Anda di halaman 1dari 23

SPO PELAYANANAN KEDOKTERAN

PENANGANAN RETENSIO PLASENTA

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


SPO/KPS/KEB/001 00 1 dari 2

Ditetapkan oleh,
STANDAR Tanggal terbit Plt. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
PROSEDUR Kebayoran Baru
OPERASIONAL

2017 dr. Friana Asmely


NIP:197602092003122004
Pengertian Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir
dalam 30 menit setelah bayi lahir.

Tujuan Agar penderita Retensio Plasenta mendapat pelayanan yang


optimal.

Kebijakan 1. Penatalaksanaan Retensio placenta berdasarkan standar


pelayanan medis yang disusun oleh Rumah Sakit Umum
Kecamatan Kebayoran Baru
2. Kasus retensio placenta dapat di tangani oleh Dokter
Kandungan bila diperlukan konsultasi dengan dokter spesialis
lain yang terkait.
Prosedur 1. Kriteria diagnosis
a) Plasenta belum lahir
Biasanya disertai perdarahan
b) Obstetri :
1) Fundus uteri masih tinggi
2) Inspekulo (tanpak tali pusat, darah keluar dari ostium
uteri eksternum)
2. Pemeriksaan penunjang :
Laboratorium : Hemoglobin, masa perdarahan dan masa
Pembekuan

3. Diagnosis banding
a) Atonia uteri
b) Luka jalan lahir
4. Terapi :
a) Beri oksitosin drip 20 u
b) Setelah kontraksi rahim baik lakukan pelepasan plasenta
secara manual
c) Setelah plasenta lepas seluruhnya, plasenta dilahirkan
d) Berikan Ergometri 0,2 mg im atau iv
e) Obat-obatan : Antibiotika, uterotonika, analgetik dan
roburansia
5. Informed Consent : Perlu bila akan diadakan tindakan plasenta
manual
6. Konsultasi : -
7. Perawatan Rumah Sakit harus segera dirawat
8. Penyulit : Syok hipovolemik
9. Informed Consent : perlu untuk operasi
10. Lama perawatan 1-2 hari
11. Out Put : baik
12. Patologi anatomi : -
13. Bila dalam penatalaksanaan tidak ada perbaikan DPJP dapat
melakukan pengobatan sesuai dengan pengalamannya
Unit Terkait - Unit Rawat Inap
- UGD
- Kamar Operasi
- Poliklinik
- Kamar bersalin

SPO PELAYANANAN KEDOKTERAN


PENANGANAN DISTOSIA

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


SPO/KPS/KEB/002 00 1 dari 2

Ditetapkan oleh,
STANDAR Tanggal terbit Direktur RSU Kebayoran Baru
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Friana Asmely
NIP:197602092003122004
2017
Pengertian Dictosia adalah persalinan abnormal yang ditandai oleh
kelambatan atau tidak adanya kemajuan proses persalinan dalam
ukuran satuan waktu tertentu.

Tujuan Agar pasien distosia mendapat pelayanan yang optimal

Kebijakan 1. Penatalaksanaan Distosia berdasarkan standar pelayanan


medis yang disusun oleh Rumah Sakit Kebayoran baru
2. Kasus Distosia dapat di tangani oleh Dokter Kandungan bila
diperlukan konsultasi dengan dokter spesialis lain yang terkait.
Prosedur 1. Kriteria Diagnosis
a) Persalinan sudah berlangsung selama beberapa waktu, bayi
baru lahi
b) Kontraksi rahim bisa dirasakan kuat dan sering bisa juga
tidak
c) Pemeriksaan obstetri, meliputi tinggi fundus uteri, letak dan
presentasi janin, denyut jantung janin, kualitas his/ kontraksi
rahim dan taksiran berat janin.
d) Periksa dalam vagina : keadaan serviks besarnya
pembukaan keadaan selaput ketuban, turunnya bagian
terbasah janin, posisi denominator.
2. Pemeriksaan Penunjang
a) Ultrasonografi
b) Kardiotokografi
3. Diagnosis banding
a) Kelainan tenaga yaitu kurang kuatnya his.
b) Kelainan janin : besar, bentuk, jumlah, letak, presentasi.
c) Kelainan jalan lahir : kelainan tulang panggul atau jaringan
lunak panggul
4. Terapi
a) Disesuaikan dengan penyebab distosia, dengan
memperhatikan indikasi, kontra indikasi dan komplikasi
misalnya dengan melakukan :
(1) Akselerasi persalinan dengan memperbaiki his dengan
oksitosin
(2) Mempercepat kala dua dengan ekstraksi pakum atau
forsep
(3) Seksio Caesarea
5. Konsultasi : tidak ada
6. Perawatan rumah sakit ; diperlukan untuk pemulihan setelah
dilakukan persalinan
7. Penyulit
a) Partus lama
b) Infeksi Intra partun
c) Ruptura uteri
d) Perlukaan jalan lahir
8. Bila dalam penatalaksanaan tidak ada perbaikan DPJP dapat
melakukan pengobatan sesuai dengan pengalamannya.
Unit Terkait - Unit Rawat Inap
- UGD
- Kamar Operasi
- Poliklinik
- Kamar bersalin

