Anda di halaman 1dari 12

Menentukan Kestabilan Nuklida-nuklida Berdasarkan Massa Inti per Nukleon

Suhendar, D.

MENENTUKAN KESTABILAN NUKLIDA-NUKLIDA BERDASARKAN MASSA


INTI PER NUKLEON
Dede Suhendar
Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Jln. A.H. Nasution
No. 105 Cibiru, Bandung, 40614
*Alamat Korespondensi: dede.suhendar@uinsgd.ac.id

Abstrak: Kestabilan nuklida dapat ditentukan oleh rasio jumlah neutron terhadap jumlah protonnya (n/p) atau
defek massa (m) yang dapat dikonversikan menjadi energi ikat inti (E b). Dalam artikel ini, kami mempelajari
kemungkinan menentukan kestabilan nuklida-nuklida berdasarkan massa inti per nukleon (m/A). Metode yang
digunakan adalah pencocokan pola kelimpahan unsur-unsur di sistem tata surya dengan pola harga m/A nuklida
tiap unsur dan hasilnya dibandingkan dengan pola energi ikat inti per nukleon (E b/A)-nya. Terdapat
kecenderungan nilai m/A yang berbanding terbalik terhadap nilai E b/A, sehingga m/A dapat diperkirakan akan
berbanding terbalik dengan peringkat kestabilan inti. Dengan membandingkan kelimpahan pasangan-pasangan
unsur yang memiliki nomor atom yang berurutan dari 77 nuklida terpilih, diperoleh hasil bahwa 93,5% pasang
nuklida-nuklida cocok dengan kebalikan urutan nilai-nilai m/A-nya dan 68,8% cocok dengan urutan nilai-nilai
Eb/A-nya. m/A juga memiliki korelasi berbanding terbalik dengan E b/A yang dapat dinyatakan sebagai Eb/A = -
901,76(m/A) + 909,32 (R2 = 0,9986). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa harga m/A dapat
dipertimbangkan untuk menentukan urutan tingkat kestabilan inti nuklida dan dapat dihubungkan dengan E b/A
jika nilai m/A dinyatakan dalam satuan energi.

Kata kunci: massa inti, energi ikat inti, kestabilan inti, kelimpahan unsur di alam

Abstract: The stability concept of nuclides cam determined by ratio of number of neutrons to their number of
protons (n/p) or their mass defect (m) that can be converted to binding energy (E b). In this article, we studied
the possibility of nuclides stability determination based on mass per nucleons (m/A). The method used was
matching of the abundance of elements in the solar system with the pattern of nuclear mass per nucleons (m/A)
and the results were compared to the pattern of binding energy per nucleons (E b/A). There was a linear
trendline, m/A values inversely proportional to Eb/A values, so that m/A can also be predicted inversely
proportional to nuclides stability order. By comparing abundance of element pair that has nearest proton
number from 77 selected elements, it results 93.5% of the element abundances pattern matched with m/A values
in inversely order, and only 68.8 % matched with Eb/A values in directly order. m/A values also correlated
inversely with Eb/A and can be expressed as Eb/A = -901.76(m/A) + 909.32 (R2 = 0.9986). Therefore, it can be
concluded that the value of m/A can be considered to determine the order of the stability of nuclides and can be
correlated with Eb/A if the m/A value is expressed in energy unit.

Keywords: mass of nuclides, nuclear binding energy, stability of nuclides, abundance of elements in nature.

PENDAHULUAN paling stabil, namun kenyataannya besi sebagai unsur


Dalam perkuliahan radiokimia, kimia inti, dan yang memiliki kelimpahan tertinggi di alam dari
kimia dasar, terdapat dua pendekatan penentuan semua unsur logam (Anders & Grevesse 1989;
kestabilan inti atom, yakni berdasarkan rasio jumlah Lodders 2003). Lebih melimpahnya besi dapat
neutron terhadap proton (n/p) dan energi ikat inti per dipertimbangkan karena ia memiliki massa inti per
nukleon (Eb/A). Pendekatan dengan perhitungan n/p nukleon terkecil, yakni isotop 56Fe (Fewell 1995).
sering memberikan kebingungan dalam konsistensi Besi menempatkan diri menjadi unsur paling
kestabilan inti dan ketidakmampuannya dalam stabil di alam karena ia merupakan produk akhir dari
mengurutkan kestabilan nuklida-nuklida alami. nukleosintesis sebagai isotop 56Fe. Para fisikawan
Berdasarkan energi ikat inti per nukleon, pendekatan nuklir dan ahli geologi/astronomi memiliki
kestabilan lebih mudah dipahami karena ia pandangan yang berbeda dalam hal ini, terutama
melibatkan perhitungan energi yang dikonversi dari dalam menentukan unsur paling stabil di alam.
defek massa. Bagaimanapun juga, dalam pengajaran Bagaimanapun juga, di antara keduanya tidak pernah
kimia anorganik, kestabilan inti berdasarkan Eb/A secara eksplisit menyatakan unsur apa yang paling
belum pernah dijelaskan dalam kaitan dengan stabil, namun para fisikawan menyatakan istilah ini
kelimpahan unsur-unsur di alam. dalam nilai Eb/A. Buku-buku teks kimia seperti kimia
Saat ini setidaknya terdapat dua cara pandang dasar dan radiokimia lebih menekankan kestabilan
yang menyatakan nuklida paling stabil, yakni 56Fe inti berdasarkan konsep energi ikat inti, namun dalam
(Salaris & Cassisi 2006) dan 62Ni (Fewell 1995). kimia anorganik lebih menyoroti kelimpahan unsur-
Berdasarkan nilai Eb/A-nya, 62Ni merupakan nuklida unsur dalam kaitan dengan asal-usul terjadinya.

