Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) yang bekerja pada instansi
pemerintah. PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu,
diangkat sebagai pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian
untuk menduduki jabatan pemerintahan. Undang-Undang No. 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara mengamanatkan Instansi Pemerintah Untuk wajib
memberikan Pendidikan dan Pelatihan terintegrasi bagi Calon Pegawai Negeri
Sipil (CPNS) selama satu (satu) tahun masa percobaan. Pelatihan ini
memadukan pembelajaran klasikal dan non-klasikal di tempat Pelatihan serta di
tempat kerja.
Pelatihan Dasar ini dilaksanakan dalam rangka membentuk karakter
pribadi ASN sehingga mampu bersikap dan bertindak profesional dalam
mengelola tantangan dan masalah keragaman sosial kultural dengan
menggunakan perspektif Whole of Government, yang didasari nilai- nilai dasar
ASN yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti
Korupsi (ANEKA). Adanya ANEKA disertai dengan Manajemen ASN, Whole
of Government, dan Pelayanan Publik. Pelatihan Dasar yang dilakukan dapat
membentuk ASN profesional yang berkarakter untuk menjalankan fungsi ASN
sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, dan perekat dan pemersatu
bangsa.
Sesuai dengan fungsi ASN sebagai pelayan publik, ASN harus memiliki
kemampuan untuk melayani publik dengan baik sesuai dengan standar
pelayanan publik serta berorientasi pada kepentingan masyarakat. Pelayanan
publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap
warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif
yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

1
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan rujukan
tingkat lanjutan bertujuan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan baik
secara promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif. Rumah sakit
bertanggung jawab untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada pasien.
RSUD R Syamsudin SH merupakan salah satu rumah sakit milik
pemerintah daerah yang ada di Kota Sukabumi. Dalam upaya memenuhi
kebutuhan masyarakat dan upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan,
RSUD Syamsudin menyediakan layanan-layanan unggulan. Salah satu layanan
unggulan yang ada di RSUD. Syamsudin, SH saat ini adalah layanan rawat inap
bagi pasien gangguan jiwa (Psikiatri), yang tidak dimiliki oleh Rumah Sakit
lainnya yang ada di Kota Sukabumi. Ruang rawat inap jiwa melayani tindakan
keperawatan bagi pasien jiwa yang sudah tidak bisa ditangani oleh keluarga
dirumah, mulai dari pasien yang cenderung tidak mau beraktivitas (gejala
negatif) hingga pasien yang cenderung mengamuk atau agresif (gejala positif)
yang timbul akibat gangguan Skizofernia.
Skizofrenia merupakan salah satu jenis gangguan jiwa kronis yang
membutuhkan pengobatan dan perawatan dalam jangka waktu yang lama (Purba
& Bukit, 2016). Gangguan jiwa berat ini ditandai dengan terganggunya
kemampuan menilai realitas atau tilikan (insight) yang buruk. Gejala yang
sebagai tanda gangguan ini antara lain berupa halusinasi, ilusi, waham,
gangguan proses pikir, kemampuan berpikir, serta tingkah laku aneh, misalnya
agresivitas atau katatonik (Riskesdas, 2013). Skizofrenia adalah penyakit yang
mempengaruhi fungsi otak yang tidak diketahui asalnya dan menyebabkan
timbulnya gangguan persepsi,emosi, gerakan, dan juga perilaku yang aneh
(Videback, 2008). Pasien skizofrenia mempunyai tingkat kekambuhan yang
tinggi. Ada beberapa hal yang dapat memicu kekambuhan skizofrenia, yaitu
pasien tidak minum obat dan tidak kontrol ke dokter secara teratur,
menghentikan sendiri obat tanpa persetujuan dari dokter, kurangnya
pengetahuan dan dukungan dari keluarga serta masyarakat, serta adanya
masalah kehidupan yang berat yang membuat stres, sehingga membuat pasien
kambuh kembali dan perlu dirawat di rumah sakit (Widodo & Wulansih, 2008).