SPO PELAYANANAN KEDOKTERAN


PENANGANAN MOLAHIDATIDOSA
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
SPO/KPS/KEB/003 00 1 dari 2

Ditetapkan oleh,
STANDAR Tanggal terbit Direktur RSU Kebayoran Baru
PROSEDUR
OPERASIONAL
2017 dr. Friana Asmely
NIP:197602092003122004
Pengertian Molahidatidosa adalah keadaan patologi dari khorion dengan sifat
degenerasi, kistik, tidak ada pembuluh darah janin dan proliferasi
trofoblas

Tujuan Agar penderita molahisatidosa mendapat penaganan yang


optimal.

Kebijakan 1. Penatalaksanaan Molahidatidosa berdasarkan standar


pelayanan medis yang disusun
2. Kasus molahidatidosa dapat di tangani oleh Dokter Kandungan
bila diperlukan konsultasi dengan dokter spesialis lain yang
terkait.
Prosedur 1. Kriteria diagnosis :
a) Perdarahan pervaginam/ gelembung mola
b) Gejala toksemia pada trimester I-II
c) Hyperemesis gravidarum
d) Mungkin juga ditemukan gejala tirotoksis
e) Umumnya uterus lebih besar dari usia kehamilan
f) Kista lutein
g) Balotemen negative
h) Denyut jantung janin negatif
2. Pemeriksaan penunjang
a) Laboratorium : urine untuk test kehamilan
darah : Hb, Lekosit, BT,

b) USG
c) T3 dan T4 bila ada gejala Tirotoksikosis
3. Diagnosa banding
a) Abortus
b) Kehamilan normal
c) Kehamilan ganda
d) Kehamilan dengan Myoma
4. Penatalaksanaan
a) Koreksi dehidrasi, anemia
b) Evakuasi dengan kuretase
c) Kuretase kedua dilakukan apabila kehamilan > 20 minggu
sesudah hari ke 7
d) Pemberian Uterotonika
5. Konsultasi : penyakit dalam
6. Perawatan Rumah Sakit
Pasien perlu dirawat agar dapat diperbaiki keadaan umum dan
evakuasi segera dapat dilakukan bila semua persiapan sudah
selesai.
7. Penyulit :
a) Karena penyakit :
Perdarahan hebat, krisis tiroid, infeksi, perforasi, uterus,
keganasan
b) Karena tindakan : Perforasi usus
8. Inforned consent : Perlu
9. Lama perawatan : 3-5 hari post evakuasi
10. Masa pemulihan : 4-6 minggu dan pengawasan lanjut sampai
minimal 2 tahun
11. Out put : Pada umumnya baik
12. Bila dalam penatalaksanaan tidak ada perbaikan DPJP dapat
melakukan pengobatan sesuai dengan pengalamannya.

