PENDAHULUAN
terdapatnya nekrosis dan inflamasi sel hepar yang memberikan gambaran klinis,
hepatitis adalah virus Hepatitis B.1 Infeksi virus hepatitis B (VHB) merupakan
kasus baru per tahun, dimana insiden tertinggi pada usia dewasa yaitu umur 20-39
tahun.1 Sedangkan jumlah kasus baru pada anak tiap tahunnya hanya bisa
diperkirakan lebih rendah karena kebanyakan infeksi pada anak tidak bergejala.
Meskipun pada anak infeksi ini kurang dari 10%, namun jumlah ini merupakan
negara dengan endemisitas sedang hingga tinggi. Prevalensi diantara wanita hamil
berkaisar antara 3-8% dengan potensi penularan perinatal yang tinggi dari ibu
prevalensi HBsAg dan HBeAg pada 9875 wanita hamil dengan hasil sebagai
berikut: HbsAg positif 3,6 % dan dari HBeAg positif 45,7 %.4,7
Infeksi HBV yang terjadi pada masa bayi dan anak umumnya tidak
1
4,6
laporan mengenai jumlah penderita jauh di bawah angka yang sebenarnya. Pada
bayi dan anak terdapat masalah hepatitis B yang serius karena risiko untuk
sebelum usia satu tahun mempunyai risiko kronisitas sampai 90 %, sedangkan bila
infeksi HBV terjadi pada usia antara 2-5 tahun, risikonya menurun menjadi 50 %,
bahkan bila infeksi terjadi pada anak usia di atas lima tahun hanya berisiko 5-10
Risiko timbulnya infeksi HBV pada anak adalah transmisi ibu-anak, yaitu
eksposur perinatal dengan ibu yang memiliki HbsAg positif. Risiko transmisi
akan lebih besar jika ibu juga HBeAg positif; 70-90 % menjadi kronis jika tidak
diobati. 1,4
terjadinya infeksi HBV pada periode perinatal. Pengobatan infeksi virus hepatitis
B sampai saat ini belum memuaskan. Oleh sebab itu diperlukan usaha untuk
2
1.4 Metode Penulisan
beberapa literatur.
3
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1 Definisi
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus dimana hati sebagai organ
target utama dimana lesi hepatik yang utama terjadi berupa nekrosis hepatosit dan
berdasarkan:11
penyebab, terbagi atas hepatitis oleh virus, hepatitis oleh bakteri, hepatitis
oleh obat-obatan.
terdapatnya nekrosis dan inflamasi sel hepar yang memberikan gambaran klinis,
Hepatitis virus B kronik: yaitu apabila selama lebih dari 6 bulan gejala
infiltrasi leukosit di daerah portal dengan bentuk lobus yang masih utuh
tanpa dijumpai jaringan fibrotik, dan hepatitis kronik aktif dengan ciri
4
necrosis dan nekrosis antara 2 lobus ( bridges necrosis ) dengan atau
2.2 Epidemiologi
karier virus hepatitis B sangat bervariasi dari satu negara ke negara lainnya.
