Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Krisis air bersih sedang melanda dunia, termasuk Indonesia. Dalam acara Forum Air
Dunia II (World Water Forum) di Den Haag (Maret, 2000) disebutkan bahwa Indonesia
termasuk salah satu negara yang akan mengalami krisis air pada 2025. Menurut Ditjen
Pengairan PU (1994), potensi air permukaan Indonesia lebih kurang 1.789 milyar m3/tahun
(Link, 2000). Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya air
dimana ketersediaan air mencapai 15.500 meter kubik per kapita per tahun, masih jauh di
atas ketersediaan air rata-rata di dunia yang hanya 8.000 meter kubik per tahun. Hal ini
dikarenakan Indonesia terletak pada iklim tropika basah. Walaupun begitu, Indonesia masih
saja mengalami kelangkaan air bersih. Sekitar 119 juta rakyat Indonesia belum memiliki
akses terhadap air bersih. Adapun yang memiliki akses, sebagian besar mendapatkan air
bersih dari penyalur air, usaha air secara komunitas serta sumur air dalam. Meskipun sering
dinyatakan bahwa Indonesia terletak di wilayah iklim tropika basah yang secara teoritis
memiliki ketersediaan air yang tidak menjadi hambatan, namun pada kenyataannya masalah
sumberdaya air semakin lama semakin menjadi persoalan.
Secara nasional, total ketersediaan air dibandingkan dengan kebutuhan air memang masih
surplus, yaitu ketersediaannya per tahun 691,340 miliar meter kubik, sedangkan total
kebutuhan air pada tahun 2000 adalah 156,362 miliar meter kubik. Namun di beberapa pulau
di Indonesia telah mengalami defisit air yaitu Pulau Jawa, Sulawesi, Bali dan NTT masing-
masing sebesar 52,809 milyar; 9,232 milyar; 7,531 milyar dan 1,343 milyar meter kubik.
Pengurangan jumlah air tersebut diikuti pula oleh penurunan kualitas air. Penurunan kualitas
air dapat disebabkan terjadinnya pencemaran sungai .Sungai sungai di Pulau Jawa umumnya
berada pada kondisi memprihatinkan akibat pencemaran limbah industri dan limbah
domestik. Padahal sebagian besar sungai itu merupakan sumber air bagi masyarakat, untuk
keperluan mandi, cuci, serta sumber baku air minum olahan (PAM). Di Jakarta misalnya, dari
hasil penelitian oleh Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi DKI
Jakarta pada 2006, 13 sungai yang mengalir melewati ibukota sudah tercemar bakteri
Escherchia coli (E-coli). Bakteri yang berasal dari sampah organik dan tinja manusia ini juga
mencemari hampir 70 persen tanah di kawasan ibukota, sehingga berpotensi mencemari
sumber air tanah. Salah satu sungai yang tingkat pencemarannya paling parah adalah Sungai
Ciliwung. Kadar bakteri E-coli pada sungai itu mencapai 1,6-3 juta individu per 100cc, jauh
di atas baku mutu 2.000 individu per 100cc. Padahal sungai ini menjadi bahan baku air
minum di Jakarta. Sedangkan penelitian lain menyebutkan, 76,2 persen dari 52 sungai di
Pulau-pulau Jawa, Sumatera, Bali, dan Sulawesi tercemar berat oleh zat organik, termasuk 11
sungai-sungai utama di Indonesia yang tercemar unsur amonium. Sungai-sungai yang
mengalir di pulau Jawa, seperti Jakarta, cenderung lebih tercemar oleh bakteri E-coli akibat
pencemaran tinja yang menyebabkan penyakit diare pada manusia. Pencemaran tersebut
disebabkan oleh berbagai kegiatan manusia terutama kegiatan industrinya. Saat ini
perkembangan industri di Indonesia semakin pesat. Banyaknya industri dapat menimbulkan
dampak positif dan negatif. Dampak positif dari industri antara lain terciptanya lapangan
pekerjaan dan pemanfaatan teknologi baru di berbagai bidang. Adapun dampak negatifnya
yaitu berasal dari limbah industri yang bersangkutan.
Penanganan pencemaran air sangatlah penting, karena air yang mempunyai peranan
