Anda di halaman 1dari 20

PRESENTASI KASUS

Low Back Pain


Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian
Program Pendidikan Profesi Kedokteran Bagian Saraf
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh :

Muchamad Rizki Musaffa (20110310221)

Diajukan Kepada :

dr. Kurdi, Sp.S

BAGIAN ILMU SARAF

RSUD KRT SETJONEGORO WONOSOBO

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016
LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS

LOW BACK PAIN


Telah dipresentasikan pada :
5 Agustus 2016

Oleh :
Muchamad Rizki Musaffa (20110310221)

Disetujui oleh
Dosen Pembimbing Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Saraf
RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo

(dr. ardiansyah sp.S)


BAB I
PENDAHULUAN

Low back Pain (LBP) merupakan masalah umum kesehatan di masyarakat. ,


terutama dalam kehidupan sehari-hari. Prevalensi pertahunannya bervariasi dari 15-
45%, dengan point prevalence rata-rata 30%. Di Amerika Serikat nyeri ini
merupakan penyebab yang urutan paling sering dari pembatasan aktivitas pada
penduduk dengan usia <45 tahun, urutan ke 2 untuk alasan paling sering berkunjung
ke dokter, urutan ke 5 alasan perawatan di rumah sakit, dan alasan penyebab yang
paling sering untuk tindakan operasi.
Data epidemiologi mengenai LBP di Indonesia belum ada, namun
diperkirakan 40% penduduk pulau Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah
menderita nyeri pinggang, prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita 13,6%.
Insiden berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar
antara 3-17%.
Penyebab low back pain bisa bermacam-macam mulai dari mengangkat
beban yang terlalu berat atau overstreched, iritasi otot, saraf, atau lesi pada tulang,
kondisi degeneratif seperti penyakit diskus atau arthritis, osteoporosis, abnormalitas
kongenital pada spine, dan sebagainya.
Oleh karena seringnya seorang dokter dalam menghadapi kasus low back
pain atau nyeri pinggang bawah ini, maka akan dibahas sebuah kasus untuk
meningkatkan pengetahuan mengenai low back pain dan cara penanganan serta
pencegahannya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Low Back Pain


Low Back Pain adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, dapat
merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa
diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal
atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai
dan kaki.1

2. Insiden
LBP sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di negara-negara
industri. Diperkirakan 70-85% dari seluruh populasi pernah mengalami episode
ini selama hidupnya. Prevalensi tahunannya bervariasi dari 15-45%, dengan
point prevalence rata-rata 30%. 2
Data epidemiologi mengenai LBP di Indonesia belum ada, namun
diperkirakan 40% penduduk pulau Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah
menderita nyeri pinggang, prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita
13,6%. Insiden berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di
Indonesia berkisar antara 3-17%.1

3. Penyebab Low Back Pain (LBP)3,4,5


A. Kelainan Tulang Punggung (Spine) Sejak Lahir
Keadaan ini lebih dikenal dengan istilah Hemi Vertebrae. Kelainan-
kelainan kondisi tulang vertebra tersebut dapat berupa tulang vertebra hanya
setengah bagian karena tidak lengkap pada saat lahir. Hal ini dapat
menyebabkan timbulnya low back pain yang disertai dengan skoliosis
ringan. Selain itu ditandai pula adanya dua buah vertebra yang melekat
menjadi satu, namun keadaan ini tidak menimbulkan nyeri. Beberapa jenis
kelainan tulang punggung(spine) sejak lahir adalah:
a. Penyakit Spondylisthesis
Pada spondylisthesis merupakan kelainan pembentukan korpus
vertebrae, dimana arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus
vertebrae. Walaupun kejadian ini terjadi sewaktu bayi, namun ketika
berumur 35 tahun baru menimbulkan nyeri akibat kelinan-kelainan
degeneratif. Nyeri pinggang ini berkurang atau hilang bila penderita
duduk atau tidurdan akan bertambah, bila penderita itu berdiri atau
berjalan.

b. Penyakit Kissing Spine


Penyakit ini disebabkan karena dua tau lebih processus spinosus
bersentuhan. Penyakit ini hanya bisa diketahui dengan pemeriksaan X-
ray dengan posisi lateral (Soeharso, 1978).

