Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

PADA TN. HAMBRI DENGAN ASMA DI KELURAHAN PANDUT


KECAMATAN PAHANDUT SEBERANG

Oleh:
Intan Kusuma Fabriyani
2014.B.15.0373

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN
2017

1
A. Konsep Dasar Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu sama lain (Harmoko, 2012).
Menurut Sutanto (2012) keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih
yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi, hidup dalam
satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan
menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.
Menurut WHO (1969) keluarga merupakan anggota rumah tangga yang
saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan (Setiadi,
2008). Sedangkan menurut Depkes RI (1988) keluarga adalah inti terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul
dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan (Setiadi, 2008).
2. Struktur keluarga
Menurut Setiadi (2008), Struktur keluarga menggambarkan bagaimana
keluarga melaksanakan fungsinya di masyarakat. Struktur keluarga terdiri dari
bermacam-macam, diantaranya adalah:
1. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
2. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
4. Patrilokal
Adalah sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
5. Keluarga kawin
Adalah hubungan sepasang suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga dan beberapa sanak saudara menjadi bagian keluaga karena
adanya hubungan dengan suami atau istri.

1
3. Fungsi Keluarga
1) Fungsi biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskan
kelangsungan keturunan, tetapi juga memelihara dan membesarkan anak
dengan gizi yang seimbang, memelihara dan merawat anggota keluarga
juga bagian dari fungsi biologis keluarga.
2) Fungsi psikologis
Keluarga menjalankan fungsi psikologisnya antara lain untuk
memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian diantara
anggota keluarga membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
memberikan identitas keluarga.
3) Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi tercermin untuk membina sosialisasi pada anak
membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan
perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak. Meneruskan nilai-nilai
budaya.
4) Fungsi ekonomi
Keluarga menjalankan fungsi ekonomisnya untuk mencari sumber-
sumber penghasilan keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan yang
akan datang, misalnya pendidikan anak-anak dan jaminan hari tua.
5) Fungsi pendidikan
Keluarga menjalankan fungsi pendidikan untuk menyekolahkan anak
dalam rangka untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, membentuk
prilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa, mendidik
anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.
4. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan
Menurut Setiadi (2008), Keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan
yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi:
1) Mengenal masalah kesehatan keluarga. Orang tua perlu mengenal keadaan
kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga.
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak
langsung menjadi perhatian orang tua atau keluarga.

2
2) Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini
merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang
tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara
keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan
tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga
diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan
teratasi.
3) Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Seringkali
keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga
memiliki keterbatasan yang telah diketahui keluarga sendiri. Anggota
keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu mendapatkan tindak
lanjut atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.
Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah
apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk
pertolongan pertama. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin
kesehatan keluarga.
4) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.
5) Mempertahankan hubungan timbal-balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan (pemanfaatan kesehatan yang ada).
5. Peran Keluarga
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi
oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil.
Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan akan mempengaruhi
status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan
kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga. Fungsi keluarga membuat
keputusan tindakan kesehatan yang tepat, yaitu keluarga mampu membuat
keputusan dan merencanakan tindakan keperawatan keluarga, dalam melakukan
perawatan keluarga yakni keluarga mampu merawat anggota keluarga sebelum
anggota keluarga membawa anggota keluarga ke tempat pelayanan kesehatan.
Keluarga juga mampu mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang
sehat, untuk kelangsungan hidup anggota keluarga, serta tetap mempertahankan

3
hubungan dengan menggunakan fasilitas kesehatan masyarakat. Keluarga akan
menggunakan fasilitas kesehatan sesuai dengan kemampuan keluarga.
6. Kemampuan Keluarga
Perilaku manusia sangat kompleks yang terdiri dari 3 domain yaitu kognitif,
afektif dan psikomotor. Ketiga domain tersebut lebih dikenal pengetahuan, sikap
dan praktik. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
karena digunakan untuk menerima informasi baru dan mengingat informasi
tersebut.
Saat keluarga diberikan informasi baru, maka keluarga tersebut akan
membentuk tindakan keluarga yang merujuk pada pikiran rasional, mempelajari
fakta, mengambil keputusan dan mengembangkan pikiran (Craven, 2006).
7. Tahap-Tahap Kehidupan/ Perkembangan Keluarga
Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik,
namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama:
1. Pasangan baru (keluarga baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan
membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan
(psikologis) keluarga masing-masing:
1) Membina hubungan intim yang memuaskan.
2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial.
3) Mendiskusikan rencana memiliki anak.
2. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi kelahiran
anak pertama dan berlanjut damapi anak pertama berusia 30 bulan :
1) Persiapan menjadi orang tua.
2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan
sexual dan kegiatan keluarga.
3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
3. Keluarga dengan anak pra-sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat
anak berusia 5 tahun:

4
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal,
privasi dan rasa aman.
2) Membantu anak untuk bersosialisasi.
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang
lain juga harus terpenuhi.
4) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar
keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar).
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang paling
repot).
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.
4. Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan
berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota
keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk :
1) Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan
2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
5. Keluarga dengan anak remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir
sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah
orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan memberi
tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri
menjadi lebih dewasa:
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab,
mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya.
2) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga.
3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.

