV), yang merupakan infeksi virus yang paling umum pada saluran
reproduksi (WHO, 2013). Di Indonesia, sampai saat ini kanker serviks masih
kematian yang tinggi dimana setiap hari ditemukan 41 kasus baru dan 20 kasus
penyakit. Untuk kanker yang terdeteksi awal, pilihan untuk terapinya adalah
atau memperlambat pertumbuhan sel kanker, yang tumbuh dan membelah dengan
dengan cepat, seperti pada garis mulut dan usus atau sel yang menpengaruhi
1
2
samping. Seringkali, efek samping akan lebih baik atau hilang setelah kemoterapi
bertujuan untuk memberi kesempatan pada sel sehat untuk tumbuh dan
biaya, kondisi pasien, serta efek samping pemberian kemoterapi yang dirasa
mengganggu pasien, oleh sebab itu pasien diberikan premedikasi untuk mencegah
rasa tidak nyaman tersebut muncul. Premedikasi yang umum diberikan pada
analgetik karena efek samping yang paling sering terjadi dan paling mengganggu
akibat pemberian agen kemoterapi adalah mual muntah dan rasa sakit (nyeri)
agar mengetahui pengobatan yang sesuai pada pasien kanker serviks. Ketepatan
2
3
pemberian terapi serta evaluasi pemberian obat merupakan suatu proses jaminan
mutu yang terstruktur, dilakukan terus menerus secara organisasi yang diakui dan
ditujukan untuk menjamin agar obat digunakan secara tepat, aman, dan efisien.
kemoterapi dan dilakukan peninjauan serta evaluasi yang lebih spesifik terhadap
obat kemoterapi pada pasien kanker serviks di instalasi rawat inap RSUD Dr
Moewardi Surakarta.
A. Rumusan Masalah:
ke rumah sakit, usia, dan stadium pada pasien kanker serviks di instalasi
dilihat dari sisi tepat indikasi, tepat pasien, tepat obat dan tepat dosis
B. Tujuan Penelitian:
rumah sakit, usia, stadium pada pasien kanker serviks di instalasi rawat
dilihat dari sisi tepat indikasi, tepat pasien, tepat obat dan tepat dosis
C. Manfaat Penelitian:
sebagai berikut:
kemoterapi.
5
lanjut.
2. Tinjauan Pustaka
Kanker adalah kelompok penyakit yang ditandai oleh pertumbuhan sel yang
tidak terkendali dan penyebaran sel yang abnormal. Jika penyebaran tidak
terkendali dapat menyebabkan kematian. Kanker disebabkan oleh dua faktor yaitu
faktor eksternal meliputi merokok, zat kimia, radiasi, dan agen infeksi dan faktor
internal meliputi mutasi yang diturunkan, hormon, dan kondisi imunitas. Terdapat
rentang waktu sepuluh tahun atau lebih antara paparan faktor eksternal dan
promosi, konversi, dan kemajuan. Pertumbuhan sel normal dan kanker secara
protoonkogen, dan tumor supresor produk protein gen. Kelipatan mutasi genetik
yang diperlukan untuk mengubah sel normal menjadi sel kanker. Apoptosis dan
penuaan selular (penuaan) adalah mekanisme normal untuk kematian sel (DiPiro
et al, 2005).
Kanker dimulai ketika sel pada suatu bagian tubuh berkembang diluar kendali.
Pertumbuhan sel kanker berbeda dengan pertumbuhan sel normal. Ketika sel
6
normal mati, sel kanker terus tumbuh dan membentuk sel abnormal yang baru. Sel
kanker juga dapat menyerang atau tumbuh pada jaringan lain (ACS, 2012).
Serviks (leher rahim) terletak dibagian bawah uterus (rahim) yang memanjang
ke dalam vagina. Serviks sering disebut pangkal rahim. Terdapat suatu celah kecil
di dalam serviks, kanal servikal yang melalui serviks memasuki bagian utama
membantu sperma bergerak ke arah tuba falopi dalam usaha membuahi sel telur
dari ovari. Serviks juga menopang bayi yang sedang berkembang di dalam uterus
semasa kehamilan. Pada saat bersalin, serviks akan terbuka untuk proses kelahiran
bayi. Serviks terdiri dari dua jenis sel yang berlainan, yaitu sel skuamus yang
meliputi bagian luar dan sel endoservikal meliputi bagian dalam (NCI, 2008).
