Oleh:
NIM 21108010
JURUSAN SYARIAH
PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSYIYYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
2012
i
KEMENTERIAN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar 02 Telp (0298) 323706 Fax 323433 Kode Pos
50721 Salatiga
http//www.stainsalatiga.ac.id e-mail: akademik@stainsalatiga.ac.id
Kepada Yth,
Ketua STAIN Salatiga
di Salatiga
Assalamualaikum Wr.Wb
Setelah Kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya,
maka bersama ini Kami kirimkan naskah skripsi saudara:
Nama : Aina Sufya Fuaida
NIM : 21108010
Jurusan : Syariah
Program studi : Ahwal Al-Syakhsiyyah
Judul :PELAKSANAAN PUTUSAN DALAM
PEMBAGIAN WARIS DI PENGADILAN
AGAMA (Studi Analisis Putusan Nomor
632/Pdt.G/2007/PA.Amb)
ii
SKRIPSI
DI PENGADILAN AGAMA
DISUSUN OLEH
NIM: 21108010
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
NIM : 21108010
Jurusan : Syariah
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah.
Yang Menyatakan,
iv
MOTTO
Memulai segala sesuatu dengan niat baik dan menjalaninya dengan jujur
v
PERSEMBAHAN
1. Keluarga saya, terutama Bapak (Sahli Makhfuz) dan Ibu (Nur Anifah) yang
usaha yang saya lakukan. Keberhasilan ini adalah doa yang dengan ikhlas
dipanjatkannya.
Siti Fatimah, Ria, dan kawan-kawan lain yang dengan senang hati membantu
5. Kepada semuanya yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu yang telah
vi
KATA PENGANTAR
O m 9$# uHq 9$#! $#O 0
vii
ABSTRAK
Sufya Fuaida, Aina. 2012. PELAKSANAAN PUTUSAN DALAM
PEMBAGIAN WARIS DI PENGADILAN AGAMA (Studi Analisis
Putusan Nomor 632/Pdt.G/2007/PA.Amb). Skripsi. Jurusan
Syariah. Program Studi Al-Ahwal Al- Syakhshiyyah. Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Zumrotun,
M.Ag.
viii
DAFTAR ISI
JUDUL.................................................................................................................i
PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................................ii
PENGESAHAN KELULUSAN......................................................................iii
MOTTO..............................................................................................................v
PERSEMBAHAN.............................................................................................vi
KATA PENGANTAR.....................................................................................vii
ABSTRAK......................................................................................................viii
DAFTAR ISI.....................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN
B. Fokus Penelitian...............................................................................5
C. Tujuan Penelitian..............................................................................5
D. Kegunaan Penelitian.........................................................................5
E. Penegasan Istilah..............................................................................7
F. Telaah Pustaka..8
G. Kerangka teori11
H. Metode Penelitian...13
2. Kehadiran peneliti..14
ix
3. Lokasi Penelitian........................................................................14
4. Sumber Data..............................................................................15
6. Analisis Data..............................................................................17
8. Tahap-tahap Penelitian..............................................................18
I. Sistematika Penulisan.....................................................................18
x
3. Gambaran perkara oleh pihak penggugat..57
632/Pdt.G/2007/PA.Amb.57
BAB IV PEMBAHASAN
Ambarawa...70
Nomor 632/Pdt.G/2007/PA.Amb.. 70
632/Pdt.G/2007/PA.Amb...76
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................78
B. Saran.............................................................................................79
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
mengadopsi dari hukum negara lain. Hukum tersebut dirasa kurang sesuai
No.7 tahun 1989 tentang peradilan agama serta Kompilasi Hukum Islam dan
1
Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan
pun harus lebih maksimal. Dalam hal ini telah ada UU No. 3 tahun 2006
PA dan PTA menggunakan meteri KHI, namun secara eksplisit, dari 1008
putusan, 715 putusan (71%) menggunakan KHI, dan 293 putusan (29%)
2
kemudian timbul pertanyaan apakah putusan yang akan penulis lakukan
penelitian ini telah menggunakan kaidah hukum islam tersebut atau belum,
waris adalah penentuan siapa yang menjadi ahli waris, penentuan mengenai
juga.
3
apakah telah sesuai dengan faroidh, dan hukum acara yang diberlakukannya
hakim itu telah diperoleh kepastian tentang sesuatu yang terkandung dalam
putusan itu. Apa yang telah diputuskan oleh hakim harus dianggap benar
dan tidak boleh diajukan lagi perkara baru mengenai hal yang sama dan
antara pihak-pihak yang sama pula (nebis in idem) (Arto, 1998:265). Karena
B. Fokus Penelitian
keluar dari alur yang dibicarakan, maka penelitian ini difokuskan pada:
4
2. Bagaimana konsep keadilan hukum formil dalam persidangan
Nomor 632/Pdt.G/2007/PA.Amb?
