PENDAHULUAN
1
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan rujukan
tingkat lanjutan bertujuan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan baik
secara promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif. Rumah sakit
bertanggung jawab untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada pasien.
RSUD R Syamsudin SH merupakan salah satu rumah sakit milik
pemerintah daerah yang ada di Kota Sukabumi. Dalam upaya memenuhi
kebutuhan masyarakat dan upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan,
RSUD Syamsudin menyediakan layanan-layanan unggulan. Salah satu layanan
unggulan yang ada di RSUD. Syamsudin, SH saat ini adalah layanan rawat inap
bagi pasien gangguan jiwa (Psikiatri), yang tidak dimiliki oleh Rumah Sakit
lainnya yang ada di Kota Sukabumi. Ruang rawat inap jiwa melayani tindakan
keperawatan bagi pasien jiwa yang sudah tidak bisa ditangani oleh keluarga
dirumah, mulai dari pasien yang cenderung tidak mau beraktivitas (gejala
negatif) hingga pasien yang cenderung mengamuk atau agresif (gejala positif)
yang timbul akibat gangguan Skizofernia.
Skizofrenia merupakan salah satu jenis gangguan jiwa kronis yang
membutuhkan pengobatan dan perawatan dalam jangka waktu yang lama (Purba
& Bukit, 2016). Gangguan jiwa berat ini ditandai dengan terganggunya
kemampuan menilai realitas atau tilikan (insight) yang buruk. Gejala yang
sebagai tanda gangguan ini antara lain berupa halusinasi, ilusi, waham,
gangguan proses pikir, kemampuan berpikir, serta tingkah laku aneh, misalnya
agresivitas atau katatonik (Riskesdas, 2013). Skizofrenia adalah penyakit yang
mempengaruhi fungsi otak yang tidak diketahui asalnya dan menyebabkan
timbulnya gangguan persepsi,emosi, gerakan, dan juga perilaku yang aneh
(Videback, 2008). Pasien skizofrenia mempunyai tingkat kekambuhan yang
tinggi. Ada beberapa hal yang dapat memicu kekambuhan skizofrenia, yaitu
pasien tidak minum obat dan tidak kontrol ke dokter secara teratur,
menghentikan sendiri obat tanpa persetujuan dari dokter, kurangnya
pengetahuan dan dukungan dari keluarga serta masyarakat, serta adanya
masalah kehidupan yang berat yang membuat stres, sehingga membuat pasien
kambuh kembali dan perlu dirawat di rumah sakit (Widodo & Wulansih, 2008).
2
Dari beberapa riset yang dilakukan di Indonesia menyatakan bahwa
dukungan keluarga memiliki dampak positif terhadap penyembuhan pasien
dengan penyakit yang diderita. Dukungan keluarga bermanfaat besar bagi
proses penyembuhan penyakit kronis termasuk skizofrenia. Dukungan keluarga
dapat menurunkan 50% kekambuhan pasien dan rehospitalisasi, 50% pasien
skizofrenia dapat dirawat jalan oleh keluarga setelah dipulangkan selama 1
tahun. Dalam waktu 6 bulan pasca rawat hanya sekitar 30-40% penderita yang
mengalami kekambuhan, setelah 1 tahun pasca rawat 40-50% penderita
mengalami kekambuhan (Hardianto, 2009). Dukungan keluarga sangat penting
terhadap pengobatan pasien gangguan jiwa, karena pada dasarnya klien
gangguan jiwa belum mampu mengatur dan mengetahui jadwal dan jenis obat
yang harus diminum. Keluarga harus selalu membimbing dan juga mengarahkan
agar pasien gangguan jiwa dapat minum obat dengan benar dan teratur (Nasir,
2011).