60
Menentukan Kestabilan Nuklida-nuklida Berdasarkan Massa Inti per Nukleon
Suhendar, D.
61

Penjelasan asal-usul unsur yang dikaitkan juga


dengan proses sederhana dari nukleosintesis .......................................(6)
menunjukkan bahwa besi sebagai produk akhirnya.
Para pengajar kimia di perguruan tinggi Jika massa, jumlah nukleon, dan energi memakai
sebenarnya dapat menyinkronkan secara sederhana satuan yang sama, misalnya energi saja (satuan massa
kedua pendekatan penentuan kestabilan inti tersebut. atom dan massa nukleon dikonversi ke dalam
Konsep kestabilan inti atom berdasarkan variasi dimensi bersatuan energi), maka persamaan (6)
energi ikat inti dapat dipelajari juga melalui menjadi,
perubahan massa inti atom. Artikel ini akan
membahas hubungan tersebut, kemudian akan
mempelajari dan mengeksplorasi kemungkinan ............................. (7)
dimunculkannya konsep kestabilan inti berdasarkan
massa inti per nukleon. Jika jumlah nukleon dinyatakan dalam A dan
massa nuklida dinyatakan sebagai m, maka
BAHAN DAN METODE persamaan (7) menjadi,
Penurunan Rumus
Dalam reaksi inti, baik fusi maupun fisi, selalu ...........................................................(8)
dilepaskan sejumlah energi. Berdasarkan persamaan
relativitas dari Einstein tentang massa dan energi Persamaan (8) dapat dibagi dengan A
memiliki hubungan E = m c2, yang memiliki arti menghasilkan persamaan berikut:
bahwa massa dapat dikonversikan menjadi energi.
Jika defek massa ( m) dikonversikan menjadi energi
maka jumlahnya akan sama dengan energi yang ........................................................... (9)
terlepas. Jika suatu nuklida X dianggap sebagai
reaksi penggabungan (fusi) sejumlah a neutron dan b atau
proton, lalu menghasilkan energi E, maka persamaan
reaksinya sebagai berikut,
..........................................................(10)
.......................................(1)
Nilai 1 sama dengan massa 1 partikel nukleon
Energi yang dilepaskan (E) sama dengan defek dalam satuan massa atom (sma).
massa ( m), sehingga reaksi tersebut dapat Persamaan (10) analog dengan persamaan regresi
dinyatakan pula dengan linear jika akan dilakukan pencocokan (fitting) data,
yakni
....................................(2)

Jika defek massa ( m) dinyatakan sebagai energi .........................................(11)


ikat inti (Eb), persamaan reaksi menjadi
dengan -s merupakan gradien atau slope. Massa
.......................................(3) nukleon (mnukleon) merupakan intersep, bernilai 1 sma.

Ketiga persamaan reaksi di atas, (1), (2), dan (3), Pencocokan (Fitting) Data m/A vs. E b/A
tidak umum digunakan, namun memiliki hubungan Untuk membuktikan adanya korelasi yang
matematis yang sederhana. Jika semua dimensi yang signifikan antara massa inti per nukleon (m/A)
terlibat diseragamkan menjadi materi (massa), maka terhadap energi ikat inti per nukleon (Eb/A),
persamaan matematisnya sebagai berikut, dilakukan plot di antara keduanya analog dengan
persamaan (11). Melalui regresi linear, nilai intersep
belum tentu sama dengan massa nukleon (mnukleon)
...........................(4) (dalam satuan energi bernilai 931,5 MeV) untuk
mendapatkan nilai korelasi yang paling baik.
Yakni, massa sebanyak a neutron (mn) ditambah
massa sebanyak b proton (mp) sama dengan massa Menghubungkan Data Kelimpahan Unsur
nuklida X (mX) ditambah defek massa ( m). terhadap m/A dan Eb/A
Jika satuan massa yang dipakai adalah satuan Jika persamaan (11) terbukti signifikan, maka
massa atom (sma), maka berlaku perlu diuji kecocokan pola kelimpahan unsur-unsur
di Tata Surya terhadap nilai m/A maupun Eb/A-nya.
Kelimpahan unsur cenderung mengikuti pola zig-zag
.......................(5) antar 2 unsur (sepasang) yang bernomor atom
Substitusi persamaan (5) ke dalam persamaan (4) (jumlah proton) paling berdekatan, yakni bernomor
akan memperoleh atom ganjil-genap, genap-ganjil, dst. Data
62
Chimica et Natura Acta Vol. 4 No. 2, Agustus 2016: 60-71

kelimpahan pasangan-pasangan unsur ini kemudian isotop yang paling melimpah dari masing-masing
dicocokkan dengan urutan nilai Eb/A maupun m/A- unsurnya.
nya secara berpasangan pula. Pada umumnya, unsur
bernomor atom genap lebih melimpah dibandingkan Eksplorasi Nilai m/A Lebih Lanjut
unsur bernomor atom ganjil, yakni nomor atom Dengan memperhatikan hubungan Eb/A terhadap
paling berdekatan sebelum dan sesudahnya. m/A pada persamaan (11), persamaan regresi linear
Pola zig-zag kelimpahan unsur dapat tersebut selanjutnya akan dieksplorasi untuk
dipertimbangkan sebagai realitas kestabilan pasangan memperkirakan kestabilan unsur-unsur terberat dan
unsur yang memiliki nomor atom berurutan. unsur-unsur terakhir yang masih mungkin dapat
Penyumbang paling nyata terhadap kelimpahan suatu disintesis dan pemetaan kestabilan keseluruhan
unsur berasal dari isotopnya yang memiliki unsur-unsur.
kelimpahan isotop tertinggi. Untuk menguji
kecocokan pola kestabilan terhadap Eb/A maupun HASIL DAN PEMBAHASAN
m/A, perlu dilakukan pengujian satu per satu tiap Hubungan Energi Ikat Inti terhadap Massa Inti
pasangan unsur yang bernomor atom berurutan. Maksud istilah energi ikat inti sebenarnya
Hubungan tiap unsur dalam sepasang unsur tersebut mengacu pada konversi defek massa suatu nuklida
dapat dinyatakan dengan kurang dari dan lebih menjadi energi. Berdasarkan persamaan (2), semua
dari. Jika sepasang unsur memiliki nilai komparatif nuklida, kecuali 1H, memiliki defek massa
kurang/lebih dari yang sama, maka dinyatakan (kekurangan massa) jika dibandingkan massa
cocok. Misanya, nuklida-nuklida itu dihitung hanya menggunakan
Jika M, N, O, dst., merupakan kelimpahan unsur- data total massa nukleon (penjumlahan secara
unsur yang memiliki nomor atom secara berurutan, langsung proton-proton dan neutron-neutronnya).
kemudian memiliki hubungan Jika energi ikat inti per nukleon (B/A) diplotkan
terhadap massa inti per nukleonnya (m/A), diperoleh
M > N < O ..., hubungan berbanding terbalik satu sama lainnya,
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Dari sudut
akan bernilai cocok semuanya terhadap nilai Eb/A pandang keduanya, kenaikan kestabilan inti dapat
jika dilihat dari kecenderungan makin naiknya B/A dan
turunnya m/A. Adanya hubungan linear berbanding
Eb/A (M) > Eb/A (N) < Eb/A (O) ... terbalik ini dapat ditelusuri dari grafik B/A terhadap
A (Gambar 2) yang seolah-olah merupakan cerminan
dan bernilai cocok semuanya terhadap m/A jika dari grafik m/A terhadap A (Gambar 3).
Grafik B/A terhadap A seperti yang ditampilkan
m/A (M) < m/A (N) > m/A (O) ... pada Gambar 2 sering ditemukan dalam buku-buku
teks radiokimia atau kimia dasar pada bab kimia inti,
Dalam artikel ini akan diuji seberapa banyak namun grafik m/A terhadap A seperti yang
pasangan unsur yang memiliki kecocokan antara ditampilkan pada Gambar 3 sulit ditemukan.
kelimpahan tiap unsurnya dengan Eb/A-nya maupun Demikian juga data-data yang ditampilkan hanya
dengan m/A-nya. Nilai Eb/A maupun m/A yang memuat unsur-unsur yang ada secara alami, dari
dipakai merupakan kedua nilai tersebut dari isotop- hidrogen sampai uranium, kecuali beberapa unsur
seperti teknesium, prometium, dan beberapa unsur
antara bismuth sampai uranium. Puncak tertinggi