Kanker serviks awalnya terjadi pada sel yang berada di permukaan serviks
seorang wanita. Dengan pertambahan waktu, kanker ini dapat menyebar ke dalam
serviks dan organ lain yang berdekatan. Sel kanker dapat menyebar dengan cara
membelah dan terpisah dari tumor primer. Sel ini masuk ke pembuluh darah dan
membentuk tumor yang baru dan merusak organ tersebut. Penyebaran sel kanker
Globocan 2002, kanker serviks menempati urutan kedua dengan rata rata
insidensi 16 per 100.000 perempuan, kasus baru yang ditemukan 9,7% dengan
jumlah kematian 9,3% per tahun dari seluruh kasus kanker pada perempuan di
dunia. Berdasarkan data dari Badan Registrasi Kanker Ikatan Dokter Ahli Patologi
Indonesia (IAPI) tahun 1998 di 13 rumah sakit di Indonesia kanker leher rahim
menempati posisi pertama dari seluruh kasus kanker terbesar 17,2%. Sedangkan
dari Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) di Indonesia tahun 2007 diketahui
bahwa kanker rahim urutan kedua pada pasien rawat inap (11,78%) dan pasien
Di Amerika Latin dan Afrika Selatan angka kejadian kanker serviks juga
serviks menduduki peringkat teratas dari urutan penyakit berbahaya yang ada
(Tambunan, 1995).
awal sampai terjadinya perubahan morfologi hingga menjadi kanker invasif. Studi
dengan jenis Human Papiloma Virus (HPV). Beberapa bukti menunjukkan kanker
dengan HPV negatif ditemukan pada wanita yang lebih tua dan dikaitkan dengan
(Broadman, 2013).
Menurut American Cancer Society (2012), ada beberapa faktor risiko yang
kanker, termasuk kanker penis, leher rahim, vulva, vagina, anus, dan
tenggorokan. HPV terbagi atas dua kelompok besar yaitu tipe risiko
rendah (low risk type) yaitu jenis HPV 6 dan 11, jenis ini tidak
daerah anogenital. Tipe risiko tinggi yaitu HPV 16 dan 18 jenis ini
2. Merokok
serviks perempuan yang merokok. Para peneliti percaya bahwa zat ini
yang merusak DNA dari sel-sel leher rahim dan dapat berkontribusi
2012).
3. Imunosupresan
risiko yang lebih tinggi terinfeksi HPV. Oleh karena itu dapat
4. Infeksi klamidia
kanker serviks lebih besar pada wanita yang hasil tes darahnya pernah
5. Diet
6. Kontrasepsi oral
menjadi dua kali pada wanita yang menggunakan pil kontrasepsi lebih
7. Pemakaian IUD
kanker serviks. Efek terhadap risiko terlihat bahkan pada wanita yang
8. Paritas
perempuan yang telah melahrkan lebih dari tiga kali telah melakukan
kanker. Pendapat lain yaitu sistem kekebalan tubuh ibu hamil mungkin
menunggu hingga usia 25 tahun atau lebih untuk hamil (ACS, 2012).
10. Kemiskinan
DES adalah obat hormonal yang diberikan pada beberapa wanita untuk
Kanker serviks dapat menurun pada beberapa keluarga. Jika ibu dan
terjadi 2 3 kali lebih besar daripada jika tidak ada anggota keluarga
13
Dalam kasus lain, perempuan dari keluarga yang sama sebagai pasien
B. Patogenesis
Kanker serviks 95% terdiri dari karsinoma sel skuamos dan sisanya
Kolumner (SSK) dari selaput lendir porsio. Perubahan awalnya ditandai dengan
epitel atipik dengan mitosis aktif, susunan sel tidak teratur meliputi sepertiga
bagian basal epidermis, dan bagian ini disebut displasia ringan. Bila proses
berlanjut, maka perubahan akan melibatkan separuh atau dua pertiga atau seluruh
pematangan epitel serviks yang dimulai pada bagian basal sampai ke bagian
superficial. Perubahan dimulai di inti sel dimana rasio inti sitoplasma bertambah,
warna lebih gelap, bentuk dan besar sel mulai bervariasi, susunan tidak teratur dan
14
mitosis aktif. Berdasarkan derajat perubahan sel individu dan lapisan sel epitel
berat (perubahan terjadi pada duapertiga epidermis). Displasia berat hampir tidak
dapat dibedakan dengan karsinoma in situ. Oleh karena itu, dalam pola tindakan
Pada karsinoma in situ perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan
keadaan utuh. Menurut Kos, karsinoma in situ yang tumbuh di daerah ektoserviks,
peralihan sel skuamos kolumnar dan sel cadangan endoserviks masing masing
disebut karsinoma in situ dengan keratin, karsinoma in situ tanpa keratin dan
Lesi prakanker dan kanker stadium dini biasanya asimtomatik dan hanya dapat
sebanyak 76% kasus tidak menunjukkan gejala sama sekali. Jika sudah terjadi
kanker akan timbul gejala yang sesuai dengan penyakitnya, yaitu dapat lokal atau
pendarahan dan cairan vagina yang abnormal. Sekitar 80% - 90% pasien
coitus, menstruasi yang abnormal atau munculnya bercak bercak antar haid.
