Ada 4 gaya yang mempengaruhi perpindahan cairan menembus dinding kapiler antara lain :
1. Tekanan Darah Kapiler (Pc) adalah tekanan cairan atau hidrostatik darah yang bekerja pada
bagian dalam dinding kapiler. Tekanan ini cenderung mendorong cairan keluar kapiler
untukmasuk dalam cairan interstisium. Di tingkat kapiler, tekanan darah rata-rata telah
turun secara substansial karena adanya gesekan di arteriol beresistensi tinggi di bagian
hulu. Secara rata-rata, tekanan hidrostatik di ujung arteriol kapiler jaringan adalah
37mmHg dan semakin menurun menjadi 17 mmHg di ujung venula.
2. Tekanan Osmotik Koloid Plasma (p), yang juga dikenal sebagai tekanan onkotik, adalah
suatu gaya yang disebabkan oleh dispersi koloid protein-protein plasma; tekanan ini
mendorong cairan masuk ke dalam kapiler. Karena protein plasma tetap berada di plasma
dan tidak masuk ke dalam cairan interstisium, terdapat perbedaan konsentrasi protein
antara plasma dan cairan interstisium. Begitu juga dengan konsentrasi air yang berbeda
antara kedua kompartemen tersebut. Plasma memiliki konsentrasi protein yang lebih besar
dan konsentrasi air yang lebih kecil daripada cairan yang ada pada cairan interstisium.
Perbedaan ini menimbulkan efek osmotik yang cenderung mendorong air dari daerah
dengan konsentrasi air tinggi di cairan interstisium ke daerah dengan konsentrasi air rendah
di plasma. Dengan demikian, protein-protein plasma dianggap menarik air. Konstituen-
konstituen plasma lain tidak menimbulkan efek osmotik karena mereka mudah menembus
dinding kapiler, sehingga konsentrasi mereka di plasma dan cairan interstisium setara.
Tekanan osmotic koloid plasma rata-rata adalah 25 mmHg.
3. Tekanan Hidrostatik Cairan Interstisium (PIF) adalah tekanan cairan yang bekerja diluar
dinding kapiler oleh cairan interstisium. Tekanan ini cenderung mendorong cairan masuk
ke dalam kapiler. Tekanan hidrostatik ini besarnya 1 mmHg.
4. Tekanan Osmotik Koloid Cairan Interstisium (IF) adalah gaya lain yang dalam keadaan
normal tidak banyak berperan dalam bulk flow. Sebagian kecil protein plasma yang bocor
keluar dinding kapiler dan masuk ke ruang interstisium dalam keadaan normal di
kembalikan ke dalam sistem darah melalui limfe. Dengan demikian konsentrasi protein
dalam cairan interstisium sangat rendah dan tekanan osmotic koloid cairan interstisium
hampir mendekati nol. Namun apabila protein plasma secara patologis bocor ke dalam
cairan interstisium, misalnya ketika histamin memperlebar celah antar sel selama cedera
jaringan, protein-protein yang bocor menimbulkan efek osmotik yang cenderung
mendorong perpindahan cairan keluar dari kapiler ke dalam cairan interstisium.
Dengan demikian, dua tekanan yang cenderung mendorong cairan keluar kapiler adalah tekanan
darah kapiler dan tekanan osmotik koloid cairan interstisium. Dua tekanan yang mendorong cairan
masuk kedalam kapiler darah adalh tekanan osmotik koloid plasma dan tekanan koloid cairan
interstisium.
Pertukaran netto disetiap tertentu didinding kapiler dapat di hitung dengan persamaan berikut:
Tekanan pertukaran netto = (Pc+IF) (p+PIF)
(Tekanan ke luar) (Tekanan ke dalam)
Tekanan pertukaran netto positif (apabila tekanan kearah luar melebihi tekanan ke arah dalam)
merupakan tekanan ultrafiltrasi. Tekanan perukaran netto yang negative (apabila tekanan kedalam
melebihi tekanan ke luar) merupakan tekanan reabsorbsi.
Di ujung arteriol kapiler, total tekanan kearah luar adalah 37 mmHg, sehingga netto tekanan ke
arah luar adalah 11 mmHg. Ultrafiltrasi berlangsung di awal kapiler sewaktu gradient tekanan ini
mendorong filtrat bebas-protein menembus pori-poro kapiler.