2
Dari beberapa riset yang dilakukan di Indonesia menyatakan bahwa
dukungan keluarga memiliki dampak positif terhadap penyembuhan pasien
dengan penyakit yang diderita. Dukungan keluarga bermanfaat besar bagi
proses penyembuhan penyakit kronis termasuk skizofrenia. Dukungan keluarga
dapat menurunkan 50% kekambuhan pasien dan rehospitalisasi, 50% pasien
skizofrenia dapat dirawat jalan oleh keluarga setelah dipulangkan selama 1
tahun. Dalam waktu 6 bulan pasca rawat hanya sekitar 30-40% penderita yang
mengalami kekambuhan, setelah 1 tahun pasca rawat 40-50% penderita
mengalami kekambuhan (Hardianto, 2009). Dukungan keluarga sangat penting
terhadap pengobatan pasien gangguan jiwa, karena pada dasarnya klien
gangguan jiwa belum mampu mengatur dan mengetahui jadwal dan jenis obat
yang harus diminum. Keluarga harus selalu membimbing dan juga mengarahkan
agar pasien gangguan jiwa dapat minum obat dengan benar dan teratur (Nasir,
2011).
Ruang rawat inap kejiwaan (Psikiatri) atau yang dikenal dengan Ruang
Kemuning termasuk layanan yang sudah berjalan cukup lama yang ada di
RSUD R. Syamsudin SH Kota Sukabumi. Sudah banyak pasien yang menjalani
perawatan diruang kemuning tersebut, dan tidak sedikit pula pasien yang sudah
mejalani perawatan di rumah (rawat jalan) dilakukan rawat inap kembali karena
terjadinya kekambuhan pada pasien. Berdasarkan hasil pengamatan dan
wawancara dengan keluarga pasien yang menjalani rawat inap kembali
didapatkan bahwa keluarga masih banyak yang belum memahami informasi
bagaimana memberikan dukungan atau pendampingan yang benar pada pasien
dengan gangguan jiwa dirumah pasca rawat inap, diantaranya informasi
mengenai dukungan informasional yaitu dengan memberikan nasihat dan
pengarahan kepada klien untuk minum obat, dukungan instrumental yaitu
dengan menyiapkan obat dan pengawasan minum obat, dan dukungan penilaian
memberikan pujian kepada kllien jika minum obat tepat waktu. Kondisi tersebut
dibuktikan dengan dalam jangka waktu 1 tahun ada beberapa pasien yang
dirawat inapkan kembali karena mengalami kekambuhan akibat ketidak patuhan
minum obat. Hal ini dikarenakan masih kurangnya penjelasan atau informasi ya

3
ng didapat oleh pasien dan keluarga tentang bagaimana meningkatkan
kepatuhan minum obat dirumah pada pasien gangguan jiwa pasca menjalani
rawat inap.

Permasalahan yang terjadi di atas tersebut memerlukan solusi dan


penyelesaian masalah, agar Rumah Sakit dapat berperan maksimal dalam
memberikan kepuasan pelayanan terhadap pelanggan, dan memenuhi kebutuhan
akan informasi bagaimana meningkatkan kepatuhan minum obat dirumah pada
pasien gangguan jiwa pasca menjalani rawat inap. Saya sebagai ASN dan
sebagai salah satu pelayan publik yang ada di RSUD R Syamsudin ini, harus
berperan aktif dalam menciptakan inovasi dalam pemberian pelayanan, maka
daripada itu saya melakukan pembuatan rancangan aktualisasi nilai dasar profesi
Perawat sebagai ASN dengan judul “Optimalisasi Pendidikan Kesehatan
Terhadap Keluarga Mengenai Dukungan Kepatuhan Minum Obat Pada
Pasien Gangguan Jiwa (Skizofrenia) di Ruang Kemuning RSUD R.
Syamsudin, SH Kota Sukabumi”. Dengan rancangan aktualisasi ini
diharapkan ASN khususnya Perawat dapat meningkatkan kualitas pelayanan
sesuai dengan salah satu tupoksinya yakni melakukan pendidikan kesehatan di
Rumah Sakit.

1.2 Identifikasi Isu Aktual


Berdasarkan analisa penulis selama bekerja di RSUD R. Syamsudin S.H Kota
Sukabumi khususnya di Ruang Kemuning ditemukan beberapa isu dilapangan
diantaranya adalah :

1. Belum optimalnya pendidikan kesehatan terhadap keluarga mengenai


dukungan keptuhan minum obat pada pasien gangguan jiwa (Skizofrenia).
2. Belum optimalnya pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat
inap kejiwaan RSUD Syamsudin SH
3. Belum optimalnya penerapan lima moment cuci tangan di ruang kemuning
RSUD R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi

Tabel 1.1 Deskripsi Masalah Dan Isu


No Masalah/Isu Deskripsi Masalah / Isu Dampak

4
1 Belum optimalnya Pemberian pendidikan Sebagian besar keluarga
pendidikan kesehatan kesehatan terhadap keluarga pasien masih bertanya-tanya
terhadap keluarga mengenai dukungan mengenai bagaimana
mengenai dukungan kepatuhan minum obat pada meningkatkan kepatuhan
kepatuhan minum pasien jiwa (skizofrenia) minum obat dirumah
obat pada pasien jiwa masih sebatas verbal saja, sehingga membuat mereka
(Skizofrenia). belum ada pemberian takut dan ragu atau tidak
informasi dalam bentuk yakin untuk merawat pasien
tulisan maupun visualisasi. dirumah.

