Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan
adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Prevalensi ISK di masyarakat makin
meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Pada usia 40 60 tahun mempunyai angka
prevalensi 3,2 %. Sedangkan pada usia sama atau diatas 65 tahun kira-kira mempunyai angka
prevalensi ISK sebesar 20%. Infeksi saluran kemih dapat mengenal baik laki-laki maupun
wanita dari semua umur baik anak-anak, remaja, dewasa maupun lanjut usia. Akan tetapi dari
kedua jenis kelamin, ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi umum
kurang lebih 5-15%.
Penderita isk didunia sekitar 150 juta baik yang ringan maupun komploikasi Berdasarkan
data dari WHO pada tahun 2011, infeksi saluran kemih termasuk kedalam kumpulan infeksi
paling sering didapatkan oleh pasien yang sedang mendapatkan perawatan di pelayanan
kesehatan (Health care-associated infection). Bahkan tercatat infeksi saluran kemih
menempati posisi kedua tersering (23,9%) di Negara berkembang setelah infeksi luka operasi
(29,1%) sebagai infeksi yang paling sering didapatkan oleh pasien di fasilitas kesehatan.
(Pezzlo, 1992). Menurut WHO dalam Infeksi saluran kemih (ISK) adalah penyakit infeksi
yang kedua tersering pada tubuh sesudah infeksi saluran pernafasan dan sebanyak 8,3 juta
kasus dilaporkan per tahun. Infeksi ini juga lebih sering dijumpai pada wanita dari pada laki-
laki.Indonesia merupakan negara berpenduduk ke empat terbesar dunia setelah Cina, India
dan Amerika Serikat.Sementara itu Penduduk Indonesia yang menderita Infeksi Saluran
Kemih diperkirakan sebanyak 222 juta jiwa.(Depkes RI, 2014).
Infeksi saluran kemih di Indonesia dan prevalensinya masih cukup tinggi, Menurut
perkiraan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, jumlah penderita ISK di Indonesia
adalah 90-100 kasus per 100.000 penduduk pertahun nya atau sekitar 180.000 kasus baru
pertahun (Depkes RI, 2014).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Propinsi Aceh angka kejadian Infeksi Saluran
Kemih sekitar 1.264 kasus yang dilaporkan dan diperkirakan masih banyak kejadian Infeksi
Saluran Kemih di Provinsi Aceh yang tidak terlaporkan (Ramadhan, 2015).

B. Tujuan umum

1
Melihat gambaran umum dari asuhan keperawatan pada klien dengan infeksi saluran
kemih (ISK)

C. Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui pengkajian penyakit ISK


2. Untuk mengetahui diagnose penyakit ISK
3. Untuk mengetahui intervensi yang dapat diterapkan pada penderita ISK
4. Untuk mengetahui hasil evaluasi dari penyakit ISK

1.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi ISK

Menurut agus tessy dkk pada tahun 2001 Infeksi saluran kemih adalah suatu
istilah umum yang dipakai untuk mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada
saluran kemih sedangkan menurut sudoyo aru dkk pada tahun 2009 Infeksi saluran
kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembangbiaknya mikroorganisme didalam
saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak mengandung bakteri, virus
atau mikroorganisme lain, infeksi saluran kemih dapat terjadi baik pada pria maupun
wanita dari semua umur dan dari kedua jenis kelamin wanita lebih beresiko menderita
infeksi dari pada pria. Jadi infeksi saluran kemih ialah penyakit yang terjadi pada
saluran kemih yang disebabkan oleh invasi mikroorganisme yang dapat terjadi pada
pria dan wanita dari semua umur.
Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang
disesbabkan oleh bakteri terutama Echerichia coli; resiko dan beratnya meningkat
dengan kondisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis
perkemihan, pemakaina instrumen uretral baru, septikemia (Susan Martin Tucker,
dkk, 1998).
Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat menyebarnya infeksi yang
berasal dari uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan
jauhnya jarak antara uretra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan
prostatik melindungi pria dari infeksi traktus urinarius. Akibatnya, ISK pada pria
jarang terjadi. Namun, ketika gangguan ini terjadi, kali ini menujukkan adanya
abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius.

