Low Back Pain: Presentasi Kasus
Low Back Pain: Presentasi Kasus
Disusun oleh :
Diajukan Kepada :
2016
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
Oleh :
Muchamad Rizki Musaffa (20110310221)
Disetujui oleh
Dosen Pembimbing Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Saraf
RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo
2. Insiden
LBP sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di negara-negara
industri. Diperkirakan 70-85% dari seluruh populasi pernah mengalami episode
ini selama hidupnya. Prevalensi tahunannya bervariasi dari 15-45%, dengan
point prevalence rata-rata 30%. 2
Data epidemiologi mengenai LBP di Indonesia belum ada, namun
diperkirakan 40% penduduk pulau Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah
menderita nyeri pinggang, prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita
13,6%. Insiden berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di
Indonesia berkisar antara 3-17%.1
B. Non-diskogenik
Biasanya penyebab LBP yang non-diskogenik adalah iritasi pada serabut
sensorik saraf perifer, yang membentuk n. iskiadikus dan bisa disebabkan oleh
neoplasma, infeksi, proses toksik atau imunologis, yang mengiritasi
n.iskiadikus dalam perjalanannya dari pleksus lumbosakralis, daerah pelvik,
sendi sakro-iliaka, sendi pelvis sampai sepanjang jalannya n. Iskiadikus
(neuritis n. iskiadikus).5
4. Patogenesis3
LBP dapat disebabkan oleh faktor non-neurogenik dan neurogenik. Nyeri
neurogenik adalah nyeri akibat iritasi langsung terhadap serabut saraf sensorik
perifer. Nyeri neurogenik memiliki dua ciri khas, yakni nyerinya menjalar
sepanjang kawasan distal saraf yang bersangkutan, dan penjalaran nyeri itu
berpangkal pada bagian saraf yang mengalami iritasi. Nyeri neurogenik dapat
berupa nyeri radikular atau nyeri neuritik. Segala sesuatu yang merangsang
serabut sensorik di tingkat radiks (radiks posterior) dapat menimbulkan nyeri
radikular, yakni nyeri yang terasa berpangkal pada tingkat tulang belakang
tertentu dan menjalar sepanjang kawasan dermatomal radiks posterior yang
bersangkutan. Pada lesi iritatif radiks posterior tingkat servikal, nyeri radikular
dapat dirasakan sepanjang lengan, sedangkan pada tingkat lumbosakral, nyeri
radikular dapat dirasakan sepanjang tungkai. Apabila nyeri radikular tersebut
disebakan oleh perubahan pada diskus dan sekitarnya, nyeri disebut sebagai
nyeri diskogenik. Salah satu penyebab nyeri dikogenik ini adalah Hernia
Nukleus Pulposus. Jika penekanan radiks posterior sudah menimbulkan
pembengkakan atau kerusakan struktural yang lebih berat, dapat terjadi anastesia
radikular, dimana sensasi nyeri hilang walau pun kompresi radiks masih ada.
2. Kebiasaan Merokok
Boshuizen et al (1993) menemukan hubungan yang signifikan antar
kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang, khususnya untuk
pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot, karena nikotin pada rokok
dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah ke jaringan. Selain itu,
merokok dapat pula menyebabkan berkurangnya kandungan mineral pada
tulang sehingga menyebabkan nyeri akibat terjadinya keretakan atau
kerusakan pada tulang.
Dalam sebuah penelitian Finlandia usia 30-64 tahun, nyeri leher
ditemukan secara signifikan berhubungan dengan merokok saat ini. Satu
hipotesis adalah bahwa nyeri punggung disebabkan oleh batuk dari
merokok. Batuk meningkatkan tekanan perut dan tekanan intradiscal dan
meletakkan beban pada tulang belakang. Mekanisme lainnya yang
diusulkan meliputi nikotin yang masuk melalui aliran darah ke jaringan
dan merokok menyebabkan kandungan mineral tulang berkurang sehingga
menyebabkan microfracture
3. Kebiasaan Olahraga
Aerobic fitness meningkatkan kemampuan kontraksi otot. Delapan
puluh persen (80 %) kasus nyeri tulang punggung disebabkan karena
buruknya tingkat kelenturan (tonus) otot atau kurang berolah raga. Otot
yang lemah terutama pada daerah perut tidak mampu menyokong
punggung secara maksimal. Tingkat keluhan otot juga dipengaruhi oleh
tingkat kesegaran jasmani.
4. Obesitas
Berat badan yang berlebihan (overweight / obesitas) menyebabkan tonus
otot abdomen lemah, sehingga pusat gravitasi seseorang akan terdorong ke
depan dan menyebabkan lordosis lumbalis, akan bertambah yang
kemudian menimbulkan kelelahan pada otot paravertebrata, hal ini
merupakan resiko terjadinya LBP.
Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik: ekstensi ke belakang, fleksi ke depan, membungkuk ke
setiap sisi
Motorik
Sensorik
Pemeriksaan sistem otonom
Penunjang:
o Radiologi foto polos: untuk mengesampingkan adanya kelainan
tulang, tumor
o Mielografi, mielo-CT, CT-scan, MRI : untuk mencari penyebab nyeri
Terapi
Informasi dan edukasi tentang penyakit, gerakan yang bisa memperberat, tes-
tes diagnostik, dan cara-cara pencegahan
Farmakoterapi
o Analgesik (asetaminofen)
o NSAID (asam mefenamat)
o muscle relaxant (Chlorzoxazone)
o Opioid
Non farmakologi
o imobilisasi
o pengaturan berat badan, posisi tubuh dan aktivitas,
o modalitas termal
o masase
o traksi
o alat bantu (korset, tongkat)
o latihan : jalan, naik sepeda, berenang
o terapi psikologi (untuk nyeri psikogenik)
Bab III
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Laki - laki
Usia : 62 tahun
Alamat : Sabrang Kidul Karangsambung
Agama : Islam
Status Pernikahan : Sudah menikah
B. ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
Pasein mengeluh nyeri pinggang sampai kaki.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada pinggang menjalar hingga kaki
sejak 3 bulang yang lalu, sakit saat berjalan, kesemutan(+), baal (-), nyeri sendi (-).