Terdapat lebih dari setengah populasi pernah terinfeksi oleh virus Hepatitis B di
area dengan prevalensi tinggi, dan lebih dari 8% populasi merupakan penderita
Sahara Afrika, China, beberapa daerah Timur Tengah, Basin amazon, dan pulau
tertinggi. Enam juta penduduk US terinfeksi, dengan 300.000 kasus baru per
tahun, dimana insiden tertinggi pada usia dewasa yaitu umur 20-39 tahun. 12
Sedangkan jumlah kasus baru pada anak tiap tahunnya hanya bisa diperkirakan
lebih rendah karena kebanyakan infeksi pada anak tidak bergejala.3,4 Meskipun
pada anak infeksi ini kurang dari 10%, namun jumlah ini merupakan 20-30% dari
wanita hamil berkisar antara 3-8%.4 Distribusi umur pasien hepatitis B yang
dirawat di Bagian IKA FKUI/ RSCM sejak Juli 1992-April 2000 didapatkan 28
pasien hepatitis B kronis, terdiri dari 19 laki-laki dan 9 perempuan. Umur pasien
5
Tabel 2.1. Distribusi umur pasien hepatitis B yang dirawat di Bagian IKA
FKUI/RSCM
Umur Jumlah pasien
1-12 bulan 7
1-5 tahun 5
6-10 tahun 7
> 10 tahun 9
2.3 Etiologi
2.3.1 Virologi
Hepadna dengan ukuran 42 nm. Virus ini sampai sekarang belum dapat dibiakkan
dalam jaringan. Virus yang utuh disebut partikel DANE yang terdiri dari lapisan
luar (HBsAg) dan inti atau Core (HBcAg). Di dalam inti selain HBcAg terdapat
6
2.3.2 Transmisi
Transmisi utama VHB terjadi melalui jalur parenteral. Pola transmisi yang
banyak berperan di Asia dengan tingkat endemisitas VHB yang tinggi adalah
transmisi perinatal dan transmisi karena kontak erat antar anggota keluarga.4, 13
Transmisi dari ibu (vertikal) ke bayi dapat terjadi pada saat intra uterin
(pranatal), saat lahir (intranatal), dan setelah lahir (pasca natal). Umumnya
transmisi perinatal diyakini terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh ibu yang
terkontaminasi.VHB saat kelahiran. Infeksi intra uterin lebih jarang terjadi (sekitar
2,4 % dari seluruh kejadian transmisi perinatal). Infeksi ini diduga karena adanya
defek plasenta sehingga barier plasenta yang seharusnya dapat mencegah HBsAg
Faktor risiko yang paling penting untuk mendapat infeksi hepatitis B pada
anak adalah pemajanan perinatal terhadap ibu positif HBsAg. HBsAg terjadi pada
saat terjadinya replikasi virus sehingga dapat dipakai sebagai ukuran tinggi daya
transmisinya berkisar antara 22-67 %. Risiko penularan adalah paling besar jika
ibu juga HBeAg positif, 70-90 % dari bayinya menjadi terinfeksi secara kronis
Ibu hamil yang menderita hepatitis B akut pada trimester pertama dan
dilahirkannya, tetapi bila hepatitis akut tersebut terjadi pada trimester ketiga
dengan titer VHB yang tinggi dapat terjadi transmisi VHB pada bayinya. 12,13,14,15
7
2.3.2.2 Transmisi horizontal
keluarga. Pola transmisi ini juga penting di daerah endemisitas tinggi seperti
dilahirkan di Amerika Serikat didapatkan bahwa 15 dari 226 (6,6 % ) anak yang
disebutkan bahwa risiko seorang anak terkena infeksi VHB 4,6 kali lebih tinggi
bila ia hidup bersama anak berumur 1-5 tahun dibandingkan dengan yang hidup
8
BAB III
PATOGENESIS
Hati merupakan salah satu target organ utama virus hepatitis B pada
manusia. Hati juga merupakan tempat utama bahkan mungkin tempat satu-satunya
13
bagi replikasi virus hepatitis B. Mula-mula virus tersebut melekatkan diri pada
perlekatan tersebut virus melakukan penetrasi dan memasuki sitoplasma sel hepar.
