Anda di halaman 1dari 23

SPO PELAYANAN KEDOKTERAN TERHADAP DEMAM

BERDARAH DENGUE (DBD)


No. Dokumen No. Revisi Halaman

0 1 dari 3
SPO/KPS/PRWT/001

STANDAR Tanggal Terbit Disetujui


PROSEDUR Plt. Direktur Rumah Sakit
OPERASIONAL Umum Daerah Kebayoran
( SPO ) Baru

2017 dr. Friana Asmely


NIP:197602092003122004
PENGERTIAN Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang
ditandai dengan:
1. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas,
berlangsung terus menerusselama 27 hari;
2. Manifestasi perdarahan (petekie, purpura, perdarahan
konjungtiva,epistaksis, ekimosis, perdarahan mukosa,
perdarahan gusi,hematemesis, melena, hematuri) termasuk
uji Tourniquet (RumpleLeede) positif;
3. Trombositopeni (jumlah trombosit 100.000/l);
4. Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit 20%);
5. 5) Disertai dengan atau tanpa pembesaran hati
(hepatomegali).
TUJUAN Sebagai panduan tatalaksana DBD
KEBIJAKAN Penerapan Standar terapi di RS
GAMBARAN KLINIS 1. Masa inkubasi
Biasanya berkisar antara 47 hari.
2. Demam
Pada awal penyakit terdapat tanda-tanda demam
mendadak, dimanadalam 12 jam mencapai puncak, ada
gejala kelainan saluran cernabagian atas seperti kembung,
mual dan nyeri, pada pemeriksaanterdapat konjungtiva
inferior hiperemis (trias dengue fever).Demam berlangsung
27 hari. Panas dapat turun pada hari ke-3 yangkemudian
naik lagi, dan pada hari ke-6 atau ke-7 panas
mendadakturun.
3. Tanda-tanda perdarahan
Perdarahan ini terjadi di semua organ. Bentuk perdarahan
dapat hanyaberupa uji Tourniquet (Rumple Leede) positif
atau dalam bentuk satuatau lebih manifestasi perdarahan
sebagai berikut: petekie, purpura,ekimosis, perdarahan
konjungtiva, epistaksis, pendarahan gusi,hematemesis,
melena dan hematuri. Petekie sering sulit dibedakandengan
bekas gigitan nyamuk. Untuk membedakannya regangkan
kulit,jika hilang maka bukan petekie. Uji Tourniquet positif
sebagai tandaperdarahan ringan, dapat dinilai sebagai
presumptif test (dugaan keras)oleh karena uji Tourniquet
positif pada hari-hari pertama demamterdapat pada
sebagian besar pasien DBD. Namun uji Tourniquet
positifdapat juga dijumpai pada penyakit virus lain (campak,
demamchikungunya), infeksi bakteri (Typhus abdominalis)
dan lain-lain. UjiTourniquet dinyatakan positif, jika terdapat
10 atau lebih petekie padaseluas 1 inci persegi (2,5 x 2,5
cm) di lengan bawah bagian depan(volar) dekat lipat siku
(fossa cubiti).
4. Pembesaran hati (hepatomegali)
Sifat pembesaran hati:
a. Pembesaran hati pada umumnya dapat
ditemukan pada permulaan
b. penyakit.
c. Pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya
penyakit.
d. Nyeri tekan sering ditemukan tanpa disertai
ikterus.
5. Renjatan (syok)
Tanda-tanda renjatan:
a. Kulit teraba dingin dan lembab terutama pada
ujung hidung, jari
b. tangan dan kaki.
c. Pasien menjadi gelisah.
d. Sianosis di sekitar mulut.
e. Nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba.
f. Tekanan nadi menurun, sistolik menurun sampai
80 mmHg atau
g. kurang.
Sebab renjatan: karena perdarahan, atau karena kebocoran
plasma kedaerah ekstra vaskuler melalui kapiler yang
terganggu.
6. Trombositopeni
a. Jumlah trombosit 100.000/l biasanya
ditemukan diantara harike 37 sakit.
b. Pemeriksaan trombosit perlu diulang sampai
terbukti bahwajumlah trombosit dalam batas normal atau
menurun.
c. Pemeriksaan dilakukan pada saat pasien diduga
menderita DBD,bila normal maka diulang tiap`hari
sampai suhu turun.
7. Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit)
Peningkatan nilai hematokrit (Ht) yang
menggambarkanhemokonsentrasi selalu dijumpai pada
DBD. Hal ini merupakan
indikator yang peka terjadinya perembesan plasma,
sehingga dilakukanpemeriksaan hematokrit secara berkala.
Pada umumnya penurunantrombosit mendahului
peningkatan hematokrit. Hemokonsentrasidengan
peningkatan hematokrit 20% (misalnya 35% menjadi
42%:20/100x35=7, 35+7=42),mencerminkan peningkatan
permeabilitaskapiler dan perembesan plasma. Perlu
mendapat perhatian, bahwa nilai