2 Belum optimalnya Pendokumentasian asuhan Pendokumentasian asuhan


pendokumentasian keperawatan belum yang tidak lengkap
asuhan keperawatan di dilakukan dengan lengkap. membuat informasi yang
ruang rawat inap diterima antar perawat
kejiwaan RSUD menjadi tidak tepat, tidak
Syamsudin SH akurat.

3 Belum optimalnya Perawat belum optimal Penerapan lima moment


penerapan lima dalam penerapan lima cuci tangan yang belum
moment cuci tangan di moment cuci tangan optimal akan meningkatkan
ruang kemuning resiko infeksi nosocomial
RSUD R. Syamsudin, yang ada di RSUD R.
SH Kota Sukabumi Syamsudin. SH

1.3 Tapisan Identifikasi Isu


Adapun untuk menganalisis isu, penulis menggunakan metode USG
(Urgency, Seriousness, Growth). Penggunaan Matriks USG, untuk menentukan
salah satu masalah yang menjadi prioritas. Ketiga faktor dalam matriks USG
tersebut yaitu Urgency, seriousness, dan Growth. Urgency berkaitan dengan
seberapa mendesaknya waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Maka semakin mendesak penyelesaian suatu masalah maka semakin
tinggi pula tingkat Urgency masalah tersebut.

5
Seriousness berkaitan dengan dampak yang ditimbulkan dari adanya
masalah tersebut terhadap organisasi. Dampak ini terutama yang menimbulkan
kerugian bagi keberlangsungan organisasi seperti dampak produktivitas,
keselamatan jiwa, sumber daya atau sumber dana. Semakin tinggi dampak
masalah tersebut maka semakin tinggi pula tingkat Seriousness masalah
tersebut. Ketiga adalah growth. Growth berkaitan dengan perkembangan
masalah yang ada. Semakin cepat berkembang masalah tersebut maka semakin
tinggi tingkat Growth-nya. Masalah yang tingkat Growth-nya tinggi tentunya
akan menjadi prioritas masalah yang harus segera diatasi.
Untuk mengurangi tingkat subyektivitas dalam menentukan masalah yang
jadi prioritas, maka perlu ditetapkan kriteria untuk masing-masing unsur USG
tersebut. Pada umumnya ditentukan dengan menggunakan skor dengan skala
tertentu. Misalnya saja menggunakan skor skala 1 – 5. Semakin tinggi tingkat
Urgency, Seriousness, ataupun Growth masalah tersebut, maka semakin tinggi
pula skor masing-masing unsur tersebut.

Tabel 1.2 Deskripsi Nilai USG


Skor Urgency (U) Seriousness (S) Growth (G)
5 Paling Mendesak Fatal Sangat Cepat
4 Sangat Mendesak Sangat Gawat Cepat
3 Mendesak Gawat Cepat
2 Biasa Biasa Biasa
1 Tidak Mendesak Tidak Gawat Lambat

6
Dengan menggunakan metode USG inilah penulis menentukan isu mana
yang akan diangkat dalam aktualisasi yakni masalah/isu yang paling menjadi
prioritas berdasarkan hasil analisis USG.

Tabel 1.3 Penetapan Isu Aktual Menggunakan Teknik Tapisan USG

No Masalah / isu Kriteria Total


Urgency Seriousness Growth
Belum optimalnya pendidikan
1 4 4 4 12
kesehatan terhadap keluarga
mengenai dukungan kepatuhan
minum obat pada pasien jiwa
(skizofrenia).
Belum optimalnya
2 3 3 3 10
pendokumentasian asuhan
keperawatan di ruang rawat inap
kejiwaan RSUD Syamsudin SH

Belum optimalnya penerapan


3 4 4 3 11
lima moment cuci tangan di
ruang kemuning RSUD R.
Syamsudin, SH Kota Sukabumi

Keterangan :
Semakin besar nilai USG dari suatu masalah/isu maka semakin besar pula
tingkat bobot prioritas dari masalah/isu tersebut.