Unit Terkait - Unit Rawat Inap


- UGD
- Kamar Operasi
- Poliklinik
- Kamar bersalin

SPO PELAYANANAN KEDOKTERAN


PERAWATAN SHOCK DALAM KEBIDANAN
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
SPO/KPS/KEB/004 00 1 dari 1
Ditetapkan oleh,
STANDAR Tanggal terbit Direktur RSU Kebayoran Baru
PROSEDUR
OPERASIONAL
2017 Dr.Friana Asmely
NIP:197602092003122004
Pengertian Tindakan keperawatan yang diberikan kepada penderita yang
mengalami shock dalam kebidanan, yaitu karena adanya
gangguan perfusi dalam jaringan pada tingkat pembuluh kapiler.
Tujuan Untuk mengusahakan agar shock segera berakhir.
Penyebab shock kebidanan adalah :
1. Infeksi berat.
2. Perdarahan.
3. Solutio placenta.
4. Perlukaan dalam persalinan.
5. Inversi uteri.
6. Emboli air ketuban.
Kebijakan Ibu yang mengalami penurunan tanda tanda vital bisa tertangani
dengan baik
Prosedur 1. Penderita dibaringkan dengan posisi transdelenburg atau
terlentang biasa, kaki ditinggikan 30o
2. Pasang O2 penderita diselimuti supaya tidak kedinginan
3. Periksa vagina apakah ada inversi uteri
4. Infus cairan garam fisiologis ( NACL )
5. Kontrol vital sign dan urine tiap jam ( DC )
6. Apabila perdarahan banyak sedia darah untuk transfusi
Kolaborasi dengan dokter untuk tindakan selanjutnya
Unit Terkait - Unit Rawat Inap
- UGD
- Kamar bersalin

SPO PELAYANANAN KEDOKTERAN


PENANGANAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM

No. Dokumen No. Revisi Halaman

SPO/KPS/KEB/005 00 1 dari 2

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh Direktur


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
2017 dr. Friana Asmely
(SPO)
NIP:197602092003122004
PENGERTIAN Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita muntah-
muntah berlebihan, lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat,
sehingga mengganggu kesehatan.
TUJUAN Agar pasien hiperemesis gravidarum mendapat penanganan yang
optimal

KEBIJAKAN 1. Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum berdasarkan standar


pelayanan medis yang disusun oleh Rumah Sakit Petukangan
2. Kasus Hiperemesis Gravidarum dapat di tangani oleh Dokter
Kandungan bila diperlukan konsultasi dengan dokter spesialis lain
yang terkait
PROSEDUR 1. Kriteria diagnosis
a) Hamil muda
b) Muntah-muntah hebat setiap yang dimakan dan minum segera
dimuntahkan kembali
c) Keadaan umum lemah, dengan tanda-tanda dehidrasi seperti
suara yang serak, turgor kulit yang menurun, mata cekung.
d) Pemeriksaan obstetri menunjukkan tanda-tanda hamil muda
2. Diagnosis banding
a) Hepatitis dalam kehamila
b) Pemeriksaan penunjang
c) Urin
d) Fungsi hati
e) Ultrasonografi
3. Konsultasi
a) Penyakit dalam
b) Penyakit
4. Terapi
Pengobatan medikal
Pemberian cairan perinfus, larutan ringer dextrose, ditambah obat anti
emetik atau diberikan 6-8 jam perbotol selama masih muntah pasien
dipuaskan kemudian realimentasi bertahap dimulai dengan minum,
makan cair, lunak sampai makan biasa
5. Perawatan Rumah Sakit :
Pasien perlu dirawat agar dapat diberi pengobatan dengan infus dan
agar dapat beristirahat baik fisik maupun psikis.
6. Penyulit
a. Dehidrasi.
b. Gangguan fungsi heper
c. Febris
7. Informed consents : Perlu
8. Lama perawatan : tergantung penyulit yang ada, antara 2 sampai
10 hari
9. Masa pemulihan
Sampai usia kehamilan mencapai 4 bulan
10. Out Put
Pada umumnya baik.1
11. Bila dalam penatalaksanaan tidak ada perbaikan DPJP dapat
melakukan pengobatan sesuai dengan pengalamannya.
UNIT TERKAIT 1. IGD
2. Poliklinik
3. Ruang Tindakan
4. Ruang Perawatan

SPO PELAYANANAN KEDOKTERAN


PENANGANAN PLASENTA PREVIA
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
SPO/KPS/KEB/006 00 1 dari 1

Ditetapkan oleh,
STANDAR Tanggal terbit Direktur RSU Kebayoran Baru
PROSEDUR
OPERASIONAL
2017 dr. Friana Asmely
NIP:197602092003122004
Pengertian Tindakan keperawatan yang diberikan kepada penderita yang
plasenta previa, yaitu placenta yang letaknya di segmen bawah
rahim, sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan
jalan lahir.
Tujuan Mengatasi perdarahan, karena ini dapat mengakibatkan kematian
bagi ibu maupun bayi.
Kebijakan Ibu hamil yang mengalami perdarahan
Prosedur 1. Apabila perdarahan banyak.
a. Penderita ditidurkan tanpa bantal dan posisi transdelenburg
b. Pasang oksigen dan infus NACl / RL
c. Periksa HB, golongan darah dan cross
d. Sedia darah untuk transfuse
e. Kontrol vital sign dan DJJ.
f. Preoperasi lengkap tanpa lavemen
g. Penderita di SC.
2. Apabila perdarahan sedikit, dilihat dulu umur kehamilannya, bila
< 37 minggu dan BB < 2.500 gr :
a. Penderita bedrest total
b. Cek HB, golongan darah dan cross, sediakan darah untuk
transfuse sewaktu-waktu terjadi perdarahan banyak atau
pasien shock
Sedia O2, control DJJ 3x sehari