hematokrit dipengaruhi oleh penggantian cairan atau
perdarahan.
Penurunan nilai hematokrit 20% setelah pemberian cairan
yang
adekuat, nilai Ht diasumsikan sesuai nilai setelah pemberian
cairan.
8) Gejala klinik lain
a) Gejala klinik lain yang dapat menyertai pasien DBD ialah
nyeri
otot, anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare atau
konstipasi, dan kejang.
b) Pada beberapa kasus terjadi hiperpireksia disertai kejang
dan
penurunan kesadaran sehingga sering di diagnosis sebagai
ensefalitis.
c) Keluhan sakit perut yang hebat sering kali timbul mendahului
perdarahan gastrointestinal dan renjatan.
DIAGNOSIS 1) Tersangka Demam Berdarah Dengue
Dinyatakan Tersangka Demam Berdarah Dengue apabila
demam tinggimendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung
terus-menerus selama 2-7 hari disertai manifestasi perdarahan
(sekurang-kurangnya ujiTourniquet positif) dan/atau
trombositopenia (jumlah trombosit
100.000/l).
Pasien Demam Berdarah Dengue derajat 1 dan 2
Diagnosis demam berdarah dengue ditegakkan atau
dinyatakan sebagaipasien DBD apabila demam tinggi
mendadak, tanpa sebab yang jelas,berlangsung terus-menerus
selama 27 hari disertai manifestasiperdarahan (sekurang-
kurangnya uji Tourniquet positif),
trombositopenia, dan hemokonsentrasi (diagnosis klinis), atau
hasil
pemeriksaan serologis pada Tersangka DBD menunjukkan
hasil positifpada pemeriksaan HI test, atau terjadi peninggian
(positif) IgG saja atauIgM dan IgG pada pemeriksaan dengue
rapid test (diagnosis laboratoris).
PENATALAKSANAAN 1) Penatalaksanaan demam berdarah dengue (pada anak)
Pertama-tama ditentukan terlebih dahulu:
a) Adakah tanda kedaruratan, yaitu tanda syok (gelisah,
napas cepat,bibir biru, tangan dan kaki dingin, kulit
lembab), muntah terusmenerus,kejang, kesadaran
menurun, muntah darah, feses darah,maka pasien perlu
dirawat/dirujuk.
b) Apabila tidak dijumpai tanda kedaruratan, periksa uji
Tourniquetdan hitung trombosit.
(1) Bila uji Tourniquet positif dan jumlah trombosit
100.000/l, Pasien dirawat/dirujuk.
(2) Bila uji Tourniquet negatif dengan trombosit
>100.000/l ataunormal, pasien boleh pulang dengan
pesan untuk datang
kembali tiap hari sampai suhu turun. Pasien dianjurkan
minum
banyak, seperti: air teh, susu, sirup, oralit, jus buah dll
Berikan obat antipiretik golongan parasetamol,
jangangolongan salisilat. Apabila selama di rumah
demam tidak turun
pada hari sakit ketiga, evaluasi tanda klinis adakah
tanda-tanda
syok, yaitu anak menjadi gelisah, ujung kaki/tangan
dingin,
sakit perut, feses hitam, kencing berkurang; bila perlu
periksa
Hb, Ht dan trombosit. Apabila terdapat tanda syok atau
terdapat peningkatan Ht dan/atau penurunan trombosit,
segera
rujuk ke rumah sakit.
2) Penatalaksanaan demam berdarah dengue (pada dewasa)
Pasien yang dicurigai menderita DBD dengan hasil Hb, Ht
dan
trombosit dalam batas nomal dapat dipulangkan dengan
anjuran
kembali kontrol dalam waktu 24 jam berikutnya atau bila
keadaan pasien memburuk agar segera kembali ke
puskesmas atau fasilitas
kesehatan lainnya. Sedangkan pada kasus yang
meragukan indikasirawatnya, maka untuk sementara pasien
tetap diobservasi dengananjuran minum yang banyak, serta
diberikan infus Ringer Laktatsebanyak 500 mL dalam 4 jam.
Setelah itu dilakukan pemeriksaanulang Hb, Ht dan
trombosit.Pasien dirujuk ke rumahsakit apabila didapatkan
hasil sebagai berikut.
a. Hb, Ht dalam batas normal dengan jumlah
trombosit <100.000/latau
b. Hb,Ht yangmeningkat dengan jumlah trombosit
<150.000/L.
3) Penatalaksanaan pasien demam berdarah dengue dengan
syok
(DSS)
a) Segera beri infus Ringer Laktat atau NaCl 0,9%, 1020
mL/kgBBsecepatnya (diberikan dalam bolus selama 30
menit) dan oksigen24 L/menit. Untuk DSS berat (DBD
derajat IV, nadi tidak terabadantekanan darah tidak terukur)
diberikan Ringer Laktat 20mL/kgBB bersama koloid. Bila
syok mulai teratasi jumlah cairandikurangi menjadi 10
mL/kgBB/jam.
b) Untuk pemantauan dan penanganan lebih lanjut, sebaiknya
pasiendirujuk ke rumah sakit terdekat.
UNIT TERKAIT IGD, RAWAT INAP