sampai memasuki inti hati tersebut. Di dalam inti sel hati asam nukleat virus akan
keluar dari nukleokapsid dan menempel pada DNA. DNA HBV akan
merangsang hepar untuk membentuk protein dan asam nukleat bagi virus. Pada
akhirnya terbentuk virus baru dan akibat nekrosis sel-sel hepar maka virus baru ini
9
Gejala ikterus timbul sebagai akibat adanya obstruksi duktus bilier
diekskresi melalui urine dan akibat sel-sel parenkim hepar yang rusak maka
urobilinogen tidak dapat diekskresi dalam urine. Bukti lain menandakan adanya
atau glutamil transpeptidase. Pelepasan enzim-enzim dari sel hati yang rusak
ekstrahepatis yang dapat dihubungkan dengan infeksi HBV. Komplek imun yang
sedang bersirkulasi yang mengandung HBsAg dapat terjadi pad penderita yang
Guillan-barre. 12
sel-sel hati membentuk protein yang diperlukan bagi pembekuan, disertai adanya
pertama bersifat imun toleran. Pada neonatus, stadium ini dapat berlangsung
beberapa dekade. Pada orang dewasa periode ini dapat berlangsung hanya 2-4
minggu saja. Pada periode ini, replikasi virus dapat terus berlangsung walaupun
serum ALT hanya sedikir atau bahkan tidak meningkat sama sekali serta tidak
10
Pada stadium 2 mulai muncul respons imun dan berkembang. Hal ini akan
langsung dan terjadi proses inflamasi. Pada stadium ini HBeAg tetap diproduksi,
tetapi serum DNA-VHB rnenurun jumlahnya karena sel yang terinfeksi juga
menurun. Pada hepatitis B akut, stadium ini merupakan periode simtomatik dan
umumnya berlangsung selama 3-4 minggu. Pada pasien dengan hepatitis kronis
stadium ini dapat berlangsung selama 10 tahun atau lebih, yang kemudian akan
imunnya dan mampu mengeliminasi sel hepatosit yang terinfeksi sehingga sel
yang terinfeksi menurun jumlahnya dan replikasi virus aktif berakhir. Pada
stadium ini tidak terdapat lagi HBeAg dan kemudian muncul antibodi terhadap
telah dilakukan penelitian prospektif jangka panjang pada 415 anak dengan
HBsAg positif yang berumur dan 0-15 tahun. Hasil penelitian menunjukkan
merupakan indikator prognosis yang lebih baik, sejumlah kecil anak akan
berkembang menjadi sirosis bahkan KHS. Penelitian lain di Itali juga mendukung
pendapat bahwa pada keadaan serokonversi HBeAg dengan kadar ALT yang
terhadap HBsAg (anti-HBs). Faktor yang dapat berperan dalam evolusi ke-4
11
stadium di atas adalah predisposisi genetik (ras Asia), adanya virus lain (virus
untuk mengalami infeksi HVB kronis. Hal ini terjadi pada neonatus sistem
imunnya belum sempurna. Di samping itu diduga HBeA ibu akan melewati barier
plasenta dan HBeAg ini akan menyebabkan sel T helper tidak responsif terhadap
HBCAg dan HBeAg pada neonatus yang lahir dari ibu pengidap dengan HBeAg
positif. Selain itu adanya IgG anti-HBc ibu yang secara pasif masuk dalam
sitotoksik.4
12
BAB 1V
DIAGNOSIS
malaise, anoreksia, rasa tidak enak di perut yang biasanya mendahului timbulnya
ikterus, dan timbulnya dalam beberapa minggu sampai bulan setelah terpapar
virus. 13
Gejala HVB akut pada anak sangat jarang dijumpai. Gejala umumnya
menetap selama 1-2 bulan. Biasanya infeksi akut ini jarang bermanifestasi berat,
atau lesu. Gejala klinis menjadi lebih jelas bila sudah terjadi sirosis (3-5 kasus)
13
Penderita VHB kronis biasanya asimptomatik, tetapi mungkin ditemukan
fatique, nausea, vomiting, anorexia, sakit kepala, gejala-gejala seperti flu, dan
adalah peningkatan enzim transaminase yang tidak begitu tinggi. Gejala klinis
pada pasien asimtomatis dapat timbul kemudian pada saat telah terjadi sirosis dan
Pada pemeriksaan fisik kulit dan membran mukosa ikterik, terutama sklera