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi akademik
Karena teori dapat dikaji secara langsung dalam perkara nyata, maka
5
penerapan antara teori dan praktek sangat diperlukan dalam
pengembangan mahasiswa.
2. Bagi mahasiswa
khusus lagi, agar mahasiswa lebih mendalami pratek hukum waris Islam
3. Bagi masyarakat
E. Penegasan Istilah
penulis gunakan.
6
1. Keadilan: pernilaian dengan memberikan kepada siapapun sesuai dengan
apa yang menjadi haknya, yakni dengan bertindak proporsional dan tidak
F. Telaah Pustaka
diantaranya:
- Wasiat Wajibah sebagai Alternatif Waris Anak Angkat (Nor Fuad Zen:
2002)
7
- Pembagian Warisan dengan Jalan Hibah menurut Pandangan Islam
2009),
- Hak Waris Anak dari Proses Bayi Tabung (Isti Haryanti: 2004),
- Bagian Waris Anak Luar Nikah menurut Hukum Islam dan Hukum Positif
(Hartati: 2002).
Asad: 2010),
2001),
penentuan harta warisan, ahli waris, dan bagian waris menurut kaidah
8
Hal yang membedakan dengan penelitian sebelumnya, dalam kaitan
keinginan sebagian anggota DPR agar hukum waris barat (BW) berlaku
bagi umat Islam karena dalam hukum waris Islam saudara yang berlainan
agama tidak berhak mendapat waris, serta hukum waris Islam dianggap
angkat tersebut tetap orang lain dan bukan termasuk ahli waris. Ajaran
kepada anak angkat dengan jalan wasiat wajibah. Anak angkat berhak
9
harus di ajukan ke Pengadilan Agama namun tetap berdasarkan ketentuan
banyak waktu.
dengan jalan hibah pada saat pewaris (orang tua) masih hidup.
G. Kerangka Teori
$ygn=s Zoy m ur M tR%x. b )ur (x8 ts? $tB $sV=O gn=s tGt^O$# s- qs [!$| S
10
b )3! $# iB Zp s 4$YtR /3 s9 > t%r&N gr&tb r s? w N .t!$oY/r&ur
$VJ 3 ym $J =t tb %x. ! $#
Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-
anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua
orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari
dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika
anak perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta. dan
untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta
yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang
yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya
(saja), Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu
mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat seperenam.
(Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia
buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan
anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih
dekat (banyak) manfaatnya bagimu. ini adalah ketetapan dari Allah.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Islam.
11
Dari ketentuan pasal 2 dan rumusan penjelasan umum angka 2
berikut:
Islam
pembilang lebih kecil dari angka penyebut sedangkan tidak ada ahli
secara rad, yaitu sesuai dengan hak masing-masing ahli waris sedang
H. Metode Penelitian
12
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
a. Pendekatan
b. Jenis penelitian
13
2. Kehadiran Peneliti
632/Pdt.G/2007/PA.Amb.
3. Lokasi Penelitian
4. Sumber Data
a. Data primer
adalah:
14
1) Informan
satu tergugat yang dirasa oleh peneliti sebagai pihak yang netral
2) Dokumen
b. Data sekunder
15
Pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah dokumentasi,
a. Dokumentasi
b. Wawancara (interview)
c. Observasi (pengamatan)
16
pengamatan (Moleong, 2002:126). Pengamatan yang dilakukan
putusan.
6. Analisis Data
ada sudah sesuai dengan kaidah faroidh atau belum mengingat dalam
yang berperkara.
8. Tahap-tahap Penelitian
perkara.
17
c. Pengambilan salinan akta putusan.
yang berperkara.
e. Analisis.
f. Kesimpulan.
I. SISTEMATIKA PENULISAN
Penulisan.
Konsep Waris dalam Ilmu Faroidh dan Konsep Waris dalam Undang-
18
perkara waris, Asas-Asas Peradilan Agama, Dasar Pembagian waris
Putusan Hakim.
dilakukan.
19
BAB II
Faroidh adalah bentuk jama dari faridhoh yang artinya bagian yang
ditentukan kadarnya. Mawarist adalah bentuk jama dari kata mirost yang
sebagai bagian atau ketentuan yang diperoleh oleh ahli waris menurut
ketentuan syara.
adalah ilmu fiqh yang bersangkut paut dengan pembagian harta pusaka, dan
tersebut dan mengetahui kadar yang wajib dari harta pusaka yang menjadi
sesuatu yang ditinggalkan pewaris, baik berupa harta (uang) atau lainnya.