1.4 Penetapan Isu Aktual Terpilih


Berdasarkan hasil analisis USG tersebut, maka penulis memutuskan untuk
mengangkat masalah/isu “Belum Optimalnya Pendidikan Kesehatan
Terhadap Keluarga Mengenai Dukungan Kepatuhan Minum Obat Pada
Pasien Jiwa (Skizofrenia)”
Setelah menentukan isu lewat teknik tapisan isu USG, untuk mencari
penyebab inti atau core issue dari isu actual terpilih. Hal ini diperlukan agar

7
penulis mampu mencari solusi pemecahan masalah dari isu tersebut. Untuk itu
kemudian penulis menggunakan teknik sirip ikan atau dikenal dengan teknik
analisis isu fishbone. Berikut adalah teknik analisis fishbone pada isu yang
diangkat.

Gambar 1.1 Analisis Isu Menggunakan Fishbone Diagram

METHODE MACHINE
Metode pemberian
informasi masih sebatas Belum ada media / alat
verbal saja informasi yang mudah
dipahami mengenai dukungan
terhadap kepatuhan minum obat
Pemberian informasi
Belum Optimalnya
sulit dipahami
Pendidikan
Kesehatan Terhadap
Keluarga Mengenai
Dukungan
Kepatuhan Minum
Tingkat pengetahuan Obat Pada Pasien
keluarga pasien yang Jiwa (Skizofrenia)
berbeda-beda

Latar belakang
pendidikan keluarga
pasien yang bervariasi

MAN

1.5 Gagasan Pemecahan Masalah


Aparatur Sipil Negara (ASN) harus memiliki pemahaman (internalisasi)
dan mampu mengaktualisasikan nilai-nilai dasar ASN. Nilai dasar yang harus
dimiliki oleh setiap ASN adalah Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik,
Komitmen Mutu, dan Anti korupsi yang diakronimkan menjadi ANEKA. Setiap

8
ASN yang profesional harus memiliki integritas untuk menginternalisasi dan
mengaktualisasi nilai-nilai ANEKA dalam menjalankan tugas dan kewajibannya
sehari-hari.
Dalam rancangan aktualisasi habituasi ini, maka penulis akan
mengangkat isu mengenai “Optimalisasi Pendidikan Kesehatan Terhadap
Keluarga Mengenai Dukungan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien
Gangguan Jiwa (Skizofrenia) di Ruang Kemuning RSUD R. Syamsudin,
SH Kota Sukabumi”. Adapun rincian kegiatan yang akan dilakukan,
diantaranya:

1. Melakukan konsultasi dengan atasan terkait rencana kegiatan


aktualisasi

2. Menyiapkan media informasi mengenai dukungan kepatuhan minum


obat pada pasien gangguang jiwa (skizofrenia) yakni media leaflet dan
lembar balik bekerja sama dengan unit PKRS.
3. Melakukan pendidikan kesehatan terhadap keluarga tentang dukungan
kepatuhan minum obat pada pada pasien jiwa (skizofrenia)
menggunakan media leaflet dan lembar balik.
4. Melakukan monitoring dan evaluasi.
5. Menyusun laporan kegiatan aktualisasi

1.6 Tujuan

Tujuan dari rancangan kegiatan aktualisasi ini adalah:


1.6.1 Mengoptimalkan pendidikan kesehatan mengenai dukungan kepatuhan
minum obat.
1.6.2 Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga mengenai kepatuhan
minum obat.
1.6.3 Mengurangi tingkat kekambuhan pada pasien gangguan jiwa.
1.6.4 Mempercepat waktu penyembuhan pasien gangguan jiwa.

1.7 Manfaat
Manfaat kegiatan aktualisasi nilai-nilai dasar ini berguna bagi:

9
1.7.1 Bagi Calon Pegawai Negeri Sipil
Meningkatkan pemahaman dan mampu untuk mengimplementasikan
nilai-nilai dasar ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik,
Komitmen Mutu dan Anti Korupsi) sebagai landasan dalam menjalankan
tugas pokok dan fungsinya.
1.7.2 Bagi Satuan Kerja
Membantu mengoptimalkan pendidikan kesehatan terhadap keluarga
mengenai dukungan kepatuhan minum obat pada pasien gangguan jiwa.
1.7.3 Bagi Pihak Lain
Pasien/keluarga mendapatkan pelayanan yang memuaskan serta
meningkatkan pengetahuan mengenai dukungan kepatuhan minum obat
pada pasien gangguan jiwa sebagai wujud aktualisasi nilai-nilai dasar
ANEKA di RSUD R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi.
BAB II
KONDISI UMUM ORGANISASI

