Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

PANCASILA SEBAGAI SISTEM NILAI

A. Pengertian Nilai

Manusia dalam kehidupan selalu berkaitan dengan nilai. Manusia senantiasa dinilai
dan menilai. Cabang filsafat yang membicarakan nilai disebut dengan aksiologi (filsafat
nilai). Istilah nilai dipakai untuk menunjukan kata benda abstrak yang artinya,
keberhargaan (worth) atau kebaikan (goodness).

Nilai pada hakekatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu obyak. Jadi
bukan obyek itu yang dikatakan nilai tetapi suatu itu mengandung nilai yang artinya ada
sifat atau kualitas yang melekat suatu itu. Misalnya, pemandangan itu indah, perbuatan itu
bermoral. Indah dan susila adalah sifat atau suatu yang melekat pada pemandangan atau
tindakan. Dengan demikian nilai itu sebenarnya suatu kenyataan yang tersembunyi dibalik
kenyataan-kenyataan lainya. adanya nilai itu karen adanya kenyataan lain sebagai pembawa
nilai.

B. Macam-Macam Nilai

Sebagai mana dijelaskan diatas bahwa nilai itu tersembunyi di balik kenyataan lain.
Implikasinya adalah bahwa sebenarnya segala sesuatu itu bernilai atau mengandung nilai,
hanya saja derajat nilai itu positif atau negatif. Walter G. Everet menggolongkan nilai-nilai
manusiawi menjadi delapan kelompok, yaitu:

1. Nilai-nilai ekonomis (ditunjukan oleh harga pasar dan meliputi semua benda yang dapat
dibeli). Misalnya: emas atau logam mulia mempunyai nilai ekonomis dari pada seng,
kemanfaatan, kedayagunaan.
2. NIlai-nilai kerjasama (mengacu pada kesehatan, efisiensi dan keindahan badan)
Misalnya: kebugaran, kesehatan, kemulusan tubuh, kebersihan.
3. Nilai-nilai hiburan (nilai-nilai permainan dan waktu senggang yang dapat menyumbang
pada penggayaan hidup). Misalnya kenikmatan rekreasi, keharmonian musik,
keselarasan nada.
4. Nilai-nilai sosial (berasal mula dari pembagian bentuk perserikatan manusia). Misalnya:
kerukunan, persahabatan, persaudaraan, kesejahteraan, keadilan, kerakyatan, persatuan.
5. Nilai-nilai watak (keseluruhan dari keutuhan kepribadian dan sosial yang diinginkan).
Misalnya: kejujuran, kesederhanaan, kesetiaan.
6. Nilai-nilai estesis (nilai-nilai keindahan dalam alam dan karya seni). Misalnya:
keindahan, keselaraan, keseimbangan, keserasian.
7. Nilai-nilai intelektual (nilai-nilai pengetahuan dan pengejaran kebenaran). Misalnya:
kecerdasan, ketekunan, kebenaran, kepastian.
8. Nilai-nilai keagamaan (Nilai-nilai yang ada dalam agama). Misalnya : kesucian,
keagungan Tuhan, keesaan Tuhan, keibadahan.

Notonagoro dalam Kaelan (2001) membagi nilai menjadi tiga, yaitu:

1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia. Misalnya:
kebutuhan makan, minum, sandang, papan, kesehatan,dll.
2. Nilai vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan atau
aktivitas. Misalnya: semangat, kemauan, kerja keras, ketekunan, dll.
3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai
kerohanian dapat dibedakan menjadi empat:
a. Nilai kebenaran, yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta manusia)
b. Nilai keindahan (nilai estetis) yang bersumber pada perasaan.
c. Nilai kebaikan (nilai maral) yang bersumber kehendak manusia (will, wollen, karsa
manusia).
d. Nilai religius yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak. Nilai ini
bersumber pada kepercayaan dan keyakinan manusia.

Kesemua nilai diatas tersebut bersifat abstrak, karena itu agar dapat diterapkan dan
dijadikan pedoman dalam kehudupan nyata maka nilai harus dijabarkan ke dalam norma-
norma yang sifatnya lebih konkret dan jelas sebagai pedoman. Ada berbagai norma yaitu
agam, moral, sosial-kultural. dari norma dapat dijabarkan dalam hukum misalnya: hukum
agama, hukum moral, tradisi, etika, hukum positif.Apabila perbuatan manusia tidak
sesuai dengan norma atau hukum maka akan dikenakan sanksi.

