Makalah Atritits Rhemathoid
Makalah Atritits Rhemathoid
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mobilitas dan aktivitas adalah hal yang vital bagi kesehatan total lansia
sehingga perawat harus banyak memiliki pengetahuan dalam pengkajian dan
intervensi muskuloskeletal. Perawat memainkan dua peranan penting. Pertama,
mempraktikkan promosi kesehatan jauh sebelum berusia 65 tahun dapat menunda
dan memperkecil efek degeneratif dari penuaan. Penyakit muskuloskeletal bukan
merupakan konsekuensi penuaan yang tidak dapat dihindari dan karenanya harus
dianggap sebagai suatu proses penyakit spesifik, tidak hanya sebagai akibat dari
penuaan.
Artritis Reumatoid (AR) adalah suatu penyakit otoimun sistemik yang
menyebabkan peradangan pada sendi. Penyakit ini ditandai oleh peradangan
sinovium yang menetap, suatu sinovitis proliferatifa kronik non spesifik. Dengan
berjalannya waktu, dapat terjadi erosi tulang, destruksi (kehancuran) rawan sendi
dan kerusakan total sendi.
Artritis Reumatoid merupakan suatu penyakit yang telah lama dikenal dan
tersebar luas di seluruh dunia serta melibatkan semua ras dan kelompok etnik.
Prevalensi Artritis Reumatoid adalah sekitar 1 persen populasi (berkisar antara 0,3
sampai 2,1 persen). Artritis Reumatoid lebih sering dijumpai pada wanita, dengan
perbandingan wanita dan pria sebesar 3 : 1.7 Perbandingan ini mencapai 5:1 pada
wanita dalam usia subur. Artritis Reumatoid menyerang 2,1 juta orang Amerika,
yang kebanyakan wanita. Serangan pada umumnya terjadi di usia pertengahan,
nampak lebih sering pada orang lanjut usia. 1,5 juta wanita mempunyai artritis
reumatoid yang dibandingkan dengan 600.000 pria.
Penanganan medis pasien dengan artritis reumatoid pada lansia bergantung
pada tahap penyakit ketika diagnosis dibuat dan termasuk dalam kelompok mana
yang sesuai dengan kondisi tersebut. Untuk menghilangkan nyeri dapet
mempergunakan agens antiinflamasi, obat yang dipilih adalah aspirin.
2
B. Rumusan Masalah
1. Definisi Reumatik
2. Jenis-jenis Reumatik
3. Pengertian Artritis Reumatoid
4. Etiologi Artritis Reumatoid
5. Patofisiologi Artritis Rematoid
6. Manifestasi Klinik Artritis Rematoid
7. Penatalaksanaan Artritis Rematoid
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi Reumatik
2. Untuk Mengetahui Jenis-jenis Reumatik
3. Untuk Mengetahui Pengertian Artritis Reumatoid
4. Untuk Mengetahui Etiologi Artritis Reumatoid
5. Untuk Mengetahui Patofisiologi Artritis Rematoid
6. Untuk Mengetahui Manifestasi Klinik Artritis Rematoid
7. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Artritis Rematoid
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
REUMATIK
A. Definisi Reumatik
Rematik adalah orang yang menderita rheumatism (Encok) , arthritis (radang
sendi) ada 3 jenis arthritis yang paling sering diderita adalah osteoarthritis ,arthritis
goud, dan rheumatoid artirtis yang menyebabkan pembengkakan benjolan pada
sendi atau radang pada sendi secara serentak.(utomo.2005:60).
Penyakit rematik meliputi cakupan luas dari penyakit yangdikarakteristikkan
oleh kecenderungan untuk mengefek tulang, sendi, dan jaringan lunak (Soumya,
2011). Penyakit rematik dapat digolongkan kepada 2 bagian, yang pertama
diuraikan sebagai penyakit jaringan ikat karena ia mengefek rangkapendukung
(supporting framework) tubuh dan organ-organ internalnya. Antara penyakit yang
dapat digolongkan dalam golongan ini adalah osteoartritis, gout, danfibromialgia.