2.1. Identitas Organisasi


2.1.1 Sejarah RSUD R. Syamsudin, S.H.
RSUD R. Syamsudin, S.H. didirikan sejak pemerintahan Hindia
Belanda pada tanggal 9 September 1920 dan berdiri dengan nama
Gementee Zieken Huis berdasarkan SK Directur Van Binenlands
Bestuur. Pada tahun 1932 dijual kepada Vereeniging Van Vrown Tot
Het Verplegen Van Zieken En Hartdeldver Eere Gods En Lievde Tot
Denaste Onder Dezeiken Pruek/Toevloecht In Leiden, berdasarkan SK
Staad Gementeraad Zoekaboemi No 41 tertanggal 20 Desember 1932
jo No. 38/LR tanggal 27 Desember 1933. Pada tahun 1939  RS ini
dijual kembali kepada P. Guliek Al Mere Seraphine sebagai Eigendem
Perseel atas nama Roma Katholik tanggal 27 Desember 1939.
Sebelum Kemerdekaan Negara Republik Indonesia, tepatnya
tanggal 1 Januari 1943 pengelolaannya dialihkan kepada Soekaboemi
SI (sekarang Pemerintah Kota Sukabumi) di bawah Kepala Bagian
Kesehatan Bogor Ayu dengan ditunjuk pula wakil dari Misi Roma
Katholik untuk menjalankannya dan diberi nama Rumah Sakit St.

10
Lidwina. Kemudian sejak kemerdekaan yakni tahun 1948 berdasarkan
SK Sekretaris Van Staad, Hoof Van Het Departemen Gezonheid No.
8387 tanggal 22 April 1948 mulai 1 Maret 1948 dikembalikan kepada
Convergatie Van Zuster Van Bergen Op Zoom sebagai Heersteel in
Het Ferteelijke Bezeite oleh MM CD dan Departemen Van
Gezonheid. Pada tahun 1949 oleh Departemen Van Gezonheid (dalam
hal ini mewakili Pemerintah Hindia Belanda) pengelolaan rumah sakit
ini dilimpahkan kepada Pemerintah Indonesia.
Baru pada tahun 1952 tepatnya pada tanggal 8 Desember 1952
pengelolaan Rumah Sakit St. Lidwina di bawah Pemerintahan Kota
Kecil Soekaboemi. Selanjutnya pada tahun 1979 berdasarkan SK
Menteri Dalam Negeri RI No. 362 tanggal 14 Maret 1979 dan SK
Menteri Kesehatan RI No. 51 tanggal 22 Februari 1979 rumah sakit
ini pengelolaannya diserahkan kepada Pemerintah Daerah Tingkat II
Kotamadya Sukabumi dan diberi nama Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) R. Syamsudin, S.H. Kota Sukabumi dengan status Rumah
Sakit Umum Daerah Kelas C.Pada tahun 1993, tepatnya tanggal 10
Juni
1993 berdasarkan SK Walikotamadya Sukabumi Dati II Sukabumi No.
5 Tahun 1993 rumah sakit ini ditetapkan sebagai uji coba swadana
daerah. Setelah itu, yakni pada tahun 1994 berdasarkan SK Menteri
Kesehatan RI No. 494/SK/V/94 tanggal 30 Mei 1994 RSUD R.
Syamsudin, S.H. Kota Sukabumi ditetapkan sebagai Rumah Sakit
Umum Daerah Kelas B Non Pendidikan. Penetapan sebagai rumah
sakit swadana baru ditetapkan sejak 17 Maret 1995 sesuai SK Menteri
Dalam Negeri RI No. 445.32.208.
Pertama kali akreditasi diikuti RSUD R. Syamsudin, S.H. Kota
Sukabumi, yaitu pada tahun 1998 dengan hasil bahwa berdasarkan SK
Dirjen Yan Medik Depkes RI Nomor: YM 02.03.3.5.5843 tanggal 22
April 1998 RSUD R. Syamsudin, S.H. Kota Sukabumi mendapatkan
sertifikat akreditasi rumah sakit dengan status akreditasi penuh untuk
5 (lima) pelayanan standar pelayanan yang meliputi: administrasi
manajemen, pelayanan medis, pelayanan gawat darurat, pelayanan

11
keperawatan, dan rekam medis. Selanjutnya, yaitu pada tahun1998
berdasarkan SK Dirjen Yan Medik Depkes RI Nomor: YM
00.03.2.2.154 tanggal 27 Januari 1998 RSUD R. Syamsudin, S.H.
Kota Sukabumi mendapatkan sertifikat akreditasi rumah sakit dengan
status akreditasi penuh untuk 12 (dua belas) pelayanan standar
pelayanan yang meliputi: administrasi manajemen, pelayanan medis,
pelayanan gawat darurat, pelayanan keperawatan, rekam medis,
farmasi, K3, radiologi, laboratorium, kamar operasi, pengendalian
infeksi di rumah sakit, dan perinatal resiko tinggi.

