Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

PADA NY. RUSNAWATI DENGAN HIPERTENSI DI KELURAHAN PANDUT


KECAMATAN PAHANDUT SEBERANG

Oleh:
Intan Kusuma Fabriyani
2014.B.15.0373

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN
2017

1
A. Konsep Dasar Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu sama lain (Harmoko, 2012).
Menurut Sutanto (2012) keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih
yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi, hidup dalam
satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan
menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.
Menurut WHO (1969) keluarga merupakan anggota rumah tangga yang
saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan (Setiadi,
2008). Sedangkan menurut Depkes RI (1988) keluarga adalah inti terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul
dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan (Setiadi, 2008).
2. Struktur keluarga
Menurut Setiadi (2008), Struktur keluarga menggambarkan bagaimana
keluarga melaksanakan fungsinya di masyarakat. Struktur keluarga terdiri dari
bermacam-macam, diantaranya adalah:
1. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
2. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
4. Patrilokal
Adalah sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
5. Keluarga kawin
Adalah hubungan sepasang suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga dan beberapa sanak saudara menjadi bagian keluaga karena
adanya hubungan dengan suami atau istri.

1
3. Fungsi Keluarga
1) Fungsi biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskan
kelangsungan keturunan, tetapi juga memelihara dan membesarkan anak
dengan gizi yang seimbang, memelihara dan merawat anggota keluarga
juga bagian dari fungsi biologis keluarga.
2) Fungsi psikologis
Keluarga menjalankan fungsi psikologisnya antara lain untuk
memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian diantara
anggota keluarga membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
memberikan identitas keluarga.
3) Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi tercermin untuk membina sosialisasi pada anak
membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan
perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak. Meneruskan nilai-nilai
budaya.
4) Fungsi ekonomi
Keluarga menjalankan fungsi ekonomisnya untuk mencari sumber-
sumber penghasilan keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan yang
akan datang, misalnya pendidikan anak-anak dan jaminan hari tua.
5) Fungsi pendidikan
Keluarga menjalankan fungsi pendidikan untuk menyekolahkan
anak dalam rangka untuk memberikan pengetahuan, keterampilan,
membentuk prilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa,
mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.
4. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan
Menurut Setiadi (2008), Keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan
yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi:
1) Mengenal masalah kesehatan keluarga. Orang tua perlu mengenal keadaan
kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga.
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak
langsung menjadi perhatian orang tua atau keluarga.

2
2) Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini
merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang
tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara
keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan
tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga
diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan
teratasi.
3) Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Seringkali
keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga
memiliki keterbatasan yang telah diketahui keluarga sendiri. Anggota
keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu mendapatkan tindak
lanjut atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.
Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah
apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk
pertolongan pertama. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin
kesehatan keluarga.
4) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.
5) Mempertahankan hubungan timbal-balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan (pemanfaatan kesehatan yang ada).
5. Peran Keluarga
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi
oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil.
Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan akan mempengaruhi
status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan
kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga. Fungsi keluarga membuat
keputusan tindakan kesehatan yang tepat, yaitu keluarga mampu membuat
keputusan dan merencanakan tindakan keperawatan keluarga, dalam melakukan
perawatan keluarga yakni keluarga mampu merawat anggota keluarga sebelum
anggota keluarga membawa anggota keluarga ke tempat pelayanan kesehatan.
Keluarga juga mampu mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang
sehat, untuk kelangsungan hidup anggota keluarga, serta tetap mempertahankan