Golongan yang kedua pula dikenali sebagai penyakit autoimun karenaia terjadi
apabila sistem imun yang biasanya memproteksi tubuh dari infeksi danpenyakit,
mulai merusakkan jaringan-jaringan tubuh yang sehat. Antara penyakityang dapat
digolongkan dalam golongan ini adalah rheumatoid artritis,spondiloartritis, lupus
eritematosus sistemik dan skleroderma. (NIAMS, 2008).
Berdasarkan defenisi di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa penyakit
Reumatik adalah penyakit sendi yang disebabkan oleh peradangan pada persendian
sehingga tulang sendi mengalami destruksi dan deformitas serta menyebabkan
jaringan ikat akan mengalami degenerasi yang akhirnya semakin lama akan
semakin parah.
B. Jenis-jenis Reumatik
Ditinjau dari lokasi patologis maka jenis rematik tersebut dapat dibedakan
dalam dua kelompok besar yaitu rematik artikular dan rematik Non artikular .
Rematik artikular atau arthritis (radang sendi) merupakan gangguan rematik yang
berlokasi pada persendian diantarannya meliputi arthritis rheumatoid, osteoarthritis
4
dan gout arthritis. Rematik non artikular atau ekstra artikular yaitu gangguan
rematik yang disebabkan oleh proses diluar persendian diantaranya
bursitis,fibrositis dan sciatica(hembing,2006 dalam Iwayan:9).
Rematik dapat dikelompokan dalam beberapa golongan yaitu :
1. Osteoartritis.
2. Artritis rematoid.
3. Olimialgia Reumatik.
4. Artritis Gout (Pirai).
1) Osteoartritis.
Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang
berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai
dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi
sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban.
2) Artritis Rematoid
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh
Terlibatnya sendi pada pasien artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini
berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga
menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah.
3) Olimialgia Reumatik.
Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa nyeri dan
kekakuan yang terutama mengenai otot ekstremitas proksimal, leher, bahu dan
panggul. Terutama mengenai usia pertengahan atau usia lanjut sekitar 50 tahun
ke atas.
4) Artritis Gout (Pirai).
Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran
khusus, yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari pada
wanita. Pada pria sering mengenai usia pertengahan, sedangkan pada wanita
biasanya mendekati masa menopause.
5
ATRITIS RHEMATOID
C. Pengertian
Atritis Rhematoid adalah penyakit inflamasi sistemik kronik yang
menyebabkan tulang sendi destruksi dan deformitas, serta mengakibatkan
ketidakmampuan (Meiner&Luekenotte, 2006). Rheumathoid Arthritis (RA) adalah
suatu penyakit autoimun dan inflamasi sistemik kronik terutama mengenai jaringan
sinovium sendi dengan manifestasi utama poliarthritis progresif dan melibatkan
seluruh organ tubuh (Manjoer, 1999).
Artritis reumatoid merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak
diketahui penyebabnya, diakrekteristikkan oleh kerusakan dan proliferasi membran
sinovial yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan deformitas.
(Kusharyadi, 2010).
Artritis reumatoid adalah penyakit inflamasi sistemik yang kronis dan terutama
menyerang persendian, otot-otot, tendon, ligamen, dan pembuluh darah yang ada
disekitarnya. (Kowalak, 2011).
D. Etiologi
Penyebab utama penyakit artritis reumatoid masih belum diketahui secara
pasti. Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis reumatoid,
yaitu :
1. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.
2. Endokrin
6
E. Patofisiologi
Dari penelitian mutakhir diketahui bahwa patogenesis artritis reumatoid terjadi
akibat rantai peristiwa imunologis sebagai berikut : Suatu antigen penyebab artritis
reumatoid yang berada pada membran sinovial, akan diproses oleh antigen
presenting cells (APC) yang terdiri dari berbagai jenis sel seperti sel sinoviosit A,
sel dendritik atau makrofag yang semuanya mengekspresi determinan HLA-DR
pada membran selnya. Antigen yang telah diproses akan dikenali dan diikat oleh
sel CD4+ bersama dengan determinan HLA-DR yang terdapat pada permukaan
membran APC tersebut membentuk suatu kompleks trimolekular. Kompleks
trimolekular ini dengan bantuan interleukin-1 (IL-1) yang dibebaskan oleh monosit
atau makrofag selanjutnya akan menyebabkan terjadinya aktivasi sel CD4+.