3
1. Klasifikasi
menurut hardhi amin pada tahun 2015 Jenis infeksi saluran kemih, antara lain:
1. Kandung kemih (sistitis)
2. Uretra (uretritis)
3. Prostat (prostatitis)
4. Ginjal (pielonefritis)

Infeksi saluan kemih (ISK) pada usia lanjut (rudi haryono.2012), dibedakan menjadi:

1. ISK Uncomplicated (simple)


ISK sederhan yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik,
anatomi maupun fungsional normal. ISK ini pada usia lanjut terutama mengenai
penderta wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superfisial kandung kemih.
2. ISK Complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit
diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika,
sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaan-
keadaan sebagian berikut:
a. Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral
obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia kateter kandung kencing menetap
dan prostatitis.
b. Kehilangan faal ginjal: GGA maupun GGK
c. Gangguan daya tahan tubuh
d. Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen seperti prosteus spp yang
memproduksi urease.

B. Etiologi
Beberapa penyebab dari ISK menurut rudi haryono,2012 antara lain:
a. Mikroorganisme
1) Esherichia coli: 90% penyebab ISK uncomplicated (simpel)
2) Preudomonas, proteus, klebsiella: penyebab ISK complicated
3) Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan lain-lain.

b. usia lanjut
1) Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkatkan akibat pengosongan kandung
kemih yang kurang efektif.
2) Mobilitas menurun
3) Nutrisi yang sering kurang baik
4) Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
5) Adanya hambatan pada aliran urin
6) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

c. Faktor risiko

4
Wanita

Uretra pendek dan sangat dekat dengan vagina dan anus


Berkurangnya estrogen pada pasca menopause dan hilangnya laktobasil vagina
yang dapat mencegah infeksi.
Kehamilan
Pemakaian diafragma

Obstruksi

Tumor
Hipertofi prostat
Batu ( kalkuli )

Penyakit kronik

Diabetes melitus
Hipertensi
Penyakit sel sabit
Glomerulonefritis
Imunosupresi

Instrumentasi

Kateterisasi
Prosedur diagnostik invasif

Umur

Pengosongan kandung kemih tidak sempurna


Asiditas urineberkurang
Anemia
Malnutrisi
C. Patofisiologi

5
Infeksi saluran kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik
dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui kontak langsung dari
temoat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK,
yaitu asending dan hematogen.

Secara hematogen:
Sering terjadi pada pasien yang sistem imunnya rendah sehingga mempermudah
penyebaran infeksi secara hematogen. Ada beberapa hal yang memengaruhi struktur
dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu adanya
bendungan total urin yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan
intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.

Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan oleh adanya:

6
1) Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung
kemih yang tidak lengkap atau kurang efektif
2) Mobilitas menurun
3) Nutrisi yang sering kurang baik
4) Sistem imunitas yang menurun
5) Adanya hambatan pada saluran urin
6) Hilangnaya efek bakterisid dari sekresi prostat

Sisa urin dalam kandungan kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan


distensi yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan
penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media
pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal
sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar ke seluruh traktus urinarius.
Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK, antara lain adanya obstruksi
aliran kemih proksimal yang mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam
pelvis ginjal dan ureter yang disebut hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah
jaringan parut ginjal, batu, neoplasma, dan hipertrofi prostate yang sering ditentukan
pada laki-laki dia atas usia 60 tahun.

Infeksi saluran kemih dapat dibagi menjadi sistisis dan pielonefritis.


Pielonefritis akut biasanya terjadi akibat infeksi kandung kemih asendens. Pielonefritis
akut juga dapat terjadi melalui infeksi hematogen. Infeksi dapat terjadi di satu atau di
kedua ginjal.