3. Umur kehamilan > 37 minggu dan BB > 2.500 gr:


a. Penderita disiapkan untuk SC, persiapan lengkap tanpa
lavemen
b. Cek HB, golongan darah dan cross, sedia darah untuk
transfusi
c. Kontrol vital sign dan DJJ.

Unit Terkait - Unit Rawat Inap


- UGD
- Kamar bersalin
SPO PELAYANANAN KEDOKTERAN
PRESENTASI BOKONG

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


SPO/KPS/KEB/007 00 1 dari 1

Ditetapkan oleh,
STANDAR Tanggal terbit Direktur RSU Kebayoran Baru
PROSEDUR
OPERASIONAL
2017 dr. Friana Asmely
NIP:197602092003122004
Pengertian Kehamilan dengan bagian terbawah bokong
Tujuan Menurunkan angka Morbiditas dan mortalitas ibu dan anak
Kebijakan 1. Melakukan prosedur pemeriksaan yang teliti dan akurat
sehingga kehamilan dengan presentasi bokong bisa
terdeteksi
2. Memberikan pelayanan yang baik, benar dan tepat.
Melakukan upaya promotif
Prosedur 1. Kriteria diagnosis
a. Gerakan janin dirasa bagian bawah
b. Teraba kepala di fundus uteri
c. DJJ setinggi atau lebih tinggi dari pusat
d. Periksa dalam teraba bokong, anus, kaki
2. Pemeriksaan penunjang : USG
3. Penatalaksanaan
a. Dalam kehamilan
pada kehamilan <34 minggu (PLD) posisi lutut
dada.jika berhasil pertahan kan sampai aterm, jika
gagal kontrol tip minggu pada kehamilan > 34 minggu
lakukan versi luar, jika berhasil pertahankan sampai
aterm, jika gagal kontrol tiap minggu.

b. Dalam persalinan
2) pembukaan kurang 4 cm, KK tidak ada kontra
indikasi, VL gagal, nullipara TBJ > 3250 gr ,
lakukan SC.
3) Pembukaan lebih 4 cm, KK ( - ) , nullipara , multi ,
lakukan partus pervaginam.
4) Multigravida, janin besar, KK (-) lebih dari 12 jam,
lakukan SC
5) Partus tak maju, KK (- ) lakukan SC.
6) Pervaginam : Bracht, Manual, Ekstrasi
Unit Terkait - Kamar bersalin
- Unit rawat inap
- Kamar Operasi
SPO PELAYANANAN KEDOKTERAN
PENANGANAN PRE-EKLAMPSI/EKLAMPSI

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


SPO/KPS/KEB/008 00 1 dari 4
Ditetapkan oleh,
STANDAR Tanggal terbit Direktur RSU Kebayoran Baru
PROSEDUR
OPERASIONAL
2017 dr. Friana Asmely
NIP:197602092003122004
Pengertian 1. Pre-eklampsi adalah timbulnya hipertensi, protenuria dan edem
akibat kehamilan, setelah kehamilan > 20 minggu atau segera
setelah persalinan.
2. Eklamsi adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam
persalinan atau nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang
dan atau koma. Sebelum wanita hamil tadi menunjukkan tanda-
tanda preklampsi.
Tujuan Agar pasien Pre-eklampsi/ eklampsi mendapat penanganan yang
optimal