Jadi, pada prinsipnya segala sesuatu yang ditinggalkan oleh orang yang
persangkutan utang piutang, baik utang piutang itu berkaitan dengan pokok
hartanya (seperti harta yang berstatus gadai), atau utang piutang yang
20
berkaitan dengan kewajiban pribadi yang mesti ditunaikan (misalnya
pembayaran kredit atau mahar yang belum diberikan kepada istrinya) (Ash-
Shabuni, 2007:33).
bagiannya masing-masing.
a. Rukun Waris
2) Ahli waris, yaitu mereka yang berhak untuk menguasai atau menerima
3) Harta warisan, yaitu harta yang secara mutlak dimiliki oleh orang
b. Syarat Waris
21
1) Meninggalnya seseorang/pewaris, menjadi syarat mutlak terjadinya
waris atau peralihan harta. Jika peralihan harta terjadi ketika seseorang
2) Ahli waris dalam keadaan hidup, jika ahli waris telah meninggal
terlebih dahulu maka itu adalah pewaris. Jika ahli waris meninggal
(ahli waris terdiri atas) saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian
perempuan, maka dari ayat ini yang dapat diperjelas adalah ketentuan
siapa saja yang menjadi ahli waris dari golongan laki-laki dan perempuan.
ahli waris golongan laki-laki ada lima belas, meliputi: (1) anak laki-laki, (2)
cucu laki-laki (dari anak laki-laki), (3) bapak, (4) kakek (dari pihak bapak),
(5) saudara kandung laki-laki, (6) saudara laki-laki seayah, (7) saudara laki-
22
laki seibu, (8) anak laki-laki dari saudara kandung laki-laki, (9) anak laki-
laki dari saudara laki-laki seibu, (10) paman (saudara kandung bapak), (11)
paman (saudara bapak seayah), (12) anak laki-laki dari paman (saudara
kandung ayah), (13) anak laki-laki paman seayah, (14) suami, (15) laki-laki
sepuluh: (1) anak perempuan, (2) ibu, (3) anak perempuan (dari keturunan
anak laki-laki), (4) nenek (ibu dari ibu), (5) nenek (ibu dari bapak), (6)
Dari ahli waris tersebut diatas ketentuan yang pasti adalah pembagian
2:1 terhadap laki-laki berbanding perempuan. Jika ahli waris semua itu ada,
maka terdapat ahli waris yang menghalangi hak ahli waris lain. Lebih
23
dari saudara b) Cucu laki-laki dari anak laki-laki
laki-laki c) Bapak
sekandung d) Kakek
e) Saudara laki-laki sekandung
f) Saudara laki-laki sebapak
8 Anak laki-laki a) Anak laki-laki
dari saudara b) Cucu laki-laki dari anak laki-laki
laki-laki c) Bapak
sebapak d) Kakek
e) Saudara laki-laki sekandung
f) Saudara laki-laki sebapak
g) Anak saudara sekandung
9 Saudara a) Anak laki-laki
sekandung dari b) Cucu laki-laki dari anak laki-laki
bapak c) Bapak
d) Kakek
e) Saudara laki-laki sekandung
f) Saudara laki-laki sebapak
g) Anak saudara sekandung
h) Anak dari saudara sebapak
10 Saudara a) Anak laki-laki
sebapak dari b) Cucu laki-laki dari anak laki-laki
bapak c) Bapak
d) Kakek
e) Saudara laki-laki sekandung
f) Saudara laki-laki sebapak
g) Anak saudara sekandung
h) Anak dari saudara sebapak
i) Saudara kandung dari bapak
11 Anak dari a) 9 orang dari poin 10
paman b) Saudara sebapak dari bapak
sekandung
12 Anak lebih dari a) 9 orang dari poin 10
saudara laki- b) Saudara sebapak dari bapak
laki sekandung c) Anak dari paman sekandung
13 Cucu Anak laki-laki
perempuan dari
anak laki-laki
24
a. Ashabul furudh adalah orang yang bagian-bagian warisnya telah
atas bagian yang telah ditetapkan tersebut tersaji dalam table berikut:
25
Tabel 2.3 Bagian-bagian yang ditetapkan secara Individu
26
sekandung b. Lebih dari seorang dibagi rata
c. Jika bersama ahli waris dzawil furudh menjadi
ashobah
12 Saudara a. bila hanya sendirian
perempuan b. 2/3 jika mereka lebih dari seorang
sekandung c. Menjadi ashobah jika bersama saudara laki-laki
sekandung
d. Ashobah bersama anak perempuan atau cucu
perempuan
13 Saudara a. Menghabiskan semua harta jika sendirian
laki-laki b. Jika lebih dari seorang dibagi rata
sebapak c. Jika ada ahli waris dzawil furudh menjadi ashobah
14 Saudara a. bila hanya sendirian
perempuan b. 2/3 bila saudara perempuan lebih dari seorang
sebapak c. 1/6 bersama seorang saudara perempuan seibu
sebapak
15 Saudara a. 1/6 jika hanya seorang
seibu laki- b. 1/3 jika dua orang atau lebih
laki
perempuan
b. Ashobah menurut para fuqoha ialah ahli waris yang tidak disebutkan
menguasai harta waris karena ia menjadi ahli waris tunggal. Selain itu, ia
2007:60).