Gambar 1. Hubungan energi ikat inti per nukleon (B/A) terhadap massa inti per nukleon (m/A) menggunakan
data nuklida dari unsur bernomor atom 1 sampai 111. Energi ikat inti dihitung dari defek massa inti yang
dikonversi ke dalam satuan energi MeV. Data massa inti tiap nuklida, massa neutron dan proton diperoleh dari
Lide & Haynes (2010).
Menentukan Kestabilan Nuklida-nuklida Berdasarkan Massa Inti per Nukleon
Suhendar, D.
63

Gambar 2. Plot antara energi ikat inti per nukleon (B/A) terhadap jumlah nukleon (A). Sumber data untuk
perhitungan ini adalah Lide & Haynes (2010).

Gambar 3. Plot antara massa inti per nukleon (m/A) terhadap jumlah nukleon (A). Sumber data untuk
perhitungan ini adalah Lide & Haynes (2010).

kurva pada Gambar 2 disebut sebagai daerah ilmiah. Walaupun terdapat beberapa unsur memiliki
kesetimbangan statistik yang memberikan besi perbedaan selisih yang besar, keteraturan mulai
sebagai unsur terstabil (Allegre 2008). Besi sebagai muncul dari mulai neon sampai uranium. Sayangnya,
unsur terstabil ditandai bukti dengan kelimpahannya keteraturan tersebut tidak dapat dikompensasi dengan
di Sistem Tata Surya dibandingkan semua unsur satu konstanta yang tetap. Keteraturan lebih terlihat
logam (Anders & Grevesse 1989; Lodders 2003) jika unsur-unsur itu dikelompokkan ke dalam 16
seperti yang diperlihatkan pada Gambar 4. Isotop regresi (tidak ditampilkan di sini), kecuali untuk F
besi yang paling berkontribusi terhadap kelimpahan dan Rf. Kedua unsur ini sulit dikelompokkan ke
unsur besi dan semua unsur secara keseluruhan dalam kelompok unsur-unsur lainnya karena
adalah 56Fe (Salaris & Cassisi 2006; Fewell 1995; memunculkan persentase selisih yang tidak homogen.
Anders & Grevesse 1989; Lodders 2003; Berglund & Di antara kelompok-kelompok unsur yang jumlah
Wieser 2011). anggotanya sedikit, hidrogen dan helium-lah yang
Grafik hubungan B/A terhadap m/A yang cenderung berbeda banyak dengan unsur-unsur
menghasilkan persamaan linear dengan R2 = 0,9962 lainnya. Hal yang unik dalam kelompok C-N-O yang
masih memiliki beberapa masalah, yakni: (1) tidak ternyata memiliki hubungan dengan unsur-unsur gas
cocok untuk unsur-unsur yang ringan, cenderung mulia selain helium. C, N, O, dan gas mulia
memiliki persentase selisih yang besar terhadap ditemukan memiliki kesamaan umum di alam,
penentuan B/A dari m/A-nya, terutama untuk unsur- semuanya sulit ditemukan konsistensi rasio isotop-
unsur dari mulai hidrogen sampai oksigen, (2) isotopnya yang diperoleh dari sampel-sampel batu
walaupun memiliki keakuratan yang tinggi untuk meteor, sementara konsistensinya hanya ditemukan
unsur-unsur setelah oksigen, namun persentase pada fotosfer matahari (Lodders 2003). Keunikan
selisihnya cenderung mengalami pengelompokan. dari deret C-N-O ini juga ternyata ditemukan
Dari dua masalah ini telah dicoba untuk kecocokan kelompok regresinya dengan unsur-unsur
mengelompokkan unsur-unsur ke dalam pola-pola terberat dari Db sampai unsur ke-118. Kecocokan ini
regresi yang paling tepat, dan hasilnya (tidak mirip dengan kesamaan harga B/A (sekitar 7,5 MeV)
ditampilkan di sini) terdapat pengelompokan regresi. atau m/A (sekitar 1,0000 amu) (lihat Gambar 2 dan
Adanya kenyataan pengelompokan- 3). Perihal kecocokan ini akan dibahas lebih lanjut
pengelompokan belum dapat dijelaskan secara
64
Chimica et Natura Acta Vol. 4 No. 2, Agustus 2016: 60-71