5
6. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir
pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari
jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap
tinggal bersama orang tua:
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
7. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal:
1) Mempertahankan kesehatan.
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan
anak-anak.
3) Meningkatkan keakraban pasangan.
8. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu
pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal damapi keduanya
meninggal:
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
2) Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik
dan pendapatan.
3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.
4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
B. Konsep Dasar Penyakit Asma
1. Pengertian Asma

Asma adalah suatu kondisi dimana jalan udara dalam paru-paru meradang
hingga lebih sensitif terhadap faktor khusus (pemicu) yang menyebabkan jalan
udara menyempit hingga aliran udara berkurang dan mengakibatkan sesak napas
dan bunyi napas mengikik (Professor Jon Ayres, 2003).

6
Asma adalah penyakit paru yang di dalamnya terdapat obstruksi jalan napas,
inflamasi jalan napas dan jalan napas yang hiperresponsif atau spasme otot polos
bronchial. (Cecily,2002)
Sistem pernafasan meliputi :
1. Rongga hidung : yang menghangatkan, melembabkan, dan menyaring

udara inspirasi.
2. Laring (Adams apple atau jakun) : yang berperan untuk pembentukan
suara dan untuk melindungi jalan nafas terhadap masuknya makanan dan
cairan karena ini dapat menyebabkan batuk bila terangsang.
3. Trakea yang bercabang menjadi dua bronkus
4. Saluran utama bronkus
Merupakan percabangan trakea bercabang menjadi bagian kanan dan kiri.
Panjang kira-kra 5cm, diameter 11-13 mm. Struktur lapisan mukosa
bronkus sama dengan trakea. Bronkus bercabang-cabang menjadi
bronkeolus. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan. Bronkiolus
berakhir pada kantung udara (alveolus).
5. Alveolus

Terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantong kecil terdiri atas
selapis sel epitel pipih dan banyak bermuara kapiler darah yang
memungkinkan terjadinya pertukaran gas.
6. Pada pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan eksternal, oksigen

dipungut melalui hidung dan mulut. Pada waktu bernafas oksigen masuk
melalui trakea dan pada pipa bronkhial ke alveoli, dan dapat erat hubungan
dengan darah di dalam kapiler pulmonalis. Alveoli memisahkan oksigen
dari darah, oksigen menembus membran, diambil oleh sel darah merah dan
dibawa ke jantung dan dari jantung dipompakan ke seluruh tubuh. Di
dalam paru-paru, karbondioksida merupakan hasil buang metabolisme,
menembus membran alveoli, dari kapiler darah ke alveoli dan setelah
melalui membran pipa bronkhial dan trakea, dikeluar melalui hidung dan
mulut.

7
7. Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner:

1) Ventilasi pulmoner, atau gerak pernafasan yang menukar udara dalam

alveoli dengan udara luar.


2) Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk ke

seluruh tubuh, karbondioksida dari seluruh tubuh masuk ke paru-paru.


3) Distribusi arus udara dan arus darah.

4) Difusi gas yang menembus membran pemisah alveoli dan kapiler, CO2

lebih mudah berdifusi dari pada O2. (Pearce, Ec, 2000).


2. Etiologi Asma
1) Stress

Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala
asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami
stress/ gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah
pribadinya. Karena jika stressnya belum teratasi maka gejala asmanya
belum bisa diobati
2) Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja juga mempunyai hubungan langsung dengan sebab
terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja.
Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, terkena bulu-bulu
binatang industri tekstil, pabrik abses, polisi lalu lintas. Gejala ini
membaik pada waktu libur atau cuti
3) Olahraga/ aktivitas jasmani yang berat

Sebagian berat penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan


aktifitas jasmani atau olahraga yang berat, seperti lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asma. Serangan asma kerena aktifitas biasanya
terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
3. Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat
hiperaktivitas bronkus. Obstruksi jalan nafas dapat reversible secara spontan
maupun dengan pengobatan.

8
Gejala-gejala asma antara lain:
1. Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop.

2. Batuk produktif, sering terjadi pada malam hari.


3. Napas atau dada seperti tertekan.
4. Pasien menggunakan otot-otot tambahan untuk bernafas dan mungkin
membungkuk ke depan untuk bernafas dengan lebih baik.
5. Dispnea dengan ekspirasi memanjang.
6. Cuping hidung melebar.
7. Sianosis.
8. Ansietas, iritabilitas sampai penurunan tingkat kesadaran.
9. Gejalanya bersifat paroksimal, yaitu membaik pada siang hari dan

memburuk pada malam hari.