7
b. Rantai peristiwa imunologis ini sebenarnya akan terhenti bila antigen penyebab
dapat dihilangkan dari lingkungan tersebut. Akan tetapi pada artritis reumatoid,
antigen atau komponen antigen umumnya akan menetap pada struktur persendian,
sehingga proses destruksi sendi akan berlangsung terus. Tidak terhentinya destruksi
persendian pada artritis reumatoid kemungkinan juga disebabkan oleh terdapatnya
faktor reumatoid. Faktor reumatoid adalah suatu autoantibodi terhadap epitop fraksi
Fc IgG yang dijumpai pada 70-90 % pasien artritis reumatoid. Faktor reumatoid
akan berikatan dengan komplemen atau mengalami agregasi sendiri, sehingga
proses peradangan akan berlanjut terus. Pengendapan kompleks imun juga
menyebabkan terjadinya degranulasi mast cell yang menyebabkan terjadinya
pembebasan histamin dan berbagai enzim proteolitik serta aktivasi jalur asam
arakidonat.
Masuknya sel radang ke dalam membran sinovial akibat pengendapan
kompleks imun menyebabkan terbentuknya pannus yang merupakan elemen yang
paling destruktif dalam patogenesis artritis reumatoid. Pannus merupakan jaringan
granulasi yang terdiri dari sel fibroblas yang berproliferasi, mikrovaskular dan
berbagai jenis sel radang. Secara histopatologis pada daerah perbatasan rawan sendi
dan pannus terdapatnya sel mononukleus, umumnya banyak dijumpai kerusakan
jaringan kolagen dan proteoglikan.
9
10
F. Manifestasi Klinik
Jika pasien artritis reumatoid pada lansia tidak diistirahatkan, maka penyakit
ini akan berkembang menjadi empat tahap :
1. Terdapat radang sendi dengan pembengkakan membran sinovial dan
kelebihan produksi cairan sinovial. Tidak ada perubahan yang bersifat
merusak terlihat pada radiografi. Bukti osteoporosis mungkin ada.
2. Secara radiologis, kerusakan tulang pipih atau tulang rawan dapat dilihat.
Pasien mungkin mengalami keterbatasan gerak tetapi tidak ada deformitas
sendi.
3. Jaringan ikat fibrosa yang keras menggantikan pannus, sehingga
mengurangi ruang gerak sendi. Ankilosis fibrosa mengakibatkan
penurunan gerakan sendi, perubahan kesejajaran tubuh, dan deformitas.
Secara radiologis terlihat adanya kerusakan kartilago dan tulang.
4. Ketika jaringan fibrosa mengalami kalsifikasi, ankilosis tulang dapat
mengakibatkan terjadinya imobilisasi sendi secara total. Atrofi otot yang
meluas dan luka pada jaringan lunak seperti medula-nodula mungkin
terjadi.
11
Rheumatoid Arhtritis (RA) saat ini belum ada obatnya, kecuali dibebabkan
oleh infeksi. Obat yang tersedia hanya mengatasi gejala penyakitnya. Tujuan
pengobatan yang dilakukan adalah untuk mengurangi nyeri, mengurangi terjadinya
proses inflamasi pada sendi, memelihara, dan memperbaiki fungsi sendi dan
mencegah kerusakan tulang (Brunner&Suddarth, 2002).