George, 2001).
2008a):
2. Pemeriksaan visual pada kandung kemih atau rectal, pemeriksaan ini dapat
seberapa jauh kanker telah menyebar. Sistem yang biasa untuk memetakan
FIGO Deskripsi
IA1 Invasi stroma dalamnya < 3mm dan lebarnya < 7mm pada
penyebaran secara horizontal
IA2 Invasi stroma dalamnya 3-5 mm dan lebarnya < 7mm pada
penyebaran secara horizontal
IB Secara klinis, tumor dapat diidentifikasi pada serviks atau
massa tumor lebih besar dari IA2
IB1 Secara klinis lesi ukuran <4cm
IB2 Secara klinis lesi ukuran >4cm
II Tumor telah menginvasi uterus tetapi tidak mencapai 1/3
distal vagina atau dinding panggul
IIA Tanpa invasi parametrium
IIB Dengan invasi parametrium
III Tumor menginvasi sampai dinding pelvis dan atau
menginfiltrasi sampai 1/3 distal vagina dan atau
menyebabkan hidronefrosis atau gagal ginjal
IIIA Tumor hanya menginfiltrasi 1/3 distal vagina
IIIB Tumor sudah meninvasi dinding pinggul
IVA Tumor menginvasi mukosa kandung kencing atau rectum
dan atau menginvasi keluar dari true pelvis
IVB Metastasis jauh
E. Pencegahan
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk dalam upaya pencegahan kanker
serviks antara lain: Vaksin HPV, Vaksin tersebut bekerja dengan cara melindungi
dari 4 tipe HPV yang paling sering menyebabkan penyakit, yaitu tipe 6, 11, 16,
dan 18, tipe yang menyebabkan 70% kanker leher rahim dan 90% kutil kelamin.
pada tahun 2006 dan sudah dinyatakan aman untuk wanita berusia 9 26 tahun.
17
Vaksin diberikan dalam 3 dosis dalam periode 6 bulan yaitu pemberian awal, 2,
dan 6 bulan berikutnya. Belum diketahui keefektifannya pada wanita yang hanya
menerima 1 atau 2 dosis saja. Karena ini sangat penting diberikan 3 dosis penuh
untuk para wanita. (CDC, 2012). Selain itu dengan melakukan Pap smear secara
rutin setahun sekali untuk melihat ada atau tidaknya abnormalitas pada serviks
bila menemui hasil Pap smear test yang tidak normal (CDC, 2012). Pencegahan
lain adalah dengan tidak merokok (Rini, 2009). Gunakan kondom saat
berhubungan dan batasi jumlah pasangan seks dan tidak berganti ganti untuk
F. Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
(Tambunan, 1995).
3. Pap smear
kasus kanker serviks secara akurat dengan biaya yang tidak terlalu
menurun sampai lebih dari 50%. Setiap wanita yang telah aktif
menjalani Pap smear secara teratur yaitu 1 kali/ tahun. Jika selama
bisa dilakukan 1 kali tiap 2-3 tahun. Pap smear adalah pemeriksaan
4. Biopsi
5. Kolposkopi
(IVA) serta inspeksi visual dengan lugol iodin (VILI). Metode ini
2008b).
7. Tes HPV-DNA
utama lesi prakanker serviks (CIN 2 dan CIN 3). Salah satu
(Bathla et al , 2009).
20
G. Tatalaksana terapi
atau tingkat keparahan kanker; faktor personal seperti usia, dan jika ingin
memiliki anak; dan keadaan kesehatan wanita pada keseluruhan (NCI, 2013).
1. Pembedahan
Kanker serviks yang terdeteksi dini umumnya diatasi dengan operasi. Jenis
2. Terapi radiasi
kanker invasif yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi
digunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel sel kanker dan
iritasi rektum dan vagina, kerusakan kandung kemih dan rektum serta
3. Kemoterapi
kambuhan di luar area radiasi (IB2, IIA, IIB, IIIB, dan IVA). Kemoterapi
terdiri atas Cisplatin sebagai agen tunggal dan kombinasi dengan agen
2013).