Ruang rawat inap kejiwaan (Psikiatri) atau yang dikenal dengan Ruang
Kemuning termasuk layanan yang sudah berjalan cukup lama yang ada di
RSUD R. Syamsudin SH Kota Sukabumi. Sudah banyak pasien yang menjalani
perawatan diruang kemuning tersebut, dan tidak sedikit pula pasien yang sudah
mejalani perawatan di rumah (rawat jalan) dilakukan rawat inap kembali karena
terjadinya kekambuhan pada pasien. Berdasarkan hasil pengamatan dan
wawancara dengan keluarga pasien yang menjalani rawat inap kembali
didapatkan bahwa keluarga masih banyak yang belum memahami informasi
bagaimana memberikan dukungan atau pendampingan yang benar pada pasien
dengan gangguan jiwa dirumah pasca rawat inap, diantaranya informasi
mengenai dukungan informasional yaitu dengan memberikan nasihat dan
pengarahan kepada klien untuk minum obat, dukungan instrumental yaitu
dengan menyiapkan obat dan pengawasan minum obat, dan dukungan penilaian
memberikan pujian kepada kllien jika minum obat tepat waktu. Kondisi tersebut
dibuktikan dengan dalam jangka waktu 1 tahun ada beberapa pasien yang
dirawat inapkan kembali karena mengalami kekambuhan akibat ketidak patuhan
minum obat. Hal ini dikarenakan masih kurangnya penjelasan atau informasi ya
3
ng didapat oleh pasien dan keluarga tentang bagaimana meningkatkan
kepatuhan minum obat dirumah pada pasien gangguan jiwa pasca menjalani
rawat inap.
4
1 Belum optimalnya Pemberian pendidikan Sebagian besar keluarga
pendidikan kesehatan kesehatan terhadap keluarga pasien masih bertanya-tanya
terhadap keluarga mengenai dukungan mengenai bagaimana
mengenai dukungan kepatuhan minum obat pada meningkatkan kepatuhan
kepatuhan minum pasien jiwa (skizofrenia) minum obat dirumah
obat pada pasien jiwa masih sebatas verbal saja, sehingga membuat mereka
(Skizofrenia). belum ada pemberian takut dan ragu atau tidak
informasi dalam bentuk yakin untuk merawat pasien
tulisan maupun visualisasi. dirumah.
5
Seriousness berkaitan dengan dampak yang ditimbulkan dari adanya
masalah tersebut terhadap organisasi. Dampak ini terutama yang menimbulkan
kerugian bagi keberlangsungan organisasi seperti dampak produktivitas,
keselamatan jiwa, sumber daya atau sumber dana. Semakin tinggi dampak
masalah tersebut maka semakin tinggi pula tingkat Seriousness masalah
tersebut. Ketiga adalah growth. Growth berkaitan dengan perkembangan
masalah yang ada. Semakin cepat berkembang masalah tersebut maka semakin
tinggi tingkat Growth-nya. Masalah yang tingkat Growth-nya tinggi tentunya
akan menjadi prioritas masalah yang harus segera diatasi.
Untuk mengurangi tingkat subyektivitas dalam menentukan masalah yang
jadi prioritas, maka perlu ditetapkan kriteria untuk masing-masing unsur USG
tersebut. Pada umumnya ditentukan dengan menggunakan skor dengan skala
tertentu. Misalnya saja menggunakan skor skala 1 – 5. Semakin tinggi tingkat
Urgency, Seriousness, ataupun Growth masalah tersebut, maka semakin tinggi
pula skor masing-masing unsur tersebut.
6
Dengan menggunakan metode USG inilah penulis menentukan isu mana
yang akan diangkat dalam aktualisasi yakni masalah/isu yang paling menjadi
prioritas berdasarkan hasil analisis USG.
Keterangan :
Semakin besar nilai USG dari suatu masalah/isu maka semakin besar pula
tingkat bobot prioritas dari masalah/isu tersebut.
7
penulis mampu mencari solusi pemecahan masalah dari isu tersebut. Untuk itu
kemudian penulis menggunakan teknik sirip ikan atau dikenal dengan teknik
analisis isu fishbone. Berikut adalah teknik analisis fishbone pada isu yang
diangkat.
METHODE MACHINE
Metode pemberian
informasi masih sebatas Belum ada media / alat
verbal saja informasi yang mudah
dipahami mengenai dukungan
terhadap kepatuhan minum obat
Pemberian informasi
Belum Optimalnya
sulit dipahami
Pendidikan
Kesehatan Terhadap
Keluarga Mengenai
Dukungan
Kepatuhan Minum
Tingkat pengetahuan Obat Pada Pasien
keluarga pasien yang Jiwa (Skizofrenia)
berbeda-beda
Latar belakang
pendidikan keluarga
pasien yang bervariasi
MAN
8
ASN yang profesional harus memiliki integritas untuk menginternalisasi dan
mengaktualisasi nilai-nilai ANEKA dalam menjalankan tugas dan kewajibannya
sehari-hari.