dan mukosa dibawah lidah. dapat ditemukan nyeri palpasi di atas hepar karena
pembesaran hepar. Biasanya titak ditemukan nodul pada palpasi heparnya. Bila
hati tidak dapat teraba di bawah tepi costa, nyeri dapat diperagakan dengan
memukul iga dengan lembut di atas hati dengan tinju menggemgam. Sekitar 10
sampai 15 persen pasien limpa dapat teraba dan limfadenopati cervical posterior
transaminase serum dan petanda serologis virus dapat dideteksi. Infeksi VHB
tidak dapat dibedakan dengan penyakit lainnya dengan hanya melihat gejala klinis
mendeteksi infeksi VHB akut atau pejamu kronis. HBsAg dapat dideteksi paling
cepat 1-2 minggu dan paling lambat 11-12 minggu setelah terpapar.4
14
Gambar 4.1. Pola respon terhadap infeksi virus Hepatitis B akut
Bila terjadi antigenemia VHB lebih dari 6 bulan maka pasien dikatakan
seseorang itu infeksius. Hilangnya HBsAg dan timbulnya antiHBs tidak selalu
berarti hilangnya virus dari tubuh seseorang. Pada keadaan tersebut masih dapat
dideteksi adanya DNA-VHB dalam darah orang tersebut. Oleh karena itu kita
perlu berhati-hati untuk mengatakan seseorang telah sembuh dari hepatitis B.4
15
Antibodi ini merupakan petanda infeksi sebelumnya. Antibodi ini tidak ditemukan
setelah vaksinasi. AntiHBc akan menetap seumur hidup. IgM anti HBc muncul
lebih dahulu daripada IgG antiHBc. IgM antiHBc titer tinggi (>600) mungkin
merupakan petanda infeksi akut, sedangkan titer rendah dapat ditemukan pada
infeksi kronis.4,14,15
replikasi virus yang berhubungan dengan risiko transmisi. Pada keadaan HBeAg
negatif karena adanya mutan virus, untuk mengetahui tingkat replikasi virus
16
- Perbaikan kelainan histologik
- Hepatitis persisten
- Sirosis
- Nekrosis submasif
BAB V
TATA LAKSANA
17
Pokok utama penanganan penderita hepatitis mencakup: konfirmasi
diagnosis yang tepat, pengobatan suportif dan pemantauan masa akut, pencarian
Namun tirah baring total tidak diajurkan kecuali pada keadaan gawat. Manakala
penderita sudah dapat berjalan boleh melakukan pekerjaan yang tidak melelahkan.
mengenai penyakit anak, serta resiko sirosis dan KHS yang ditimbulkannya,
2. Pemeriksaan HBV DNA tidak rutin, tetapi ideal bila dilakukan setiap 1-2
dalam batas normal, anak dipantau secara berkala seperti pada butir 1.
4. Bila HBsAg tetap positif dan SGOT/PT meningkat lebih dari 1,5 kali batas
atas normal pada > 3 kali pemeriksaan berturut-turut dengan interval minimal
18
5. Pada anak yang memenuhi deskripsi butir nomor 4, dilakukan biopsi hati.
Interferon
Antiviral terapi:
o Nucleoside analog
o Antisense oligonucleoside
o Gene theraphy
Combination theraphy
Tatalaksana khusus kuratif VHB terdiri dari dua bagian yaitu tatalaksana
akibat VHB Sampai saat ini belum ditemukan obat antivirus yang benar-benar
Dasar mekanisme kerja obat antivirus pada HVB kronik dan HVC adalah
anti replikasi virus, imunomodulator, dan anti proliferasi. Oleh karena itu, tujuan
19
3. Mengurangi derajat infektivitas virus.
meningkat minimal 2,5 kali batas atas nilai normal. Pengobatan yang lebih awal
pada penderita hepatitis B kronik pada orang dewasa. Saat ini, terapi ini mulai
digunakan pada anak, dimana hanya 25-40% saja yang menunjukkan respons
akan kembali muncul setelah terapi dihentikan. Kegagalan ini diperkirakan karena
DNA virus berintegrasi dengan DNA pejamu. Selain itu, munculnya mutan
20
BAB VI
21
6.1 Komplikasi
serebri terjadi lebih sering pada VHB dibandingkan hepatitis oleh jenis virus
lainnya. Resiko hepatitis fulminan jauh lebih meningkat jika terdapat infeksi VHB
mencapai 30%. Dalam hal ini, transplantasi hepar adalah intervensi yang efektif.