B. Low Back Pain karena Trauma


Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama LBP.
Pada orang-orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau
melakukan aktivitas dengan beban yang berat dapat menderita nyeri
pinggang yang akut. Gerakan bagian punggung belakang yang kurang baik
dapat menyebabkan kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot
punggung, mengakibatkan terjadinya trauma punggung sehingga
menimbulkan nyeri. Kekakuan otot cenderung dapat sembuh dengan
sendirinya dalam jangka waktu tertentu. Pada low back pain yang
disebabkan karena trauma, dapat ditemukan beberapa keadaan, seperti:

a. Perubahan pada sendi Sacro-Iliaca


Gejala yang timbul akibat perubahan sendi sacro-iliaca adalah rasa
nyeri pada os sacrum akibat adanya penekanan. Nyeri dapat bertambah
saat batuk dan saat posisi supine. Pada pemerikasaan, lassague
symptom positif dan pergerakan kaki pada hip joint terbatas.
b. Perubahan pada sendi Lumba Sacral
Trauma dapat menyebabkan perubahan antara vertebra lumbal V
dan sacrum, dan dapat menyebabkan robekan ligamen atau fascia.
Keadaan ini dapat menimbulkan nyeri yang hebat di atas vertebra
lumbal V atau sacral I dan dapat menyebabkan keterbatasan gerak.

C. Low Back Pain karena Perubahan Jaringan


Kelompok penyakit ini disebabkan karena terdapat perubahan
jaringan pada tempat yang mengalami sakit. Perubahan jaringan tersebut
tidak hanya pada daerah punggung bagian bawah, tetapi terdapat juga
disepanjang punggung dan anggota bagian tubuh lain. Beberapa jenis
penyakit dengan keluhan LBP yang disebabakan oleh perubahan jaringan
antara lain:
Osteoartritis (Spondylosis Deformans)
Dengan bertambahnya usia seseorang maka kelenturan otot-ototnya
juga menjadi berkurang sehingga sangat memudahkan terjadinya
kekakuan pada otot atau sendi. Selain itu juga terjadi penyempitan dari
ruang antar tulang vetebra yang menyebabkan tulang belakang menjadi
tidak fleksibel seperti saat usia muda. Hal ini dapat menyebabkan nyeri
pada tulang belakang hingga ke pinggang.

D. Low Back Pain karena Pengaruh Gaya Berat


Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan berjalan
dapat mengakibatkan rasa nyeri pada punggung dan dapat menimbulkan
komplikasi pada bagian tubuh yang lain, misalnya genu valgum, genu
varum, coxa valgum dan sebagainya. Beberapa pekerjaan yang
mengaharuskan berdiri dan duduk dalam waktu yang lama juga dapat
mengakibatkan terjadinya LBP. Kehamilan dan obesitas merupakan salah
satu faktor yang menyebabkan terjadinya LBP akibat pengaruh gaya berat.
Hal ini disebabkan terjadinya penekanan pada tulang belakang akibat
penumpukan lemak, kelainan postur tubuh dan kelemahan otot.

Penyebab LBP Juga dapat dibagi menjadi:


Diskogenik (sindroma spinal radikuler).
Non-diskogenik
A. Diskogenik
Sindroma radikuler biasanya disebabkan oleh suatu hernia nukleus pulposus
yang merusak saraf-saraf disekitar radiks. Diskus hernia ini bisa dalam bentuk
suatu protrusio atau prolaps dari nukleus pulposus dan keduanya dapat
menyebabkan kompresi pada radiks. Lokalisasinya paling sering di daerah
lumbal atau servikal dan jarang sekali pada daerah torakal. Nukleus terdiri dari
megamolekul proteoglikan yang dapat menyerap air sampai sekitar 250% dari
beratnya. Sampai dekade ke tiga, gel dari nukleus pulposus hanya mengandung
90% air, dan akan menyusut terus sampai dekade ke empat menjadi kira-kira
65%. Nutrisi dari anulus fibrosis bagian dalam tergantung dari difusi air dan
molekul-molekul kecil yang melintasi tepian vertebra. Hanya bagian luar dari
anulus yang menerima suplai darah dari ruang epidural. Pada trauma yang
berulang menyebabkan robekan serat-serat anulus baik secara melingkar
maupun radial. Beberapa robekan anular dapat menyebabkan pemisahan
lempengan, yang menyebabkan berkurangnya nutrisi dan hidrasi nukleus.
Perpaduan robekan secara melingkar dan radial menyebabkan massa nukleus
berpindah keluar dari anulus lingkaran ke ruang epidural dan menyebabkan
iritasi ataupun kompresi akar saraf.4

B. Non-diskogenik
Biasanya penyebab LBP yang non-diskogenik adalah iritasi pada serabut
sensorik saraf perifer, yang membentuk n. iskiadikus dan bisa disebabkan oleh
neoplasma, infeksi, proses toksik atau imunologis, yang mengiritasi
n.iskiadikus dalam perjalanannya dari pleksus lumbosakralis, daerah pelvik,
sendi sakro-iliaka, sendi pelvis sampai sepanjang jalannya n. Iskiadikus
(neuritis n. iskiadikus).5

4. Patogenesis3
LBP dapat disebabkan oleh faktor non-neurogenik dan neurogenik. Nyeri
neurogenik adalah nyeri akibat iritasi langsung terhadap serabut saraf sensorik
perifer. Nyeri neurogenik memiliki dua ciri khas, yakni nyerinya menjalar
sepanjang kawasan distal saraf yang bersangkutan, dan penjalaran nyeri itu
berpangkal pada bagian saraf yang mengalami iritasi. Nyeri neurogenik dapat
berupa nyeri radikular atau nyeri neuritik. Segala sesuatu yang merangsang
serabut sensorik di tingkat radiks (radiks posterior) dapat menimbulkan nyeri
radikular, yakni nyeri yang terasa berpangkal pada tingkat tulang belakang
tertentu dan menjalar sepanjang kawasan dermatomal radiks posterior yang
bersangkutan. Pada lesi iritatif radiks posterior tingkat servikal, nyeri radikular
dapat dirasakan sepanjang lengan, sedangkan pada tingkat lumbosakral, nyeri
radikular dapat dirasakan sepanjang tungkai. Apabila nyeri radikular tersebut
disebakan oleh perubahan pada diskus dan sekitarnya, nyeri disebut sebagai
nyeri diskogenik. Salah satu penyebab nyeri dikogenik ini adalah Hernia
Nukleus Pulposus. Jika penekanan radiks posterior sudah menimbulkan
pembengkakan atau kerusakan struktural yang lebih berat, dapat terjadi anastesia
radikular, dimana sensasi nyeri hilang walau pun kompresi radiks masih ada.

Gejala Klinis (nyeri neurogenik)3


Nyeri di area punggung bawah, biasanya menjalar sesuai dermatom-nya ke
tungkai bawah
Meningkat pada berjalan, membungkuk, duduk terlalu lama (menyetir), serta
aktivitas mendadak dan berat
Kegiatan yang menimbulkan peninggian tekanan di dalam ruang intraspinal
seperti batuk, bersin, dan mengejan, memprovokasi terasanya nyeri