Gambar 4. Kelimpahan unsur-unsur alami berdasarkan data massanya di Tata Surya. Data dinormalisasi
terhadap kelimpahan silikon menjadi sebesar 1 106. Sumber data kelimpahan unsur berdasarkan Anders &
Grevesse (1989).

pada pemetaan kestabilan inti-inti nuklida pada unsur tidak dapat dikaitkan langsung dengan urutan
bagian akhir pembahasan. kestabilan seperti yang disajikan pada Tabel 1.
Pada logam-logam tanah jarang, La sulit Dari analisis kandungan isotop meteor-meteor
dimasukkan ke dalam kelompok unsur-unsur ini, terdapat sejumlah anomali kelimpahan isotop-isotop
hasilnya justru lebih baik jika dikelompokkan pada alami (Papanastassiou & Wasserburg 1978; Moynier
unsur-unsur dari deret sebelumnya. Hal yang menarik et al. 2009; Esat & Ireland 1989; Burkhardt et al.
lainnya adalah bahwa unsur-unsur tanah jarang tidak 2011; Steele et al. 2011; Sabu & Manuel 1980; Steele
dapat dikelompokkan sebagai satu kesatuan, namun et al. 2012; Wiechert et al. 2004; Greenwood et al.
justru kecocokan lebih baik jika dipisahkan antara 2000) bila dibandingkan dengan data kelimpahan
yang bernomor atom genap dan ganjil, satu fenomena isotop-isotop yang dikeluarkan IUPAC untuk
yang tidak ditemukan pada kelompok unsur lainnya. menetapkan standar berat atom (Vocke 1997).
Secara sepintas, adanya fenomena IUPAC sendiri akhirnya harus memberikan catatan
pengelompokan regresi ini memiliki kemiripan tentang beberapa ketidakpastian berat atom dari
dengan pola keteraturan dan ketidakteraturan beberapa unsur (Berglund & Wieser 2011). Dari
kelimpahan unsur-unsur seperti yang ditampilkan sekian banyak unsur, hanya beberapa unsur saja yang
pada Gambar 4. Adanya fenomena ini akan memiliki konsistensi kelimpahan isotop-isotopnya,
diklarifikasi lebih lanjut dengan mencocokkan pada seperti pada Si (Pringle et al. 2013), He dan Ne (Sabu
pasangan-pasangan unsur yang bernomor atom & Manuel 1980). Dengan demikian, kita dapat
berurutan, yakni dari nilai m/A terendah dari isotop- membuat alternatif baru dalam merumuskan
isotop unsur-unsur berpasangan dengan kelimpahan kestabilan inti berdasarkan kelimpahan unsur-unsur
sepasang unsur tersebut. di Sistem Tata Surya.
Secara umum, data kelimpahan unsur-unsur di
Pencocokan Massa Inti per Nukleon (m/A) Sistem Tata Surya mengikuti pola zig-zag, di mana
terhadap Kelimpahan Unsur-unsur unsur bernomor atom genap cenderung lebih
Dari grafik pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa melimpah dibandingkan unsur bernomor ganjil
kestabilan inti atom bertambah secara signifikan tetangga terdekatnya, kecuali pada unsur bernomor 1
seiring dengan berkurangnya massa inti per sampai 4. Jika data kelimpahan unsur akan dijadikan
nukleonnya. Dengan demikian, konsep kestabilan acuan dalam menentukan konsep kestabilan inti, kita
dapat dipertimbangkan pula berdasarkan massa inti dapat menggunakan nilai-nilai perbandingan
per nukleonnya, makin berkurang harga m/A maka kelimpahan unsur-unsur yang nomor atomnya
makin stabil inti itu. Kita dapat melihat urutan bertetangga secara langsung, seperti antara Fe dengan
kestabilannya berdasarkan massa inti dan energi Co (Fe > Co), Co dengan Ni (Co < Ni), Ni dengan Cu
ikatnya seperti yang terlihat pada Tabel 1. (Ni > Cu), Cu dengan Zn (Cu < Zn), dst., yang
Bagaimanapun juga, kelimpahan unsur-unsur di artinya besi lebih melimpah dibandingkan kobal,
Sistem Tata Surya sebagaimana disajikan pada kobal kurang melimpah dibandingkan nikel, nikel
Gambar 4 memiliki kaitan dengan urutan tingkat lebih melimpah dibandingkan tembaga, tembaga
kestabilan nuklida-nuklida. Urutan kelimpahan isotop kurang melimpah dibandingkan zink, dst. Data
tiap unsur tidak dapat dijadikan penentu hubungan ini kelimpahan unsur-unsur seri H-He-Li-Be tidak dapat
karena proses-proses reaksi nukleosintesis dapat dijadikan acuan karena isotop-isotop dari unsur-unsur
melibatkan antar nuklida yang berbeda unsur. ini merupakan inisiator utama dan paling reaktif
Dengan demikian, baik menurut energi ikat inti (memiliki kestabilan inti terendah) dalam
maupun massa intinya, kelimpahan isotop pada tiap nukleosintesis. H dan He secara berturut-turut
Menentukan Kestabilan Nuklida-nuklida Berdasarkan Massa Inti per Nukleon
Suhendar, D.
65

Tabel 1. Perbandingan urutan tingkat kestabilan unsur yang masing-masing diwakili oleh isotop-isotop
terstabilnya antara berdasarkan massa inti per nukleonnya dengan energi ikat inti per nukleonnya. Data yang
digunakan untuk perhitungan m/A dan B/A bersumber dari Lide & Haynes (2010).