Dalam kehudupan bernegara, maka pancasila sebagai dasar negara dan asa
kerohanian negara merupakan nilai dasar. Nilai ini dijabarkan lebih lanjut dalam nilai
instrumental, yaitu berupa UUD45 sebagai hukum dasar tertulis yang berisi norma-
norma sebagai para meter dalam mengatur penyelengaraan negara. Nilai instrumental ini
dijabarkan dalam nilai praksis, yang berujud Undang-Undang yang menyangkut bidang
kehidupan bernegara.
C. Sistem Nilai dalam Pancasila

Sistem secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu rangkaian yang saling berkaitan
antara nilai yang satu dengan yang lain. Sistem nilai adalah konsep atau gagasan yang
menyeluruh mengenai apa yang hidup dalam pikiran seseorang atau sebagian besar anggota
masyarakat tentang apa yang dipandang baik, berharga, dan penting dalam hidup. Sistem
nilai berfungsi sebagai pedoman yang memberi arah dan orientasi kepada kehidupan
masyarakat tersebut. Pancasila sebagai nilai mengandung serangkaian nilai, yaitu:
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, keadilan.

Kualitas nilai Pancasila bersifat objektif dan subjektif. Nilai-nilai dasar pancasila
bersifat universal objektif artinya nilai-nilai tersebut dapat dipakai dan diakui oleh negara-
negara lain walaupun tentunya tidak diberi nama pancasila. Kaelan (2001:182) mengatakan
bahwa nilai-nilai Pancasila bersifat objektif dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Rumusan dari sila-sila pancasila itu sebenarnya hakikat dan maknanya yang terdalam
menunjukan adanya sifat-sifat yang umum universal dan abstrak, karena pada
hakikatnya Pancasila adalah nilai.

2. Inti nilai-nilai Pancasila berlaku tidak terikat oleh ruang, artinya keberlakuannya sejak
jaman dahulu, masa kini, dan juga untuk masa yang akan datang untuk bangsa Indonesia
dan boleh jadi untuk negara lain yang secara eksplisit tampak dalam adat-istiadat,
kebudayaan, tata hidup kenegaraan dan tata hidup beragama.

3. Pancasila yang terkandung dalam pumbukaan UUD 1945, menurut ilmu hukum
memenuhi syarat sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, sehingga merupakan
suatu sumber hukum positif di Indonesia.

Pancasila bersifat subjektif artinya nilai-nilai Pancasila itu terlekat pada masyarakat,
bangsa, dan negara Indonesia. Darmodihardjo (1996) mengatakan bahwa:

1. Nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia sendiri , sehingga bangsa Indonesia sebagai
kausa materialis. Nilai-nilai tersebut sebagai hasil pemikiran, penilaian, dan refleksi
filosofis bangsa Indonesia.

2. Nilai-nilai Pancasila merupakan filsafat (pandangan hidup) bangsa Indonesia, sehingga


menjadi jati diri bangsa yang diyakini sebagai sumber nilai atas kebenaran, kebaikan,
keadilan, dan kebijaksanaan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
3. Nilai-nilai Pancasila sesungguhnya merupakan nilai-nilai yang sesuai dengan hati nurani
bangsa Indonesia karena bersumber pada kepribadian bangsa.

Walaupun Pancasila merupakan falsafah hidup, tetapi negara sebagai institusi yang
mempunyai dua tugas utama, yaitu pertama, melindungi segenap dan seluruh warga negara,
salah satu kewenangan negara dalam hal ini adalah membuat aturan hukum. Kedua,
membuat atau menciptakan kesejahteraan sosial tidak berhak membuat standar moral.

D. Makna Sila-sila Pancasila

Pengkajian Pancasila secara filosofis dimaksudkan untuk mencapai hakikat atau


makna terdalam dari sila-sila Pancasila. Dengan analisis makna Pancasila diharapkan akan
diperoleh makna yang akurat dan mempunyai nilai filosofis.