Faktor Resiko Low Back Pain6,7


A. Faktor Pekerjaan (Work factors)
Berikut ini faktor-faktor pekerjaan yang bisa menyebabkan terjadinya cedera
pada otot atau jaringan tubuh :
1. Postur tubuh
Postur tubuh pada saat melakukan pekerjaan yang menyimpang dari
posisi normal ditambah dengan gerakan berulang akan meningkatkan
risiko terjadinya LBP.
2. Repetisi
Pengulangan gerakan kerja dengan pola yang sama, hal ini bisa
terlihat pada dimana frekuensi pekerjaan yang harus dikerjakan tinggi,
sehingga pekerja harus terus menerus bekerja agar dapat menyesuaikan
diri dengan sistem. Kekuatan beban dapat menyebabkan peregangan otot
dan ligamen serta tekanan pada tulang dan sendi sendi sehingga terjadi
kerusakan mekanik badan vertebrata, diskus invertebrate, ligamen, dan
bagian belakang vertebrata. Kerusakan karena beban berat secara tiba
tiba atau kelelahan akibat mengangkat beban berat yang dilakukan secara
berulang ulang. Mikrotrauma yang berulang dapat menyebabkan
degenerasi tulang punggung daerah lumbal.

3. Pekerjaan statis (static exertions)


Pekerjaan yang menuntut seseorang tetap pada posisinya, perubahan
posisi dalam bekerja akan menyebabkan pekerjaan terhenti. Pekerjaan
dengan postur yang dinamis, memiliki risiko musculoskeletal disolder
(MSDs) lebih rendah dibandingkan dengan pekerjaan yang
mengharuskan postur statis. Hal ini disebabkan karena postur tubuh yang
statis dapat meningkatkan risiko yang berhubungan dengan menurunnya
sirkulasi darah dan nutrisi pada jaringan otot. Begerak sangat diperlukan
untuk pemberian nutrisi kepada diskus, sehingga pekerjaan statis dapat
mengurangi nutrisi tersebut. Selain itu pekerjaan statis menyebabkan
peregangan otot dan ligament daerah punggung, hal ini merupakan faktor
resiko timbulnya LBP.
4. Pekerjaan yang membutuhkan tenaga (forceful exertions) atau beban
Force atau tenaga merupakan jumlah usaha fisik yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan tugas atau gerakan. Pekerjaan atau gerakan yang
menggunakan tenaga besar akan memberikan beban mekanik yang besar
terhadap otot, tendon, ligament, dan sendi. Beban yang berat akan
menyebabkan iritasi, inflamasi, kelelahan otot, kerusakan otot, tendon,
dan jaringan lainnya.
B. Faktor Individu (Personal factors)
1. Jenis Kelamin
Jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot
rangka. Hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih
rendah daripada pria.

2. Kebiasaan Merokok
Boshuizen et al (1993) menemukan hubungan yang signifikan antar
kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang, khususnya untuk
pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot, karena nikotin pada rokok
dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah ke jaringan. Selain itu,
merokok dapat pula menyebabkan berkurangnya kandungan mineral pada
tulang sehingga menyebabkan nyeri akibat terjadinya keretakan atau
kerusakan pada tulang.
Dalam sebuah penelitian Finlandia usia 30-64 tahun, nyeri leher
ditemukan secara signifikan berhubungan dengan merokok saat ini. Satu
hipotesis adalah bahwa nyeri punggung disebabkan oleh batuk dari
merokok. Batuk meningkatkan tekanan perut dan tekanan intradiscal dan
meletakkan beban pada tulang belakang. Mekanisme lainnya yang
diusulkan meliputi nikotin yang masuk melalui aliran darah ke jaringan
dan merokok menyebabkan kandungan mineral tulang berkurang sehingga
menyebabkan microfracture

3. Kebiasaan Olahraga
Aerobic fitness meningkatkan kemampuan kontraksi otot. Delapan
puluh persen (80 %) kasus nyeri tulang punggung disebabkan karena
buruknya tingkat kelenturan (tonus) otot atau kurang berolah raga. Otot
yang lemah terutama pada daerah perut tidak mampu menyokong
punggung secara maksimal. Tingkat keluhan otot juga dipengaruhi oleh
tingkat kesegaran jasmani.
4. Obesitas
Berat badan yang berlebihan (overweight / obesitas) menyebabkan tonus
otot abdomen lemah, sehingga pusat gravitasi seseorang akan terdorong ke
depan dan menyebabkan lordosis lumbalis, akan bertambah yang
kemudian menimbulkan kelelahan pada otot paravertebrata, hal ini
merupakan resiko terjadinya LBP.

Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik: ekstensi ke belakang, fleksi ke depan, membungkuk ke
setiap sisi
Motorik
Sensorik
Pemeriksaan sistem otonom
Penunjang:
o Radiologi foto polos: untuk mengesampingkan adanya kelainan
tulang, tumor
o Mielografi, mielo-CT, CT-scan, MRI : untuk mencari penyebab nyeri

Terapi
Informasi dan edukasi tentang penyakit, gerakan yang bisa memperberat, tes-
tes diagnostik, dan cara-cara pencegahan
Farmakoterapi
o Analgesik (asetaminofen)
o NSAID (asam mefenamat)
o muscle relaxant (Chlorzoxazone)
o Opioid
Non farmakologi

o imobilisasi
o pengaturan berat badan, posisi tubuh dan aktivitas,
o modalitas termal
o masase
o traksi
o alat bantu (korset, tongkat)
o latihan : jalan, naik sepeda, berenang
o terapi psikologi (untuk nyeri psikogenik)
Bab III
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Laki - laki
Usia : 62 tahun
Alamat : Sabrang Kidul Karangsambung
Agama : Islam
Status Pernikahan : Sudah menikah

B. ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
Pasein mengeluh nyeri pinggang sampai kaki.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada pinggang menjalar hingga kaki
sejak 3 bulang yang lalu, sakit saat berjalan, kesemutan(+), baal (-), nyeri sendi (-).
Pasien mengeluh nyeri terasa memberat jika membungkuk.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


DM (-), HT (-), Penyakit jantung (-), Alergi obat (-).

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan sama

RIWAYAT SOSIAL
Pasien bekerja sebagai buruh, sudah menikah dan mempunyai 3 orang anak.

Aktivitas pasien sehari-hari adalah bekerja sebagai buruh bangunan. Pasien sering

mengangkat barang-barang berat.

C. PEMERIKSAAN FISIK
Tekanan darah : 126/70 mmHg
Nadi : 80x / menit
Suhu : 36,7 oC
Pernafasan : 20x / menit
Kulit : tidak tampak kelainan
Kepala : tidak tampak deformitas
Rambut : dalam batas normal
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Leher : JVP 5-2 cmH2O, tidak tampak jejas
THT : sekret - / -
Tenggorok : T1 T1, tenang
Gigi mulut : oral hygiene baik
Paru : vesikuler +/+, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : BJ I, II normal, murmur (-), gallop (-)
Punggung : deformitas (-), gibus (-), nyeri tekan (-), nyeri
ketok CVA (-)
Perut : lemas, datar, bising usus (+), nyeri tekan (-)
Anggota gerak : edema (-/-)
Status generalis : tampak sakit ringan
GCS : E4V5M6
Pupil : bulat, isokor, 3 mm
Refleks cahaya langsung : +/+
Refleks cahaya tak langsung : +/+

Tanda rangsang meningeal


Kaku kuduk : -/-
Kernig : >135 derajat/ >135 derajat
Lasegue : >70 derajat/>70 derajat
Sensorik : hiperestesia dermatom L5-S1 dextra
Fungsi saraf otonom : inkontinensia urin et alvi (-)