Kestabilan berdasarkan Kestabilan berdasarkan Kestabilan berdasarkan Kestabilan berdasarkan


No. massa inti energi ikat inti No. massa inti energi ikat inti
Urut Urut
Nuklida m/A (amu) Nuklida B/A (MeV) Nuklida m/A (amu) Nuklida B/A (MeV)

56 62 41 104
1 Fe 0,998838 Ni 8,563725 28 K 0,999069 Pd 8,358796

62 58 102 36
2 Ni 0,998844 Fe 8,563089 29 Pd 0,999075 S 8,348279

52 54 37 41
3 Cr 0,998856 Cr 8,550732 30 Cl 0,999078 K 8,339259

59 59 103 37
4 Co 0,998868 Co 8,534096 31 Rh 0,999083 Cl 8,335495

55 55 108 107
5 Mn 0,998874 Mn 8,532642 32 Cd 0,999113 Ag 8,329438

66 50 107 110
6 Zn 0,998879 Ti 8,530771 33 Ag 0,999113 Cd 8,328314

63 68 30 116
7 Cu 0,998883 Zn 8,530197 34 Si 0,999126 Sn 8,302856

50 65 114 113
8 Ti 0,998896 Cu 8,529055 35 Sn 0,999147 In 8,301349

51 88 113 121
9 V 0,998901 Sr 8,511926 36 In 0,999151 Sb 8,266633

72 51 31 122
10 Ge 0,998918 V 8,511526 37 P 0,999154 Te 8,260318

69 72 120 31
11 Ga 0,998921 Ge 8,50464 38 Te 0,999200 P 8,233918

88 84 121 127
12 Sr 0,998927 Kr 8,498352 39 Sb 0,999205 I 8,232271

76 78 126 128
13 Se 0,998937 Se 8,495062 40 Xe 0,999240 Xe 8,227735

90 69 127 29
14 Zr 0,998941 Ga 8,494907 41 I 0,999248 Si 8,201944

89 87 130 133
15 Y 0,998942 Rb 8,493643 42 Ba 0,999279 Cs 8,198705

82 89 133 134
16 Kr 0,998945 Y 8,489994 43 Cs 0,999289 Ba 8,194664

75 90 27 139
17 As 0,998955 Zr 8,482812 44 Al 0,999316 La 8,168559

87 75 136 140
18 Rb 0,998956 As 8,476024 45 Ce 0,999317 Ce 8,164708

79 81 139 141
19 Br 0,998966 Br 8,475119 46 La 0,999326 Pr 8,140246

92 48 26 142
20 Mo 0,998987 Ca 8,453562 47 Mg 0,999331 Nd 8,130187

93 93 141 26
21 Nb 0,998993 Nb 8,438864 48 Pr 0,999345 Mg 8,098032

44 94 142 145
22 Ca 0,998988 Mo 8,433979 49 Nd 0,999350 Pm 8,087769

38 100 144 27
23 Ar 0,999019 Ru 8,394438 50 Sm 0,999389 Al 8,085539

45 98 145 144
24 Sc 0,999020 Tc 8,385752 51 Pm 0,999398 Sm 8,083746

98 45 23 151
25 Ru 0,999034 Sc 8,380421 52 Na 0,999465 Eu 8,026174

98 38 151 152
26 Tc 0,999053 Ar 8,372239 53 Eu 0,999469 Gd 8,018317

34 103 152 159


27 S 0,999055 Rh 8,360858 54 Gd 0,999472 Tb 7,979973
66
Chimica et Natura Acta Vol. 4 No. 2, Agustus 2016: 60-71

Kestabilan berdasarkan Kestabilan berdasarkan Kestabilan berdasarkan Kestabilan berdasarkan


No. massa inti energi ikat inti No. massa inti energi ikat inti
Urut Urut
Nuklida m/A (amu) Nuklida B/A (MeV) Nuklida m/A (amu) Nuklida B/A (MeV)

156 158 15 262


55 Dy 0,999515 Dy 7,976739 84 N 1,000007 Db 7,512337

159 23 262 264


56 Tb 0,999530 Na 7,950916 85 Db 1,000044 Bh 7,503037

162 165 266 222


57 Er 0,999560 Ho 7,939526 86 Sg 1,000046 Rn 7,496576

165 162 264 223


58 Ho 0,999578 Er 7,937980 87 Bh 1,000047 Fr 7,484327

168 169 222 226


59 Yb 0,999607 Tm 7,905888 88 Rn 1,000079 Ra 7,463018

22 168 223 15
60 Ne 0,999608 Yb 7,898962 89 Fr 1,000088 N 7,460995

169 175 226 227


61 Tm 0,999611 Lu 7,861877 90 Ra 1,000112 Ac 7,450382

174 174 227 12


62 Hf 0,999655 Hf 7,857138 91 Ac 1,000122 C 7,424653

175 22 231 231


63 Lu 0,999662 Ne 7,848163 92 Pa 1,000155 Pa 7,417144

16 180 232 232


64 O 0,999682 Ta 7,818663 93 Th 1,000164 Th 7,416822

180 180 234 234


65 W 0,999704 W 7,815410 94 U 1,000175 U 7,399834

180 185 237 237


66 Ta 0,999708 Re 7,783867 95 Np 1,000203 Np 7,374495

184 184 243 243


67 Os 0,999742 Os 7,777629 96 Am 1,000253 Am 7,330434

185 191 244 244


68 Re 0,999746 Ir 7,742118 97 Pu 1,000263 Pu 7,327986

190 190 247 247


69 Pt 0,999789 Pt 7,736819 98 Bk 1,000285 Cm 7,303353

191 16 247 247


70 Ir 0,999794 O 7,720694 99 Cm 1,000285 Bk 7,298297

196 197 251 251


71 Hg 0,999826 Au 7,710828 100 Cf 1,000317 Cf 7,271021

197 196 252 252


72 Au 0,999830 Hg 7,705893 101 Es 1,000329 Es 7,256526

203 203 257 257


73 Tl 0,999864 Tl 7,682233 102 Fm 1,000370 Fm 7,223391

204 204 258 258


74 Pb 0,999868 Pb 7,674604 103 Md 1,000381 Md 7,209657

209 209 259 259


75 Bi 0,999906 Bi 7,645130 104 No 1,000390 No 7,198643

209 209 262 262


76 Po 0,999916 Po 7,629881 105 Lr 1,000419 Lr 7,172881

19 210 263 263


77 F 0,999916 At 7,604910 106 Rf 1,000450 Rf 7,140846

210 269 4 4
78 At 0,999939 Hs 7,547419 107 He 1,000651 He 6,818483

12 272 11 11
79 C 1,000000 Uun 7,543270 108 B 1,000846 B 6,695482

269 268 9 9
80 Hs 1,000005 Mt 7,540475 109 Be 1,001354 Be 6,235676

268 272 7 7
81 Mt 1,000005 Uuu 7,538269 110 Li 1,002286 Li 5,387372

272 19 3 3
82 Uun 1,000005 F 7,536983 111 H 1,005350 H 2,657025

272 266
83 Uuu 1,000006 Sg 7,513075
Menentukan Kestabilan Nuklida-nuklida Berdasarkan Massa Inti per Nukleon
Suhendar, D.
67

Tabel 2. Pencocokan perbandingan kelimpahan tiap pasangan unsur bertetangga terhadap urutan massa inti per nukleon dan
energi ikat inti per nukleonnya.

