Anda di halaman 1dari 9

[BORANG PETROFISIKA] November

1, 2015

KODE : Chargeabilitas
DESKRIPSI :
Chargeabilitas dan resistivitas dari suatu batuan bisa didapatkan dengan metode
Geolidtrik. Metode geolistrik diantaranya adalah, Vertical Electrical Sounding (VES), Induced
Polarization (IP), dan Self Potential (SP).
Chargeabilitas merupakan kemampuan suatu batuan untuk menyimpan arus listrik secara
sementara, sedangkan resistivitas adalah ketahanan suatu batuan untuk menghantarkan arus
listrik. Chargeabilitas suatu batuan akan perlahan menurun. Batuan dapat dikatakan sebagai
medium polarizable jika batuan tersebut merupakan media yang dapat mengalami polarisasi
listrik. Batuan yang mempunyai chargeabilitas tinggi antara lain adalah lempung dan logam.
Dapat disebabkan karena lempung mempunyai pori yang dapat dimasuki air.
Pada metode IP digunakan dua elektroda, yaitu arus dan porospot. Metode ini dilakukan
dengan menginjeksikan arus. Setelahnya, akan didapatkan data beda potensialnya. Dengan
menurunkan rumus yang ada, nantinya akan diperoleh hasil chargeabilitas dari batuan yang ada
di wilayah tersebut. Mode pengukuran IP sendiri ada dua, yaitu dengan menggunakan domain
waktu atau dengan menggunakan domain frekuensi.
V
Rumus yang digunakan sendiri adalah R=
I
t2
Vs 1
Chargeabilitas didapatkan dari m= = Vs ( t ) dt
Vp Vp t 1
Peta chargeablitas yang nantinya didapatkan akan terdapat skala warna. Jika
chargeabilitas tinggi, ditunjukkan dengan warna merah dan ungu. Untuk dapat mengetahui
batuan tersebut lempung atau logam jik chargeabilitas tinggi kita dapat menggunakan geologi
regionalnya atau dengan menggunakan domain frekuensi. Setelah mendapatkan beda potensial,
dengan menggunakan domain frekuensi akan didapatkan frequency effect yang akan
menunjukkan metal factor. Jika metal factor tersebut tinggi, berarti benda tersebut merupakan
logam.
Sedangkan, VES merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui
kondisi resistivitas batuan berdasarkan kedalamannya. VES menggunakan prinsip akuiver tanah.
Pada VES sendiri terdapat dua konfigurasi, yaitu konfigurasi Schlumberger dan konfigurasi
Wenner.
[BORANG PETROFISIKA] November
1, 2015

KODE : Porositas dan Permeabilitas


DESKRIPSI :
Porositas merupakan perbandingan semua ruang terhadap volume total suatu batuan atau
medium. Sedangkan permeabilitas merupakan kemampuan suatu batuan untuk mengalirkan
fluida. Porositas dan permeabilitas berhubungan dengan petroleum system. Petroleum system
sendiri terdiri dari source rock, reservoir, cap rock, trap, dan migration. Salah satu batuan yang
mempunyai porositas dan permeabilitas yang baik adalah batupasir.
Batupasir dapat menjadi suatu batuan reservoir karena mempunyai porositas tinggi, yang
merupakan salah satu syarat suatu reservoir. Porositas yang tinggi tersebut disebaban karena
batupasir memiliki rongga dan ukuran butir yang seragam. Shale dapat berperan sebagai cap rock
karena mempunyai permeabilitas yang rendah. Hal itu disebabkan karena butirannya yang
halusm sehingga akan memiliki pori yang sedikit.
Porositas suatu batuan dapat diketahui dengan menggunakan metode log atau well log.
Dalam suatu sumur, dimasukkan alat untuk mengukur ruang pori. Hasil yang didapatkan
merupakan data log. Metode tersebut menggunakn neutron porosity, yaitu untuk mengukur ruang
pori. Di dalam suatu ruang pori, dapat berisikan hydrocarbon. Semakin banyak hydrocarbon,
berarti bahwa semakin banyak unsur H yang ada. Alat yang dimasukkan tersebut akan
menembakkan inti neutron, sehingga akan menyebabkan terjadinya tumbukan dengan unsur H.
Semakin banyak tumbukan yang terjadi, maka pembacaan yang muncul akan semakin kecil. Hal
itu berarti bahwa, batuan yang ada di daerah tersebut mempunyai porositas yang besar. Biasanya,
porositas yang besar diikuti dengan permeabilitas yang besar pula.
[BORANG PETROFISIKA] November
1, 2015