2.1.2 2.Profil RSUD R. Syamsudin, S.H.


Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) R. Syamsudin, S.H. Kota
Sukabumi merupakan rumah sakit Tipe B Pendidikan yang beralamat di Jl.
Rumah Sakit No. 1, Cikole, Kota Sukabumi. RSUD Syamsudin, S.H.
memiliki luas lahan/tanah 49.357 m2 dan luas bangunan 20.759,49 m2
dengan jumlah tempat tidur sebanyak 726 bed. Berdasarkan Peraturan
Daerah Kota Sukabumi No. 16 Tahun 2016, RSUD R. Syamsudin, S.H.
dipimpin oleh dr. Bahrul Anwar, MKM selaku Direktur Rumah Sakit.
RSUD R. Syamsudin, S.H. Kota Sukabumi merupakan rumah sakit
yang dimiliki/dikelola Pemerintah Kota Sukabumi di bawah Dinas
Kesehatan Kota Sukabumi yang telah menjadi rumah sakit rujukan regional
di Jawa Barat, yang mengampu pelayanan kesehatan untuk daerah Kota
Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bogor,
dan Kabupaten Lebak. Dengan penunjukan RSUD R. Syamsudin, S.H.
Kota Sukabumi sebagai rumah sakit rujukan regional di Jawa Barat
membawa konsekuensi tersendiri bagi perkembangan rumah sakit seiring
dengan adanya perubahan sistem rujukan pada era Universal Coverage.
Saat ini posisi RSUD R. Syamsudin, S.H. merupakan pihak ke-6 (enam)
atau pihak terakhir dalam sistem rujukan di wilayah regional. Dalam upaya

12
meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, pihak BPJS telah
melakukan kerja sama dengan beberapa fasilitas kesehatan di setiap wilayah
regional termasuk rumah sakit swasta, dengan tujuan memberikan akses
yang mudah kepada masyarakat peserta BPJS yang memerlukan pelayanan
kesehatan.
RSUD R. Syamsudin, S.H. Kota Sukabumi menerapkan pola
pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah (BLUD) dalam
menyusun rencana bisnis anggarannya. RSUD R. Syamsudin, S.H. sebagai
unit organisasi bersifat khusus (UOBK) memberikan layanan secara
professional. Sebagai unit organisasi bersifat khusus (UOBK), rumah sakit
memiliki otonomi dalam pengelolaan keuangan dan barang milik daerah
serta bidang kepegawaian.
Berdasarkan pemantauan dan evaluasi yang dilakukan, rumah sakit
yang berada di wilayah rujukan telah melakukan beberapa inovasi dan
diversifikasi pelayanan, termasuk status kelas yang telah berubah dari tipe
C menjadi tipe B. Hal ini tentu saja merupakan tantangan bagi RSUD R.
Syamsudin, S.H. untuk menjaga dan meningkatkan stabilitas pelayanan.
Oleh karena itu, beberapa tahun terakhir RSUD R. Syamsudin, S.H. terus
berupaya untuk meningkatkan mutu pelayanan, diantaranya berusaha
meraih akreditasi versi 2012 dan telah lulus dengan predikat “Paripurna”,
terakreditasi di 12 pelayanan, didukung pula dengan tetap mempertahankan
mutu terintegrasi melalui sertifikasi ISO 9001: 2015 & IWA-1: 2005,
ISO 14001: 2015 dan OHSAS 18001: 2007.
Sebagai rumah sakit rujukan regional di Jawa Barat, beberapa tahun
terakhir pula RSUD R. Syamsudin, S.H. terus melakukan pengembangan
layanan, diantaranya pelayanan Cathlab dan Radio Intervensi, Klinik Nyeri,
Pelayanan Mammografi, Pelayanan Laparoscopy, Layanan Medical Check
Up, dan Unit Luka Bakar (Burn Center).

2.2. Visi, & Misi Organisasi


Surat Keputusan Direktur RSUD R. Syamsudin, S.H. Kota Sukabumi
Nomor 07 tahun 2019 ditetapkan visi dan misi RSUD R. Syamsudin, S.H
sebagai berikut:

13
2.2.1 Visi
Terwujudnya RSUD R. Syamsudin, S.H yang nyaman, profesional,
dan berkualitas berbasis nilai-nilai religius.
2.2.2 Misi
a. Mewujudkan RSUD R. Syamsudin, S.H. Kota Sukabumi yang
nyaman berbasis Green Hospital;
b. Penyelenggaraan pelayanan RSUD R. Syamsudin, S.H. Kota
Sukabumi yang profesional berbasis kompetensi dan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi kedokteran (IPTEKDOK);
c. Mewujudkan RSUD R. Syamsudin, S.H. Kota Sukabumi yang
berkualitas berbasis patient center care dan profesionalitas layanan
pendidikan;
d. Mewujudkan penyelenggaraan tata kelola rumah sakit yang baik,
akuntabel, dan inovatif.