SPO PELAYANAN KEDOKTERAN TERHADAP GASTRITIS

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


SPO/KPS/PRWT/003 00 1 dari 1

Ditetapkan oleh,
STANDAR Tanggal terbit
PROSEDUR Direktur RSU Kebayoran Baru
OPERASIONAL

2017 dr. Friana Asmely


NIP:197602092003122004

Pengertian Cara mendiagnosis dan tatacara memberikan pertolonmgan pasien


gastritis akut

Tujuan Sebagai pedoman mendiagnosa dan memberikan pertolongan pasien


gastristis akut

Kebijakan Dalam menghadapi penderita gastristis akut oleh karena banyaknya jenis
dan nama dagang maka tidak harus terpancar pada obat yang tertera
dalam protap.

Prosedur 1. Informed concern


2. . Menegakkan diagnosa Gastritis Akut.
- Riwayat penggunaan obau analgetika
- Riwayat makan makanan/minuman yang merangsang lambung.
- Nyeri epigestric/ulu hati, kembung
- Mual atau muntah.
- Nyari tekan ulu hati
3. Obat-obatan yang digunakan menyesuaikan dengan keadaan antara lain
- Anti spasmodic : Paperin, Sulfas atropin.
Obat lain : Buscopan, Baralgin, systabon, dll.
- Antasida, obat lain yang sejenis
- Preparat H2 Reseptor Antagonis : Smetidin, Ranitidin, Famotidin.
- Anti Emetik mixal Primperan. Piralen.
4. Bila terjadi dehidrasi akibat muntah berikan Infus RL / D5%.
5. Dipertimbangkan pemberian Bicarbonat Natrikus (Meylon) bila ada
acidosis.
6. Bila terjadi perdarahan (muntah darah) maka dilakukan Gastric cooling
dengan pemasangan NGT. Dan bila perlu diberikan obat Haemostatik.
7. Selanjutnya penderita pulang atau MRS tergantung selanjutnya.

Unit Terkait IGD

RAWAT INAP

SPO PELAYANAN KEDOKTERAN TERHADAP DIARE


NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
SPO/KPS/PRWT/004 00 1 dari 4

Ditetapkan oleh,
STANDAR Tanggal terbit Direktur RSU Kebayoran Baru
PROSEDUR
OPERASIONAL

dr. Friana Asmely


2017 NIP:197602092003122004

Pengertian Kriteria diagnosis :

Mencret, ubun-ubun cekung, mulut/bibir kering, turgor menurun, nadi cepat,


mata cekung, nafas cepat dan dalam, oliguria

Tujuan Sebagai acuan penatalaksanaan tentang diare akut

Kebijakan Dibawah tanggungjawab UGD dan rawat inap.

Prosedur Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan
tindakan medis kepada orangtua / keluarga pasien.

Kenali gejala dan tanda dehidrasi dan akibat-akibatnya sebagai hipokalemia


(kembung), hipernatremia dengan kejang serta hyperthermia dan gejala
penyebab.

Timbang berat badan, tentukan derajat dehidrasi, tingkat kesadaran dan


keadaan sirkulasi (ukur tekanan darah dan nadi)

Pemeriksaan laboratorium atas indikasi :


- Makroskopis : konsistebsi, bau, warna, lendir, darah, buih
- Mikroskopis : eritrosit, leukosit, parasit
- Kimia : pH, tes reduksi tinja, elektrolit (Na, K, HCO3)
- Biakan dan uji sensitivitas

Cairan dan elektrolit :

Jenis cairan :
Per oral : cairan rumah tangga, oralit
Parenteral : ringer laktat, ringer asetat, larutan normal salin
Volume cairan disesuaikan derajat dehidrasi

Tanpa dehidrasi :
cairan rumah tangga dan ASI diberikan semaunya, oralit diberikan sesuai
usia setiap kali buang air besar atau muntah dengan dosis :
- Kurang dari 1 tahun : 50-100 cc
- 1-5 tahun : 100-200 cc
- Lebih dari 5 tahun : semua anak

Dehidrasi tidak berat (ringan sedang) :


- Berikan oralit sesuai anjuran 75 cc/kg/BB selama 3 jam
- Jumlah oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama :
UMUR* 4 bulan 4-12 bulan 12-24 2-5 tahun
bulan
BB (kg) <6 6 - <10 10 - <12 12-19
(ml) 200-400 400-700 700-900 900-1400
*Umur hanya digunakan bila berat badan tidak diketahui
Makan dilanjutkan untuk bayi > 6 bulan
- ASI semau anak

Dehidrasi berat :
rehidrasi parental dengan cairan Ringer laktat atau Ringer asetat 100
cc/kgBB. Cara pemberian :
Umur Pemberian pertama Pemberian berikut
30 ml/kg selama : 70 ml/kg selama :
Bayi (< 12 bulan) 1 jam * 5 jam
Anak (12 bulan 5 tahun) 30 menit * 2 jam
*Ulangi sekali lagi jika denyut nadi lemah atau tak teraba

Minum diberikan jika pasien sudah mau minum 5 cc /kgBB selama


proses rehidarasi.
Periksa kembali anak setiap 1-2 jam.
Jika status hidrasi belum membaik, beri tetesan intravena lebih cepat.
Juga beri oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau
minum : biasanya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak).
Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam.
Klarifikasikan dehidrasi, kemudian pilih rencana terapi yang sesuai
untuk melanjutkan pengobatan.
Resutasi cairan dengan bolus Ringer Lactat (RL) 20 ml/kgBB dapat diulang
sampai syok teratasi.

Nutrisi
Anak tidak boleh dipuasakan
Makanan diberikan sedikit-sedikit tetapi sering (lebih kurang 6 kali
sehari)
rendah serat
buah-buahan diberikan terutama pisang.