penting bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Air limbah sendiri
bukan hanya dihasilkan oleh industri saja melainkan oleh perumahan, perkantoran, atau
apartemen. Pengertian dari air limbah itu sendiri adalah air yang tidak terpakai lagi yang
merupakan hasil dari berbagai kegiatan manusia sehari-hari. Dengan semakin bertambah dan
meningkatnya jumlah penduduk dengan segala kegiatanya, maka jumlah air limbah juga
mengalami peningkatan. Air limbah yang berasal dari kegiatan industri lebih membahayakan
dibandingkan dengan limbah hasil domestik. Limbah cair dari industri biasanya dalam
jumlah besar dan mengandung logam-logam berbahaya yang perlu dilakukan pengolahan
terlebih dahulu. Limbah industri bersumber dari kegiatan industri baik karena proses secara
langsung maupun proses secara tidak langsung. Limbah yang bersumber langsung dari
kegiatan industri yaitu limbah sisa dari proses produksi . Sedangkan limbah tidak langsung
terproduksi sebelum dan sesudah proses produksi . Misalnya pencucian alat-alat produksi
atau oli bekas dari alat produksi tersebut. Seperti halnya industri lainnya, industri farmasi
formulasi juga menghasilkan limbah cair yang berbahaya jika langsung dibuang ke
lingkungan. Maka dilakukan pengolahan limbah cair tersebut dengan menggunakan suatu
teknologi yang disebut dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Banyak aspek
kesehatan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak penyakit dapat dimulai
didukung, ditopang atau dirangsang oleh factor-faktor lingkungan.
Limbah adalah semua benda yang berbentuk padat , cair, maupun gas, merupakan bahan
buangan yang berasal dari aktivitas manusia secara perorangan maupun hasil aktivitas
kegiatan lainnya diantaranya industri, rumah sakit, laboratorium, reactor nuklir dan lain-lain.
Menurut Willgooso (1979) air limbah adalah water carrying waste from homes, bussines and
industries that is mixture of water and dissolved or suspended solids. Menurut USEPA 1977
wastewater is water carrying dissolved or suspended solids from homes, farm, bussinesess
and industries.
Secara umum limbah dapat dibagi menjadi :
1 Human excreta (feses dan urine)
2 Sewage (air limbah)
3 Industrial waste (bahan buangan dari sisa proses industri).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui pengertian air limbah, sumber, karakteristik dan parameter air
limbah.
2. Mengetahui dampak pembuangan air limbah.
3. Mengetahui bagaimana pengelolaan air limbah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Menurut Ehless dan Steel, Air limbah adalah sisa air dibuang yang berasal dari rumah
tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada umumnya mengandung bahan-
bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta mangganggu
lingkungan hidup.
Batasan lainnya mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah
cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama
dengan air tanah, air pemukiman dan air hujan yang mungkin ada (Haryoto Kusnoputranto,
1985). Dari batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa air buangan adalah air yang tersisa dari
kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain seperti industri, perhotelan,
dan sebagainya. Meskipun merupakan air sisa, namun volumenya besar, karena kurang lebih
80% dari air yang digunakan bagi kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari tersebut dibuang lagi
dalam bentuk yang sudah kotor (tercemar). Selanjutnya air limbah ini akhirnya akan kembali ke
sungai dan laut dan akan digunakan oleh manusia lagi. Oleh karena itu, air buangan ini harus
dikelola dan atau diolah secara baik.