Kebijakan 1. Penatalaksanaan Pre-eklampsi/Eklampsi berdasarkan standar


pelayanan medis yang disusun oleh Rumah Sakit Petukangan.
2. Kasus penanganan pre eklamsi dapat di tangani oleh Dokter
Kandungan bila diperlukan konsultasi dengan dokter spesialis
lain yang terkait.
Prosedur 1. Kriteria diagnosis
a) Hamil lima bulan atau lebih
b) Kaki terasa bengkak
c) Tekanan darah diatas normal
d) Pemeriksaan obstetri : besar rahim sesuai dengan usia
kehamilan, atau lebih kecil apabila ada PJT (pertumbuhan
janin terlambat)
e) Edem, proteimuria dan hipertensi.
f) Pada eklampsi ditambah dengan kejang dan atau koma.
g) Pre-eklampsi ringan : didasarkan atas timbulnya hipertensi
disertai proteinuria dan atau edem setelah kehamilan 20
minggu.
h) Pre-eklampsi berat : apabila ditemukan satu atau beberapa
gejala dibawah ini :
i) Tekanan darah sistolik lebih atau sama dengan 160 mmHg
atau tekanan darah diastolik lebih atau sana dengan 110
mmHg.
j) Pre-eklampsi ringan : didasarkan atas timbulnya hipertensi
disertai proteinuria dan atau edem setelah kehamilan 20
minggu
k) Oliguria, yaitu produk urine kurang dari 500 ml/ 24 jam
yang disertai kenaikan kadar kreatinin plasma
l) Gangguan visus atau cerebral
m) Nyeri pada epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas
abdomen
n) Pertumbuhan janin intra uterine terlambat
o) Ada sindrom HELLP (H : hemolysia, EL : Elevated) liver
enzyne, LP : Low platelet count)
p) Eklampsi : Kejang dan atau koma tanpa kelainan
neurologik, pada wanita dalam kehamilan, persalinan atau
nifas dengan tanda-tanda preklampsi berat lainnya.
2. Pemeriksaan penunjang :
a) Laboratorium : Protein urin, Hb, Ht Trombosit, asam urat,
fungsi
ginjal dan fungsi hati.
3. Diagnosa banding :
Hipertensi menahun, kelainan ginjal dan epilepsi.
4. Terapi :
a. Pre-eklampsi ringan
1) Rawat jalaBanyak istirahat dengan tidur miring
2) Diet cukup protein, rendah karbohidrat, rendah lemak
dan garam
3) Sedativa ringan seperti luminal 3 X 30 mg atau
valium 3 X 2 mg Kunjungan ulang setiap minggu
4) Rawat Inap
5) Pada kehamilan pre-term (37 minggu) Bila tekanan
darah normal selama perawatan, persalinan ditunggu
sampai aterm
(1) Bila tekanan darah turun tidak sampai normal,
kehamilan diterminasi pada usia kehamilan 37
minggu
(2) Pada kehamilan aterm (37 minggu) persalinan,
ditunggu spontan atau dipersalinan pada
tanggal taksiran persalinan. Persalinan dapat
dilakukan spontan atau kalau perlu
memperpendek partus kala II dengan ektraksi
vakum.
6) Pre-eklampsi berat
(1) Segera dirawat dan ditentukan jenis perawatan
tindakan yang akan diambil, aktif atau konservatif.
(2) Tindakan aktif : kehamilan diakhiri bersama dengan
pengobatan medisina.
(3) Tindakan konservatif : kehamilan tetap dipertahankan
bersama dengan pengobatan medika mentosa.
5. Perawatan :
a. Perawatan aktif
Indikasi : bila didapatkan satu atau lebih keadaan dibawah
ini.
a) Pada ibu :
(a) Kehamilan lebih dari 37 minggu
(b) Adanya tanda-tanda/ gejala impending eklampsi
(c) Kegagalan perawatan konservatif
(d) Dalam waktu 6 jam setelah pengobatan tekanan
darah naik
(e) Setelah 24 jam pengobatan tidak ada perbaikan
b) Pada janin :
(a) Adanya tanda-tanda gawat janin