27
Lebih lanjut tentang ashobah yang pertama (ashobah nasabiyah)
1) Ashobah bin nafs yaitu laki-laki yang nasabnya kepada pewaris tidak
2007:63).
Ashobah ini terbatas pada 4 orang saja, yaitu a) anak perempuan bila
28
3) Ashobah maal ghoir ialah setiap ahli waris perempuan yang
ashobah.
dan tidak pula secara ashobah, misalnya bibi (saudara perempuan ayah
atau ibu), paman (saudara laki-laki ibu), keponakan laki-laki dari saudara
4. Asas-Asas Kewarisan
a. Asas ijbari
Dari pengertian ini maka maksud asas ijbari dalam hukum waris
Islam adalah terjadinya paksaan peralihan harta dari pewaris kepada ahli
siapa saja harta itu beralih. Artinya asa ijbari ini mempunyai segi:
29
1) Peralihan harta, dari seseorang yang meninggal dunia kepada yang
pewaris dan ahli waris. Atas dasar telah terdapat hukum yang
3) Kepada siapa harta itu beralih, seperti halnya poin 2, ahlli waris pun
juga sudah ditetapkan dalam hukum waris Islam. Maka mereka yang
telah ditunjuk menjadi ahli waris pun tidak dapat menolak atau pun
b. Asas bilateral
(Budiono, 1999:5).
30
c. Asas individual
bayi yang baru lahir atau pun masih di dalam kandungan selama akan
orang yang memiliki harta itu masih hidup. Meskipun orang tersebut
dunia maka harta yang dimilikinya itu akan beralih kepada kerabatnya
sesuai dengan bagian yang yang ditetapkan. Hukum waris Islam tidak
31
memang dalah syariat Islam dikenal istilah wasiat, tapi ketentuan wasiat
berbeda ketika ada ahli waris lain, bahkan tidak menerima bagian ketika
masing seperti data yang tersaji pada table di atas masih terdapat permasalah
pembagian harta waris, yaitu masalah aull dan radd. Aull adalah Sedangkan
fardh dan berkurangnya nashib (bagian) para ahli waris. Hal ini terjadi
habis, padahal di antara mereka ada yang belum menerima bagian. Dalam
keadaan seperti ini kita harus menaikkan atau menambah pokok masalahnya
sehingga seluruh harta waris dapat mencukupi jumlah ashhabul furudh yang
32
Ar-radd tidak akan terjadi dalam suatu keadaan, kecuali bila
Bila dalam pembagian waris tidak ada ketiga syarat tersebut maka kasus
Adapun ashhabul furudh yang dapat menerima ar-radd hanya ada delapan
orang:
1. anak perempuan
5. ibu kandung
33
B. Konsep keadilan faroidh dalam Hukum Positif
Indonesia. Hal ini karena islam tidak memandang status sosial seseorang,
Islam memberikan ajaran hukum yang jelas baik dari hukum pidana ataupun
bagi orang Islam yang bersengketa. Tahkim lahir dan tumbuh bukan atas
kitab fiqh. Hukum Islam telah diangkat menjadi hukum formal dan hukum
34
pada masa kesultanan telah berdiri secara foramal Peradilan Agama serta
pernah disusun suatu buku hhukum positif yang sistematik. Hukum yang
diterapkan masih tetap abstraksi yang ditarik dari kandungan doktrin fikih
(Harahap, 2003:22).
menganggap hal itu tidak selaras dengan ajaran agama islam. Kemudian
pada tahun 1642 VOC mengeluarkan Statuta Batavia. Salah satu isinya
Islam, harus dipergunakan hukum Islam yakni hukum yang dipakai oleh
rakyat sehari-hari (Harahap, 2003:22), dan pada tahun 1760 VOC mulai
yang dikuasai VOC. Hal ini tidak berlangsung lama, pada tahun 1800 VOC
berlaku lagi.
kepada para bupati, yang isinya bahwa terhadap urusan agama orang Jawa
35
dengan syarat tidak ada penyalahgunaan (Muhibbin&Wahid. 2009:163).