12
1. Penatalaksanaan Farmakologi
Mengkombinasikan beberapa tipe pengobatan dengan menghilangkan
nyeri. Obat anti infalamasi yang dipilih sebagai pilihan pertama adalah aspirin
dan NSAIDs dan pilihan ke dua adalah kombinasi terapi terutama
Kortikosteroid (Bruke&Laramie, 2000). Pada beberapa kasus pengobatan
bertujuan untuk memperlambat proses dan mengubah perjalanan penyakit dan
obat-obatan yang digunakan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut
(Williams&Wilkins, 1997).
Pengobatan dengan Aspirin dan Asetaminofen diberikan untuk
menghindari terjadinya infalamasi pada sendi dan menggunakan obat NSAIDs
untuk menekan prostaglandin yang menyebabkan timbulnya peradangan dan
efek samping obat ini adalah iritasi pada lambung (Meiner&Leuckenotte,
2006). Penelitian yang dilakukan oleh Gotzsche&Johansen (1998),
penggunaan obat ini dapat menurunkan ambang nyeri mencapai 0.25% sampai
dengan 2.24%, tetapi obat ini mempunyai suatu efek lebih besar dibanding anti
inflamatori selama penggunaan jangka panjang.
Pemberian kortikosteroid digunakan untuk mengobati gejala Rheumatoid
Arthritis saja seperti nyeri pada sendi, kaku sendi pada pagi hari, lemas, dan
tidak nafsu makan. Cara kerja obat Kortokosteroid dengan menekan sistem
kekebalan tubuh sehingga reaksi radang pada penderita berkurang
(Handono&Isbagyo, 2005). Efek samping jangka pendek menggunakan
Kortikosteroid adalah pembengkakan, emosi menjadi labil, efek jangka
panjang tulang menjadi keropos, tekanan darah menjadi tinggi, kerusakan arteri
pada pembuluh darah, infeksi, dan katarak. Penghentian pemberian obat ini
harus dilakukan secara bertahap dan tidak boleh secara mendadak
(Bruke&Laramie, 2000)
13
b. Terapi Komplementer
1) Menggunakan obat-obatan dari herbal. Brithis Journal of Clinical
Pharmacology melaporkan hasil penelitian menyatakan bahwa 82 %
lansia dengan Rheumatoid Arhtritis mengalami perbedaan nyeri dan
pembengkakan dengan menggunakan obat-obatan dari herbal
(Eliopoulus, 2005). Beberapa jenis herbal yang bisa membuat
mengurangi dan menghilangkan nyeri pada Rheumatoid Arhtritis
misalnya jahe dan kunyit, biji seledri, daun lidah buaya, aroma terapi,
rosemary, atau minyak juniper yang bisa menghilangkan bengkak pada
sendi (Syamsul, 2007).Accupresure. merupakan latihan untuk
mengurangi nyeri pada Rheumatoid Arthritis.
2) Accrupresure memberikan tekanan pada alur energi disepanjang jalur
tubuh. Tekanan yang diberikan pada alur energi yang terkongesti untuk
memberikan kondisi yang sehat pada penderita ketika titik tekanan di
sentuh, maka dirasakan sensasi ringan dengan denyutan di bawah jari-
jari. Mula-mula nadi dibeberapa titik akan terasa berbeda, tetapi karena
terus-menerus dipegang nadi akan menjadi seimbang, setelah titik
tersebut seimbang dilanjutkan dengan menggerakan nadi-nadi tersebut
dengan lembut (Syamsul, 2007).
3) Relaxasi Progresive. Dapat diberikan dengan pergerakan yang
dilakukan pada keseluruhan otot, trauma otot extrim secara berurutan
dengan gerakan peregangan dan pelemasan. Realaxasi progresiv
dilakukan secara berganitan. Terapi ini memilki tujuan untuk
mengurangi ketegangan pada otot khususnya otot-otot extremitas atas,
17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan
organ-organ lainnya (misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal), tahapan misalnya
eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis
lainnya.
1. Aktivitas/ istirahat
a. Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan
stres pada sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral
dan simetris. Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup,
waktu senggang, pekerjaan, keletihan.
b. Tanda : Malaise Keterbatasan rentang gerak, atrofi otot, kulit,
kontraktor/ kelaianan pada sendi.