Infeksi VHB dapat menjadi kronis, yang dapat mengarah pada terjadinya
6.2 Pencegahan
yang besar terhadap rantai penularan VHB. Tujuan utama tatalaksana VHB adalah
memotong jalur transmisi pada usia dini karena hepatitis B kronik yang
ditemukan pada masa dewasa umumnya berawal dari infeksi dini masa bayi .
4,5,22,23,24
Secara garis besar, upaya pencegahan terdiri dari preventif umum dan
preventif khusus yaitu imunisasi VHB aktif dan pasif. Imunisasi pasif dilakukan
segera memberi proteksi meskipun hanya untuk jangka waktu pendek (3-6 bulan),
dimana hanya diberikan pada kondisi paska paparan (needle stick injury, kontak
seksual, bayi dari ibu HVB, terciprat darah ke mukosa atau mata) dan sebaiknya
22
diberikan bersamaan dengan vaksin VHB sehingga proteksinya berlangsung
lama.22
menjadi sasaranya adalah seluruh bayi lahir sedini mungkin, karena mengingat
penularan VHB secara vertikal cukup tinggi. Indonesia adalah negara dengan
Oleh karena itu, strategi yang paling tepat untuk Indonesia adalah vaksinasi bayi
Vaksin akan berinteraksi dengan sistem imun dan umumnya menghasilkan respon
imun yang sama dengan yang dihasilkan oleh infeksi alami, tetapi penerima
vaksin tidak menjadi sakit atau terserang komplikasi. Vaksin juga menimbulkan
immunologic memory yang serupa dengan yang didapat dari infeksi alami.23
terdiri dari bagian dari virus dan tidak mengandung virus hidup. Oleh karena itu,
diberikan segera setelah lahir dan dilajutkan pada usia 1 dan 6 bulan, karena
respon antibodinya paling optimal. Daya proteksi mencapai 100% pada anak yang
23
mendapat suntikan 3 kali dan timbul anti HBs, dimana pada umunya kadar puncak
anti HBs didapat setelah suntikan ketiga. 23 Sedangkan pada bayi prematur, jika ibu
HBsAg (-), maka imunisasi ditunda sampai bayi berusia 2 bulan atau berat badan
6.3 Prognosis
hepatitis kronik aktif umumnya akan menjadi sirosis hepatis, kerusakan sel-sel
hati, hati menjadi mengkerut, dan keadaan akan menjadi lebih parah.27
sebagai akibat sampai 80% dari semua kasus carcinoma hepatocellular di dunia.
Respon pengobatan tergantung dari keadaan pasien sendiri. Sejak awal Hepatitis
berbulan-bulan. 27
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
24
2. Infeksi VHB pada bayi dan anak merupakan masalah hepatitis B yang
sel hepar yang mengakibatkan terjadinya nekrosis sel hepar dan virus
pada sirosis hepatis dan KHS. Pencegahan yang efektif pada infeksi VHB
yaitu imunisasi aktif/ vaksinasi HVB. Prognosis infeksi VHB kronik aktif
lebih buruk dibandingkan infeksi VHB akut atau VHB kronik persisten.
7.2 Saran
bayi baru lahir, sehingga dibutuhkan kerja keras yang serius oleh para
25
Virus B, sehingga kronisitas yang mengarah pada sirosis hepatis dan
DAFTAR PUSTAKA
26
4. Oswari H. Tinjauan multi aspek Hepatitis virus B pada
anak. Dalam: Zuraida Z, Julfina B, Purnawati SP, Hanifah O, eds. Tinjauan
komprehensif Hepatitis virus pada anak. Naskah Lengkap Pendidikan
Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak XLII. FKUI; 2000 31 Mei ;
Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2000.