Medikamentosa
- Tidak boleh diberikan obat anti diare
- Antibiotik sesuai hasil pemeriksaan penunjang. Sebagai pilihan
adalah Kotrimoksamol, Amoksilisin dan atau sesuai hasil uji sensitivitas.
- Anti parasit : Metronidazol
Hipernatremia (Na > 155 mEq/l)
koreksi penurunan Na dilakukan secara bertahap dengan pemberian cairan
dekstrosa 5% + salin.
- Rehidrasi dengan dextrosa 5% dan NaCl 0,45% dengan perkiraan
kekurangan cairan sebagai berikut :
150 ml/kgBB pada bayi
90 ml/kgBB pada anak dan remaja
- Perkiraan kekurangan cairan berdasar kadar Natrium sebagai berikut :
150 ml/kgBB jika Natrium serum = 150 mEq/l
90 ml/kgBB jika Natrium serum = 160 mEq/l
140 ml/kgBB jika Natrium serum = 170 mEq/l
- Pergantian cairan dalam waktu 48 jam, 50% dalam waktu 24 jam,
sisanya 50% dalam waktu 24 jam.
- Penurunan Natrium serum tidak boleh melebihi 1-2 mEq/l per jam,
atau 10-15 mEq/l per hari.
- Dianalisis dipertimbangkan bila Natrium serum > 180 mEq/l.

Hiponatremia
Rehidrasi dengan NaCl 0,9% atau NaCl 0,45% dengan perkiraan kekurangan
cairan sebagai berikut :
100 ml/kgBB pada bayi 60 ml/kgBB pada anak dan remaja.
Penggantian cairan dalam waktu 24 jam, 50% dalam waktu 8
jam, sisanya 50% dalam waktu 16 jam.
Koreksi kekurangan Natrium dengan perhitungan sebagai
berikut :
Defisin Na = (135 mEq/l kadar Na pasien) x (0,55 x kgBB) m.
Penggantian kekurangan Natrium 50% dalam waktu 8 jam
sisanya 50% dalam waktu 16 jam, diberikan tidak boleh melebihi
1-2 mEq/l per jam.

Hiperkalemia (K > 5 mEq/l)


koreksi dilakukan dengan
pemberian kalsium glukosa 10% 0,5 1 ml/kgBB iv perlahan-lahan
dalam 5-10 menit, sambil memantau detak jantung.

Hipokalemia (K < 3,5 mEq/l), koreksi dilakukan menurut kadar K


Jika kadar K 2,5 3,5 mEq/l, berikan 75 mEq/kgBB per oral per hari
dibagi 3 dosis.
Jika kadar K < 2,5 mEq/l : diberikan secara drip intravena dengan
dosis:
- 3,5 kadar K terukur x BB(kg) x 0,4 + 2 mEq/kgBB/24 jam
dalam 4 jam pertama
- 3.5 kadar K terukur x BB(kg) x 0.4 + 1/6 x 2 mEq x BB dalam
20 jam

Jika komplikasi infeksi saluran napas (bronkopneumonia), sepsis, toksin


megakolon, ileus, gangguan elektrolit dirujuk ke Bagian terkait.
Unit Terkait IGD dan Rawat Inap

SPO PELAYANAN KEDOKTERAN TERHADAP ASMA

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


SPO/KPS/PRWT/005 00 1 dari 2

Ditetapkan oleh,
STANDAR Tanggal terbit Direktur RSU Kebayoran Baru
PROSEDUR
OPERASIONAL

dr. Friana Asmely


2017 NIP:197602092003122004

Pengertian Kriteria Diagnosis


Batuk / sesak / mengi berulang, ekspirium memanjang PFR / FEV I
menurun, riwayat atopi sendiri dan atau keluarga

Tujuan Sebagai acuan penatalaksanaan pasien asma

Kebijakan Dibawah pengawasan dan tanggung jawab dokter spesialis anak

Prosedur 1. Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk


melakukan tindakan medis kepada orangtua / keluarga pasien.
Dokter, Perawat
2. Nilai derajat serangan asma (lihat tabel)
Butir-butir penilaian dalam tabel ini tidak harus lengkap ada pada
pasien.
Penilaian tingkat serangan yang lebih tinggi harus diberikan jika
pasien memberi respon kurang terhadap terapi awal, atau serangan
memburuk dengan cepat atau pasien berisiko tinggi.
Dokter
3. Pemeriksaan laboratorium atas indikasi
Foto rontgen thoraks proyeksi antero-posterior (AP) dan analisis gas
darah (AGD) pada PEF < 50%, SaO2 < 90% dan distres berat setelah
pengobatan.
Dokter, Perawat
4. Pengobatan Medikamentosa
Pada serangan asma ringan, diberikan obat pereda (reliever)
berupa agonis secara inhalasi / oral, atau adrenalin 1/1000 subkutan
0.01 ml/kgBB/kali dengan dosis maksimal 0.3 ml/kali.
Pada serangan sedang diberikan obat seperti diatas ditambah oksigen,
cairan intravena, kortikosteroid oral, dan dirawat sehari. Pada serangan
berat nebulisasi pertama kali langsung -agonis dengan penambahan
antikolinegrik dan diberikan pula aminofilin secara inisial dan rumatan.
Kortikosteroid dapat diberikan secara intravena. Steroid oral dengan dosis
1-2 mg/kgBB/hari dibagi 3 diberikan selama 3-5 hari. Steroid yang
dianjurkan adalah prednison dan prednisolon.
Dosis fenoterol / Berotec pada asma anak
BB 10 kg : 0,2 ml (4 tetes)
BB 15 kg : 0,3 ml (6 tetes)
BB 20 kg : 0,4 ml (8 tetes)
BB 25 kg : 0,5 ml (10 tetes)
BB 30 kg : 0,6 ml (12 tetes)
BB 35 kg : 0,7 ml (14 tetes)
BB 40 kg : 0,8 ml (16 tetes)
Dilarutkan dalam 3 cc NaCl 0,9%
5. Indikasi rawat ICU Anak :
PEF < 25%
Kesadaran menurun, kelelahan
Tidak responsif terhadap pemberian 2 agonis dosis tinggi atau
continyu
Tanda-tanda gagal napas (PO2 < 60 dan atau PCO2 > 45 mmHg)