Perbandingan Kesesuaian dengan urutan kestabilan Perbandingan Kesesuaian dengan urutan kestabilan
kelimpahan m/A B/A kelimpahan m/A B/A
Be < B + + Pd > Ag + +

B<C + + Ag < Cd + -
C>N + - Cd > In + +
N<O + - In < Sn + +

O>F + + Sn > Sb + +
F < Ne + + Sb < Te + -
Ne > Na - - Te > I + +

Na < Mg + + I < Xe + -
Mg > Al - + Xe > Cs + +
Al < Si + + Cs < Ba + -

Si > P + - Ba > La + +
P<S + + La < Ce + -
S > Cl + + Ce > Pr + +

Cl < Ar + + Pr < Nd - -
Ar > K + + Sm > Eu + +
K < Ca + + Eu < Gd - -

Ca > Sc + + Gd > Tb + +
Sc < Ti + + Tb < Dy + -
Ti > V + + Dy > Ho + +

V < Cr + + eHo < Er + -


Cr > Mn + + Er > Tm + +
Mn < Fe + + Tm < Yb + -

Fe > Co + + Yb > Lu + +
Co < Ni + - Lu < Hf + -
Ni > Cu + + Hf > Ta + +
Cu < Zn + + Ta < W + -
Zn > Ga + + W > Re + +
Ga < Ge + + Re < Os + -

Ge > As + + Os > Ir + +
As < Se + + Ir < Pt + -
Se > Br + + Pt > Au + +

Br < Kr + - Au < Hg + -
Kr > Rb + + Hg > Tl + +
Rb < Sr + + Tl < Pb - -

Sr > Y + + Pb > Bi + +
Y < Zr + + Bi > Th + +
Zr > Nb + + Th > U + +

Nb < Mo + - Jumlah 72 53
Ru > Rh + + % (77 data) 93,5% 68,8%
Rh < Pd + -
68
Chimica et Natura Acta Vol. 4 No. 2, Agustus 2016: 60-71

memiliki kelimpahan terbesar karena unsur-unsur ini dibandingkan dari energi ikat inti per nukleonnya
merupakan sumber utama kandungan bintang, (68,8%).
sehingga Li dan Be yang terbentuk segera bereaksi Berdasarkan data pada Tabel 2, terdapat
secara fusi dengan H atau He, sehingga ketidakcocokan m/A terkait perbandingan
memungkinkan Li dan Be memiliki kelimpahan kelimpahan pasangan-pasangan 10Ne > 11Na, 12Mg >
13
sangat rendah yang kontras dengan kecenderungan Al, 59Pr < 60Nd, 63Eu < 64Gd, dan 81Tl < 82Pb. Hal ini
umum makin menurunnya kelimpahan unsur sejalan dapat dijelaskan bahwa unsur-unsur yang memiliki
dengan bertambahnya nomor atom. nomor atom genap cenderung memiliki isotop-isotop
Urutan kestabilan nuklida seperti yang disajikan yang lebih banyak dibandingkan dengan unsur-unsur
pada Tabel 1 merupakan representasi kestabilan bernomor atom ganjil. Lebih banyaknya isotop dapat
unsur yang diwakili oleh isotop-isotop terstabil dari menambah kemungkinan jalan reaksi yang bermuara
masing-masing unsurnya. Kita dapat menguji satu per pada akumulasi unsur-unsur tersebut. Unsur-unsur
satu kecocokan pasangan kelimpahan unsur-unsur bernomor atom genap cenderung lebih melimpah
yang bertetangga langsung sebagaimana pada dibandingkan dengan unsur-unsur bernomor ganjil
Gambar 4 dengan massa inti per nukleon dan energi terdekatnya dengan pola umum kelimpahannya
ikat inti per nukleonnya (Tabel 1) dan hasilnya secara zig-zag, naik menuju unsur bernomor atom
seperti yang terlihat pada Tabel 2. Hasil ini genap dan turun menuju unsur bernomor atom ganjil
memperlihatkan bahwa kestabilan nuklida secara bergantian.
berdasarkan kelimpahan unsur-unsur lebih cocok
ditinjau dari massa inti per nukleonnya (93,5%)

Gambar 5. Prediksi unsur-unsur terakhir akan memiliki m/A sekitar 1,0000 amu dan B/A sekitar 7,56 MeV
(wilayah yang dilingkari).

Gambar 6. Kesamaan kestabilan inti berdasarkan massa inti per nukleon antara unsur-unsur ringan C, N, dan O
dengan unsur-unsur terberat dengan Z > 110. Dalam grafik sebelah atas terlihat bahwa C, N, O terdapat garis
kesetimbangan kestabilan (m/A 1,00000 amu). Dari seluruh isotop C, N, dan O, 12C-lah yang benar-benar
tepat berada dalam kesetimbangan kestabilan ini.
Menentukan Kestabilan Nuklida-nuklida Berdasarkan Massa Inti per Nukleon
Suhendar, D.
69

Gambar 7. Tabel Periodik dari unsur-unsur blok-p, Golongan 13 18. Terlihat pola pemisahan antara unsur-
unsur logam (abu tua), semi-logam pada perbatasannya dengan unsur-unsur non logam (abu muda). Unsur-unsur
yang tidak diberi warna menandakan unsur-unsur radioaktif atau buatan. Berdasarkan pola tersebut, Lv sulit
untuk dikatakan sebagai unsur, karena batas terakhir unsur secara kimiawi sering ditunjukkan oleh satu unsur
yang radioaktif atau buatan dalam golongan unsur itu, seperti Po, At, dan Rn untuk Golongan 16, 17, dan 18.