(b) Adanya tanda-tanda PJT (pertumbuhan janin
terlambat).
6. Laboratorium :
Ditentukan adanya sindrom HELLP
7. Terapi
a.Terapi medikamentosa :
(a) Infus dekstrose 5 %, tiap 500 ml ditambah valium 40 mg
20 tetes/ menit.
(b) Anti hipertensi diberikan hanya bila tekanan darah
diastolik > 110 mmHg, berupa tablet nifedipin 10 mg
digerus dibawah lidah.
(c) Anti hipertensi diberikan hanya bila tekanan darah
diastolik > 110 mmHg, berupa tablet nifedipin 10 mg
digerus dibawah lidah.
(d) Diuretika hanya diberikan bila ditemukan :
(1) Edem paru-paru
(2) Payah jantung kongesti
(3) Edem anasarka
(e) Diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan
garam
8. Terapi Obstetrik : terminasi kehamilan dengan cara yang sesuai
a. Bila belum infartu :
(a) Induksi persalinan
(b) Kateter foley
(c) Infus oksitosin
(d) Amniotomi.
(e) Seksio Caesarea bila induksi persalinan gagal yaitu 12
jam sejak dimulai infus oksitosin belum masuk fase
aktif
(f) Bila sudah inpartu
(1) Kala 1 : fase laten : Seksio Caesare
(2) Fase aktif : Amniotomi, bila kemudian pembukaan
belum lengkap, seksio caesarea.
(3) Kala II : Persalinan pervaginam, dibantu ekstrak
vakum.
9. Perawatan konservatif :
a. Indikasi : kehamilan preterm (< 37 minggu) tanpadisertai
tanda-tanda impending eklampsi dengan keadaan janin baik
b. Pengobatan medikamentosa : sama dengan pengobatan
pada perawatan aktif
c. Pengobatan obstetri :
1) Selama perawatan konservatif dilakukan observasi dan
evaluasi sama dengan perawatan aktif, hanya disini tidak
dilakukan terminasi
2) Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan dianggap
pengobatan gagal dan dilakukan terminasi
d. Perawatan Eklampsi :
(1) Pengobatan medikamentosa :
a) Obat anti kejang infus dextrose 5 % ditambah
dengan 40 mg Valium 20 tetes/ mnt, bila kejang
diberikan injeksi valium secara bolus.
b) Obat-obat lain seperti anti hipertensi, anti piratik, anti
biotika, kardiotonik, diberikan apabila ada indikasi.
c) Perawatan pada serangan jantung
d) Dirawat diruang observasi
1) Dipasang ropharingeal airway (Guedel) kedalam
mulut penderita
2) Kepala direndahkan dan daerah orofaring
dibersihkan dengan pengisap lendir
3) Fiksasi badan penderita pada tempat tidur jangan
terlalu kuat untuk menghindari terjadinya fraktur.
4) Perawatan penderita dengan koma
5) Disamping yang diatas dilakukan meonitoring dan
evaluasi dalamnya koma.
6) Pencegahan dekubitus dan pemberian makan
dengan melalui pipa lambung.
e. Pengobatan obstetrik :
a) Pada dasarnya semua kehamilan dengan eklampsi
harus diakhiri tanpa memandang umum kehamilan
dan keadaan janin.
b) Kehamilan diakhiri apabila sudah terjadi stabilisasi
(pemulihan) hemodinamika dan metabolisme ibu,
yaitu 4-8 jam setelah (salah satu atau lebih)
c) Pengobatan anti kejang terakhir
1) Setelah kejang terakhir
2) Setelah pemberian obat anti hipertensi terakhir
3) Penderita mulai sadar
4) Cara terminasi kehamilan sama seperti pre-eklampsi
berat
10. Konsultasi. Apabila diperlukan konsultasi dengan spesialis
penyakit dalam, syaraf dan mata
11. Perawatan Rumah Sakit
Pasien Pre-eklampsi ringan dirawat apabila setelah 2 minggu
rawat jalan tidak menunjukkan adanya perbaikan pasien pre-
eklampsi berat harus dirawat.