Dalam rancangan aktualisasi habituasi ini, maka penulis akan
mengangkat isu mengenai “Optimalisasi Pendidikan Kesehatan Terhadap
Keluarga Mengenai Dukungan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien
Gangguan Jiwa (Skizofrenia) di Ruang Kemuning RSUD R. Syamsudin,
SH Kota Sukabumi”. Adapun rincian kegiatan yang akan dilakukan,
diantaranya:
1.6 Tujuan
1.7 Manfaat
Manfaat kegiatan aktualisasi nilai-nilai dasar ini berguna bagi:
9
1.7.1 Bagi Calon Pegawai Negeri Sipil
Meningkatkan pemahaman dan mampu untuk mengimplementasikan
nilai-nilai dasar ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik,
Komitmen Mutu dan Anti Korupsi) sebagai landasan dalam menjalankan
tugas pokok dan fungsinya.
1.7.2 Bagi Satuan Kerja
Membantu mengoptimalkan pendidikan kesehatan terhadap keluarga
mengenai dukungan kepatuhan minum obat pada pasien gangguan jiwa.
1.7.3 Bagi Pihak Lain
Pasien/keluarga mendapatkan pelayanan yang memuaskan serta
meningkatkan pengetahuan mengenai dukungan kepatuhan minum obat
pada pasien gangguan jiwa sebagai wujud aktualisasi nilai-nilai dasar
ANEKA di RSUD R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi.
BAB II
KONDISI UMUM ORGANISASI
10
Lidwina. Kemudian sejak kemerdekaan yakni tahun 1948 berdasarkan
SK Sekretaris Van Staad, Hoof Van Het Departemen Gezonheid No.
8387 tanggal 22 April 1948 mulai 1 Maret 1948 dikembalikan kepada
Convergatie Van Zuster Van Bergen Op Zoom sebagai Heersteel in
Het Ferteelijke Bezeite oleh MM CD dan Departemen Van
Gezonheid. Pada tahun 1949 oleh Departemen Van Gezonheid (dalam
hal ini mewakili Pemerintah Hindia Belanda) pengelolaan rumah sakit
ini dilimpahkan kepada Pemerintah Indonesia.
Baru pada tahun 1952 tepatnya pada tanggal 8 Desember 1952
pengelolaan Rumah Sakit St. Lidwina di bawah Pemerintahan Kota
Kecil Soekaboemi. Selanjutnya pada tahun 1979 berdasarkan SK
Menteri Dalam Negeri RI No. 362 tanggal 14 Maret 1979 dan SK
Menteri Kesehatan RI No. 51 tanggal 22 Februari 1979 rumah sakit
ini pengelolaannya diserahkan kepada Pemerintah Daerah Tingkat II
Kotamadya Sukabumi dan diberi nama Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) R. Syamsudin, S.H. Kota Sukabumi dengan status Rumah
Sakit Umum Daerah Kelas C.Pada tahun 1993, tepatnya tanggal 10
Juni
1993 berdasarkan SK Walikotamadya Sukabumi Dati II Sukabumi No.
5 Tahun 1993 rumah sakit ini ditetapkan sebagai uji coba swadana
daerah. Setelah itu, yakni pada tahun 1994 berdasarkan SK Menteri
Kesehatan RI No. 494/SK/V/94 tanggal 30 Mei 1994 RSUD R.
Syamsudin, S.H. Kota Sukabumi ditetapkan sebagai Rumah Sakit
Umum Daerah Kelas B Non Pendidikan. Penetapan sebagai rumah
sakit swadana baru ditetapkan sejak 17 Maret 1995 sesuai SK Menteri
Dalam Negeri RI No. 445.32.208.