Pada saat ujung venula kapiler tercapai, tekanan kapiler darah telah turun, tetapi tekanan-tekanan
yang lain pada dasarnya konstan. Di titik ini total tekanan kea rah luar telah turun menjadi 17
mmHg, sedangkan total kea rah dalam tetap 26 mmHg, sehingga netto ke arah dalam adalah 9
mmHg. Reabsorbsi cairan ini berlangsung sewaktu gradient tekanan kedalam ini mendorong
cairan masuk kembali ke dalam kspiler di ujung venulanya.
Dengan demikian ultrafiltrasi dan reabsorsi yang secara kolektif dikenal dengan bulk flow di
sebabkan oleh pergeseran kesetimbangan antara gaya-gaya fisik pasif yang bekerja di dinding
kapiler. Dalam pertukaran cairan jenis ini antara plasma dan cairan interstisium di sekitarnya ini
tidak terdapat gaya-gaya aktif atau pemakaian energy lokal. Dengan hanya sedikit kontribusi dari
cairan interstisium, ultrafiltrasi terjadi di awal kapiler karena tekanan darah kapiler melebihi
tekanan osmotik koloid plasma, sedangkan di akhir kapiler terjadi reabsorbsi karena tekanan darah
turun di bawah tekanan osmotik.
Bergantung pada kadar albumin. Pada keadaan normal albumin dibentuk di hati. Bila hati
terganggu fungsinya, maka pembentukan albumin juga terganggu. Akibatnya kadar albumin
akan berkurang, sehingga tekanan koloid osmotik plasma juga menurun. Terdapatnya kadar
albumin kurang dari 3 g %, sudah merupakan tanda kritis untuk terjadinya asites.
b. Tekanan vena porta
Pada penderita sirosis dengan peningkatan tekanan vena porta (hipertensi portal) tidak selalu
terjadi asites pada permulaannya. Tetapi bila terjadi perdarahan gastrointestinal maka kadar
protein plasma akan berkurang sehingga tekanan koloid osmotik akan menurun, akibatnya
terjadilah asites.
c. Perubahan elektrolit
1. Retensi Natrium (Na)
Penderita sirosis hati bila terdapat asites maka ekskresi Na akan terganggu, menjadi < 5
meq/hari. Sedangkan kadar Na serum sedikit lebih rendah dari normal. Pada penderita
sirosis hati juga terjadi hipertrofi jukstaglomerulus, sehingga merangsang sistem renin
angiotensin. Akibatnya produksi aldosteron akan meningkat dan terjadilah peningkatan
reabsorbsi Na sebanyak 99,5 % di tubulus ginjal bagian distal.
2. Retensi air
Gangguan ekskresi air pada penderita sirosis disebabkan oleh aktivitas hormon anti diuretik
(ADH). Gangguan tersebut kemungkinan besar merupakan akibat dari peningkatan
absorbsi Na di tubulus ginjal bagian proksimal, sehingga tak ada lagi yang melewati bagian
distal.
3. Perubahan Kalium (K)
Kadar K dalam serum umumnya normal atau sedikit berkurang. Hal ini tidak disebabkan karena
terganggunya sel-sel untuk mempertahankan kadar K di dalam sel itu sendiri
LO 2.2 Memahami dan menjelaskan penyebab asites
1. Penyebab asites
a. . Penyebab hati kronik
1.Keadaan penyakit yang kronik atau subakut
2.Penyebab yang paling sering terjadi adalah sirosis, hepatitis kronik, hepatitis
alkohol yang berat (tanpa sirosis) dan obstruksi vena hepatika (sindroma Budd-
Chiari)
b. Gagal jantung
c. Sindroma nefrotik
d. Hipoalbuminemia yang berat
e. Gangguan intra abdomen : karsinomatosis, peritonitis tuberkulosis, pankreatitis (asites
pankreatik)
2. Penyebab Asites
a. Normal peritoneum
1. Hipertensi portal (albumin serum-asites gradien [saag]> 1,1 g / dl)
Menyebabkan Gagal jantung kongestif, constrictive perikarditis, trikuspid
insufisiensi, sindrom Budd-Chiari. Penyakit hati, sirosis, hepatitis alkoholik,
kegagalan hepatik fulminan, besar hepatik metastasis.