3
hubungan dengan menggunakan fasilitas kesehatan masyarakat. Keluarga akan
menggunakan fasilitas kesehatan sesuai dengan kemampuan keluarga.
6. Kemampuan Keluarga
Perilaku manusia sangat kompleks yang terdiri dari 3 domain yaitu kognitif,
afektif dan psikomotor. Ketiga domain tersebut lebih dikenal pengetahuan, sikap
dan praktik. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
karena digunakan untuk menerima informasi baru dan mengingat informasi
tersebut.
Saat keluarga diberikan informasi baru, maka keluarga tersebut akan
membentuk tindakan keluarga yang merujuk pada pikiran rasional, mempelajari
fakta, mengambil keputusan dan mengembangkan pikiran (Craven, 2006).
7. Tahap-Tahap Kehidupan/ Perkembangan Keluarga
Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik,
namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama:
1. Pasangan baru (keluarga baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan
membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan
(psikologis) keluarga masing-masing:
1) Membina hubungan intim yang memuaskan.
2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial.
3) Mendiskusikan rencana memiliki anak.
2. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi
kelahiran anak pertama dan berlanjut damapi anak pertama berusia 30 bulan :
1) Persiapan menjadi orang tua.
2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan
sexual dan kegiatan keluarga.
3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
3. Keluarga dengan anak pra-sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat
anak berusia 5 tahun:

4
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal,
privasi dan rasa aman.
2) Membantu anak untuk bersosialisasi.
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang
lain juga harus terpenuhi.
4) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar
keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar).
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang paling
repot).
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.
4. Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan
berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota
keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk :
1) Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan
2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
5. Keluarga dengan anak remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir
sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah
orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan memberi
tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri
menjadi lebih dewasa:
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab,
mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya.
2) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga.
3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.

5
6. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir
pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari
jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap
tinggal bersama orang tua:
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
7. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal:
1) Mempertahankan kesehatan.
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan
anak-anak.
3) Meningkatkan keakraban pasangan.
8. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu
pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal damapi keduanya
meninggal:
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
2) Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik
dan pendapatan.
3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.
4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
B. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi dikategorikan ringan jika tekanan diastoliknya berkisar 95-104
mmHg, hipertensi sedang kalau tekanan diastoliknya diantara kisaran 105 & 114
mmHg dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya berkisar 115 mmHg atau

6
lebih dari itu. Pembagian atau perkategian ini berdasarkan dari peningkatan
tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik..
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik 90 mmHg.
Hipertensi adalah keadaan dimana dijumpai tekanan darah lebih dari pada
160/95 mmHg (WHO) juga apabila tekanan darah mencapai 140/90 mmHg atau
lebih untuk usia 13-50 tahun dan tekanan darah mencapai 180/95 mmHg untuk
usia diatas 50 tahun.
2. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik
(idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau
peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya hipertensi:
1. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau
transport Na.
2. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
3. Stress Lingkungan.
4. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1. Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi
seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik,
system rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan
stress.
2. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal.
Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada:
1. Elastisitas dinding aorta menurun

7
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi Meningkatnya
resistensi pembuluh darah perifer.
5. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,
data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi.
3. Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan
medis.
Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang
menderita hipertensi yaitu: mengeluh sakit kepala, pusing lemas, kelelahan, sesak
nafas, gelisah, mual muntah, epistaksis, kesadaran menurun.
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah:
1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg 2.
2. Sakit kepala.
3. Pusing/ migraine.
4. Rasa berat ditengkuk.
5. Penyempitan pembuluh darah.
6. Sukar tidur.

8
7. Lemah dan lelah.
8. Nokturia.
9. Azotemia.
10. Sulit bernafas saat beraktivitas.
4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar
dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi

9
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi
otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa
oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer.
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya hipertensi palsu
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer.
5. Komplikasi
Efek pada organ:
a. Otak
- Pemekaran pembuluh darah.
- Perdarahan.
- Kematian sel otak : stroke.
b. Ginjal
- Malam banyak kencing.
- Kerusakan sel ginjal.
- Gagal ginjal.
c. Jantung
- Membesar.
- Sesak nafas (dyspnoe).
- Cepat lelah.
- Gagal jantung.
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu:
1) Pemeriksaan yang segera seperti:
- Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari
sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan
factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
- Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi /
fungsi ginjal.

10
- Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan
hipertensi).
- Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
- Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat
menyebabkan hipertensi
- Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak
ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
- Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan
vasokonstriksi dan hipertensi
- Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab)
- Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan
ada DM.
- Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko
hipertensi
- Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
- EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi
ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola
regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu
tanda dini penyakit jantung hipertensi.
- Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah
pengobatan terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada
area katup, pembesaran jantung.
2) Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil
pemeriksaan yang pertama):
- IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal/ureter.
- CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.