Indikasi Intubasi :
Klinis memburuk meskipun pengobatan maksimal
PCO2 terus meninggi (> 60 mgHg atau pH < 7,2)
6. Bedah :
Diperlukan jika terdapat komplikasi berupa pneumothoraks
Dokter
7. Suportif :
Atasi komplikasi berupa dehidrasi, asidosis metabolik, atau
atelektasis.
8. Pemantauan Pengobatan
Pemantauan tanda vital, sesak napas (dispnea) dan wheeazing.
Untuk serangan ringan, setelah pemberian inhalasi dengan agonis
diperlukan pemantauan anak selama 1-2 jam.
Bila membaik pasien dapat dipulangkan dengan dibekali agonis oral
serta obat rutin yang biasa digunakan.
Jika respons awal yang terjadi hanya parsial maka penderita
diobservasi di ruang rawat sehari dan ditatalaksana sebagai serangan
sedang. Pasien dipantau selama 6 jam
Apabila ada perbaikan maka dapat dipulangkan.
Apabila tidak ada perbaikan, maka pasien harus menjalani rawat inap
dan ditatalaksana sebagai serangan berat.
Apabila pada penilaian awal secara klinis serangannya berat,
pengobatan serangan berat dapat langsung diberikan tanpa harus
melalui tahapan ringan atau sedang.
Unit Terkait IGD

RAWAT INAP
SPO
PELAYANAN KEDOKTERAN TERHADAP SYOCK
ANAFILAKTIK

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


SPO/KPS/PRWT/006 00 1 dari 1

Ditetapkan oleh,
STANDAR Tanggal terbit Direktur RSU Kebayoran Baru
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Friana Asmely
2017 NIP:197602092003122004

Pengertian Tatacara menghadapi dan memberikan pertolongan pada penderita yang


alergi terhadap obat / zat tertentu.

Tujuan Sebagai pedoman dalam menghadapi penderita shock anaphilaktik

Kebijakan Dalam menghadapi penderita shock anaphilaktik selain berpedoman pada


protab ini perlu melihat protap penanganan protab shock secara umum.

Prosedur 1. Lakukan usaha penanganan umum penderita Shock.


2. Dalam waktu yang bersamaan dilakukan tindakan spesifik.
a. Diberikan Adrenalin (0,4 1 ) cc ( 1 : 1000) 1.m dapat di ulang
setiap 5 10 menit.
b. Bila tensi drop berikan 0,5 cc adrenalin (1 : 1000) dalam 10 ml
NaCL 1.I.V
c. Bila terjadi Bronchospasme diberikan Aminophillin 1 ampul
pelan-pelan (15 menit) keciali tensi drop.
d. Pemberian anti histamin misalnya : Diphenhidramin jika terjadi
Urticaria.
e. Pemberian Cortico steroid bisa dipertimbangkan misalnya :
Hidrocortison, Dexsametason.

Unit Terkait IGD

RAWAT INAP
SPO PELAYANAN KEDOKTERAN

TERHADAP KEJANG DEMAM

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


SPO/KPS/PRWT/007 00 1 dari 2

Ditetapkan oleh,
STANDAR Tanggal terbit Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr.Friana Asmely
2017 NIP:197602092003122004
Pengertian Kejang demam adalah kejang yang berhubungan dengan demam (suhu
berada diatas 380C) perrektal tanpa adanya infeksi susunan syaraf,
gangguan elektrolit terjadi pada anak usia diatas 1 bulan dengan tidak
adanya riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.

Tujuan Sebagai panduan penanganan kejang demam

Kebijakan Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan


menurunkan mortalitas

Prosedur Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan
tindakan medis kepada orangtua / keluarga pasien
Kenali gejala dan kejang demam
- Demam suhu diatas 380C perrektal, kejang, tidak ada penurunan
kesadaran sesudah kejang, frekuensi kejang, lama kejang dan jenis
kejang.
- Tidak ditemukan penurunan kesadaran setelah kejang (tanpa adanya
infeksi susunan syaraf, gangguan elektrolit, terjadi pada anak usia
diatas 1 bulan dengan tidak adanya riwayat kejang tanpa demam
sebelumnya.

Klasifikasi kejang demam :


- Kejang demam simplek atau sederhana
a. Kejang bersifat umum
b. Lama kejang kurang dari 10 menit
c. Hanya terjadi sekali dalam waktu 24 jam
- Kejang demam kompleks
a. Kejang bersifat umum atau fokal
b. Lama kejang lebih dari 10-15 menit
c. Kejang berulang dalam waktu 24 jam
Pemeriksaan CSS dalam batas normal

Pemeriksaan laboratorium dan penunjang


1. Lumbal pungsi dilakukan pada
- Anak usia dibawah 1 tahun
- Dianjurkan pada anak usia 12 bulan 18 bulan
- Melihat klinis pada anak usia diatas 18 bulan
- Anak mengalami kejang demam pertama kali
2. Darah rutin lengkap, urin rutin, konsul THT, dll tergantung
indikasi untuk mencari penyebab panas.
3. Pemeriksaan elektrolit