2.3. Nilai – Nilai Organisasi


Budaya kerja RSUD R. Syamsudin, S.H. Kota Sukabumi berdasarkan
Keputusan Direktur Nomor 50 Tahun 2019 tentang budaya kerja di lingkungan
RSUD R.Syamsudin, SH Kota Sukabumi yaitu Sigap, Melayani, Antusias,
Ramah, dan Teliti yang kemudian disingkat SMART, penjelasan budaya kerja
di lingkungan RSUD R. Syamsudin, SH dijabarkan sebagai berikut:
a. Sigap diwujudkan dengan sikap tubuh (gesture) selalu selalu siap dalam
memberikan pelayanan, merespon dengan cepat kebutuhan pasien
(responsive), mencegah terjadinya komplain dan kejadian yang tidak
diharapkan (KTD) dan pro aktif dalam setiap situasi.
b. Melayani diwujudkan dengan sikap dan perilaku pelayanan yang baik,
peduli, mempermudah urusan orang lain, tidak mempersulit orang lain,
mengedepankan kepentingan umum dibanding kepentingan pribadi, berfikir
dan bertindak memberikan solusi bagi siapapun.
c. Antusias diwujudkan dengan sikap ketertarikan dalam melayani (passion),
memberikan pelayanan dengan hangat, menjadi pendengar yang aktif.
d. Ramah diwujudkan dengan sikap dan perilaku saling menghargai,
memberikan senyuman terbaik, bertutur kata yang baik, dan tidak

14
menimbulkan konflik serta mampu mengendalikan emosi.
e. Teliti diwujudkan dengan sikap dan perilaku memprioritaskan keselamatan
pasien, melakukan pengecekan ulang terhadap informasi yang diterima dan
yang akan disampaikan serta mengambil keputusan berdasarkan bukti
(evidence)

15
2.4. Struktur Organisasi

Gambar 2.1 Struktur Organisasi RSUD R. Syamsudin, S.H.

16
2.5. Tugas Pokok, Dan Fungsi
Menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2014 Tentang Jabatan Fungsional
Perawat Dan Angka Kreditnya, Rincian kegiatan Perawat Ahli Pertama sesuai
dengan jenjang jabatan, sebagai berikut:
2.5.1. Melakukan pengkajian keperawatan dasar pada masyarakat;
2.5.2. Melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada individu;
2.5.3. Melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada keluarga;
2.5.4. Memberikan konsultasi data pengkajian keperawatan
dasar/lanjut;
2.5.5. Merumuskan diagnosa keperawatan pada individu;
2.5.6. Membuat prioritas diagnosa keperawatan;
2.5.7. Merumuskan tujuan keperawatan pada individu dalam rangka
menyusun rencana tindakan keperawatan;
2.5.8. Menetapkan tindakan keperawatan pada individu dalam
rangka menyusun rencana tindakan keperawatan;
2.5.9. Melakukan stimulasi tumbuh kembang pada individu dalam rangka
melakukan upaya promotif;
2.5.10. Memfasilitasi adaptasi dalam hospitalisasi pada individu dalam
rangka melakukan upaya promotif;
2.5.11. Melaksanakan case finding/deteksi dini/ penemuan kasus baru pada
individu dalam rangka melakukan upaya promotif;
2.5.12. Melakukan support kepatuhan terhadap intervensi kesehatan pada
individu;
2.5.13. Melakukan pendidikan kesehatan pada individu pasien;
2.5.14. Mengajarkan teknik kontrol infeksi pada keluarga dengan penyakit
menular;

2.6. Nilai-Nilai Dasar PNS


Berdasarkan Peraturan Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2018 tentang Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil,
diharapkan PNS dapat bertindak dan bersikap profesional mengelola tantangan
dan masalah keragaman sosial kultural dengan didasari nilai-nilai dasar PNS
dan menjalankan peran PNS dalam NKRI.

17
2.6.1 Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban setiap individu, kelompok atau
institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya.
Amanah seorang PNS adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai publik.
Nilai-nilai publik tersebut antara lain adalah:
Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi
konflik kepentingan, antara kepentingan publik dengan kepentingan
sektor, kelompok, dan pribadi;
Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan
mencegah keterlibatan PNS dalam politik praktis; Memperlakukan warga
negara secara sama dan adil dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pelayanan publik;
Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat
diandalkan sebagai penyelenggara pemerintahan.