1. Arti dan Makna sila Ketuhanan Yang Maha Esa

a. Pengakuan adanya kausa prima (sebab pertama), yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
b. Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut
agamanya.
c. Tidak memaksa warga negara untuk beragama, tetapi diwajibkan untuk memeluk
agama sesuai keyakinan yang berlaku.
d. Atheisme dilarang hidup dan berkembang di Indonesia.
e. Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama, toleransi antar
umat dan dalam beragama.
f. Negara memberi fasilitator bagi tumbuh kembangnya agama dan iman warga negara
dan menjadi mediator ketika terjadi konflik antar agama.

Manusia sebagai makhluk yang ada didunia ini seperti halnya makhluk lain
diciptakan oleh penciptanya. Pencipta itu adalah Causa Prima yang mempunyai
hubungan dengan diciptakannya. Jika ditilik secara historis, pemahaman kekuatan di luar
diri manusia dan di luar alam yang ada ini atau adanya sesuatu yang bersifat adikodrati
(di atas atau di luar yang kodrat), dan transenden (yang mengatasi segala sesuatu), sudah
dipahami manusia sejak dahulu. Sejak zaman nenek moyang sudah dikenal paham
animisme, dinamisme, sampai paham politheisme. Kekuatan ini terus saja berkembang
di dunia sampai masuknya agama Hindu, Budha, Islam, dan Nasrani ke Indonesia
sehingga kesadaraan akan monotheisme di masyarakat Indonesia semakin kuat. Oleh
karena itu tepatlah jika rumusan pertama Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Arti dan Makna Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Pokok-pokok pikiran dari sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab:

a. Menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebaagai mahluk Tuhan.


Maksudnya, kemanusiaan itu mempunyai sifat yang universal
b. Menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa. Sila Kemanusiaan Yang
Adil dan Beradab mengandung prinsip menolak atau menjauhi rasialisme atau sesuatu
yang bersumber pada ras.
c. Mewujudkan keadilan peradaban yang tidak lemah. Prinsip keadilan dikaitkan dengan
hukum, karena keadilan harus direalisasikan dalam kehidupan masyarakat.

Manusia ditempatkan sesuai dengan harkatnya. Hal ini berarti menusia mempunyai
derajat yang sama di depan hukum. Sejalan dengan sifat universal bahwa kemanusiaan
itu dimilki oleh semua bangsa, maka hal itu pun juga kita terapkan dalam kehidupan
bangsa Indonesia.

3. Arti dan Makna sila Persatuan Indonesia

Pokok-pokok pikiran yang ada di dalamnya antara lain:

a. Nasionalisme
b. Cinta bangsa dan tanah air
c. Menggalang persatuan dan kesatuan bangsa
d. Menghilangkan penonjolan kekuatan atau kekuasaan, keturunan, dan perbedaan
warna kulit.
e. Menumbuhkan perasaan senasib dan seperjuangan.
Makna persatuan hakikatnya adalah satu, yang artinya bulat tidak terpecah. Jika
persatuan Indonesia dikaitkan dengan pengertian modern saat ini, maka disebut
nasionalisme. Nasionalisme adalah perasaan satu sebagai sebuah bangsa, satu dengan
seluruh warga yang ada dalam masyarakat.

4. Arti dan Makna Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan

Beberapa pokok pikiran yang perlu dipahami antara lain:

a. Hakikat sila ini adalah demokrasi.


b. Permusyawaratan artinya mengusahakan putusan bersama secara bulat, baru sesudah
itu diadakan tindakan bersama.
c. Dalam melaksanakan keputusan diperlukan kejujuran bersama.
d. Perbedaan secara umumdemokrasi di barat dan di Indonesia yaitu terletak pada
permusyawaratan.
5. Arti dan Makna Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

a. Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam arti dinamis dan meningkat.
b. Seluruh kekayaan alam dan sebagainya dipergunakan bagi kebahagiaan bersama
menurut potensi masing-masing.
c. Melindungi yang lemah agar kelompok warga masyarakat dapat bekerja sesuai
dengan bidangnya.
Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam arti dinamis dan meningkat.
Dinamis dalam arti diupayakan lebih tinggi dan lebih baik. Hal ini berarti peningkatan
kesejahteraan dan kemakmuran yang lebih baik. Seluruh kekayaan alam tidak dikuasai
oleh sekelompok orang tetapi harus untuk kesejahteraan semua orang.

Anda mungkin juga menyukai