Borang Resmi Petrofisika
Borang Resmi Petrofisika
1, 2015
KODE : Chargeabilitas
DESKRIPSI :
Chargeabilitas dan resistivitas dari suatu batuan bisa didapatkan dengan metode
Geolidtrik. Metode geolistrik diantaranya adalah, Vertical Electrical Sounding (VES), Induced
Polarization (IP), dan Self Potential (SP).
Chargeabilitas merupakan kemampuan suatu batuan untuk menyimpan arus listrik secara
sementara, sedangkan resistivitas adalah ketahanan suatu batuan untuk menghantarkan arus
listrik. Chargeabilitas suatu batuan akan perlahan menurun. Batuan dapat dikatakan sebagai
medium polarizable jika batuan tersebut merupakan media yang dapat mengalami polarisasi
listrik. Batuan yang mempunyai chargeabilitas tinggi antara lain adalah lempung dan logam.
Dapat disebabkan karena lempung mempunyai pori yang dapat dimasuki air.
Pada metode IP digunakan dua elektroda, yaitu arus dan porospot. Metode ini dilakukan
dengan menginjeksikan arus. Setelahnya, akan didapatkan data beda potensialnya. Dengan
menurunkan rumus yang ada, nantinya akan diperoleh hasil chargeabilitas dari batuan yang ada
di wilayah tersebut. Mode pengukuran IP sendiri ada dua, yaitu dengan menggunakan domain
waktu atau dengan menggunakan domain frekuensi.
V
Rumus yang digunakan sendiri adalah R=
I
t2
Vs 1
Chargeabilitas didapatkan dari m= = Vs ( t ) dt
Vp Vp t 1
Peta chargeablitas yang nantinya didapatkan akan terdapat skala warna. Jika
chargeabilitas tinggi, ditunjukkan dengan warna merah dan ungu. Untuk dapat mengetahui
batuan tersebut lempung atau logam jik chargeabilitas tinggi kita dapat menggunakan geologi
regionalnya atau dengan menggunakan domain frekuensi. Setelah mendapatkan beda potensial,
dengan menggunakan domain frekuensi akan didapatkan frequency effect yang akan
menunjukkan metal factor. Jika metal factor tersebut tinggi, berarti benda tersebut merupakan
logam.
Sedangkan, VES merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui
kondisi resistivitas batuan berdasarkan kedalamannya. VES menggunakan prinsip akuiver tanah.
Pada VES sendiri terdapat dua konfigurasi, yaitu konfigurasi Schlumberger dan konfigurasi
Wenner.
[BORANG PETROFISIKA] November
1, 2015
KODE : Suseptibilitas
DESKRIPSI :
Suseptibilitas merupakan salah satu parameter fisik yang dimiliki oleh batuan. Pengertian
dari suseptibilitas magnetic batuan sendiri adalah tingkat kemagnetan suatu batuan untuk
termagnetisasi. Suseptibilitas biasanya berhubungan dengan kandungan mineral dari batuan
tersebut. Semakin besar kandungan dari mineral magnetit pada batuan tersebut, maka batuan akan
memiliki nilai suseptibilitas yang semakin besar pula.
Untuk mengetahui nilai suseptibilitas bawah permukaan dapat digunakan metode
magnetik. Alat yang digunakan adalah magnetometer dengan menggunakan salah satu metodenya
adalah Proton Procession Magnetometer. Cara kerja alat ini sendiri adalah dengan meninjau
proton yang ada di dalam mineral suatu batuan. Jika diinjeksikan suatu arus, arus tersebut akan
berubah atau diubah menjadi magnet. Proton yang ada di dalam magnet tersebut akan berputar
searah atau tolak menolak (berlawanan arah). Data yang dihitung adalah ketika arus tersebut
sudah diputus, maka bagaimana proton tersebut bergerak. Jika terdapat logam, maka proton akan
berputar searah. Selain itu jika didapatkan nilai 0, berarti bahwa batuan tidak merespon terhadap
arus (magnet).
Jenis filtering data yang ada adalah upward continuation dan downward continuation.
Dalam upward continuation adalah kita melihat dari atas atau melihat anomali dalam skala
regional. Sedangkan pada downward continuation kita dapat melihat lebih detail lagi dikarenakan
anomaly dilihat dalam skala lokal. Oleh karena itu, agar dapat mengiterpretasikan suatu data kita
diharuskan untuk mengetahui geologi regional dari daerah tersebut.
Dalam peta pada praktikum peraga, didapatkan anomali dengan nilai tinggi pada
koordinat 9.141.400 N 430.300 E. Sedangkan anomali yang rendah dapat ditemukan pada
koordinat 9.140.900 N 431.200 E. Anomali yang tinggi tersebut dapat disebabkan karena pada
daerah tersebut mengandung logam atau mineral magnetit yang tinggi. Sebaliknya, anomali yang
rendah dapat disebabkan karena tidak adanya logam atau mineral magnetit, batuan tersebut dapat
merupakan batuan sedimen.
[BORANG PETROFISIKA] November
1, 2015
KODE : SW
DESKRIPSI :
Pada well 1 didapat data dengan saturasi air 30% minyak 70%. Kemudian pada well 2
didapatkan data saturasi air 90% minyak 10%. Dari kedua sumur tersebut, yang dapat digunakan
sebagai prospek migas adalah pada well 1. Hal itu dikarenakan kondisi saturasi minyak yang lebih
besar dibandingkan dengan saturasi air. Sehingga, akan menghasilkan prospek yang lebih
ekonomis. Dengan saturasi air yang lebih dari 20%, sumur tersebut termasuk ke dalam sumur
yang water wet, yaitu air yang akan membasahi batuan. Dikarenakan densitas air yang lebih besar,
maka minyak akan terakumulasi dalam satu titik.
Saturasi juga dapat kita hubungkan dengan resistivitas. Saturasi yang rendah akan
memiliki nilai resistivitas yang tinggi. Hal itu dikarenakan karena saturasi yang rendah akan
mempunyai lebih sedikit fluida di dalamnya, sehingga yang berperan sebagai induktor akan
sedikit. Wetabilitas sendiri dapat berhubungan dengan porositas dan permeabilitas. Dengan
porositas yang tinggi, maka akan banyak fluida yang dapat masuk. Biasanya, porositas yang tinggi
diikuti dengan permeabilitas yang tinggi pula, tapi hal itu tidak selalu terjadi. Dengan
permeabilitas yang tinggi, maka akan memperbesar kemungkinan fluida yang dapat lolos.