Pielonefritis kronik dapat terjadi akibat infeksi berulang, dan biasanya dijumpai pada
individu yang mengidap batu, obstruksi lain, atau refluks vesikoureter.

Pielonefritis (infeksi truktus urinasrius atas) merupakan infeksi bakteri piala


ginjal, tobulus dan jaringan intertisial dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri
mencapai kandung kemih melalui uretra dan naik ke ginjal meskipun ginjal 20%
sampai 25% curah jantung; bakteri jarang mencapai ginjal melalui aliran darah; kasus
penyebaran secara hematogen kurang dari 3%.
Sistitis (inflamasi kandung kemih) paling sering disebabkan oleh menyebarkan infeksi
dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urin dari uretra ke dalam kandung
kemih (refluks uretrovesikal), kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop.
Uretritis suatu inflamasi uretra biasanya adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang
digolongkan sebagai general atau mongonoreal. Uretritis gonoreal disebabkan oleh

7
niesseria gonorhoeae dan ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis nongonoreal;
uretritis yang tidak berhubungan dengan niesseria gonorhoeae biasanya disebabkan
oleh klamidia frakomatik atau urea plasma urelytikum ( rudi haryono.2012)

D. Tanda dan gejala

Menurut rudi haryono pada tahun 2012 tanda dan gejala dari ISK yaitu :
a. Uretritis
1) Mukosa memerah dan edema
2) Terdapat cairan eksudat yang purulent
3) Ada ulserasi pada urethra
4) Adanya rasa gatal yang menggelitik
5) Adanya nanah awal miksi
6) Nyeri pada saat miksi
7) Kesulitan untuk memulai miksi
8) Nyeri pada abdomen bagian bawah
b. Sistitis
1) Disuria (nyeri waktu berkemih)
2) Peningkatan frekuensi berkemih
3) Perasaan ingin berkemih
4) Adanya sel-sel darah putih dalam urin
5) Nyeri punggung bawah arau suprapubic
6) Demam yang disertai adanya darah dalam urin pada kasus yang parah
c. Pielonefritis
1) Demam
2) Menggigil
3) Nyeri panggul dan pinggang
4) Nyeri ketika berkemih
5) Malaise
6) Pusing
7) Mual dan muntah

E. Komlikasi

Menurut rudi haryono pada tahun 2012 Komplikasi yang diakibatkan oleh ISK antara
lain :
1) Pembentukan abses ginjal atau perirenal
2) Gagal Ginjal

F. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada penderita ISK (rudi


harono.2012) antara lain :
1. Urinalisasi

8
a. Leukosuria atau piuria : merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK.
Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB)
sedimen air kemih.
b. Hematuria : hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sedimen air kemih.
Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan
glomerulus ataupun urolitiasis.

2. Bakteriologis
a. Mikroskopis : satu bakteri lapang pandang minyak emersi.
b. Biakan bakteri : 102-103 organisme koliform/Ml urin plus piuria
c. Tes kimiawi : tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna pada uji carik
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik

4. Hitung koloni : hitung koloni sekitar 100.000 koloni per mililiter urine dari urin
tampung aliran tengah atau dari spesimen dalam kateter dianggap sebagai kriteria
utama adanya infeksi

5. Metode tes
a. Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase leukosit) dan nitrit (tes griess
untuk pengurangan nitrat). Jika tes esterase leukosit menunjukkan hasil positif
maka pasien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, griess positif jika terdapat
bakteri yang mengurangi nitrat urine normal menjadi nitrit
b. Tes penyakit menular seksual (PMS)
Uretritis akut akibat organisme menular secara seksual (misal klamidia trakomatis,
neisseria gonorrhoeae, herpes simplek)
c. Tes-tes tambahan :
Urogram intravena (IVU), pielografi (IVP), sistografi, dan ultrasonografi juga
dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus
urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hidronerosis atau hiperplasi
prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik
dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang
resisten.