21
sebelumnya telah ditangani dengan operasi atau radiasi. Cisplatin telah menjadi
agen yang paling banyak diteliti dan telah memperlihatkan respon klinik yang
paling konsisten. Kombinasi paling aktif pada terapi kanker serviks semuanya
sehingga kemoterapi efektif untuk kanker serviks yang telah menyebar. Namun,
obat yang digunakan untuk membunuh sel kanker juga merusak sel sehat lainnya
mempunyai target dan efek merusak yang berbeda tergantung pada siklus selnya.
Obat kemoterapi aktif pada saat sel sedang berproliferasi, sehingga target utama
kemoterapi adalah sel tumor yang aktif (Rasjidi, 2008). Menurut American
hidup mereka di fase ini. Tergantung pada jenis sel, G0 dapat berlangsung
dari beberapa jam sampai beberapa tahun. Ketika sel mendapat sinyal
b) Fase G1, Selama fase ini, sel mulai membuat lebih banyak protein dan
bertambah besar, sehingga sel-sel baru akan menjadi ukuran normal. Fase
c) Fase S, Pada fase S, kromosom yang berisi kode genetik (DNA) akan
disalin sehingga kedua sel-sel baru yang terbentuk akan ada pencocokan
d) Fase G2, sel memeriksa DNA dan bersiap-siap untuk memulai membelah
menjadi 2 sel. Fase ini berlangsung dari 2 hingga 10 jam (ACS, 2013).
e) Fase M. Pada fase ini, yang berlangsung hanya 30 sampai 60 menit, sel
mereka dengan obat lain. Karena beberapa obat bertindak dalam lebih dari satu
fase, dengan kata lain agen pengalkil bekerja pada semua fase siklus sel.
dalam golongan ini karena mereka membunuh sel dengan cara yang
2. Golongan antimetabolit
pertumbuhan RNA dengan mengganti blok normal RNA dan DNA. Agen
(ACS, 2013).
terlibat dalam replikasi DNA. Obat ini bekerja di semua fase siklus sel.
lain yang merupakan derivat dari produk alam. Obat obat ini dapat
yang dibutuhkan sel untuk bereproduksi. Obat obat golongan ini bekerja
2013).
6. Golongan kortikosteroid
Steroid adalah hormon alami dan obat yang menyerupai hormon yang
(ACS, 2013).
7. Golongan lain
Obat golongan lain sering kali menimbulkan efek samping yang lebih
karena obat obat golongan ini diterget bekerja hanya pada sel kanker
a. Targeted therapy
agen menyerang sel-sel dengan versi mutan dari gen tertentu, atau sel-
sel yang mengekspresikan terlalu banyak salinan gen tertentu. Obat ini
b. Imunoterapi
IL-2 dan Interferon alfa), dan vaksin kanker (Provenge untuk kanker
sebelumnya telah ditangani dengan operasi atau radiasi. Cisplatin telah menjadi
agen yang banyak diteliti dan telah memperlihatkan respon klinis yang paling
b) Sebagai Kontrol
dapat membantu pasien kanker merasa lebih baik dan dapat hidup
lebih lama.
c) Palliatif
sendiri.
terapi lain, yang sering disebut kemoterapi adjuvan dan kemoterapi neoadjuvan.
untuk menghilangkan sel kanker yang mungkin masih tertinggal dan tidak
sebelum terapi kanker utama (misalnya pembedahan atau radiasi) dengan tujuan
pembedahan atau radiasi. Kemoterapi neoadjuvan dapat juga membunuh sisa kecil
sel tumor yang tidak nampak pada scan atau X-rays (ACS, 2013).
dilakukan pada tes Pap dengan hasil HPV, atipia, jika lesi termasuk dalam derajat
rendah. Perbedaan antara terapi destruksi dan terapi eksisi adalah pada terapi
destruksi tidak mengangkat lesi, tetapi pada terapi eksisi ada spesimen lesi yang
Tabel II. Manajemen kanker serviks invasif awal menurut FIGO 2009
(Picorelli et al, 2009)
Tumor Stage IA
langsung dan selalu dikonfirmasi dengan cone biopsy. Karena tumor invasif dini
memiliki risiko nodal metastase rendah sehingga prognosisnya bagus. Terapi yang
Tumor stadium IB dan IIA didiagnosa secara klinik dan dapat dilakukan
serupa, dengan 5 tahun kemampuan bertahan rata rata dari 80% 90%.