Gambar 8. Ikhtisar konsep kestabilan inti berdasarkan massa inti per nukleon yang dapat dikaitkan langsung
dengan unsur-unsur dan isotop-isotopnya. Konsep ini menyarankan juga bahwa unsur-unsur dengan Z > 110
masih layak sebagai unsur jika memiliki m/A = 1,0000 amu, namun akan makin labil karena terjadinya
peluruhan dengan segera (waktu paruh makin sebentar) seiring bertambahnya Z dan A.

Massa Inti per Nukleon dalam Kaitan Eksistensi (mengandung hanya 1 nukleon, yakni proton saja),
Unsur-unsur Terberat artinya m = m/A. Dari kedua persamaan regresi juga
Berkaitan dengan prediksi keberadaan unsur- dapat diperkirakan bahwa unsur-unsur terberat akan
unsur terberat, unsur yang paling mungkin dapat benar-benar memiliki m/A 1, sama seperti isotop
12
menjadi unsur terakhir adalah unsur ke-114, karena C. Harga minimum m/A akan dimiliki oleh 56Fe,
di antara unsur-unsur terberat, unsur inilah yang yakni 0,998838 amu, yang dengan menggunakan
paling memiliki waktu paruh yang masih persamaan pertama dan kedua secara berturut-turut
memungkinkan dideteksi sifat kimianya (Oganessian menghasilkan B/A sebesar 8,6074 dan 8,6078 MeV
2012). Unsur-unsur terberat yang sudah diberi nama (rata-rata 8,6076 MeV), sedikit lebih besar dari B/A
adalah Cn (bernomor 112), Fl (bernomor 114), dan tertinggi dari semua nuklida, 62Ni (8,563725 MeV,
Lv (bernomor 116). Prediksi unsur-unsur terakhir pada Tabel 1). Bagaimanapun juga nilai-nilai energi
kemungkinan akan memiliki harga m/A sekitar ikat inti per nukleon seperti yang dicantumkan pada
1,0000 amu, dengan energi ikatnya sekitar 7,56 MeV Tabel 1 hanya berdasarkan perhitungan dari konsep
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5. dasar, yakni konversi langsung dari defek massa ke
Dengan menggunakan persamaan regresi pada dalam energi dengan memakai faktor pengali
Gambar 1 maupun 5, kita dapat memperoleh 931,494028 MeV/amu (Lide & Haynes 2010), karena
maksimum harga m/A secara berturut-turut sebesar sampai saat ini tidak ada lembaga resmi yang
1,00787 dan 1,00838 amu (rata-ratanya 1,00813 amu) mengeluarkan standar energi ikat inti untuk tiap
yang mirip dengan massa isotop 1H, karena pada nilai isotop alami semua unsur.
ini isotop tersebut tidak memiliki energi ikat inti
70
Chimica et Natura Acta Vol. 4 No. 2, Agustus 2016: 60-71