G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dari ISK (rudi haryono.2012) antara lain:


1. Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram negatif.
Penanganan infeksi saluran kemih (ISK) yang ideal adalah agens anti-bakterial
yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek

9
minimal terhadap flora fekal dan vagina. Terapi infeksi saluran kemih (ISK) dapat
dibedakan atas :
a. Terapi antibiotika dosis tunggal
b. Terapi antibiotika konvensional : 5-14 hari
c. Terapi antibiotika jangka lama : 4-6 minggu
d. Terapi dosis rendah untuk supresi

Pemakaian antimikrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan


infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri resisten diawal infeksi, faktor
kausatif (misalnya batu, abses) jika muncul salah satu harus segera ditangani.
Setelah penanganan dan sterilisasi urin, terapi preventif dosis rendah.
Penggunaan medikasi yang umum mencakupm sulfisoxazole (gas-trisin),
trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra). Kadang ampicilin
atau amoksilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap obat ini. Pyridium,
suatu analgesic urinarius juga dapat dipakai untuk mengurangi ketidaknyamanan
akibat infeksi.

2. Apabila pielonefritis kroniknya disebabkan oleh obstruksi atau refluks,


diperlukan penatalaksaan spesifik untuk mengatasi masalah-masalah tersebut
3. Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas
mikroorganisme yang mungkin naik ke uretra. Untuk wanita harus membilas dari
depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi lubang uretra oleh bakteri
feses

H. Pengkajian

a. Pemeriksaan fisik : dilakukan secara head to toe dan sistem tubuh


b. Riwayat atau adanya faktor-faktor risiko :
1) adakah riwayat infeksi sebelumnya ?
2) Adakah obstruksi pada saluran kemih ?

c. Adanya faktor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial


1) Bagaimana dengan pemasangan kateter foley ?
2) Imobilisasi dalam waktu yang lama
3) Apakah terjadi inkontinensia urin ?

d. Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih


1) Bagaimana pola berkemih pasien ? untuk mendeteksi faktor predisposisi
terjadinya ISK paien (dorongan, frekuensi, dan jumlah)
2) Adakah disuria ?
3) Adakah urgensi ?
4) Adakah hesitancy ?
5) Bagaimana haluaran volume urin, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi urin ?
6) Adakah nyeri, biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian bawah

10
7) Adakah nyeri panggul atau pinggang, biasanya pada infeksi saluran kemih bagian
atas
8) Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas

e. Pengkajian psikologi pasien :


1) Bagian perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang telah
dilakukan ? adakah perasaan malu atau takut akan kekambuhan terhadap
penyakitnya ?
f. Pemeriksaan fisik :
1) Palpasi kandung kemih
2) Inspeksi daerah meatus
3) Pengkajian warna, jumlah, bau, dan kejernihan urine
4) Pengkajian pada costovertebralis

I. Diagnosa keperawatan

1. hipertermia b.d peningkatan laju metabolisme dan proses penyakit


2. Ansietas b.d penyakit yang dialami
3. Retensi urine b.d peningkatan tekanan ureter, sumbatan pada kandung kemih
4. Resiko infeksi b.d masuknya patogen/bakteri

J. Intervensi

1. hipertermia b.d peningkatan laju metabolisme dan proses penyakit


noc :
thermoregulation
nic :
1. Monitor TD,nadi, suhu dan RR
2. Monitor suhu dan kelembaban kulit
3. Tingkatkan sirkulasi udara
4. Monitor tanda-tanda hipertermi
5. Tingkatkan intake cairan nutrisi
6. Monitor kualitas dari nadi

Kriteria hasil

1. suhu tubuh dalam rentang normal

11
2. nadi dan RR dalam rentang normal
3. tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing

2. Ansietas b.d penyakit yang dialami


Noc :
Coping
Anxiety level
Anxiety self control
Nic
1. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
2. Gunakan pendekatan yang menenangkan
3. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
4. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
5. Indentifikasi tingkat kecemasan