2.2 Sumber Air Limbah


Air limbah ini dapat berasal dari berbagai sumber, secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi sebagai berikut:
1. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water), yaitu air limbah
yang berasal dari pemukiman penduduk. Air limbah rumah tangga terdiri dari 3 fraksi
penting, yaitu :
a. Tinja (faeces), berpotensi mengandung mikroba pathogen.
b. Air seni (urine), umumnya mengandung Nitrogen (N) dan Fosfor, serta
kemungkinan kecil mikro-organisme
c. Grey water, merupakan air bekas cucian dapur, mesin cuci dan kamar mandi.
Grey water sering juga disebut dengan istilah sullage. Campuran faeces dan urine
disebut sebagai excreta, sedangkan campuran excreta dengan air bilasan toilet
disebut sebagai black water. Mikroba pathogen banyak terdapat pada excreta.
Excreta ini merupakan cara transport utama bagi penyakit bawaan.
2. Air buangan industri (industrial wastes water), yang berasal dari berbagai jenis industry
akibat proses produksi. Zat-zat yang terkandung di dalamnya sangat bervariasi sesuai
dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing industri, antara lain: nitrogen,
sulfide, amoniak, lemak garam-garam zat pewarna, mineral, logam berat, zat pelarut dan
sebagainya. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pengolahan jenis air limbah ini, agar tidak
menimbulkan polusi lingkungan menjadi lebih rumit.
3. Air buangan kotapraja (municipal wastes water), yaitu air buangan yang berasal dari
daerah; perkantoran,perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat umum, tempat-tempat
ibadah, dan sebagainya. Pada umumnya zat-zat yang terkandung dalam jenis air limbah
ini sama dengan jenis air limbah rumah tangga.
Air limbah rumah tangga sebagian besar mengandung bahan-bahan organik sehingga
memudahkan di dalam pengelolaannya. Sebaliknya, limbah industri lebih sulit pengelolaannya
karena mengandung pelarut mineral, logam berat, dan zat-zat organic lain yang bersifat toksik.
Volume air limbah yang dihasilkan pada suatu masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain:
1. Kebiasaan manusia
Makin banyak orang menggunakan air, makin banyak air limbah yang dihasilkan.
2. Penggunaan system pembuangan kombinasi atau terpisah
Pada sistem kombinasi, volume air limbah bervariasi dari 80-100 galon atau lebih per
kapita, sedangkan pada sistem terpisah volume air limbah mencapai rata-rata 25-50 galon
per kapita.
3. Waktu
Air limbah tidak mengalir merata sepanjang hari, tetapi bervariasi pada waktu dalam
sehari dan musim. Di pagi hari, manusia cenderung menggunakan air , yang
menyebabkan aliran air limbah lebih banyak dibandingkan pada tengah hari yang
volumenya sedikit, dan pada malam hari agak meningkat lagi.

2.3 Karakteristik Air Limbah


Secara garis besar karakteristik air limbah dapat digolongkan sebagai berikut:
a Karakter fisik
Air limbah terdiri dari 99,9% air, sedangkan kandungan bahan padatnya mencapai 0,1 %
dalam bentuk suspensi padat (suspended solid) yang volumenya bervariasi antara 100-
500 mg/L. Apabila volume suspensi padat kurang dari 100 mg/L, air limbah disebut
lemah. Sedangkan bila lebih dari 500 mg/L disebut kuat.
b Karakter kimiawi
Air limbah biasanya bercampur dengan zat kimia anorganik yang berasal dari air bersih
dan zat organik dari limbah itu sendiri. Saat keluar dari sumber, air limbah bersifat basa.
Namun, air limbah yang sudah lama atau membusuk akan bersifat asam karena sudah
mengalami kandungan bahan organiknya telah mengalami proses dekomposisi yang
dapat menimbulkan bau yang tidak sedap.
Komposisi campuran dari zat-zat itu berupa :
Gabungan dengan nitrogen misalnya urea, protein atau asam amino.
Gabungan dengan non-nitrogen misalnya lemak, sabun, atau karbohidrat.
c Karakteristik bakteriologis
Bakteri dalam air limbah berfungsi untuk menyeimbangkan DO dan BOD. Sedangkan
bakteri pathogen banyak terdapat dari hasil buangan dari peternakan, rumah sakit,
laboratorium, sanatorium, buangan rumah tangga khususnya dari kamar mandi/wc.
Kandungan bakteri pathogen serta organism golongan E. coli terdapat juga dalam air
limbah tergantung dari mana sumbernya, namun keduanya tidak berperan dalam proses
pengolahan air limbah. Limbah industri tidak banyak mengandung bakteri kecuali dari
bahan produksinya memang berhubungan dengan potensi adanya bakteri diantaranya
industri makanan/minuman, pengalengan ikan dan daging, abbatoir.
Beberapa mikroorganisme dalam air limbah, antara lain:
1. Kelompok protista : virus, bakteri, jamur, protozoa.
2. Kelompok tanaman dan bintang : algae, cacing.