2.6.2 Nasionalisme
Nasionalisme adalah pandangan atau paham kecintaan warga negara
Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-
nilai Pancasila yang mengilhami setiap gerak langkah dan semangat bekerja
untuk bangsa dan negara.
Prinsip dasar semangat nasionalisme dalam negara kebangsaan
a. kesatuan (unity), dalam wilayah teritorial, bangsa, bahasa, ideologi, dan
doktrin kenegaraan, sistem politik atau pemerintahan, sistem
perekonomian, sistem pertahanan keamanan, dan policy kebudayan;
b. kebebasan (liberty, freedom, independence), dalam beragama, berbicara
dan berpendapat lisan dan tertulis, berkelompok dan berorganisasi;
c. kesamaan (equality), dalam kedudukan hukum, hak dan kewajiban;
d. Kepribadian (personality) dan identitas (identity), yaitu memiliki harga
diri (self estreem), rasa bangga (pride) dan rasa sayang (depotion)
terhadap kepribadian dan identitas bangsanya yang tumbuh dari dan
sesuai dengan sejarah dan kebudayaannya;
e. Prestasi (achievement), yaitu cita-cita untuk mewujudkan kesejahteraan
(welfare) serta kebesaran dan kemanusiaan (the greatnees and the
glorification) dari bangsanya

18
Seorang PNS dalam menjalankan tugas-tugasnya senantiasa
mengutamakan dan mementingkan persatuan dan kesatuan bangsa.
Kepentingan kelompok, individu, golongan harus disingkirkan demi
kepentingan yang lebih besar yaitu kepentingan bangsa dan Negara diatas
segalanya.

2.6.3 Etika Publik


Etika Publik merupakan refleksi tentang standar/norma yang
menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan
untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung
jawab pelayanan publik. menjalankan tanggung jawab pelayanan publik.
Ada tiga fokus utama dalam pelayanan publik, yakni:
a. Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan.
b. Sisi dimensi reflektif, etika publik berfungsi sebagai bantuan dalam
menimbang pilihan sarana kebijakan publik dan alat evaluasi.
c. Modalitas etika, menjembatani antara norma moral dan tindakan
faktual.

2.6.4 Komitmen Mutu


Komitmen mutu adalah pelaksanaan pelayanan publik dengan
berorientasi pada kualitas hasil. Komitmen mutu memiliki keterkaitan
yang mendalam dengan kinerja PNS. Bidang apa pun yang menjadi
tanggung jawab PNS, semua mesti dilaksanakan secara optimal agar dapat
memberi kepuasan kepada stakeholders. Aspek utama yang menjadi target
stakeholders adalah layanan yang komitmen pada mutu, melalui
penyelenggaraan tugas secara efektif, efisien, dan inovatif.

2.6.5 Anti Korupsi


Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruptio yang artinya
kerusakan, kebobrokan dan kebusukan. Selaras dengan kata asalnya,
korupsi sering dikatakan sebagai kejahatan luar biasa, salah satu alasannya
adalah karena dampaknya yang luar biasa menyebabkan kerusakan baik
dalam ruang lingkup, pribadi, keluarga, masyarakat dan kehidupan yang
lebih luas. KPK bersama dengan para pakar telah melakukan identifikasi

19
nilai-nilai dasar anti korupsi, dan dihasilkan sebanyak 9 nilai anti korupsi
yaitu jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggung jawab, kerja keras,
sederhana, berani, dan adil.

2.7. Kedudukan Dan Peran PNS Dalam NKRI


2.7.1 Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan
Pegawai ASN yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas
dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Manajemen ASN terdiri dari Manajemen PNS dan Manajemen


PPPK. Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan,
pengadaan, pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola karier,
promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan,
penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensiun dan hari tua, dan
perlindungan.

2.7.2 Whole of Government (WoG)


WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan
yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan
sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai
tujuantujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan
publik. WoG tidak hanya merupakan pendekatan yang mencoba
mengurangi sekat-sekat sektor, tetapi juga penekanan pada kerjasama
guna mencapai tujuan-tujuan bersama.

2.7.3 Pelayanan Publik


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang
Pelayanan Publik, dijelaskan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
9 Pelayanan Publik dengan peraturan perundang- undangan bagi setiap
warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan
administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Dalam pemberian pelayanan kepada pengguna jasa ada beberapa
dasar etiket yang seharusnya dilakukan oleh PNS, yaitu politeness,

20
respectful, attentive, cooperative, tolerance, informality, dan self control.

21

Anda mungkin juga menyukai