Kriteria hasil

1. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas


2. Mengidentifikasi mengungkapkan dan menunjukan teknik untuk mengontrol
cemas
3. Retensi urine b.d peningkatan tekanan ureter, sumbatan pada kandung kemih
Noc :
Urinary elimination
Urinary continence
Nic
1. Monitor intake dan output
2. Monitor derajat distensi bladder
3. Monitor tanda dan gejala ISK
4. Stimulasi refleks bledder dengan kompres dingin pada abdomen
5. Kateterisasi jika perlu
6. Sediakan privacy untuk eliminasi

Kriteria hasil
1. Kandung kemih kosong secara penuh
2. Bebas dari ISK
3. Tidak ada spasme bladder

12
BAB III
ANALISA KASUS/PEMBAHASAN

Kasus:

A man 22 years old went to the mountain for vacation. The cold condition
made him diuresis for more than twelve time during 6 hours eventhough
no drinking. When he went back to the city, he drank much than before
because hot climate but he didnt urinaret more (oliguria). He asked to his
friend as a nurse, and this friend said that phenomenon happened
because of body hormon. He said allohuakbar.

Seorang pria berusia 22 tahun pergi ke gunung untuk berlibur. Kondisi


dingin membuatnya diuresis selama lebih dari dua belas kali selama 6 jam
meski tanpa minum selama berada dipegunungan. Ketika kembali ke kota,
dia minum lebih banyak dari sebelumnya karena cuaca panas tapi dia
tidak ada keinginan untuk berkemih (oliguria). Dia bertanya kepada
temannya seorang perawat, dan temannya mengatakan bahwa fenomena
itu terjadi karena hormon tubuh. Dia bilang "allohuakbar".

A. Pengkajian

1. Identitas klien
2. Riwayat kesehatan umum meliputi berbagai gangguan atau
penyakit yang lalu, berhubungan dengan atau yang dapat
mempengaruhi penyakit sekarang
a. Riwayat kesehatan keluarga
b. Riwayat kesehatan klien
1) Riwayat kesehatan sekarang

13
Klien mengatakan setelah berada pada suhu yang
panas sangat banyak minum tetapi tidak ada
keinginan untuk berkemih
3. Keadaan umum klien
4. Data psikologis
Klien mengatakan Allahhuakbar setelah menceritakan apa yang
dialaminya kepada temannya yang seorang perawat (klien
cemas)
5. Data sosial budaya

Analisa Data

No Data Etiologi Problem


.
1. Ds : Klien Tidak ada keinginan Cemas
mengatakan untuk berkemih
Allahuakbar
setelah temannya
seorang perawat
mengatakan itu
fenomena yang
biasa terjadi akibat
peruahan hormon
tubuh

Do : -
2. Ds: Klien Intake output cairan Retensi Urin
mengatakan, saya
selama berada
disuhu dingin
banyak minum
tetapi tidak ada
keinginan untuk
berkemih atau
miksi
Do : -

14
3. Ds : Klien bertanya Resiko infeksi Kurang
kepada temannya saluran kemih pengetahun
seorang perawat
tentang masalah
apa yang terjadi
pada dirinya
sekarang yang
banyak minum
tetapi tidak ada
keinginan untuk
berkemih atau
miksi

B. Diagnosa Keperawatan
1. Cemas (Klien mengucapkan Allahuakbar) berhubungan dengan
tidak ada keinginan untuk berkemih
2. Retensi urin berhubungan dengan intake output cairan yang
tidak stabil
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan resiko infeksi saluran
kemih