2.4 Parameter Air Limbah


Berikut beberapa parameter yang dapat digunakan berkaitan dengan air limbah :
1 Kandungan zat padat (total solid, suspending solid, disolved solid)
2 Kandungan zat organik
3 Kandungan zat anorganik (mis. P, Pb, Cd, Mg)
4 Kandungan gas (mis. O2, N, CO2)
5 Kandungan bakteri (mis. E. Coli)
6 Kandungan pH
7 Suhu
Berikut beberapa parameter yang digunakan untuk mengukur kandungan oksigen dalam air
limbah:
1. Chemical oxygen demand (COD)
COD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik
secara kimiawi, baik yang dapat didekomposisi secara biologis maupun yang sukar
didekomposisi secara biologis. Oksigen yang dikonsumsi setara jumlah dikromat yang
diperlukan untuk mengoksidasi air sampel.
2. Biochemical oxygen demand (BOD)
BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk melakukan proses
dekomposisi aerobik terhadap bahan organik dari larutan, di bawah kondisi suhu tertentu
(umumnya 20o) dan waktu tertentu (umumnya 5hari). Hasil pengukuran BOD dapat
dinyatakan dalam mg/l. Kebutuhan BOD bervariasi antara 100-300mg/l . Apabila hasil
pengukuran menunjukkan angka lebih dari 300mg/l, BOD dinyatakan kuat, sedangkan
bila kurang dari 100mg/l disebut lemah.
3. Dissolved Oxygen (DO)
DO adalah banyaknya oksigen yang terkandung di dalam air dan diukur dalam satuan
milligram per liter. Oksigen terlarut ini digunakan sebagai tanda derajat pengotoran
limbah yang ada. Semakin besar oksigen terlarut, maka menunjukkan derajat pengotoran
yang relative kecil.
4. Hardness (kesadahan)
Kesadahan adalah gambaran kation logam ekivalen yang terdapatdalam air. Kation-
kation ini dapat bereaksi dengan sabun membentuk endapan maupun anion-anion yang
terdapat di dalam air membentuk endapan atau karat pada peralatan logam.

5. Settleable solid
Merupakan lumpur yang mengendap dengan sendirinya pada kondisi yang tenang selama
1 jam secara gaya beratnya sendiri.
6. Total suspended solid
Merupakan jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang ada dalam air limbah setelah
mengalami penyaringan dengan membran berukuran 0,45 mikron. Suspended solid dapat
dibagi menjadi zat padat dan koloid. Selain suspended solid ada juga istilah dissolved
solid.
7. Mixed Liquor Suspended Solid (MLSS)
Merupakan jumlah TSS yang berasal dari bak pengendap lumpur aktif setelah dipanaskan
pada suhu 103o-105oC.
8. Mixed Liquor Volatile Suspended Solid (MLVSS)
Merupakan kandungan organic matter yang terdapat dalam MLSS pada suhu 600 oC,
benda volatile menguap disebut MLVSS.
9. Turbidity (kekeruhan)
Merupakan ukuran yang menggunakan efek cahaya sebgai dasar untuk mengukur
keadaan air sungai, kekeruhan ini disebabkan oleh adanya benda tercampur atau benda
koloid dalam air.

2.5 Dampak Pembuangan Air Limbah


Air limbah yang tidak menjalani pengolahan yang benar tentunya dapat menimbulkan
dampak yang tidak di inginkan. Dampak tersebut, antara lain :
1 Kontaminasi dan pencemaran pada air permukaan dan badan-badan air yang digunakan
oleh manusia.
2 Mengganggu kehidupan dalam air, mematikan hewan dan tumbuhan air.
3 Menimbulkan bau (sebagai hasil dekomposisi zat anaerogi dan zat anorganik)
4 Menghasilkan lumpur yang dapat mengakibatkan pendangkalan air sehingga terjadi
penyumbatan yang dapat menimbulkan banjir.