receptio in complexu yang dikemukakan oleh L.W.C. van Den Berg, yaitu
hukum mengikuti agama yang dianut seseorang. Jadi bagi orang yang
beragama Islam berlaku hukum Islam pula. Teori ini memperoleh landasan
adat bisa masuk elemen hukum Isalm. Hukum Islam baru mempunyai
kekuatan berlaku kalau sudah masuk kedalam dan diterima menjadi hukum
memuat rekomendasi:
36
Dan kewenangan pengadilan agama dibatasi pada perselisihan antara suami
istri yang beragama Islam, perkara-perkara tentang nikah, talak, rujuk, dan
syarat untuk jatuhnya takilik talak sudah ada, perkara mahar, dan perkara
Islam (KHI)
37
beragama islam dibidang (a) perkawinan, (b) kewarisan, wasiat, dan hibah
yang dilakukan berdasar hukum Islam, (c) wakaf dan shodaqoh. Kemudian
adalah penentuan siapa yang menjadi ahli waris, penentuan mengenai harta
menjadi ahli waris, penentuan bagian masing-masing ahli waris. KHI pasal
171
b. Pewaris adalah orang yang pada saat meninggalnya atau yang dinyatakan
c. Ahli waris adalah orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai
Islam dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris.
d. Harta peninggalan adalah harta yang ditinggalkan oleh pewaris baik yang
38
e. Harta waris adalah harta bawaan ditambah bagian dari harta bersama
adalah jika dalam faroidh tidak dikenal waris terhadap harta bersama, lain
adalah:
39
Golongan laki-laki terdiri dari ayah, anak laki-laki, saudara laki-
40
i. Semua harta yang ditinggal pewaris
wasiat.
sebagai berikut:
a) Anak perempuan
b) Ayah
c) Ibu
atau lebih
41
d) Janda
e) Duda
f) Saudara laki-laki
ayah
syarat:
42
i. Putusan yang bersangkutan sudah memperoleh kekuatan hukum
tetap
peradilan agama pun juga berlaku hukum acara yang sama, yaitu
warisan berdasar pasal 236 a HIR dengan syarat dan tata cara:
ahli waris
43
a) Kompetensi relatif.
mengajukan perkara.
b) Kompetensi absolut
agama. Karena dalam penerapan asas ini kedua belah pihak harus
44
agama, dan menjadi wewenang pengadilan umum. Begitu pula
Islam.
b) Asas kebebasan
yudikatif.
45
menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan hukum dan
karena dalam perdamaian itu tidak ada pihak yang menang dan
hati para pihak. Ajaran ini mengacu pada ajaran Islam yang
penerapan hukum yang pas tetapi dengan waktu yang tidak dapat
46
e) Asas persidangan terbuka untuk umum
umum, maka tujuan dari asas ini adalah agar tidak ada
47
kepentingan sepihak, maka dari itu fungsi asas persamaan
on the law
perdamaian
48
c. Dasar Pembagian Waris menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI)
Pasal 174
2. Apabila semua ahli waris ada, maka yang berhak mendapat warisan
Pasal 96
1. Apabila terjadi cerai mati, maka separuh harta bersama menjadi hak
2. Pembangian harta bersama bagi seorang suami atau isteri yang isteri
matinya yang hakiki atau matinya secara hukum atas dasar putusan
Pengadilan Agama
49
BAB III
PAPARAN DATA
Semarang telah ada dan waktu itu yang menjadi ibukota adalah Semarang.
atau dikenal sebagai Raden Kaji Kasepuhan yang dinobatkan pada tanggal 2
Mei 1547 dan berkuasa hingga tahun 1574 serta mendapat pengesahan
Sultan Hadiwijaya. Pada masa itu beliau berhasil membuat bangunan yang
sampailah pada tahun 1906 yaitu pada jaman Pemerintahan Bupati R.M.
50
namun kota Semarang adalah Kotamadya yang memiliki Pemerintahan
sendiri.
Semarang.