EEG dan CT scan kepala hanya dilakukan berdasarkan indikasi

Pengobatan
Medikamentosa
1. Antipiretik, paracetamol 10-15 mg/kgBB/kali setiap 6 jam atau
Ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali tiap 6 jam
2. Profilaksis terapi untuk mencegah berulangnya kejang
Profilaksis intermintten
Diberikan selama anak demam, diazepam 0,5 mg/kgBB/hr
Profilaksis terus menerus
Diberikan pada kejang demam kompleks dengang faktor resiko
Lama pemberian 1 tahun.
Fenobarbital 3-5 mg/kgBB/hr
Asam valproat 15-40 mg/kgBB/hr
3. Pengobatan terhadap penyakit yang mendasari
Pemantauan efek samping pemberian obat-obatan
Unit Terkait ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU
SPO PELAYANAN KEDOKTERAN
TERHADAP KEJANG PADA ANAK

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


SPO/KPS/PRWT/008 00 1 dari 1

Ditetapkan oleh,
STANDAR Tanggal terbit Direktur RSU Kebayoran Baru
PROSEDUR
OPERASIONA
L Dr.Friana Asmely
2017 NIP:197602092003122004
Pengertian Status konvulsivus ialah kejang yang berlangsung > 30 menit atau kejang
berulang tanpa disertai pemulihan kesadaran diantara 2 kejang

Tujuan Mengatasi kejang secepatnya, mencegah komplikasi dan kejang berulang

Kebijakan Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan gejala sisa serta
menurunkan mortalitas

Prosedur Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan
tindakan medis kepada orangtua / keluarga pasien
Pada menit ke 0
- Beri oksigen, perhatikan KU dan kondisi jalan napas (kalau perlu
intubasi)
- Ukur tanda vital (tekanan darah, suhu)
- Monitor EKG dan respirasi
- Telusuri riwayat kejang
- Periksa status neorologi
1. Inj Diazepam (0,2-0,5 mg/kgBB IV) atau perrektal 0,2-0,5 mg. Jika kejang
(+) inj phenitoin 15-20 mg/kgBB IV, jika kejang berlanjut inj phenitoin 10
mg/kgBB
2. Periksa elektrolit, Mg, Ureum, GDS, hitung jenis, analisa gas darah,
skreening intoksikasi (bila dicurigai)
3. Pasang jalur IV dan berikan cairan D5% dan elektrolit rumatan.
4. Inj D 10% IV 2ml/kgBB IV, jika GDS rendah dan 100 mg tiamin IM atau
IV
5. Pasang monitor EEG segera bila memungkinkan
Pada menit ke 20-30
Jika kejang (+) lakukan intubasi, pasang kateter, cek suhu, monitor EEG
Drip Diazepam 5-20 mg/kgBB (dosis 7 mg/kg/BB konsul PICU) +
midazolam bolus 0,15 mg/kgBB (drip 1 mcg/kgBB/jam) dapat dinaikan tiap
15 menit sampai 0,75-10 mg/kgBB/mnt
Pada menit ke 40-60 jika masih kejang
Mulai pemberian propovol 1-2 mg/kg lading dose dilanjutkan 2-10
mg/kg/jam. Dengan monitor EEG.
Evaluasi pengobatan yang diberikan dan atasi penyakit yang mendasari

Unit Terkait IGD, Rawat Inap, NICU

SPO PELAYANAN KEDOKTERAN


TERHADAP TETANUS

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


SPO/KPS/PRWT/009 00 1 dari 3

Ditetapkan oleh,
STANDAR Tanggal terbit Direktur RSU Kebayoran Baru
PROSEDUR
OPERASIONAL Dr. Friana Asmely
2017 NIP:197602092003122004
Pengertian Suatu penyakit toksemia akut dan fatal yang disebabkan oleh Clostridium
tetani, dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai
gangguan kesadaran

Tujuan Sebagai panduan penanganan ketoasidosis diabetic


Kebijakan Penanganan segera dan tepat akan mecegah komplikasi dan menerunkan
mortalitas.
Prosedur Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan
tindakan medis kepada orangtua / keluarga pasien.
Unit Terkait Kenali gejala, tanda, derajat dan komplikasi penyakit

Derajat I (tetanus ringan)


- Trimus ringan sampai sedang
- Kekakuan umum
kaku kuduk, opistotonus, perut papan
- Tidak dijumpai disfagia ringan
- Tidak dijumpai kejang
- Tidak dijumpai gangguan respirasi

Derajat II (tetanus sedang)


- Trismus sedang
- Kekakuan jelas
- Dijumpai kejang rangsang
tidak ada kejang spontan
- Takipnea
- Disfagia ringan

Derajat III (tetanus berat)


- Trismus berat
- Otot spastis, kejang spontan
- Takipnea, takikardia
- Apneic spell
- Disfagia berat
- Aktifitas sistem autonom meningkat

Derajat IV (tetanus stadium terminal)


derajat III ditambah dengan
- Gangguan otonom berat
- Hipertensi berat dan takikardi, atau
- Hipotensi dan bradikardi
- Hipertensi berat atau hipotensi berat

Penyakit pada tetanus


ganguan ventilasi paru
aspirasi pneumonia
bronkopneumonia
atelektasis
emfisema mediastinal
penumotoraks
sepsis dan
fraktur vertebra.