2.6 Pengelolaan Air Limbah


Air limbah sebelum dilepas ke pembuangan akhir harus menjalani pengolahan dahulu.
Untuk dapat melaksanakan pengolahan air limbah yang efektif diperlukan rencana pengelolaan
yang baik. Adapun tujuan pengelolaan dari air limbah itu sendiri, antara lain :
1 Mencegah pencemaran pada sumber air rumah tangga.
2 Melindungi hewan dan tanaman yang hidup didalam air.
3 Menghindari pencemaran tanah permukaan.
4 Menghilangkan tempat berkembangbiaknya bibit dan vector penyakit.
Sementara itu, sistem pengelolaan air limbah yang diterapkan harus memenuhi persyaratan
berikut :
1 Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber-sumber air minum.
2 Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan.
3 Tidak menimbulkan pencemaran pada flora dan fauna yang hidup di air didalam
penggunaannya sehari-hari.
4 Tidak dihinggapi oleh vector atau serangga yang menyebabkan penyakit.
5 Tidak terbuka dan harus ditutup.
6 Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengelola air limbah, di antaranya :
a Pengenceran ( disposal by dilution)
Air limbah di buang ke sungai, danau atau laut agar mengalami pengenceran. Dengan cara ini
air limbah akan mengalami purifikasi alami. Namun, cara semacam ini dapat mencemari air
permukaan dengan bakteri pathogen, larva dan telur cacing., serta bibit penyakit lain yang
ada di dalam air limbah itu. Apabila hanya cara ini yang dapat diterapkan, maka persyaratan
berikut harus dipenuhi :
1 Air sungai atau danau tidak boleh digunakan untuk keperluan lain.
2 Volume air mencukupi sehingga pengenceran berlangsung kurang dari 30-40 kali.
3 Air harus cukup mengandung oksigen. Dengan kata lain air harus mengalir ( tidak
boleh stagman) agar tidak menimbulkan bau.
b Cesspool
Bentuk cesspool ini menyerupai sumur tetapi digunakan untuk pembuangan air limbah.
Dibuat pada tanah yang porous (berpasir) agar air buangan mudah meresap ke dalam tanah.
Bagian atas ditembok agar tidak tenbus air. Apabila cesspool sudah penuh (kurang lebih 6
bulan), lumpur didalamnya dapat diisap keluaratau dari semula dibuat cesspool secara
berangkai, sehingga bila yang satu penuh, air akan mengalir ke cesspool berikutnya. Jarak
cesspool dengan sumur air bersih adalah 45 meter dan minimal 6 meter dari pondasi rumah.
c Sumur resapan (seepage pit)
Sumur resapan merupakan sumur tempat menampung air limbah yang telah mengalami
pengolahan dalam sistem lain, misalnya dari aqua privy atau septic tank. Dengan cara ini, air
hanya tinggal mengalami peresapan kedalam tanah. Sumur resapan ini dibuat pada tanah
yang porous, dengan diameter 1-2,5 m dan kedalaman 2.5 m. lama pemakaian dapat
mencapai sekitar 6-10 tahun.
d Septic tank
Septic tank menurut WHO, merupakan metode terbaik untuk mengelolaq air limbah walu
biayanya mahal, rumit dan memerlukan tanah yang luas.
Septic tank memiliki 4 bagian antara lain :
1 Ruang pembusukan
Dalam ruangan ini, air kotor akan tertahan 1-3 hari dan akan mengalami penguraian oleh
bakterti pembusuk yang akan menghasilkan gas, cairan dan lumpur. Gas dan cairan akan
kedalam dosing camber melalui pipa. Lumpu akan masuk ke ruang lumpur.
2 Ruang lumpur
Ruang lumpur merupakan tempat penampung lumpur apabila ruang sudah penuh, lumpur
dapat dipmpa keluar.
3 Dosing chamber
Dalam dosing chamber terdapat siphon Mc Donalds yang berfungsi untuk mengatur
kecepatan air yang akan dialirkan ke bidang resapan agar merata.
4 Bidang resapan
Bidang ini akan mnyerap cairan keluar dari dosing chamber dan menyaring bakteri
pathogen maupun bibit penyakit lain. Panjang minimal bidang resapan ini 10 m dan
dibuat pada tanah porous.
e Sistem Riool (sewage)
Sistem riool menampung semua air kotor dari rumah maupun dari perusahaan, dan terkadang
menampungn kotoran dari lingkungan. Apabila dipakai untuk menampung air hujan, sisteo
riool ini disebut combined system, sedangkan jika bak penampung air hujannya dipisahkan
maka disebut separated system. Agar tidak merugikan kepentingan lain, air kotor dialirkan ke