KODE : PETA ABL


DESKRIPSI :
ABL sendiri merupakan kepanjangan dari Anomaly Bouguer Lengkap. Peta tersebut
merupakan peta yang menunjukkan densitas dari persebaran batuan yang ada di wilayah tersebut.
Hal ini didasarkan pada prinsip semua benda yang mempunyai massa, pasti akan mempunyai
densitas.
Metode yang digunakan untuk mengukur suatu densitas sendiri adalah metode gravitasi.
Metode gravitasi merupakan metode yang didasarkan pada pengukuran variasi medan gravitasi
bumi. Dari gravitasi yang didapatkan tersebut, dengan menggunakan rumus dan diolah
sedemikian rupa maka nantinya akan didapatkan densitas.
Data yang didapatkan dari gravitymeter adalah gaya yang dibutuhkan oleh pegas untuk
kembali dalam keadaannya yang semula. Pegas tersebut dapat tertarik dikarenakan adanya
gravitasi bumi dan densitas yang dimiliki oleh suatu batuan atau benda yang ada di bawah tanah.
Dalam metode gravitasi, kita juga diharuskan untuk mengukur posisi dan elevasinya. Hal itu agar
nanti dapat kita ketahui dimana letak anomaly yang didapatkan dari survey yang dilakukan.
[BORANG PETROFISIKA] November
1, 2015

KODE : Peta Resistivitas


DESKRIPSI :
Peta yang ada pada saat dilakukan praktikum peraga didominasi oleh resistivitas rendah.
Hal itu ditunjukkan dari warna yang ada pada peta tersebut dan dicocokkan dengan skala yang
sudah tertera. Namun, pada peta tersebut juga dijumpai beberapa anomali. Secara keseluruhan,
daerah tersebut mempunyai potensi banyak mineral logam atau lempung. Bisa juga banyak
tersusun oleh sedimen. Anomali yang ditunjukkan pada peta sendiri meunjukkan resisitivitas
yang tinggi. Hal ini dapat berarti pada daerah tersebut terdapat batuan kristalin, yaitu beku atau
metamorf.
Sedangkan, jika kita bandingkan dengan menggunakan geologi regional pada daerah
tersebut, anomali yang muncul kemungkinan besar adalah batupasir atau batuan basalt yang telah
terfraktur.
Resistivitas sendiri dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah ukuran butir,
kerapatan, dan mineral air garam. Ukuran butir yang ada pada batuan akan mempengaruhi
rongga yang ada pada batuan. Jika batuan tersebut mempunyai banyak rongga, maka
kemungkinan besar batuan tersebut akan memiliki resisitivitas yang rendah. Hal itu karena
rongga yang ada pada batuan akan lebih mudah terisi oleh fluida. Kemudian, batuan yang
mempunyai kerapatan yang tinggi, maka akan memiliki nilai resistivitas yang tinggi pula.
Disebabkan karena fluida akan sulit untuk mengisi jika batuan tersebut sangat rapat. Selanjutnya,
jika batuan tersebut mengandung mineral air garam, otomatis bahwa dalam batuan tersebut
mengandung ion negatif. Ion negative akan mudah sekali mengahantarkan arus listrik karena
memunculkan sifat konduktif. Maka dari itu, batuan tersebut akan mempunyai nilai resistivitas
yang rendah.
[BORANG PETROFISIKA] November
1, 2015