Pasien mengeluh nyeri terasa memberat jika membungkuk.
RIWAYAT SOSIAL
Pasien bekerja sebagai buruh, sudah menikah dan mempunyai 3 orang anak.
Aktivitas pasien sehari-hari adalah bekerja sebagai buruh bangunan. Pasien sering
C. PEMERIKSAAN FISIK
Tekanan darah : 126/70 mmHg
Nadi : 80x / menit
Suhu : 36,7 oC
Pernafasan : 20x / menit
Kulit : tidak tampak kelainan
Kepala : tidak tampak deformitas
Rambut : dalam batas normal
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Leher : JVP 5-2 cmH2O, tidak tampak jejas
THT : sekret - / -
Tenggorok : T1 T1, tenang
Gigi mulut : oral hygiene baik
Paru : vesikuler +/+, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : BJ I, II normal, murmur (-), gallop (-)
Punggung : deformitas (-), gibus (-), nyeri tekan (-), nyeri
ketok CVA (-)
Perut : lemas, datar, bising usus (+), nyeri tekan (-)
Anggota gerak : edema (-/-)
Status generalis : tampak sakit ringan
GCS : E4V5M6
Pupil : bulat, isokor, 3 mm
Refleks cahaya langsung : +/+
Refleks cahaya tak langsung : +/+
Motorik
5555 5555
5555 5555
Refleks Fisiologis
+ +
+ +
Refleks Patologis
Laseque :+/-
Fungsi Luhur
Berbicara : Normal
Orientasi waktu : Normal
Orientasi orang : Normal
Orientasi tempat : Normal
D. DIAGNOSIS
Diagnosis klinis : Nyeri punggung bawah
Diagnosis Banding : HNP
E. TATALAKSANA
Rencana Diagnosis : Foto Polos lumbosakral, MRI Lumbosakral, EMG
Rencana Terapi Medikamentosa : meloxicam 2x1, kalxetin 2x1, nepatic 2x1,
paracetamol 3x1, codein 3x1, osteocom, mps 3x1.
Rencana Non-Medikamentosa : masase, TENS, latihan(fisioterapi), dan
penggunaan korset. Dianjurkan untuk tidak mengangkat barang-barang
berat untuk sementara waktu, tidak memakai sepatu hak tinggi, dan sering
olahraga terutama berenang.
3.7 PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
BAB VI
PEMBAHASAN
Nyeri punggung bawah yang dialami pasien dapat diakibatkan oleh berbagai
kelainan seperti oleh sistem saraf, sistem vaskuler, sistem muskuloskeletal, viseral,
maupun psikogenik.
Nyeri akibat gangguan pada sistem vaskuler umumnya cenderung tidak
dipengaruhi oleh posisi. Nyeri viseral merupakan nyeri rujukan dari organ dalam
seperti organ pada rongga toraks, abdomen, dan pelvis. Pada pasien, tidak ditemukan
nyeri tekan, dan tidak ditemukan riwayat nyeri kolik, sesak, dan gangguan BAK
maupun BAB yang dapat mendukung adanya nyeri viseral. Nyeri psikogenik
biasanya ditimbulkan oleh adanya beban psikis, pada pasien ini beban psikis
disangkal. Nyeri akibat sistem muskuloskeletal umumnya tidak disertai dengan
penjalaran dan memberat dengan perubahan posisi. Nyeri akibat sistem saraf
cenderung terbatas sesuai dengan dermatom persarafannya. Pada pasien ini kelainan
disebabkan oleh gangguan pada sistem saraf yang disertai dengan gangguan
muskuloskeletal.
Nyeri punggung bawah pada pasien ini akibat gangguan sistem saraf karena
nyeri yang timbul berupa nyeri radikular. Hal ini karena nyeri dan keluhan lainnya
menjalar dari punggung bawah , paha, betis, sampai ke mata kaki dan telapak kaki
serta secara tegas terbatas pada dermatom L5-S1. Pada pasien, nyeri pada punggung
yang semakin memberat dirasakan saat pasien membungkuk dan sujud dan
berkurang dengan berbaring. Keluhan tersebut menunjukkan bahwa gangguan saraf
tersebut disertai dengan gangguan pada muskuloskeletal.
Aktivitas fisik sehari-hari pasien yaitu sering mengangkat benda berat
diduga menjadi faktor risiko timbulnya stress sehingga menimbulkan iritasi pada
radiks. Adanya iritasi radiks yaitu pada radiks L5-S1 akan menimbulkan
kompensasi spasme dari otot yang dipersarafi pada dermatom tersebut. Sehingga
gejala yang timbul pada pasien juga disertai dengan gangguan spasme pada otot
punggung bawah.
Dari pemeriksaan fisik, didapatkan keadaan umum tampak sakit ringan. Pada
pemeriksaan fisik umum, tanda rangsang meningeal, dan saraf kranialis dalam batas
normal.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik maka dapat disusun diagnosis
kerja:
Diagnosis klinis : Nyeri punggung bawah
Diagnosis etiologis : Lumbar strain