ujung kotak, misalnya ke daerah peternakan, pertanian, atau perikanan darat. Air kotor itu
masih memerlukan pengolahan.
Proses pengolahan yang dilakukan antara lain :
1 Penyaringan (screening)
Penyaringan ditujukan untuk menangkap benda-benda yang terapung di atas permukaan
air.
2 Pengendapan (sedimentation)
Pada proses ini air limbah, dialirkan ke dalam bak besar (sand trap) sehingga aliran
menjadi lambat dan lumpur serta pasir mengendap.
3 Proses biologis
Proses ini menggunakan mikroba untuk memusnahkan zat organic di dalam limbah baik
secara aerob maupun anaerob.
4 Disaring dengan saringan pasir (sand filter)
5 Desinfeksi
Desinfeksi dengan kaporit (10 kg/1 juta liter air limbah) untuk membunuh mikroba
pathogen.
6 Pengenceran
Terakhir, air limbah dibuang ke sungai, danau atau laut sehingga mengalami
pengenceran.
Semua proses pengolahan air limbah ini dilakukan dalam suatu instalasi khusus yang
dibangun di ujung kota.
Pengolahan air limbah juga dapat dilakukan dengan cara berikut ini :
1 Dilution (pengenceran)
2 Irrigation
3 Self purification (kolam oksidasi), yang terdiri dari pengendapan, dekomposisi, recovery,
dan clean water.
4 Pengolahan air limbah secara primer dan sekunder.
Pengolahan secara primer terdiri atas :
a Screen (saringan). Kotoran yang besar disaring.
b Grit Chamber. Detritus berupa lapisan air, kerikil dan pasir, aliran air diperlambat
dengan grit channel.
c Primary sedimentation tank. Endapan crudge sludge dialirkan ke sludge
digestion tank dan menghasilkan gas metana.
d Cairan yang tertinggal dialirkan sebagai primary effluent ke pengolahan
sekunder.
Pengolahan sekunder terdiri dari:
a Cairan yang berasal dari primary treatment dialirkan ke bak biological treatment
kemudian dialirkan ke tangki pengendapan terakhir (final sedimentation tank).
Dari total volume endapan lumpur aktif (activated sludge) yang dihasilkan, 25%-
nya akan digunakan kembali sehingga dimasukkan lagi ke dalam tangki aerasi,
sedangkan yang 75%-nya akan dibuang ke laut, ditimbun rawa-rawa, atau
dijadikan pupuk.
b Air yang tertinggal cukup jernih sehingga dapat langsung disalurkan ke badan-
badan air setelah mengalami proses klorinasi.
c Crudge sludge dialrkan ke sludge digestion tank untuk diubah menjadi gas
metana yang akan digunakan untuk menghasilkan tenaga listrik.
d Endapan lumpur dalam sludge digestion tank dikeringkan dengan alat pengering
lumpur.
Tujuan purifikasi air limbah, antara lain :
1 Untuk menstabilkan bahan-bahan organic melalui proses stabilisasi. Materi akan
diurai oleh bakteri menjadi bahan-bahan sederhana yang tidak akan didekomposisi.
2 Untuk menghasilkan effluent yang bebas dari keadaan patogen.
3 Air dapat digunakan tanpa menimbulkan resiko gangguan kesehatan.
Dekomposisi materi organik di dalam air limbah terjadi melalui proses aerob dan anaerob,
seperti berikut :
a Proses aerob
Proses aerob merupakan proses yang paling efisien untuk menurunkan kandungan materi
organic di dalam air limbah. Proses ini memerlukan pasokan oksigen terlarut dalam
kontinu. Bahan-bahan organic dipecah menjadi bahan-bahan yang lebih sederhana,
seperti karbondioksida, air, amoniak, nitrit, nitrat, dan sulfat melalui kerja bakteri, jamur
dan protozoa.
b Proses anaerob
Proses ini sangat efektif untuk air limbah yang mengandung banyak benda padat. Reaksi
dekomposisi anaerob berlangsung lebih lambat dan sangant kompleks. Produk akhir dari
dekomposisi tersebut adalah metana, ammonia, CO2, dan H2.
Dalam melakukan purifikasi air limbah, terdapat 3 cara berikut yang dapat dipilih :
1 Modern sewage treatment, terdiri dari :
a Pengolahan primer, yang meliputi screening, grift chamber, dan primary
sedimentation.
b Pengolahan sekunder, yang meliputi biological treatment, secondary sedimentation,
dan klorinasi.
2 Traditional sewage treatment (oxidation pond)
3 Land treatment atau sewage farming. Metode ini memanfaatkan sebidang tanah yang
dikelinlingi parit berisi air limbah yang mengalir secara intermiten. Tanah tersebut ditanami
tumbuhan semacam kentang dan pohon buah-buahan.