Pemeriksaan laboratorium atas indikasi


Likuor serebrospinalis dan biakan kuman anaerobik

Terapi dasar tetanus anak


Antibiotik
- Penisillin prokain 50.000 IU/kgBB/kali i.m, tiap 12 jam, atau
- Ampisillin 150 mg/kgBB/hari i.v dibagi 4 dosis, atau
- Tetrasiklin 25-50 mg/kgBB/hari p.o dibagi 4 dosis (maksimal 2
gr), atau
- Metrodinazol loadingdose 15 mg/kgBB/jam, selanjutnya 7,5
mg/kgBB tiap 6 jam, atau
- Eritromisin 40-50 mg/kgBB/hari p.o dibagi 4 dosis

Catatan :
Bila ada sepsis/ pneumonia dapat ditambahkan sefalosporin.

Netralisasi toksin
- Anti tetanus serum (ATS) 50.000-100.000 IU, setengah dosis
diberikan intramuskular dan setegahnya intravena, dilakukan uji kulit
terlebih dahulu.
- Apabila tersedia dapat diberikan human tetanus immunoglobulin
(HTIG) 3000-6000 IU i.m

Anti konvulsi
- Diazepam 0,1-0,3 mg/kgBB/kali intravena tiap 2-4 jam
- Dalam keadaan berat : diazepam drip 20 mg/kgBB/hari dirawat di
ICU
- Dosis pemeliharan 8 mg/kgBB/hari oral, dibagi 6-8 dosis

Perawatan luka atau port dentree


Dilakukan setelah diberi antitoksin dan anti konvulsi
Terapi suportif
- Bebaskan jalan napas
- Hindarkan aspirasi dengan menghisap lendir perlahan-lahan dan
memindah-mindahkan posisi pasien
- Perawatan dengan stimulasi minimal
- Pemberian cairan dan nutrisi adekuat, bila trismus berat dapat
dipasang sonde nasogastrik
- Bantuan napas pada tetanus berat atau tetanus neonatorum
- Pemantauan atau monitoring kejang dan tanda penyulit

Tetanus ringan dan sedang


Diberikan pengobatan tetanus dasar

Tetanus sedang
- Terapi dasar tetanus
- Perhatian khusus pada keadaan jalan nafas (akibat kejang dan
aspirasi)
- Pemberian cairan parenteral, bila perlu nutrisi secara parenteral

Tetanus berat
- Terapi dasar seperti diatas
- Perawatan dilakukan di ICU Anak, diperlukan intubasi dan
pemakaian ventilator
- Balans cairan dimonitor secara adekuat
- Apabila spasme sangat hebat, berikan pankuronium bromida
0,02 mg/kgBB/kali intravena, diikuti 0,05 mg/kgBB/kali, diberikan
tiap 2-3 jam
- Apabila terjadi aktifitas simpatis yang berlebihan, berikan b-
blocker seperti propanolol dan b-bloker labetalol

Unit Terkait IGD, HCU, NICU


SPO PELAYANAN KEDOKTERAN TERHADAP SEPSIS

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


SPO/KPS/PRWT/010 00 1 dari 2

Ditetapkan oleh,
STANDAR Tanggal terbit Direktur RSU Kebayoran Baru
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr.Friana Asmely
2017 NIP:197602092003122004
Pengertian Sepsis adalah SIRS dengan bukti atau dugaan infeksi sebagai penyebab

Tujuan Sebagai panduan penanganan Sepsis

Kebijakan Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan menurunkan
mortalitas.

Prosedur 1. Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk


melakukan tindakan medis kepada orangtua / keluarga pasien.
2. Kenali defenisi, gejala dan tanda sepsis

SIRS (Systemik Inflammatory Response Syndrome) :

Respon sistemik terhadap berbagai kelainan klinik berat

(misalnya infeksi, trauma, dan luka bakar), yang ditandai dengan 2


dari 4 kriterian sebagai berikut :

- Hipertermi (> 38,50C) atau Hipotermi (< 360C)


- Takikardi yaitu peningkatan HR > 2 SD diatas normal sesuai umur
dalam keadaan tidak terdapat stimulasi eksternal, pemakaian obat-
obatan jangka panjang, atau rangsang nyeri; ataubradikardi : HR <
persentil 10 sesuai umur tanpa stimulasi vagal eksternal,
pemakaian -bloker, atau penyakit jantung bawaan.
- Takipneu dengan RR > 2 SD diatas normal sesuai umur atau
ventilator mekanik yang akut yang tidak berhubungan dengan
penyakit neuromuskuler atau penggunaan anastesi umum.
- Jumlah lekosit yang meningkat atau menurun (yang bukan akibat
dari kemoterapi) sesuai umur atau neutrofil imatur > 10%.

SEPSIS
SIRS dengan bukti atau dugaan infeksi sebagai penyebab.
INFEKSI
suatu kecurigaan atau bukti (dengan kultur positif, pengecatan
jaringan, atau uji PCR)
infeksi disebabkan kuman patogen ATAU sindrom klinis yang
berhubungan dengan kemungkinan besar infeksi.

Bukti infeksi meliputi penemuan positif pada pemeriksaan klinis,


pencitraan atau test laboratorium (misalnya sel darah putih pada
cairan tubuh yang normal steril, perforasi usus, foto rontgen dada
menetap adanya pneumonia, ruam ptekiae atau purpura, atau purpura
fulminan).
SEPSIS BERAT
sepsis dengan disfungsi organ kardiovaskular atau ARDS atau 2
disfungsi organ lain.