Pertama kali akreditasi diikuti RSUD R. Syamsudin, S.H. Kota
Sukabumi, yaitu pada tahun 1998 dengan hasil bahwa berdasarkan SK
Dirjen Yan Medik Depkes RI Nomor: YM 02.03.3.5.5843 tanggal 22
April 1998 RSUD R. Syamsudin, S.H. Kota Sukabumi mendapatkan
sertifikat akreditasi rumah sakit dengan status akreditasi penuh untuk
5 (lima) pelayanan standar pelayanan yang meliputi: administrasi
manajemen, pelayanan medis, pelayanan gawat darurat, pelayanan
11
keperawatan, dan rekam medis. Selanjutnya, yaitu pada tahun1998
berdasarkan SK Dirjen Yan Medik Depkes RI Nomor: YM
00.03.2.2.154 tanggal 27 Januari 1998 RSUD R. Syamsudin, S.H.
Kota Sukabumi mendapatkan sertifikat akreditasi rumah sakit dengan
status akreditasi penuh untuk 12 (dua belas) pelayanan standar
pelayanan yang meliputi: administrasi manajemen, pelayanan medis,
pelayanan gawat darurat, pelayanan keperawatan, rekam medis,
farmasi, K3, radiologi, laboratorium, kamar operasi, pengendalian
infeksi di rumah sakit, dan perinatal resiko tinggi.
12
meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, pihak BPJS telah
melakukan kerja sama dengan beberapa fasilitas kesehatan di setiap wilayah
regional termasuk rumah sakit swasta, dengan tujuan memberikan akses
yang mudah kepada masyarakat peserta BPJS yang memerlukan pelayanan
kesehatan.
RSUD R. Syamsudin, S.H. Kota Sukabumi menerapkan pola
pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah (BLUD) dalam
menyusun rencana bisnis anggarannya. RSUD R. Syamsudin, S.H. sebagai
unit organisasi bersifat khusus (UOBK) memberikan layanan secara
professional. Sebagai unit organisasi bersifat khusus (UOBK), rumah sakit
memiliki otonomi dalam pengelolaan keuangan dan barang milik daerah
serta bidang kepegawaian.
Berdasarkan pemantauan dan evaluasi yang dilakukan, rumah sakit
yang berada di wilayah rujukan telah melakukan beberapa inovasi dan
diversifikasi pelayanan, termasuk status kelas yang telah berubah dari tipe
C menjadi tipe B. Hal ini tentu saja merupakan tantangan bagi RSUD R.
Syamsudin, S.H. untuk menjaga dan meningkatkan stabilitas pelayanan.
Oleh karena itu, beberapa tahun terakhir RSUD R. Syamsudin, S.H. terus
berupaya untuk meningkatkan mutu pelayanan, diantaranya berusaha
meraih akreditasi versi 2012 dan telah lulus dengan predikat “Paripurna”,
terakreditasi di 12 pelayanan, didukung pula dengan tetap mempertahankan
mutu terintegrasi melalui sertifikasi ISO 9001: 2015 & IWA-1: 2005,
ISO 14001: 2015 dan OHSAS 18001: 2007.
Sebagai rumah sakit rujukan regional di Jawa Barat, beberapa tahun
terakhir pula RSUD R. Syamsudin, S.H. terus melakukan pengembangan
layanan, diantaranya pelayanan Cathlab dan Radio Intervensi, Klinik Nyeri,
Pelayanan Mammografi, Pelayanan Laparoscopy, Layanan Medical Check
Up, dan Unit Luka Bakar (Burn Center).
13
2.2.1 Visi
Terwujudnya RSUD R. Syamsudin, S.H yang nyaman, profesional,
dan berkualitas berbasis nilai-nilai religius.
2.2.2 Misi
a. Mewujudkan RSUD R. Syamsudin, S.H. Kota Sukabumi yang
nyaman berbasis Green Hospital;
b. Penyelenggaraan pelayanan RSUD R. Syamsudin, S.H. Kota
Sukabumi yang profesional berbasis kompetensi dan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi kedokteran (IPTEKDOK);
c. Mewujudkan RSUD R. Syamsudin, S.H. Kota Sukabumi yang
berkualitas berbasis patient center care dan profesionalitas layanan
pendidikan;
d. Mewujudkan penyelenggaraan tata kelola rumah sakit yang baik,
akuntabel, dan inovatif.