2.7 Contoh Pengolahan Limbah Cair


1. Industri Penyemakan Kulit
Kulit terbentuk dari reaksi serat kalogen di dalam kulit hewan dan tannin, krom, tawas atau zat
penyamak lain. Pada dasarnya untuk mengubah kulit hewan digunakan dua proses : proses
rumah-balok, kulit hewan dibersihkan dan disiapkan untuk operasi penyamakan. Pertama-tama,
kulit direndam dalam air untuk menghilangkan kotoran, darah, garam dan pupuk. Kemudian
kulit dibersihkan dengan mesin atau tangan untuk menghilangkan sisa-sisa daging yang ada.
Penghilangan bulu dilakukan secara kimia dengan tangan dan atau mesin. Bubur kapur tohor
digunakan untuk melepaskan bulu, kemudian apabila bulu itu akan digunakan dapat dilarutkan
dengan natrium sulfida. Langkah pertama dalam proses penyamakan adalah perpendaman kulit
hewan dalam larutan garam ammonia dan enzim. Semua kulit hewan untuk penyamaan krom
harus mengalami pengasaman. Pengasaman membuat kulit hewan bersifat asam dengan
menggunakan asam sulfat dan natrium chlorida. Penyamakan itu sendiri dilakukan di dalam tong
yang berisi tannin nabati (kulit pohon, kayu, buah atau akar), atau campuran kimia yang
mengandung krom sulfat. Pemucatan, pemberian warna coklat, cairan lemak dan pewarnaan
digunakan untuk kulit khusus. Langkah-langkah akhir seperti pengeringan, perentangan dan
penekanan kulit adalah proses kering dan tidak menghasilkan limbah cair.
Limbah cair pabrik penyamaan berasal dari larutan yang digunakan unit pemrosesan itu
sendiri yaitu perendaman air, penghilangan bulu, pemberian bubur kapur, perendaman ammonia,
pengasaman, penyamaan, pemucatan, pemberian warna coklat, dan pewarnaan dan dari bekas
cuci , tetesan serta tumpahan. Penghilangan bulu dengan kapur dan sulfida biasanya merupakan
penyumbang utama beban pencemaran dalam pabrik penyamaan. Limbah dengan BOD dan PTT
tinggi berasal dari cairan bekas perendaman, cairan kapur bekas dan cairan penyamaan nabati.
Ciran samak krom mengandung krom-trivalen kadar tinggi. Perendaman ammonia meninggalkan
banyak campuran nitrogen-amonia dan sedikit bahan organic. Limbah cair dari operasi
penghilangan bulu mengandung bulu dan sulfida.
Dalam operasi penyamakan, cara-cara berikut dapat menghemat penggunaan air :
1.Penggunaan proses tong dengan aliran berlawanan
2.Pengumpulan air cucian untuk digunakan kembali dalam penambahan
cairan induk.
3.Pemisahan air limbah dalam pabrik untuk daur ulang langsung dan daur ulang sesudah
pengolahan tertentu.
4.Sistem kendali penggunaan air, meteran atau alat pengukur waktu.
5.Aturan rumah tangga yang baik.
6.Penggunaan pencucian dengan aliran berlawanan daripada dengan proses pembilasan
kontiniu.Penggunaan mesin pengolah kulit untuk menggantikan tong atau drum untuk satuan
proses rumah balok dan proses penyamaan.
Cara lain untuk mengurangi limbah meliputi :
1.Regenerasi (penjernihan cairan induk) dan penggunaan ulang larutan penyamak krom
2.Daur ulang 100 % larutan penyamak nabati sekarang banyak diterapkan
3.Pengumpulan limbah dari penghilangan sisa daging untuk pakan hewan atau bahan pembuatan
lem
4.Menyimpan bulu untuk dijual kepada pabrik karpet
5.Regenerasi lerutan penghilang bulu
6.Penggunaan proses-proses baru seperti enzim, oksidasi, dimetilamin atau soda kostik untuk
penghilangan bulu

Anda mungkin juga menyukai