12. Penyulit
Gagal ginjal, gagal jantung edem paru, kelainan pembekuan
darah, perdarahan otak, kematian janin.

13. Informed Consent


Perlu dijelaskan kepada keluarga pasien mengenai kondisi
pasien dan rencana perawatan.
Tenaga perawatan.Dokter spesialis kebidanan, dokter umum
dan bidan terlatih
14. Lama perawatan. Pasien dirawat sampai 5 hari pasca persalinan
15. Masa pemulihan : 6 minggu
16. Out Put : Sembuh total bila tanpa komplikasi
Bisa terjadi kematian janin dan atau ibu.
17. Bila dalam penatalaksanaan tidak ada perbaikan DPJP dapat
melakukan pengobatan sesuai dengan pengalamannya.
Unit Terkait - Unit Rawat Inap
- UGD
- Kamar Operasi
- Poliklinik
SPO PELAYANANAN KEDOKTERAN
PENANGANAN ABORTUS
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
SPO/KPS/KEB/009 00 1 dari 3
Ditetapkan oleh,
STANDAR Tanggal terbit Direktur RSU Kebayoran Baru
PROSEDUR
OPERASIONAL
2017 dr. Friana Asmely
NIP:197602092003122004
Pengertian 1. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi,
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dan sebagai
batasan di gunakan kehamilan kurang 20 mgg atau berat
badan janin kurang dari 500 gram.
2. Abortus kompletus: seluruh hasil konsepsi telah keluar dari
kavum uteri pada kehamilan kurang 20 mgg.
3. Abortus insipien : abortus yang sedang mengancam, dimana
serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka akan
tetapi hasil konsepsi masih di dalam kavum uteri.
4. Abortus imminens : abortus tingkat permulaan, dimana terjadi
perdarahan pervaginam sedangkan ostium uteri masih
tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.
5. Missed abortion : dimana embrio telah meninggal dalam
kandungan sebelum kehamilan 20 mgg, akan tetapi hasil
konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan
selama 6 mgg atau lebih.
6. Abortus habitualis : keadaan terjadinya abortus tiga kali
berturut- turut atau lebih.
Tujuan Memberikan pedoman pada petugas tentang langkah-langkah
pengelolaan abortus, sehingga tindakan yang dilakukan jelas dan
dapat di pertanggung jawabkan.

Kebijakan 1) Pengelolaan pasien sesuai diagnosis, di rawat di ruang


perawatan setelah ada persetujuan dari dokter.
2) Selama perawatan dan observasi di catat setiap
perkembangan keluhan pasien.
3) Petugas pelaksana Dokter dan bidan.
4) Kriteria:
a. Terlambat haid atau amenorre kurang dari 20 mgg.
b. Perdarahan pervaginam ,mungkin disertai keluar
jaringan.
c. Rasa sakit di daerah supra simfisis.
Abortus Imminens:

a. Hamil sebelum 20 mgg.


b. perdarahan melalui ostium uteri eksternum.
c. mules sedikit atau tidak sama sekali.
d. uterus membesar sebesar usia kehamilan
e. tes kehamilan positif.
Abortus insipiens :

a. Hamil kurang 20 mgg.


b. Perdarahan uterus.
c. Dilatasi servix
d. Hasil konsepsi masih dalam uterus.
e. Rasa sakit di atas simfisis lebih kuat.
Abortus inkomplet :

a. Hamil kurang 20 mgg.


b. pengeluaran sebagian hasil konsepsi.
c. kanalis servix terbuka.
d. jaringan dapat di raba di dalam kavum uteri
e. perdarahan dapat banyak sekali sehingga menyebabkan
syok
f. perdarahan tidak akan berhenti sebelum hasil konsepsi
g. di keluarkan seluruhnya.
Abortus kompletus:

a. semua hasil konsepsi sudah keluar


b. diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat
dinyatakan bahwa semua nya sudah keluar dan lengkap.
c. dinyatakan bahwa semua nya sudah keluar dan lengkap.
Missed abortion :

a. didahului oleh tanda-tanda abortus imminens yang


kemudian
menghilang secara spontan atau setelah pengobatan.
Prosedur 1. Dokter yang merawat melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
2. Pemeriksaan penunjang yang di perlukan : tes kehamilan,
USG, Kadar fibrinogen
3. Pengelolaan abortus imminens:
a. Istirahat total di tempat tidur.
b. Beri therapy sesuai advise dr SpOG.
c. Untuk melihat prognosis lakukan pemeriksaan USG.
4. Pengelolaan Abortus insipiens :
a. Prinsip uterus harus segera di kosongkan, untuk
mencegah perdarahan.
b. Pasang infus drips oksitosin 10 unit.
c. Pengeluaran hasil konsepsi dengan curetase, pasca
tindakan di berikan injecsi methil ergometrin maleat 1
ampul untuk mempertahankan kontraksi uterus
d. Penderita bisa di pulangkan setelah keadaan
memungkinkan, dan dianjurkan
e. Penderita di anjurkan kontrol 2 mgg kemudian.
f. Bila terjadi syok karena perdarahan, harus segera di infus
RL, dan disusul
g. pemberian darah/tranfusi, setelah syok teratasi lakukan
curetase
h. Bila tidak terjadi syok bisa di lakukan curetase.
i. Pasca tindakan curetase beri injecsi methilergometrine
maleat untuk
j. Mempertahankan kontraksi.