NO Nama Nervus Komponen yg diperiksa Kanan Kiri


1. Olfaktorius -Secara subyektif : membau dbn Dbn
sesuatu secara bergantian,
hidung ditutup
2. Optikus -Tajam penglihatan dbn dbn
-Lapang penglihatan dbn dbn
3. Occulomotorius -Bentuk dan ukuran pupil dbn Dbn
-Refleks terhadap sinar dbn dbn
-Gerak mata : atas, bawah, dbn dbn
medial
4. Trokhlearis -Gerak mata ke lateral bawah Dbn dbn
5. Trigeminus -Membuka mulut Dbn Dbn
-Reflek kornea Dbn Dbn
-Reflek bersin Dbn Dbn
-Mengunyah Dbn dbn
6. Abducens -Gerak mata superior oblique Dbn dbn
7. Facialis -Kerutan kulit dahi Dbn Dbn
-Kedipan mata Dbn Dbn
-Lipatan nasolabial Dbn Dbn
-Sudut mulut Dbn Dbn
-Mengerutkan dahi Dbn Dbn
-Mengerutkan alis Dbn Dbn
-Menutup mata Dbn Dbn
-Meringis Dbn Dbn
-Menggembungkan pipi Dbn Dbn
8. Akustikus -Detik arloji Dbn Dbn
-Tes Rinne, Weber (Tidak
dilakukan)
9. Glossofaringeus -Perasaan lidah bagian Tidak Tidak
belakang (tidak dilakukan) dilakuan dilakukan
-Refleks muntah
10. Vagus -Bicara Dbn
-Menelan Dbn
-Nadi Kuat
angkat
11. Accesorius -Memalingkan kepala Dbn
-Sikap bahu Dbn
12 Hipoglosus -Menjulurkan lidah Dbn
-Artikulasio Dbn

Motorik

5555 5555
5555 5555

Refleks Fisiologis

+ +
+ +

Refleks Patologis
Laseque :+/-

Fungsi Luhur
Berbicara : Normal
Orientasi waktu : Normal
Orientasi orang : Normal
Orientasi tempat : Normal

Parameter Hasil Nilai Rujukan


Hemoglobin 14.5 g/dL (L) 11.7- 15.5
3
Leukosit 9.6 10 /uL 3.6 11.0
Eosinofil 2.50 % (L) 2.00-4.00
Basofil 0.60 % 0-1.00
Netrofil 64.75 % 50.00-70.00
Limfosit 23.30 % 25-40
Monosit 8.70 % 2-8
Hematokrit 43 % 35-47
6
Eritrosit 90 10 /uL 70 150
MCV 92 fl 80-100
MCH 31 pg 26-34
MCHC 35 g/dL (L) 32-36
3
Trombosit 180 10 /uL 150 - 400
GDS 99 mg/dL 70 150
Creatinin 0.68 mg/dL (H) 0.40- 0.90
Ureum 31.0 mg/dl <50
SGOT 19.0 U/L (H) 0 35
SGPT 13.0 U/L 0 - 35

D. DIAGNOSIS
Diagnosis klinis : Nyeri punggung bawah
Diagnosis Banding : HNP

E. TATALAKSANA
Rencana Diagnosis : Foto Polos lumbosakral, MRI Lumbosakral, EMG
Rencana Terapi Medikamentosa : meloxicam 2x1, kalxetin 2x1, nepatic 2x1,
paracetamol 3x1, codein 3x1, osteocom, mps 3x1.
Rencana Non-Medikamentosa : masase, TENS, latihan(fisioterapi), dan
penggunaan korset. Dianjurkan untuk tidak mengangkat barang-barang
berat untuk sementara waktu, tidak memakai sepatu hak tinggi, dan sering
olahraga terutama berenang.