Perumusan Kestabilan Inti Berdasarkan Massa Pola kelimpahan unsur di alam (Gambar 4)
Inti per Nukleon menunjukkan C, Si, Ge, Sn, dan Pb cukup signifikan
Perumusan kestabilan inti berdasarkan massa inti mendominasi kelimpahan di antara unsur-unsur
per nukleon dapat diimulai dengan menganalisis sekitarnya, namun dua nomor setelah Pb tidak
grafik m/A terhadap A yang ada pada Gambar 3. terdapat di alam. Deret O, S, Se, Te, dan Po tidak
Unsur-unsur ringan yang memiliki m/A sekitar 1,000 menunjukkan pola kestabilan yang tetap, hanya
amu adalah C, N, O, dan unsur-unsur terberat setelah terjadi di O, kemudian turun pada unsur-unsur
U. Jika dikaitkan dengan golongan unsur, nyatalah berikutnya yang segolongan.
bahwa m/A sekitar 1,000 amu itu terjadi pada unsur- Dari seluruh penjelasan sebelumnya, kita dapat
unsur teringan dan terberat dari Golongan 14, 15, dan membuat rumusan tentang cara pandang terhadap
16, yakni C, N, O dan unsur-unsur dengan Z > 110). kestabilan inti berdasarkan m/A seperti diikhtisarkan
Skema keberulangan itu dapat dilihat dalam skema pada Gambar 8. C, N, dan O terlihat bukan
pada Gambar 6. merupakan unsur terstabil, namun berada pada
Dari skema Gambar 6 tersebut terlihat bahwa kesetimbangan jumlah neutron terhadap proton yang
konsep massa inti per nukleon memiliki nilai sesuai dengan nilai rasio n/p pada konsep kestabilan
prediktif terhadap unsur-unsur terberat. Di antara yang biasa dipakai.
unsur-unsur Golongan 14, 15, dan 16 yang isotopnya
memiliki harga m/A tepat 1,0000 amu adalah 12C. KESIMPULAN
Jika Tabel Periodik modern benar-benar memiliki Dari semua pembahasan di atas terlihat bahwa
keberulangan dalam sifat kimia dan fisika atom, penentuan kestabilan inti berdasarkan massa inti per
maka unsur 114Fl akan memiliki sejumlah kesamaan nukleonnya dapat disimpulkan sebagai berikut: (1)
sifat-sifat tersebut dengan karbon. Unsur Fl telah kestabilan inti dapat diprediksi secara langsung dari
diketahui memiliki waktu paruh terlama di antara data massa dibagi nomor massanya, (2) massa inti per
unsur-unsur dengan Z > 112, yakni sekitar 2,6 detik nukleon dapat memprediksi perbandingan
(pada 289Fl), waktu paruh yang cukup lama yang kelimpahan di alam secara lebih akurat dari pasangan
tidak biasa ditemukan pada unsur-unsur terberat. unsur yang nomor atomnya bertetangga langsung, (3)
Kecenderungan lebih stabil dan lebih melimpahnya massa inti per nukleon dapat digunakan untuk
unsur dan isotopnya terletak pada genapnya jumlah keperluan perhitungan energi ikat inti per nukleon,
proton dan jumlah nukleon, oleh karena itu unsur Fl dan (4) kestabilan inti memiliki keseimbangan tepat
juga diprediksi menempati sekitar pinggiran pulau pada m/A = 1 pada 12C, makin stabil jika kurang dari
kestabilan yang cenderung masih lebih harga ini, makin labil jika lebih dari harga ini, makin
memungkinkan untuk studi-studi kimia dibandingkan labil jika A berkurang atau bertambah dengan acuan
dengan unsur ke-115 dan 116Lv yang sudah berada di dari nuklida terstabil (56Fe).
luar pulau kestabilan tersebut (Oganessian 2012).
Kecenderungan keistimewaan Fl ini tidak disebut- Ucapan Terima Kasih
sebut pada unsur ke-116, Lv. Jika melihat grafik Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prodi
Gambar 6, namun dengan kelebihan dua proton lagi Kimia UIN SGD Bandung atas bantuan dana untuk
akan meningkatkan jumlah neutronnya, energi seminar.
ikatnya harus bertambah lagi, jika tidak, maka reaksi
fisi akan terjadi lagi (tidak menghasilkan unsur DAFTAR PUSTAKA
tersebut). Jika energi ikat harus terus bertambah Allegre, C.J. (2008). Isotope Geology. New York:
(massa inti per nukleon berkurang) seperti Cambridge University Press.
kecenderungan unsur segolongannya, O, unsur ke- Anders, E. & Grevesse, N. (1989). Edward and
116 yang ditemukan (sekarang sudah diberi nama Lv) Nicolas Grevesse, Abundances of the elements:
akan sangat sulit dianalisis (dengan demikian secara Meteoritic and solar. Geochimica et
praktek tidak akan memiliki nilai guna lagi dalam Cosmochimica Acta. 53: 197-214.
kehidupan di bumi), apa lagi untuk unsur-unsur Berglund, M. & Wieser, M.E. (2011). Isotopic
berikutnya (unsur ke-117 dan 118), karena unsur- compositions of the elements 2009 (IUPAC
unsur segolongan yang ada di sebelah atasnya (lihat Technical Report). Pure & Applied Chemistry.
Gambar 7) sudah bukan merupakan unsur yang stabil 83(2): 397-410.
lagi. Burkhardt, C., Kleine, T., Oberli, F., Pack, A.,
Unsur Fl masih memungkinkan dikatakan sebagai Bourdon, B. & Wieler, R. (2011). Molybdenum
unsur, karena unsur sebelah atasnya, Pb, merupakan isotope anomalies in meteorites: Constraints on
unsur stabil. Unsur ke-115 sulit untuk stabil karena solar nebula evolution and origin of the Earth.
memiliki proton berjumlah ganjil. Ilustrasi ini mirip Earth and Planetary Science Letters. 312: 390-
dengan pemisahan-pemisahan sifat unsur antar 400.
logam, semi logam, dan non logam, demikian juga Esat, T.M. & Ireland, T.R. (1989). Chromium
dalam satu golongan terdapat gradasi sifat fisika dan isotopic anomalies in the Murchison meteorite.
kimia. Earth and Planetary Science Letters. 92: 1-6.
Menentukan Kestabilan Nuklida-nuklida Berdasarkan Massa Inti per Nukleon
Suhendar, D.
71

Fewell, M.P. (1995). The atomic nuclide with the Sabu, D.D. & Manuel, O.K. (1980). Noble gas
highest mean binding energy. American Journal anomalies and synthesis of the chemical
of Physics. 63(7): 653-658. elements. Meteoritics. 15(2): 117-138.
Greenwood, J.P., Mojzsis, S.J. & Coath C.D. (2000). Salaris, M. & Cassisi, S. (2005). Evolution of Stars
Sulfur isotopic compositions of individual and Stellar Populations. Chichester: John
sulfides in Martian meteorites ALH84001 and Wiley & Sons Ltd.
Nakhla: implications for crust-regolith Steele, R.C.J., Coath, C.D., Regelous, M., Russell, S.
exchange on Mars. Earth and Planetary & Elliott, T. (2012). Neutron-poor nickel
Science Letters. 184: 23-35. isotope anomalies in meteorites. The
Lide, D.R. & Haynes, W.M. (2010). CRC Handbook Astrophysical Journal. 758(59): 1-21.
of Chemistry and Physics, 90th ed. Boca Raton: Steele, R.C.J., Elliott, T., Coath, C.D. & Regelous,
CRC. M. (2011). Confirmation of mass-independent
Lodders, K. (2003). Solar System Abundances and Ni isotopic variability in iron meteorites.
Condensation Temperatures of the Elements. Geochimica et Cosmochimica Acta. 75: 7906
The Astrophysical Journal. 591: 1220-1247. 7925.
Moynier, F., Dauphas, N. & Podosek, F.A. (2009). A Vocke, R.D.Jr. (1999). Atomic Weights of the
Search for 70Zn Anomalies in Meteorites. The Elements 1997 (Technical Report). Pure &
Astrophysical Journal. 700(2): L92L95. Appled Chemistry. 71(8): 1593-1607.
Oganessian, Y. (2012). Nuclei from "Island of Wiechert, U.H., Halliday, A.N., Palme, H. &
Stability" of Superheavy Elements. Acta Rumble, D. (2004). Oxygen isotope evidence
Physyica Polonica B. 43(2): 167-178. for rapid mixing of the HED meteorite parent
Papanastassiou, D.A. & Wasserburg, G.J. (1978). body. Earth and Planetary Science Letters.
Strontium Isotopic Anomaies in the Allende 221: 373-382.
Meteorite. Geophysical Research Letters. 5(7): Zagrebaev, V., Karpov, A. & Greiner, W. (2013).
595-598. Future of superheavy element research: Which
Pringle, E.A., Savage, P.S., Jackson, M.G., Barrat, J.- nuclei could be synthesized within the next few
A. & Moynier, F. (2013). Si Isotope years? Journal of Physics: Conference Series.
Homogeneity of the Solar Nebula. The 420: 012001.
Astrophysical Journal. 779: 123.

Anda mungkin juga menyukai