4. Patofisiologi
Pencetus serangan asma bermacam-macam., bisa dari alergen, emosi/stress,
keturunan. Pencetus serangan ini mempengaruhi munculnya antibodi dan antigen.
Dengan adanya alergi pula menyebabkan pengeluaran histamin dan zat mediator
lainnya, seperti bradikinin, dan anafilatoxin. Pengeluaran zat-zat mediator ini
menyebabkan 3 hal, yaitu kontraksi otot polos, peningkatan permeabilitas kapiler,
peningkatan sekresi mukus. Peningkatan sekresi mukus ini mengakibatkan
peningkatan produksi mukus dan menurunkan nafsu makan sehingga
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan.
Asma juga ditandai dengan kontraksi dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Selama serangan asmatik,
bronkiolus menjadi meradang dan terjadi peningkatan sekresi mucus. Hal ini
menyebabkan lumen jalan nafas menjadi bengkak, kemudian meningkatkan
resistensi jalan nafas dan dapat menimbulkan distress pernafasan. Orang yang
mengalami asma akan mengalami kesulitan bernafas. Hal ini menyebabkan
hiperinflasi pada alveoli dan perubahan pertukaran gas. Jalan nafas menjadi
obstruksi yang kemudian tidak adekuat ventilasi dan saturasi O2 sehingga terjadi
penurunan PO2 (hipoksia). Selama seranagan asmatik, CO2 tertahan dengan
meningkatnya resistensi jalan nafas selama ekspirasi dan menyebabkan asidosis

9
respiratory. Kemudian system pernafasan akan mengadakan kompensasi dengan
meningkatkan pernafasan (takipnea).
5. Komplikasi

1. Status asmatikus

2. Pneumonia

3. Pneumothoraks

4. Emfisema kronik

5. Gagal nafas

6. Bronchitis

7. Fraktur iga

8. Kematian

6. Pencegahan
Diharapkan dengan mencegah dan mengendalikan faktor pencetus serangan
asma makin berkurang atau derajat asma semakin ringan. Pada dasarnya obat-obat
anti asma dipakai untuk mencegah dan mengendalikan gejala asma.
1. Pencegahan (controller) yaitu obat yang dipakai setiap hari, dengan tujuan

agar gejala asma persisten tetap terkendali.


2. Penghilang gejala (reliever) yaitu obat penghilang gejala yang dapat

merelaksasi bronkontruksi dan gejala-gejala yang menyertainya segera.


7. Penatalaksanaan
Tujuan terapi asma adalah:
1. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma dan mencegah
kekambuhan.
2. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya.

3. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan

exercise.
4. Menghindari efek samping obat asma.

5. Mencegah obstruksi jalan napas yang ireversibel.

10
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1) Identitas
Prosentase pria : wanita 2 : 1 Pada pria dominan terjadi pada pria dewasa
(30 th keatas) dan Wanita terjadi pada usia menopause (50-60 thn).
2) Pemeriksaan fisik
Identifikasi tanda dan gejala yang ada peda riwayat keperawatan
3) Riwayat psikososial
- Cemas dan takut untuk melakukan kativitas
- Tidak berdaya gangguan aktivitas di tempat kerja
2. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
2. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah
3. Intervensi Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan: ketidakmampuan
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
Tujuan: Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit.
Rencana tindakan:
1) Ajarkan pada keluarga cara perawatan untuk mencegah terjadinya
bersihan jalan nafas yang tidak efektif.
2) Gunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah untuk mencegah
terjadinya jalan nafas yang tidak efektif.
3) Pantau keluarga dalam melakukan perawatan untuk mencegah
terjadinya bersihan jalan nafas yang tidak efektif.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
Tujuan: Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit.
Rencana tindakan:
1) Ajarkan pada keluarga cara perawatan untuk mencegah terjadinya
2) bersihan jalan nafas yang tidak efektif.

11
3) Gunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah untuk mencegah
4) terjadinya jalan nafas yang tidak efektif.
5) Pantau keluarga dalam melakukan perawatan untuk mencegah
6) terjadinya bersihan jalan nafas yang tidak efektif.
4. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan.Implementasi merupakan tahap proses
keperawatan.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan
perawat untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil
meningkatkan kondisi klien. Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses
kepweawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak.

12
DAFTAR PUSTAKA

Davey, Patrick. 2008. At a Glance MEDICINE. Alihbahasa Annisa Rahmalia dan


Novianty R. Jakarta: Gramedia.
Firshein, Richard N. 2006. Memulihkan Asma: Cara Menghentikan Gangguan
Asma Secara Menyeluruh. Alihbahasakan Ali Akbar. Yogyakarta: Indeks.
Francis, Caia. 2012. Perawatan Respirasi. Alihbahasa Stella Tania Hasianna.
Jakarta: Erlangga.
Friedman, M. Marilyn. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan
Praktek. Edisi ke-5. Jakarta: EGC.
Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan keluarga. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Muhlisin, Abi. 2012. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Gosyen publishing
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gagguan
Sistem pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

13

Anda mungkin juga menyukai