3. Pemeriksaan laboratorium dan penunjang atas indikasi :


- Darah rutin, Hb, Ht, Leukosit, Trombosit
- GDS, CRP
- Studi koagulasi
- Kultur darah berseri
- Hapus darah tepi : lekopenia / lekositosis, granula toksik, shif to
the left
- Urinalisis
- Foto thoraks
- Syok septik asam laktat, BGA, LFT, elektrolit dan EKG

4. Pengelolaan :
a. Diagnosis dini
b. Early Goal Directed Therapy (EGDT)

Resutasi cairan agresif dengan koloid atau kristaloid, pemberian


obat-obatan inotropik dan atau vasopresor dalam waktu 6 jam
sesudah diagnosis ditegakkan di unit gawat darurat sebelum masuk
PICU.

c. Inotropik / Vasopresor / Vasodilatator


d. Extra Corporeal Membrane Oxigenation (ECMO)
e. Suplemen Oksigen
f. Koreksi Asidosis
g. Terapi Antibiotika
h. Eradikasi Sumber Infeksi
i. Terapi kortikosteroid
j. Anti-inflamasi
k. Granulocyte Macrophage Colony Stimulating Factor (GMCSF)
l. Intravenous Immunoglobulin (IVIG)
m. Transfusi Tukar / Hemafiltrasi
n. Terapi suportif
o. Profilaksis stress ulcers
p. Profilaksis trombosis vena dalam
q. Pencegahan hipoglikemia pada sepsis
r. Penatalaksanaan disfungsi organ : paru, saluran cerna, koagulasi,
dan renal.

Unit Terkait IGD, RAWAT INAP

SPO PELAYANAN KEDOKTERAN


TERHADAP KRISIS HIPERTENSI
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
SPO/KPS/PRWT/002 00 1 dari 2

Ditetapkan oleh,
STANDAR Tanggal terbit Direktur RSU Kebayoran Baru
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr.Friana Asmely
2017 NIP:197602092003122004

Pengertian Hipertensi adalah tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mmHg sistolik

Kriteria DiagnosisTekanan darah lebih atau sama dengan 160/95 mmHg


Tujuan Sebagai acuan tatalaksana penderita hipertensi
Kebijakan Dibawah tanggung jawab dan pengawasan dokter ahli penyakit dalam

Prosedur Diagnosis Diferensial


1. Hipertensi Esensial : (Primer tak jelas sebabnya) didapat lebih dari 90%
penderita
2. Hipertensi Sekunder :
- Penyakit ginjal : Stenosis arteri renalis, GN, PNK, ginjal polikistik,
nefropati
- O.K obat : Ji\ontrasepsi, simpatomimetik
- Endokrin : Feokromositom, hiperfungsi, adrenokortikal
- Neurogenik
- Lain-lain

Pemeriksaan Penunjang
- Mencari komplikasi kardiovaskuler :
- Fungsi ginjal : Ureum, kreatin, urinalisis/proteinuri
- Kelainan jantung : Foto toraks, EKG
- Kelainan vaskuler mata (retina)
- Mencari faktor resiko kardiviovaskuler
- Serum kolesterol, trigliserida
- Gula darah

Perawatan RS : Rawat inap pada hipertensi berat gawat atau yang mendesak atau
dengan komplikasi
Terapi
a. Non Farmakologi : Untuk hipertensi berat ringan-sedang :
Rendah garam (< 3 gr/hari), penrunan berat badan
b. Obat :
Diuretik
HCT x 12,5-25 mg
indapamide 1 x 2,5 mg,
Penghambar adrenergik :
Bekerja sentral :
- Reserpine 1 x 0,05-0,25 mg
- Penyekat alfa-1
- Prazosin 2 x 1-8 mg, doxasin 1 x 1-5 mg
Penghambat ACE
- Catopril 1-3 x 12,5 25 mg
Penghambat kalsium
- Nifedipine 3 x 5-10 mg
Untuk Hipertensi Krisis, gawat atau darurat :
- Nifedipin sub lingual 10 mg dapat diulang
Penyulit :
- Perdarahan otak, ablasio/perdarahan retina, dekompensasi kordis
- Stroke, P.J. Koroner, gagal ginjal, buta
Lama perawatan :
Pada yang gawat 1 minggu
UNIT TERKAIT IGD, RAWAT INAP
SPO PELAYANAN KEDOKTERAN TERHADAP
BRONKIOLITITS

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


SPO/KPS/PRWT/0 00 1 dari 1

Ditetapkan oleh,
STANDAR Tanggal terbit Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr.Friana Asmely
2017 NIP:197602092003122004
Pengertian Kriteria Diagnosis
Batuk / sesak / mengi berulang, ekspirium memanjang PFR / FEV I
menurun, riwayat atopi sendiri dan atau keluarga

Tujuan Sebagai acuan penatalaksanaan pasien asma

Kebijakan Dibawah pengawasan dan tanggung jawab dokter spesialis anak

Prosedur Diagnosis Diferensial


Bronkiolitits pada bayi dan anak kecil

Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin eosinofil total, uji tuberkulin, foto toraks, foto sinus
paranasalis, IgD, IgA, IgM, IgE, analisis gas darah atas indikasi

Terapi
Penghindaran alergen/iritan, bronkodilator oral/inhalasi,s teroid oral
inhalasi, obat-obat pencegahan.

Terapi
- Aminophillin Oral / IV 3-5 mg/KgBB/kali
- Dexamethason Oral : 0,5 mg/KgBB/kali
- Aampicillin 50-100 mg/KgBB/kali (bila ada tanda-tanda infeksi)
- Oxigen : 1-3 liter / menit
Nebulizer bila perlu

Unit Terkait IGD

RAWAT INAP

Anda mungkin juga menyukai