5. Mahoney F7, Lowrence M, Scott C, Le Q, Lambert S,
Farley TA. Continuing risk for Hepatitis B virus transmission among
Southeast Asian infants in Louisiana. AAP 1995;96:11131116.
6. Poovorawan Y, Sanpavat S, Chumdermpadetsuk S,
Safary A. Longterm Hepatitis B vaccine in infants born to hepatitis B e
antigen positive mothers. Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed 1997;77: 47 51.
7. Julita S, Fahmi U. Permasalahn penyakit hepatitis
virus di Indonesia. Dalam: Zuraida Z, Julfina B, Purnawati SP, Hanifah O, eds.
Tinjauan komprehensif Hepatitis virus pada anak. Naskah Lengkap
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak XLII. FKUI;
2000 31 Mei ; Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2000.
8. Hahne S, Ramsay M, Soldan K, Balogun K, Mortimer
P. Hepatitis B incidence among South Asian children in England and Wales :
Implication for immunisation policy. Arch Dis child 2003; 88 : 1082 1083.
9. Soemara LH. Vaksin Hepatitis B. Dalam: Zuraida Z,
Julfina B, Purnawati SP, Hanifah O, eds. Tinjauan komprehensif Hepatitis
virus pada anak. Naskah Lengkap Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu
Kesehatan Anak XLII. FKUI; 2000 31 Mei ; Jakarta : Balai Penerbit FKUI,
2000.
10. Pujiarti PS. Kebijakan tatalaksan Hepatitis virus A, B, C
pada anak di bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM. Dalam: Zuraida Z,
Julfina B, Purnawati SP, Hanifah O, eds. Tinjauan komprehensif Hepatitis
virus pada anak. Naskah Lengkap Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu
Kesehatan Anak XLII. FKUI; 2000 31 Mei ; Jakarta : Balai Penerbit FKUI,
2000.
11. Markum AH. Hati dan saluran empedu. Dalam:
Markum AH, sofyan I, Husein A, Arwin A, agus F, Sudigdo S, eds. Buku ajar
27
ilmu kesehatan anak. Jakarta: bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Indonesia, 1991; 522-527.
12. Snyder JD, Pickering LK. Viral hepatitis. In: Berhman
RE, Kliegman RM, Jenson HB, eds. Nelson textbook of pediatrics; 17 th ed.
Philadelphia: Saunders, 2004; 1324-
13. Rampengan TH, Laurentz IR. Infeksi tropik penyakit
pada anak. Menado; Gunung Wenang, 1992;
14. Thomas HC. Immunological aspects of liver disease.
In : Schiff L, Schiff ER, eds. Diseases of the liver; 7 th ed. Philadelphia :
Lippincott, 1993;638-
15. Hidayat B. Imunopatologi virus. Dalam: Zuraida Z,
Julfina B, Purnawati SP, Hanifah O, eds. Tinjauan komprehensif Hepatitis
virus pada anak. Naskah Lengkap Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu
Kesehatan Anak XLII. FKUI; 2000 31 Mei ; Jakarta : Balai Penerbit FKUI,
2000.
16. Lodha R, Jain Y, Anand K, Kabra SK, Pandav CS.
Hepatitis B in India : A review of disease epidemiology. Indian pediatrics
2001;38:349 371.
17. Peters M. Pathogenesis of chronic hepatitis B
18. Davison S. Acute Hepatitis. In: Kelly DA, eds. Disease of the liver and biliary
system in children. London: Blackwel science, 1999; 97-137.
19. Pall H, Jonas M. Acute and chronic hepatitis. In: Willy R, Hyams JS, eds.
Pediatric gastrointestinal and liver disease: patophysiologi, diagnosis,
management; 3rd. Saunders elsvier, 2006; 925-49.