51
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 1983 Tentang Penetapan
52
Pengadilan Agama Ambarawa pada awal berdirinya menempati
Ungaran, dengan luas tanah 1.009 m2 dan luas bangunan 250 m2 dengan
53
5. Drs. H. Sutjipto, SH ( Tahun 2000 - 2003 )
salah satu perkara waris yang ditangani oleh Pengadilan Agama Ambarawa.
sebagai tergugat II, dan K bin K sebagai tergugat III. Dengan objek
927 Tahun 1992 yang dulu tercatat dalam C Desa No. 689 Persil No. 42 b
atas nama S. Tanah tersebut sekarang dengan atas nama M binti S (tergugat
I) dan SK binti S (tergugat II) yang dijadikan tempat tinggal tergugat I dan
usaha selepan padi oleh tergugat III. Sertifikat atas tanah tersebut dikuasai
54
S sebagai suami penggugat telah dinyatakan meninggal pada tanggal
25 Juli 1973 karena sakit yang tercatat dalam Duplikat Surat Kematian No.
tersebut atas nama tergugat I dan tergugat II semasa masih remaja atas
lagi harta yang berhak untuk diwarisi oleh penggugat. Dalam rekonpensinya
juga menyatakan bahwa pernyataan akan pelepasan hak waris yang telah
dinyatakan sah.
foto copy Sertifikat Hak Milik No. 927/tahun 1992 atas nama SK dan M
dari PT. ASABRI (Persero) cab. Semarang tanggal 13 Mei 2008 yang
55
menerangkan bahwa sertifikat HM Nomor 927 Tahun 1992 atas nama SK
dengan penggugat) yang belum dibagi. Dengan dikuatkan oleh bukti saksi
ada Surat Keterangan Waris, KTP, SPPT, dan Surat Penguasaan dari pihak
Nomor 927 tidak ada, jadi tidak ditemukan Surat Keterangan Ahli Waris,
bersama yang belum dibagi waris. Tergugat II dan III juga membenarkan
bahwa tergugat II adalah ahli waris dari S dan meminta hakim untuk
tanah sertifikat HM Nomor 927 Tahun 1992. Data tersebut juga penulis
56
3. Gambaran Perkara oleh Pihak Penggugat
karena tanah itu adalah salah satu harta bersama dari perkawinannya dengan
tanah tersebut belum dibagi waris meskipun telah diganti dengan atas nama
632/Pdt.G/2007/PA.Amb
warisan yang harus dibagikan kepada semua ahli waris yang berhak.
2201,93 m2. Dalam hal ini pengadilan menetapkan istri dan dua anak
perempuannya sebagai ahli waris berdasarkan surat keterangan ahli waris yang
57
Dari wawancara yang dilakukan penulis pada tanggal 22 Nopember 2012
memberikan penjelasan bahwa penetapan ahli waris berdasar pada Pasal 174
Apabila semua ahli waris ada, maka yang berhak mendapat warisan
Dari pasal tersebut maka dapat diketahui bahwa penggugat sebagi istri
adalah ahli waris, tergugat I dan II berdasar keterangan para saksi dan surat
keterangan ahli waris adalah ahli waris yang tidak terhalang menjadi ahli waris
yang merupakan anak perempuan kandung dari pewaris. Pasal 174 KHI
menghalangi ahli waris yang lebih jauh, jika terdapat saudara dari almarhum,
maka saudara tersebut terhalang oleh adanya anak (baik laki-laki atau
perempuan).
1. Dalam Konpensi:
58
a. Menimbang, bahwa Tergugat I telah memberikan jawaban yang pada
pokoknya;
yang diberikan kepada Tergugat. Surat kuasa maupun copy kartu tanda
Majlis ternyata sah, oleh karenanya kuasa tersebut secara sah telah
59
menjadi kuasa hukum penggugat; sehingga karenanya keberatan
saksi, maka telah terbukti pada tahun 1942 penggugat telah menikah
- S, umur 57 tahun
- K, umur 55 tahun
- J, umur 50 tahun
- P, umur 45 tahun
dan telah dikaruniai tiga orang anak, yaitu M dan SK dan satu orang anak
laki-laki tetapi telah meninggal dunia ketika umur 13 tahun serta selama
bukti P2 dan keterangan para saksi, maka telah terbukti S bin MK telah
maka Majlis berpendapat bahwa pihak dalam perkara ini telah cukup,
60
bahkan tergugat III sebagai pihak meskipun tergugat III sebagai anak
j. Menimbang, bahwa dari apa yang diuraikan oleh penggugat maupun para
sebidang tanah yang dulu tercatat dalam C Desa No. 689 Persil No. 42 b
1992 atas nama M dan SK yang menurut penggugat harta tersebut belum
harta waris karena adanya seseorang yang telah meninggal dunia (S bin
MK) suami penggugat dan ayah dari para tergugat, namun dalam perkara