2. Kardiovaskuler
a. Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat intermitten,
sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali
normal).
3. Integritas ego
a. Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis : finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan. Keputusan dan
ketidakberdayaan ( situasi ketidakmampuan )Ancaman pada konsep
diri, citra tubuh, identitas pribadi ( misalnya ketergantungan pada
orang lain).
4. Makanan/ cairan
a. Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi
makanan/ cairan adekuat: mual, anoreksia Kesulitan untuk
mengunyah.
b. Tanda : Penurunan berat badan Kekeringan pada membran mukosa
5. Hygiene
19
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri
2. Gangguan mobilitas fisik
3. Gangguan bodi image
4. Kurang perawatan diri
5. Kurang pengetahuan
C. Intervensi
1. Diagnosa keperawatan
Nyeri (akut)
Berhubungan dengan:
aden pencedera: distensi jaringan oleh akumulasi cairan atau proses
inflamasi destruksi sendi
ditandai dengan:
keluhan nyeri atau ketidaknyamanan, kelelahan.
Berfokus pada diri atau penyempitan fokus
20
Intervensi
Mandiri
1) Kaji keluhan nyeri, kualitas, lokasi, intensitas dan waktu. Catat faktor
yang mempercepat dan tanda rasa sakit nonverbal.
R/ Membantu menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan
program.
2. Diagnosa keperawatan
Kerusakan mobilitas fisik
Berhubungan dengan:
Deformitas skeletal
Nyeri, ketidaknyamanan
Intoleransi terhadap aktivitas, peurunan kekuatan otot
Ditandai dengan:
Keengganan untuk menoba bergerak atau ketidakmampuan untuk
bergerak dalam lingkungan fisisk
Membatasi rentang gerak, ktidakseimbangan koordinasi, penurunan
kekuatan otot/ kotrol dan massa
22
Kriteria hasil:
Mempertahankan fungsi posisi dengan pembatasan kontaktur
Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan fugsi dari dan atau
kompensasi bagian tubuh.
Mendemontrasikan teknik atau perilaku yang memungkinkan
melakukan aktifitas
Intervensi
Mandiri
1) Evaluasi pemantauan tingkat inflamasi/rasa sakit pada sendi.
R/ Tingkat aktivitas atau latihan tergantung dari perkembangan proses
inflamasi.
2) Pertahankan tirah baring/duduk. Jadwal aktivitas untuk memberikan
periode istirahat terus-menerus dan tidur malam hari.
R/ Istirahant sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh
fase penyakit untuk mencegah kelelahan, mempertahankan kekuatan.
3) Bantu rentang gerak aktif/pasif, latihan resistif dan isometrik.
R/ Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina.
4) Dorong klien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri
serta berjalan.
R/ Memaksimalkan fungsi sendi, mempertahankan mobilitas.
Kolaborasi
1) Konsul dengan ahli terapi fisik atau okupasi dan spesialis vokasional.
R/ Memformulasi program latihan berdasarkan kebutuhan individual dan
mengidentifikasi bantuan mobilitas.
2) Berikan obat sesuai indikasi (Steroid)
R/ Menekan inflamasi sistemik
23
3. Diagnosis keperawatan
Gangguan gambaran diri
Berhubungan dengan:
Perspektif kognitif
Psikososial
Perubahan kemampuan untuk melakukan tugas umum
Peningkatan pengunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas
Ditandai dengan:
Respon verbal terhadap perubahan struktur atau fungsi dari bagian tubuh
yang sakit
Bicara negatif tentang diri sendiri, fokus pada kekuatan atau fungsi masa
lalu dan penamplan
Perubahan gaya hidup atau kemampuan fisik untuk melanjutkan peran,
kehilangan pekerjaan, dan ketergatungan pada orang dekat
Perubahan pada keterlibatan sosial, rasa terisolasi
Perasaan tidak berdaya, putus asa
Kriteria hasil:
Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk
menghadapi penyakit, perubahan gaya hidup, dan kmungkinan
keterbatasan.