parametria, uterosacral ligamen dan cuff of vagina 2-3cm dan pemotongan pelvic
diameter, membawa prognosis yang lebih buruk daripada tumor stage I yang lebih
Setelah tumor meluas atau menyerang organ lokal, terapi radiasi menjadi
tahun dari 65%, 40% dan kurang dari 20% untuk tahap masing - masing IIb, III
dan IV. Pasien dengan metastasis jauh (stadium IVb) juga memerlukan
wanita dengan kanker serviks stadium IIb hingga stadium IVa. Kemoterapi
meningkatkan toksisitas hematologi, tetapi efek ini adalah reversibel, dan efek
Tabel III. Regimen Kemoterapi untuk kanker serviks kambuhan atau yang telah
bermetastase (NCCN, 2013)
Terapi sitostatika untuk kanker serviks dapat berupa sitostatika sebagai agen
rata-rata 17% dan pada penelitian paclitaxel lain dengan dosis 250 mg/m2
3. Terapi pilihan kedua yaitu semua agen yang masuk dalam kategori 2B,
sebelumnya telah ditangani dengan operasi atau radiasi. Cisplatin telah menjadi
agen yang paling banyak diteliti dan telah memperlihatkan respon klinik yang
paling konsisten. Kombinasi paling aktif pada terapi kanker serviks semuanya
H. Premedikasi
obat sebagai premedikasi untuk menjaga kondisi pasien sehingga dapat menjalani
1. Manajemen nyeri
dapat terjadi karena beberapa aspek antara lain karena penyakitnya itu
timbulnya nyeri, lokasi nyeri dan durasi nyeri. Pemberian anti nyeri
Analgetik sedang
Kodein dan dihidrokodein 46 Konstipasi, eksitema
Oksikodon 8 10 Konstipasi, hipotensi, mual, dysphagia
Pentazocin 34 Mual, dizziness, palpasi, hipertensi, dysphagia
Dipipanon 6 Konstipasi, mental confusion, depresi pernapasan
Tramadol 6 Mual, muntah, berkeringat, konstipasi
Analgetik kuat
Morfin sulfat 46 Konstipasi, hipotensi, mual, kumulatif
Diamorfin 46 Konstipasi, hipotensi, mual, kumulatif
Methadon 15 30 Konstipasi, hipotensi, mual, kumulatif
Hidromorfon 46 Digunakan pada pasien yang intoleran terhadap
morfin
Dextromoramid 6 Pusing, berkeringat, konstipasi, depresi pernapasan
Petidin 3 Mual, mulut kering, depresi pernapasan
33
Mual dan muntah pada pasien kanker serviks umumnya terjadi karena
(NCCN, 2012).
a. Patofisiologi muntah
yang dikontrol oleh otak. Muntah dipicu oleh implus aferen ke pusat
34
2012).
(NCCN, 2012).
lebih muda (usia < 50 tahun) lebih sering mengalaminya karena secara
c. Antiemetik
vagus pada serabut dinding usus (DiPiro et al, 2005). Contoh obat
2012).
2) Kortikosteroid
3) Lorazepam
(NCCN, 2012).
38
Tabel VI. Rekomendasi Antiemetik Sesuai dengan Kategori Risiko Emesis (NCI, 2013b)
I. Rasionalitas Pengobatan
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
obat harus aman, berkhasiat, dan harus digunakan secara rasional (Sharma dkk.,
2006).
yang sesuai dengan kebutuhan, untuk periode waktu yang cukup, dengan biaya
1. Tepat diagnosis
Obat yang dipilih harus memiliki efek terapi sesuai dengan penyakit.
40
4. Tepat dosis
Dosis, jumlah, cara, waktu, dan lama pemberian obat harus tepat. Apabila
salah satu dari empat hal tersebut tidak dipenuhi menyebabkan efek terapi
tidak tercapai.
Obat dapat menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak diinginkan yang
timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi, seperti timbulnya mual,
ancaman efek teratogenik obat dan perubahan fisiologis pada ibu sebagai respon
obat hanya terjadi pada kurang dari 1% dari total kejadian kelainan kongenital.
berbagai penyakit kronis dan komplikasi pada kehamilannya (Sharma dkk., 2006).
41
3. Keterangan Empiris
pada pasien kanker serviks di instalasi rawat inap RSUP dr Moewardi Surakarta
pada periode Juli September 2012 dilihat dari tepat indikasi, tepat dosis, tepat