5. Pengelolaan abortus incomplet :


a. Tidak memerlukan penanganan khusus.
b. Beri therapi sesuai advise dr SpOG.
6. Pengelolaan missed abortion :
a. Periksa kadar fibrinogen sebelum dilakukan tindakan
curetase, bila < 159 mg% perbaiki dulu dengan
pemberian fibrinogen kering atau darah segar ( fresh
whole blood)
b. sebelum tindakan curetase berikan antibiotic profilaksis
c. Bila belum ada pembukaan servic, lakukan dilatasi servix
dengan misoprostol, atau bougie laminaria.
Bila kaadaan memungkinkan penderita bisa di pulangkan,
anjurkan untuk control 2 mgg.
Unit Terkait - Unit Rawat Inap
- IGD
- Poliklinik
- Kamar bersalin

SPO PELAYANAN KEDOKTERAN


PENANGANAN KETUBAN PECAH DINI
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
SPO/KEB/008 00 1 dari 2

Ditetapkan oleh,
STANDAR Tanggal terbit Direktur RSU Kebayoran Baru
PROSEDUR
OPERASIONAL

2017 dr. Friana Asmely


NIP:197602092003122004
Pengertian Ketuban pecah dini adalah keadaan dimana selaput ketuban
pecah sebelum waktunya.

Tujuan Agar Pasien dengan ketuban pecah dini mendapat penaganan


yang optimal.

Kebijakan 3. Penatalaksanaan Ketuban pecah dini berdasarkan standar


pelayanan medis yang disusun oleh Rumah Sakit Petukagan
4. Kasus ketuban pecah dini dapat di tangani oleh Dokter
Kandungan bila diperlukan konsultasi dengan dokter spesialis
lain yang terkait.
Prosedur 1. Kriteria diagnosis :
1) Umur kehamilan lebih dari 20 minggu
a) Keluar air ketuban dari rahim
Kontraksi mungkin ada mungkin tidak
b) Pemeriksaan obstetri :
Tinggi fundus uteri, letak dan presentasi janin, turunnya
bagian terbawah janin, kontraksi rahim denyut jantung
janin.
c) Inspekulo (tampak cairan keluar dari ostium uteri
eksternum).
2. Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium : lekosit > 15.000/cu.mm menunjukkan
infeksi
2) USG : membantu menentukan usia kehamilan, letak
janin,berat janin, letak dan gradasi plasenta dan jumlah air
ketuban.
3) CTG : untuk mendeteksi adanya gawat janin.
3. Terapi
1) Konservatif
a) Rawat di Rumah Sakit
(1) Antibiotika kalau ketuban pecah > 6 jam
(a) Bila umum kehamilan < 32 minggu, dirawat
selama air ketuban tidak keluar lagi. Diberikan
steroid selama 7 hari untuk mematangkan
pertumbuhan janin.
(b) Bila pada usia kehamilan 34 minggu masih keluar
air ketuban maka pada usia kehamilan 35 minggu
dipertimbangkan untuk terminasi
(c) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit)

2) Aktif
a) Kehamilan > 36 minggu, induksi dengan oksitosin, bila
gagal seksio caesarea.
1) Bila ada indikasi seperti CPD atau letak lintang,
seksio caesarea
2) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis
tinggi dan kehamilan/ persalinan diakhiri :
3) Bila skor pelvik < 3 diakhiri dengan seksio caesarea
4) Bila skor pervik > 5 induksi dan partus pervaginam
5) Bila infeksi berat seksio caesarea.
4. Konsultasi : tidak ada
5. Perawatan Rumah Sakit :
Harus dirawat di Rumah Sakit sampai setelah perawatan dari
tindakan terminasi kehamilan selesai

6. Penyulit : infeksi sampai sepsis


7. Informed Consent : Perlu bila akan diadakan tindakan operatif
8. Lama perawatan :
a. Konservatif : sangat tergantung dari usia kehamilan,
lamanya air tuban keluar dan keadaan umum penderita
b. Aktif : partus pervaginam 3-4 hari, seksio caesarea 4-5 hari
9. Out Put : Sembuh total
10. Patologi antomi : tidak ada
11. Bila dalam penatalaksanaan tidak ada perbaikan DPJP dapat
melakukan pengobatan sesuai dengan pengalamannya.

Unit Terkait - Unit Rawat Inap


- UGD
- Kamar Operasi
- Poliklinik
- Kamar bersalin

Anda mungkin juga menyukai