20. Davison S.Chronic hepatitis. In: KellyDA,eds. Disease
of the liver and biliary system in children; 1 st ed. Oxford: Blackwel Science,
1999; 97-123
21. Bayer JL, Reuben A. Chronic hepatitis. In : Schiff L,
Schiff ER, eds. Diseases of the liver; 7 th ed. Philadelphia : Lippincott,
1993;586-
28
22. Boerhan H, Purnamawati SP. Hepatitis B. Dalam: IGN
Ranuh, hariyono S, Sri RSH, Cissy BK, eds. Pedoman imunisasi di Indonesia;
ed 2. Jakarta: Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2005; 92-7.
23. Sjamsul A. Permasalahan vaksinasi hepatitis B.
Kumpulan Makalah Kongres Nasional II Badan Koordinasi Gastroenterologi
Anak Indonesia. BKGAI 2003 3-5 Juli, Bandung: BKGAI; 283-8.
24. Boxall EH, Sira J, Standish RA, et al. Natural history of
hepatitis B in perinatally infected carriers. Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed
2004; 89: F456 F460.
25. Yusharmen. Upaya pencegahan nasional Hepatitis B
dan permasalahannya. Dalam Arief S, Firmansyah A, eds. Penanganan
masalah saluran cerna dan hati pada anak. Naskah Lengkap Kongres Nasional
III Badan Koordinasi Gastroenterologi Anak Indonesia. BKGAI 2007 6-8
Desember , Jakarta: BKGAI;
26. Wen W, Chang M, Hsu H, et al. The development of hepatoseluler carcinoma
among prospectively followed children with chronic hepatitis B infection. J
Peditric .2004;144:397-9
27. DitJen PP dan PL. Manual Pemberantasan Penyakit
Menular.Artikel.2005:halaman 1.
29
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
Daftar Tabel............................................................................................................iii
Daftar Gambar......................................................................................................iv
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Batasan Masalah............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................2
1.4 Metode Penulisan...........................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................4
TINJAUAN UMUM...............................................................................................4
2.1 Definisi...........................................................................................................4
2.2 Epidemiologi..................................................................................................5
2.3 Etiologi...........................................................................................................6
2.3.1 Virologi...................................................................................................6
2.3.2 Transmisi.................................................................................................7
BAB III....................................................................................................................9
PATOGENESIS......................................................................................................9
BAB 1V..................................................................................................................13
DIAGNOSIS.........................................................................................................13
4.1. Manifestasi Klinis.......................................................................................13
4.1.1. Infeksi Akut..........................................................................................13
4.1.2. Infeksi Kronis.......................................................................................13
4.2. Pemeriksaan Serologis................................................................................14
4.3. Gambaran Patologi Anatomi.......................................................................17
BAB V....................................................................................................................17
TATA LAKSANA.................................................................................................17
5.1 Tatalaksana Umum.......................................................................................17
5.2 Tatalaksana Khusus......................................................................................17
5.2.1 Terapi antivirus......................................................................................17
BAB VI..................................................................................................................17
KOMPLIKASI, PENCEGAHAN DAN PROGNOSIS.....................................17
6.1. Komplikasi..................................................................................................17
6.2.1 Prinsip Vaksinasi.......................................................................................17
6.2.2 Vaksin hepatitis B......................................................................................17
6.3 Prognosis.....................................................................................................17
BAB VII................................................................................................................17
PENUTUP.............................................................................................................17
7.1 Kesimpulan..................................................................................................17
7.2 Saran.............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................27
30
KATA PENGANTAR
ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik
referat dan semua pihak yang telah membantu dalam penulisan referat ini.
kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran sangat diharapkan. Akhir kata, semoga
Penulis
31
Referat
PATOGENESIS, DIAGNOSIS, DAN TATALAKSANA
HEPATITIS B PADA ANAK
Oleh:
Kelompok VI
Pembimbing :
Dr. Cherlina
32