KODE : Suseptibilitas
DESKRIPSI :
Suseptibilitas merupakan salah satu parameter fisik yang dimiliki oleh batuan. Pengertian
dari suseptibilitas magnetic batuan sendiri adalah tingkat kemagnetan suatu batuan untuk
termagnetisasi. Suseptibilitas biasanya berhubungan dengan kandungan mineral dari batuan
tersebut. Semakin besar kandungan dari mineral magnetit pada batuan tersebut, maka batuan akan
memiliki nilai suseptibilitas yang semakin besar pula.
Untuk mengetahui nilai suseptibilitas bawah permukaan dapat digunakan metode
magnetik. Alat yang digunakan adalah magnetometer dengan menggunakan salah satu metodenya
adalah Proton Procession Magnetometer. Cara kerja alat ini sendiri adalah dengan meninjau
proton yang ada di dalam mineral suatu batuan. Jika diinjeksikan suatu arus, arus tersebut akan
berubah atau diubah menjadi magnet. Proton yang ada di dalam magnet tersebut akan berputar
searah atau tolak menolak (berlawanan arah). Data yang dihitung adalah ketika arus tersebut
sudah diputus, maka bagaimana proton tersebut bergerak. Jika terdapat logam, maka proton akan
berputar searah. Selain itu jika didapatkan nilai 0, berarti bahwa batuan tidak merespon terhadap
arus (magnet).
Jenis filtering data yang ada adalah upward continuation dan downward continuation.
Dalam upward continuation adalah kita melihat dari atas atau melihat anomali dalam skala
regional. Sedangkan pada downward continuation kita dapat melihat lebih detail lagi dikarenakan
anomaly dilihat dalam skala lokal. Oleh karena itu, agar dapat mengiterpretasikan suatu data kita
diharuskan untuk mengetahui geologi regional dari daerah tersebut.
Dalam peta pada praktikum peraga, didapatkan anomali dengan nilai tinggi pada
koordinat 9.141.400 N 430.300 E. Sedangkan anomali yang rendah dapat ditemukan pada
koordinat 9.140.900 N 431.200 E. Anomali yang tinggi tersebut dapat disebabkan karena pada
daerah tersebut mengandung logam atau mineral magnetit yang tinggi. Sebaliknya, anomali yang
rendah dapat disebabkan karena tidak adanya logam atau mineral magnetit, batuan tersebut dapat
merupakan batuan sedimen.
[BORANG PETROFISIKA] November
1, 2015
KODE : SW
DESKRIPSI :
Pada well 1 didapat data dengan saturasi air 30% minyak 70%. Kemudian pada well 2
didapatkan data saturasi air 90% minyak 10%. Dari kedua sumur tersebut, yang dapat digunakan
sebagai prospek migas adalah pada well 1. Hal itu dikarenakan kondisi saturasi minyak yang lebih
besar dibandingkan dengan saturasi air. Sehingga, akan menghasilkan prospek yang lebih
ekonomis. Dengan saturasi air yang lebih dari 20%, sumur tersebut termasuk ke dalam sumur
yang water wet, yaitu air yang akan membasahi batuan. Dikarenakan densitas air yang lebih besar,
maka minyak akan terakumulasi dalam satu titik.
Saturasi juga dapat kita hubungkan dengan resistivitas. Saturasi yang rendah akan
memiliki nilai resistivitas yang tinggi. Hal itu dikarenakan karena saturasi yang rendah akan
mempunyai lebih sedikit fluida di dalamnya, sehingga yang berperan sebagai induktor akan
sedikit. Wetabilitas sendiri dapat berhubungan dengan porositas dan permeabilitas. Dengan
porositas yang tinggi, maka akan banyak fluida yang dapat masuk. Biasanya, porositas yang tinggi
diikuti dengan permeabilitas yang tinggi pula, tapi hal itu tidak selalu terjadi. Dengan
permeabilitas yang tinggi, maka akan memperbesar kemungkinan fluida yang dapat lolos.

Anda mungkin juga menyukai