C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


. Keperawatan
1. Cemas (Klien Anxiety self- Anxiety Reduction
mengucapkan control (Penurunan
Anxiety level
Allahuakbar) Kecemasan)
Coping
berhubungan
- Gunakan
dengan tidak ada Kriteria Hasil
Klien mampu pendekatan
keinginan untuk
mengidentifikasi yang
berkemih
dan menenangkan

mengungkapkan - Nyatakan

15
gejala cemas dengan jelas
Mengidentifikasi, harapan
mengungkapkan terhadap
dan menunjukkan perlaku pasien
tehnik untuk - Jelaskan semua
mengontrol cemas prosedur dan
Vital sign dalam apa yang
batas normal dirasakan
Postur tubuh,
selama
ekspresi wajah,
prosedur
bahasa tubuh dan - Pahami
tingkat aktivitas prespektif
menunjukkan pasien
berkurangnya terhadap
kecemasan situasi stres
- Temani pasien
untuk
memberikan
keamanan dan
mengurangi
takut
- Dorong
keluarga untuk
menemani
- Dengarkan
dengan penuh
perhatian
- Identifikasi
tingkat
kecemasan
- Bantu pasien
mengenal
situasi yang
menimbulkan
kecemasan

16
2. Retensi urin Urinary Urinary Retention
berhubungan elimination Care
Urinary
dengan intake
output cairan yang continence - Monitor intake
tidak stabil Kriteria Hasil : output
Kandung kemih - Monitor

kosong secara penggunaan

penuh obat
Tidak ada residu antikolionergik
urin > 100-200 - Moniter derajat

cc distendi bleder
Bebas dari ISK - Instruksikan
Tidak ada pada pasien
spasme blader dan keluarga
Balance cairan untuk mencatat
seimbang output urine
- Sediakan
privacy untuk
eliminasi
- Stimulasi
refleksi bladder
dengan
kompres dingin
pada abdomen
- Kateterisasi jka
perlu
- Monitor tanda
dan gejala ISK
(panas,
hematuria,
perubahan bau
dan konsistensi
urine)

17
3. Kurang Knowledge : Teaching disease
pengetahuan disease process
- Berikan
berhubungan process
Knowledge : penilaian
dengan resiko
health tentang
infeksi saluran
Behavior tingkat
kemih
pengetahua
Kriteria Hasil :
Pasien dan n pasien
keluarga tentang
menyatakan proses
pemahaman penyakit
tentang penyakit, yang
kondisi, prognosis spesifik
- Jelaskan
dan program
patofosiolog
pengobatan
Pasien dan i dari

keluarga mampu penyakit

melaksanakan dan

prosedur yang bagaimana

dijelaskan secara hal ini

benar berhubunga
Pasien dan n dengan
keluarga mampu anatomi dan
menjelaskan fisiologi,
kembali apa yang dengan cara
dijelaskan yang tepat
perawat/ tim - Gambarkan

kesehatan tanda dan

lainnya gejala yang


biasa
muncul
pada
penyakit

18
dengan cara
yang tepat
- Gambarkan
proses
penyakit
dengan cara
yang tepat
- Sediakan
informasi
pada pasien
tentang
kondisi
dengan cara
yang tepat
- Diskusikan
perubahan
gaya hidup
yang
mungkin
diperlukan
untuk
mencegah
komplikasi
dimasa
yang akan
datang

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

19
A. Kesimpulan

Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk
mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih (Agus Tessy, Ardaya,
Suw) Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya
mikroorganisme didalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak
mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain (sudoyo aru, dkk. 2009)anto,
2001)
Tanda dan gejala ISK
1. Nyeri pada abdomen bagian bawah
2. Disuria (nyeri waktu berkemih)
3. Peningkatan frekuensi berkemih
4. Perasaan ingin berkemih
5. Demam yang disertai adanya darah dalam urin pada kasus yang parah
6. Demam
7. Menggigil
8. Nyeri panggul dan pinggang
9. Nyeri ketika berkemih
10. Pusing
11. Mual dan muntah

B. Saran

Melalui penulisan makalah ini diharapkan kepada pembaca untuk meningkatkan


kebersihan diri agar terhindar dari bakteri yang dapat menyebabkan ISK

20

Anda mungkin juga menyukai