11
- IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
- Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab,
CAT scan.
- (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis
pasien.
7. Penatalaksanaan Medis
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1) Terapi tanpa obat. Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk
hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan
berat. Terapi tanpa obat ini meliputi:
a. Diet.
b. Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah:
- Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr.
- Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh.
c. Penurunan berat badan
d. Penurunan asupan etanol
e. Menghentikan merokok
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1) Identitas
Prosentase pria : wanita 2 : 1 Pada pria dominan terjadi pada pria dewasa
(30 th keatas) dan Wanita terjadi pada usia menopause (50-60 thn).
2) Pemeriksaan fisik
Identifikasi tanda dan gejala yang ada peda riwayat keperawatan
3) Riwayat psikososial
- Cemas dan takut untuk melakukan kativitas
- Tidak berdaya gangguan aktivitas di tempat kerja

12
2. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertensi pada Ny. Rusnawati b/d ketidak mampuan keluarga mengenal
karakteristik penyakit dan perawatan.
2. Ketidak mampuan dalam mengambil keputusan untuk mengatur diet
terhadap anggota keluarga yang menderita hipertensi berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan keluarga tentang manfaat dari pengaturan diet.
3. Perencanaan
1. Hipertensi pada Ny. Rusnawati b/d ketidak mampuan keluarga mengenal
karakteristik penyakit dan perawatan.
Tujuan Umum:
Setelah dilakukan kunjungan keperawatan sebanyak 3x kunjungan,
diharapkan penyakit Ny. Rusnawati berangsur membaik.
Tujuan Khusus:
Setelah dilakukan kunjungan 2-3 hari selama 45 menit keluarga dapat
mengenal karakteristik penyakit hipertensi dengan cara:
1. Keluarga mau mendengarkan penjelasan.
2. Keluarga mau untuk mengikuti cara perawatannya.
Kriteria: Respon Verbal
Standar:
1. Pengertian hipertensi.
2. Penyebab:
1) Keturunan.
2) Kelelahan.
3) Kurang olah raga.
4) Penyakit tekanan darah yang tinggi.
3. Dapat menjawab pertanyaan dengan baik dan benar.
Intervensi:
1. Berikan pengetahuan keluarga tentang karakteristik penyakit hipertensi
dan perawatannya.
2. Diskusikan bersama tentang karakteristik penyakit hipertensi dan
perawatannya.
3. Berikan bimbingan dengan ilustrasi menggunakan brosur.

13
4. Dengarkan dengan seksama sanggahan yang diajukan keluarga.
5. Bimbing keluarga untuk mengulangi penjelasan yang sudah diberikan.
6. Berikan pujian bila keluarga mampu menjawab dengan baik dan benar.
4. Ketidak mampuan dalam mengambil keputusan untuk mengatur diet terhadap
anggota keluarga yang menderita hipertensi berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan keluarga tentang manfaat dari pengaturan diet
Tujuan
Keluarga dapat memahami tentang manfaat pengaturan diet untuk klien
hipertensi
Kriteria hasil
1. Keluarga mampu menjelaskan tentang manfaat pengaturan diet bagi klien
hiperetensi
2. Keluarga dapat menyediakan makanan khusus untuk klien hipertensi
Rencana tindakan
1. Beri penjelasan kepada keluarga tentang manfaat pengaturan diet untuk
klien hipertensi.
2. Beri penjelasan kepada keluarga jenis untuk klien hipertensi.
Rasionalisasi
1. Dengan diberi penjelasan diharapkan keluarga mampu melaksanakan cara
pengaturan diet untuk klien hipertensi
2. Keluarga diharapkan mengetahui jenis makanan untuk penderita
hipertensi.
4. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan.Implementasi merupakan tahap proses
keperawatan.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan
perawat untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil
meningkatkan kondisi klien. Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses
kepweawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak.

14
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth.2002.Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol


2.Jakarta:EGC
Doengoes, Marilynn E.2000.Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien.Jakarta
:Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Doenges, Moorhouse & Geissler.2001.Rencana Asuhan
Keperawatan.EGC:Jakarta.
Gunawan, Lany.2001.Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi.Yogyakarta:Penerbit
Kanisius.

15

Anda mungkin juga menyukai