ini juga melekat perkara harta bersama/gono gini karena status penggugat
sebagi istri dari almarhum S bin MK, oleh karena itu Majlis harus
mempertimbangkannya sekaligus
l. Menimbang, bahwa berdasarkan jawaban para tergugat dan bukti P4, P5,
P6, dan T.I.1 serta keterangan saksi-saksi (G dan SD), maka telah
sekitar tahun 1970-1972 yang dibeli dari HM, atau diperoleh dalam masa
61
m. Menimbang, bahwa tergugat I dalam jawabannya telah membantah
bahwa harta almarhum telah dibagikan kepada para ahli waris termasuk
objek sengketa telah diberikan kepada tergugat I dan tergugat II, akan
n. Menimbang, bahwa oleh karena itu harus dinyatakan bahwa harta yang
menjadi objek sengketa yaitu sebidang tanah yang dulu tercatat dalam C
Desa No. 689 Persil No. 42 b atas nama S, sekarang tanah tersebut telah
atas hak yang benar, di mana dalam sertifikat diterangkan dasar peralihan
62
penerbitan sertifikat tersebut hanya berdasarkan Surat Keterangan Ahli
tersebut tidak ditemukan, dan tidak ada bukti lain yang dapat
Islam penggugat M binti M sebagai istri berhak atas seperdua (1/2) dari
suami juga berhak atas seperdua (1/2) dari harta bersama tersebut diatas
(12/x10.066m2)
bin MK (1/2 dari objek sengketa atau tanah seluas 5033 m2) menjadi
harata warisan almarhum dan menjadi hak para ahli waris almarhum
63
meninggal dunia meninggalkan seorang istri (penggugat) dan dua (dua)
beragama Islam dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli
bagian 1/8 (6/48) dari harta warisan tersebut di atas (6/48 x 5033 m2 =
629,13 m2)
kedua anak tersebut memperoleh 2/3 bagian (32/48) dari harta warisan
32/48 = 38/48, sehingga masih tersisa 10/48 bagian. Sisa dari bagian
64
w. Menimbang, bahwa oleh karena harta tersebut merupakan satu kesatuan,
tergugat I dan tergugat II, dan selama ini tergugat I yang menguasai
dan Uit Verbaar Bij Voerraad, oleh karena tidak berdasar atas hukum
2. Dalam Rekonpensi
65
c. Menimbang, bahwa apa yang dipertimbangkan dalam konpensi harus
a. Menimbang, bahwa sesuai pasal 181 ayat 1 HIR, maka kepada para pihak
hingga kini sebesar Rp1.166.000,- (satu juta seratus enam puluh enam
ribu rupiah)
berlaku dan dalil Syari yang berhubungan dengan perkara ini, mengadili:
1. Dalam konpensi
nomor 927 tahun 1992, atas nama M (tergugat I) dan SK (tergugat II),
66
Kelurahan Tambakboyo, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang
almarhum S bin MK
e. Menyatakan
6/48x5033 m2=629,13 m2
67
- Tergugat I M bin S sebagai anak kandung mendapat 21/48x5033m2
=2201,93 m 2
m2=2201,93 m2
h. Menghukum pera tergugat atau siapa saja yang memperoleh hak dari
keadaan kosong
dan selebihnya
2. Dalam rekonpensi
renteng yang hingga kini sebesar Rp 1.166.000,- (satu juta seratus enam
68
BAB IV
ANALISIS
Seperti yang telah ditetapkan KHI bahwa anak perempuan dan istri
merupakan kelompok ahli waris dari pewaris. Kemudian dalam pasal 176 dan
180 menerangkan jika terdapat dua anak perempuan dan istri, bagian mereka
masing-masing adalah 2/3 dan 1/8 dari harta warisan. Terhadap harta tersebut
dibagi harta bersama setengah bagian terlebih dahulu. Yaitu setengah dari
10.066 m2 adalah hak istri, dan setengah lagi adalah harta yang diwariskan.
2/3 atau 32/48 dan 1/8 atau 6/48 maka terdapat sisa 10 bagian, maka
dengan harta bersama seluas 5.033m2. Hal tersebut telah sesuai dengan KHI,
mengingat tidak ada ahli waris lain yang lebih dekat untuk menerima harta
632/Pdt.G/2007/PA.Amb
69
Pembagian waris di Pengadilan Agama sangat erat kaitannya dengan
Hukum Islam (KHI) yang merupakan modifikasi hukum Islam agar sesuai
penentuan ahli waris, bagian warisan, dan penentuan harta warisan dan
pelaksanaan pembagian.
Islam dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris, oleh
70
binti M sebagai janda, Tergugat I M binti S sebagai anak kandung,
bin MK.
harta gono-gini.
71
- Poin o menguraikan bahwa tidak ditemukannya surat pelepasan hak
dari penggugat, maka status tanah itu adalah harta bersama dalam
perkawinannya.