14
menimbulkan konflik serta mampu mengendalikan emosi.
e. Teliti diwujudkan dengan sikap dan perilaku memprioritaskan keselamatan
pasien, melakukan pengecekan ulang terhadap informasi yang diterima dan
yang akan disampaikan serta mengambil keputusan berdasarkan bukti
(evidence)
15
2.4. Struktur Organisasi
16
2.5. Tugas Pokok, Dan Fungsi
Menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2014 Tentang Jabatan Fungsional
Perawat Dan Angka Kreditnya, Rincian kegiatan Perawat Ahli Pertama sesuai
dengan jenjang jabatan, sebagai berikut:
2.5.1. Melakukan pengkajian keperawatan dasar pada masyarakat;
2.5.2. Melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada individu;
2.5.3. Melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada keluarga;
2.5.4. Memberikan konsultasi data pengkajian keperawatan
dasar/lanjut;
2.5.5. Merumuskan diagnosa keperawatan pada individu;
2.5.6. Membuat prioritas diagnosa keperawatan;
2.5.7. Merumuskan tujuan keperawatan pada individu dalam rangka
menyusun rencana tindakan keperawatan;
2.5.8. Menetapkan tindakan keperawatan pada individu dalam
rangka menyusun rencana tindakan keperawatan;
2.5.9. Melakukan stimulasi tumbuh kembang pada individu dalam rangka
melakukan upaya promotif;
2.5.10. Memfasilitasi adaptasi dalam hospitalisasi pada individu dalam
rangka melakukan upaya promotif;
2.5.11. Melaksanakan case finding/deteksi dini/ penemuan kasus baru pada
individu dalam rangka melakukan upaya promotif;
2.5.12. Melakukan support kepatuhan terhadap intervensi kesehatan pada
individu;
2.5.13. Melakukan pendidikan kesehatan pada individu pasien;
2.5.14. Mengajarkan teknik kontrol infeksi pada keluarga dengan penyakit
menular;
17
2.6.1 Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban setiap individu, kelompok atau
institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya.
Amanah seorang PNS adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai publik.
Nilai-nilai publik tersebut antara lain adalah:
Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi
konflik kepentingan, antara kepentingan publik dengan kepentingan
sektor, kelompok, dan pribadi;
Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan
mencegah keterlibatan PNS dalam politik praktis; Memperlakukan warga
negara secara sama dan adil dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pelayanan publik;
Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat
diandalkan sebagai penyelenggara pemerintahan.
2.6.2 Nasionalisme
Nasionalisme adalah pandangan atau paham kecintaan warga negara
Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-
nilai Pancasila yang mengilhami setiap gerak langkah dan semangat bekerja
untuk bangsa dan negara.
Prinsip dasar semangat nasionalisme dalam negara kebangsaan
a. kesatuan (unity), dalam wilayah teritorial, bangsa, bahasa, ideologi, dan
doktrin kenegaraan, sistem politik atau pemerintahan, sistem
perekonomian, sistem pertahanan keamanan, dan policy kebudayan;
b. kebebasan (liberty, freedom, independence), dalam beragama, berbicara
dan berpendapat lisan dan tertulis, berkelompok dan berorganisasi;
c. kesamaan (equality), dalam kedudukan hukum, hak dan kewajiban;
d. Kepribadian (personality) dan identitas (identity), yaitu memiliki harga
diri (self estreem), rasa bangga (pride) dan rasa sayang (depotion)
terhadap kepribadian dan identitas bangsanya yang tumbuh dari dan
sesuai dengan sejarah dan kebudayaannya;
e. Prestasi (achievement), yaitu cita-cita untuk mewujudkan kesejahteraan
(welfare) serta kebesaran dan kemanusiaan (the greatnees and the
glorification) dari bangsanya
18
Seorang PNS dalam menjalankan tugas-tugasnya senantiasa
mengutamakan dan mementingkan persatuan dan kesatuan bangsa.
Kepentingan kelompok, individu, golongan harus disingkirkan demi
kepentingan yang lebih besar yaitu kepentingan bangsa dan Negara diatas
segalanya.
19
nilai-nilai dasar anti korupsi, dan dihasilkan sebanyak 9 nilai anti korupsi
yaitu jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggung jawab, kerja keras,
sederhana, berani, dan adil.
20
respectful, attentive, cooperative, tolerance, informality, dan self control.
21