3.7 PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
BAB VI
PEMBAHASAN

Nyeri punggung bawah yang dialami pasien dapat diakibatkan oleh berbagai
kelainan seperti oleh sistem saraf, sistem vaskuler, sistem muskuloskeletal, viseral,
maupun psikogenik.
Nyeri akibat gangguan pada sistem vaskuler umumnya cenderung tidak
dipengaruhi oleh posisi. Nyeri viseral merupakan nyeri rujukan dari organ dalam
seperti organ pada rongga toraks, abdomen, dan pelvis. Pada pasien, tidak ditemukan
nyeri tekan, dan tidak ditemukan riwayat nyeri kolik, sesak, dan gangguan BAK
maupun BAB yang dapat mendukung adanya nyeri viseral. Nyeri psikogenik
biasanya ditimbulkan oleh adanya beban psikis, pada pasien ini beban psikis
disangkal. Nyeri akibat sistem muskuloskeletal umumnya tidak disertai dengan
penjalaran dan memberat dengan perubahan posisi. Nyeri akibat sistem saraf
cenderung terbatas sesuai dengan dermatom persarafannya. Pada pasien ini kelainan
disebabkan oleh gangguan pada sistem saraf yang disertai dengan gangguan
muskuloskeletal.
Nyeri punggung bawah pada pasien ini akibat gangguan sistem saraf karena
nyeri yang timbul berupa nyeri radikular. Hal ini karena nyeri dan keluhan lainnya
menjalar dari punggung bawah , paha, betis, sampai ke mata kaki dan telapak kaki
serta secara tegas terbatas pada dermatom L5-S1. Pada pasien, nyeri pada punggung
yang semakin memberat dirasakan saat pasien membungkuk dan sujud dan
berkurang dengan berbaring. Keluhan tersebut menunjukkan bahwa gangguan saraf
tersebut disertai dengan gangguan pada muskuloskeletal.
Aktivitas fisik sehari-hari pasien yaitu sering mengangkat benda berat
diduga menjadi faktor risiko timbulnya stress sehingga menimbulkan iritasi pada
radiks. Adanya iritasi radiks yaitu pada radiks L5-S1 akan menimbulkan
kompensasi spasme dari otot yang dipersarafi pada dermatom tersebut. Sehingga
gejala yang timbul pada pasien juga disertai dengan gangguan spasme pada otot
punggung bawah.
Dari pemeriksaan fisik, didapatkan keadaan umum tampak sakit ringan. Pada
pemeriksaan fisik umum, tanda rangsang meningeal, dan saraf kranialis dalam batas
normal.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik maka dapat disusun diagnosis
kerja:
Diagnosis klinis : Nyeri punggung bawah
Diagnosis etiologis : Lumbar strain

Penatalaksanaan bagi pasien ini yaitu terapi non-medikamentosa dan


medikamentosa. Terapi non-medikamentosa yaitu pasien diberikan edukasi
mengenai penyakit, perjalanan penyakit, serta faktor risiko pada pasien yang dapat
memperberat penyakitnya. Pasien dianjurkan untuk tidak mengangkat barang-barang
berat untuk sementara waktu, tidak memakai sepatu hak tinggi, dan berolahraga
terutama berenang. Pasien juga dianjurkan traksi lumbal, terapi termal, masase,
TENS, latihan(fisioterapi), dan penggunaan korset sebagai terapi penunjang.
Terapi medikamentosa yang diberikan untuk pasien ini yaitu meloxicam 2x1,
kalxetin 2x1, nepatic 2x1, paracetamol 3x1, codein 3x1, osteocom, mps 3x1.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

1. Sadeli HA, Tjahjono B. Nyeri Punggung Bawah. dalam: Nyeri Neuropatik,


Patofisioloogi dan Penatalaksanaan. Editor: Meliala L, Suryamiharja A,
Purba JS, Sadeli HA. Perdossi, 2001:145-167.
2. Anderson GBJ. Epidemiological Features of Chronic Low Back Pain.
Lancet 1999; 354:581-5.
3. Adam RD, Victor M, Ruppert AH. Principles of Neurology. 6th ed. New
York: Mc-Graw Hill, 1997.
4. Wheeler AH, Stubbart JR. Pathophysiology of Chronic Back Pain.
(Cited Jan 2004) Available from: URL
http://www.emedicine.com/neuro/topic516.htm
5. Sidharta P. Anamnesa Kasus Nyeri di Ekstermitas dan Pinggang. Sakit
pinggang. In: Tata pemeriksaan klinis dalam neurologi. Jakarta : Pustaka
universitas, 1980: 64-75.
6. Deyo, Richard and James, Weinstein. Low Back Pain. New England
Journal Med. Vol 344 No. 5. 2001
7. Hiikka Riihiimaki and Eira Viikari Juntura. Musculoskeletal System in
International Labour Office. Encyclopedia of Occupational Health and
Safety. Edited by Jeanne Mager Stellman. Fourth edition, vol I, Geneva,
1998.

Anda mungkin juga menyukai