Menerima perubahan tubuh dan mengintegrasikan ke dala onsep diri
Menyusun tujuan atau rencana realitas untuk masa depan
Intervensi
Mandiri
1) Dorong pengungkapan mengenai proses penyakit dan harapan masa
depan.
R/ Berikan kesempatan mengidentifiaksi rasa takut/kesalahan konsep
dan menhadapi secara langsung.
2) Bantu pasien mengekspresikan perasaan kehilangan.
24
4. Diagnosis keperawatan
Kurang perawatan diri
Berhubungan dengan:
Kerusakan muskuloskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan tubuh,
dan nyeri pada waktu bergerak.
Depresi
Pembatasan aktivitas
Ditandai dengan:
Ketidakmampuan mengatur aktivitas kehidupan sehari-hari (makan,
mandi, berpakaian, eleminasi.
Kriteria hasil:
Melaksanakan aktifitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten
dengan kemampuan individual
Mendemontrasikan perubahan teknik atau gaya hidup untuk
memenuhi kbutuhan perawatan diri.
25
Intervensi
Mandiri
1) Kaji respons emosional pasien terhadap kemampuan merawat diri yang
menurun dan diberi dukungan emosional.
R/ Perubahan kemampuan merawat diri dapat membangkitkan
perasaan cemas dan frustasi, dimana dapat mengganggu kemampuan
lebih lanjut.
2) Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan
R/ Mendukung kemandirian fisik dan emosional.
3) Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi
modifikasi lingkungan.
R/ Meningkatkan kemandirian yang akan meningkatkan harga diri.
4) Beri dorongan agar berpartisipasi dalam merawat diri. Aktivitas yang
terjadwal memungkinkan waktu untuk merawat diri.
R/ Partisipasi pasien dalam merawat diri meningkatkan harga diri dan
menurunkan perasaan ketergantungan.
Kolaborasi
1) Konsultasi dengan ahli terapi okulasi.
R/ Menentukan alat bantu memenuhi kebutuhan individu.
5. Diagnosa kperawatan
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai kondisi, prognosis, dan
pengobatan
Berhubungan dengan:
Kurangnya pemajanan atau mengingat
Kesehatan iterpretasi informasi
Ditandai dengan:
Pertanyaan atau permintaan informasi, pernyataan kesalahan konsep
26
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Artritis reumatoid merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak
diketahui penyebabnya, diakrekteristikkan oleh kerusakan dan proliferasi membran
sinovial yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan deformitas.
(Kusharyadi, 2010)
Penyebab utama penyakit artritis reumatoid masih belum diketahui secara
pasti. Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis reumatoid,
yaitu : Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus,
endokrin, autoimmun, metabolik, dan faktor genetik serta pemicu lingkungan
Jika pasien artritis reumatoid pada lansia tidak diistirahatkan, maka penyakit
ini akan berkembang menjadi empat tahap yaitu terdapat radang sendi dengan
pembengkakan membran sinovial dan kelebihan produksi cairan sinovial, secara
radiologis, kerusakan tulang pipih atau tulang rawan dapat dilihat, jaringan ikat
fibrosa yang keras menggantikan pannus, sehingga mengurangi ruang gerak sendi,
ankilosis fibrosa mengakibatkan penurunan gerakan sendi, perubahan kesejajaran
tubuh, dan deformitas. Secara radiologis terlihat adanya kerusakan kartilago dan
tulang.
Masalah keperawatan yang mungkin muncul adalah nyeri, gangguan mobilitas
fisik, gangguan bodi image, kurang perawatan diri, risiko cedera, dan kurang
pengetahuan.
B. Saran
Diharapkan mahasiswa memahami tentang asuhan keperawatan atritis
rematoid pada lansia, serta mampu mengaplikasikan intervensi dan
penatalaknanaanya dengan baik.
28
DAFTAR PUSTAKA
Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika
: Jakarta.
http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/SKRIPSI.pdf
http://eprints.ung.ac.id/5184/5/2013-1-14201-841409078-bab2
25072013090802.pdf