72
Pada poin q disebutkan menimbang, bahwa oleh karena itu sesuai
dan S bin MK sebagai suami juga berhak atas seperdua (1/2) dari harta
tersisa 10/48 bagian. Sisa dari bagian tersebut diraddkan kepada kedua
Jumhur Fuqoha dalam buku Ilmu Waris (Drs. Fathur Rahman), maka
42/48:2=21/48x5033 m2=2201,9 m2
73
Dari pertimbanga-pertimbangan tersebut, Majelis Hakim
waris:
6/48x5033 m2
21/48x5033m2 =2201,93m2
21/48x5033m2 =2201,93m2
perempuan mendapat 2/3 bagian dan sisa harta dibagikan pada kedua
anaknya. Terhadap istri mendapat separo bagian dari harta bersama hal
74
untuk melakukan pembagian sesuai dengan yang telah ditetapkan
tersebut di atas.
menghukum para tergugat atau siapa saja yang memperoleh hak dari
adil. Tidak ada hal yang terasa ganjil selama proses persidangan serta
bidang kewarisan telah sesuai dengan KHI. Dan terhadap putusan Pengadilan
75
berdasarkan putusannya. Sehinggan pelaksanaan pembagian waris lebih pasti
putusan. Dan putusan tersebut juga dijadikan dasar untuk mengurus sertifikat
tanah yang dijadikan agunan lunak, kemudian dijadikan dasar lagi untuk
Mengingat dasar hukum yang diterapkan dalam putusan tersebut telah sesuai
dan bisa diterima serta telah dilakukan pembagian maka putusan ini telah
76
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
dari harta bersama (1/2x10.066 m2=5.033 m2). Bagian waris istri 1/8 atau
6/48, dua anak perempuan mendapat 2/3 atau 32/48. Terdapdat sisa harta
dan bukti-bukti yang diajukan serta pengakuan dapi para pihak maka
terbukti bahwa tanah sengketa waris belum pernah dibagi waris. Oleh
karena penggugat adalah istri dari almarhum, maka sesuai dengan pasal 35
UU No. 1 tahun 1974 dan pasal 96 ayat 1 KHI penggugat berhak atas
bagian dari harta bersama dan bagian menjadi harta warisan. Kemudian
penetapan ahli waris berdasarkan keterangan para saksi dan bukti yang
77
Agama Ambarawa, menerangkan bahwa dalam pasal 174 (2) KHI
disebutkan apabila semua ahli waris ada, maka yang berhak mendapat
warisan hanya anak, ayah, ibu, janda atau duda, yang dimaksud dengan
anak adalah baik itu anak laki-laki atau perempuan. Jadi kedudukan
ditetapkan bahwa istri sebagai ahli waris mendapat 1/8 bagian dan dua anak
perempuan mendapat 2/3 bagian. Dalam hal ini terdapat sisa harta 10
dalam buku Ilmu Waris Drs. Fathur Rahman, maka sisa harta tersebut
menjadi hak anak (Tergugat I dan Tergugat II). Setelah penentuan itu
atau siapa saja yang memperoleh hak dari mereka untuk menyerahkan
78
tersebut telah mempunyai kekuatan hokum, maka pihak keluarga sangat
B. SARAN
1. Yang pertama adalah saran terhadap diri saya sendiri untuk belajar dengan
giat lagi dalam mendalami sebuah bidang karena dalam skripsi yang
singkat ini saya telah menemukan banyak hal yang belum saya ketahui
sebelumnya.
3. Bagi pihak kampus, kiranya dapat menerima dengan lapang dada penelitian
menjalankan profesinya.
79
DAFTAR PUSTAKA
Lubis & Simanjuntak. 2007. Hukum Waris Islam. Jakarta: Sinar Grafika.
Rasyid & Syaifuddin. 2009. Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktik pada
Peradilan Agama. Yogyakarta: UII Press.
Djalil, Basiq. 2006. Peradilan Agama di Indonesia. Jakarta: Kencana.
Manan, Abdul. 2006. Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta:
Kencana.
80
Ali, Mohammad Daud. 2011. Hukum Islam (Pengantar Ilmu Hukum dan Tata
Hukum Islam di Indonesia). Jakarta: Rajawali Pers.
Pustaka Utama.
Zen, Nor Fuad. 2002. Wasiat Wajibah sebagai Alternatif Waris Anak Angkat.
STAIN Salatiga.
STAIN Salatiga.
Haryanti, Isti. 2004. Hak Waris Anak dari Proses Bayi Tabung. STAIN Salatiga.
Setiawati, Ambar. 2004. Bagian Waris Anak dalam Kandungan. STAIN Salatiga.
Hartati. 2002. Bagian Waris Anak Luar Nikah menurut Hukum Islam dan Hukum
Anggraeni, nanik dyah. 2001. Hak Opsi dalam Hukum Waris di Indonesia.
STAIN Salatiga.
81