2. Hipoalbuminemia (saag <1,1 g / dl)
Nefrotik sindrom , Gizi buruk dengan anasarca .
3. Kondisi Miscellaneous (saag <1,1 g / dl)
Pankreas asites , Empedu asites , Nephrogenic asites , Urine asites, dan Penyakit
ovarium.
b. Peritoneum tidak normal (saag <1,1 g / dl)
1. Infeksi
Peritonitis bakteri , Peritonitis tuberkulosis , Jamur peritonitis, peritonitis Human
immunodeficiency virus (HIV)-terkait peritonitis.
2. Kondisi ganas
Peritoneal carcinomatosis , Primer mesothelioma, Pseudomyxoma peritonei,
Hepatocellular carcinoma.
3. Other rare conditions Kondisi langka lainnya
Vaskulitis, Peritonitis granulomatosa, Eosinofilik peritonitis.
LO 2.3. Memahami dan Menjelaskan gejala asites
Tanda Dan Gejala
Gejala-gejala asites
a. pada inspeksi akan tampak perut membuncit seperti perut katak
b. umbilikus seolah bergerak ke arah kaudal mendekati simpisis os pubis
c. hernia umbilikalis
d. pada perkusi, pekak samping meningkat dan terjadi shifting dullnes
Asites eksudatif: Biasanya terjadi pada proses peradangan (biasanya infektif, misalnya pada tuberculosis)
danproses keganasan. Eksudat merupakan cairan tinggi protein, tinggi LDH, ph rendah (<7,3), rendahkadar gula,
disertai peningkatan sel darah putih.Beberapa penyebab dari asites eksudatif: keganasan (primer maupun
metastasis), infeksi(tuberkulosis maupun peritonitis bakterial spontan), pankretitis, serositis, dan sindroma nefrotik.
Asites transudatif: Terjadi pada sirosis akibat hipertensi portal dan perubahan bersihan (c
learan
c
e
) natriumginjal, juga bisa terdapat pada konstriksi perikardium dan sindroma nefrotik. Transudatmerupakan cairan
dengan kadar protein rendah (<30g/L), rendah LDH, pH tinggi, kadar gulanormal, dan sel darah putih kurang dari
1 sel per 1000 mm.Beberapa penyebab dari asites transudatif: sirosis hepatis, gagal jantung, penyakit venaoklusif,
perikarditis konstruktiva, dan kwasiokor
Mekanisme Underfilling:
Proteinuria
Hipoalbuminemia
Volume plasma
EDEMA
b. Mekanisme Overfilling
Terjadi pada penderita sindrom nefrotikmyang memiliki kelainan yang bersifat primer
yang mengganggu ekskresi natrium pada tubulus distalis, sebagai akibatnya terjadi
peningkatan volume darah, penekanan RAAS dan vassopressin. Kondisi volume darah
yang meningkat (overfilling) yang disertai rendahnya tekanan osmotic plasma
mengakibatkan transudasi cairan dari kapiler ke interstitial sehingga terjadi edema.
Hipertensi
porta
Vasodilatasi arteriola
splanikus
Penyebab :
a. Edema yang disebabkan gagal jantung
Penyebab edema palig sering dan paling seruius adalah gagal jantung. Pada gagal jantung,jantung
gagal memompa darah secara normal dari vena kedalam arteri; hal ini meningkatkan tekanan vena
dan tekanan kapiler, yang menyebabkan peningkatan filtrasi kapiler. Tekanan arteri cenderung
turun,menyebabkan penuruna ekskresi garam dan air oleh ginjal,yang meningkatkan volume darah
dan lebih lanjut meningkatkan tekanan hidrostatik kapiler sehingga edema makin bertambah.
b. Edema yang disebabkan oleh penurunan ekskresi garam dan air oleh ginjal
Sebagian besar natrium klorida yang ditambahkan kedalam darah tetap berada di kompartemen
ekstrasel, dan hanya sejumlah kecil saja yang memasuki sel. Pada penyakit ginjal yang
menurunkan ekskresi natrium klorida dan air dalam urin,sejumlah besar nattrium klorida dan air
akan ditambahkan kecairan ekstrasel.
Efek utama kejadian ini ialah menyebabkan : (1) peningkatan volume cairan interstisial yang besar
(edema ekstrasel ) ,(2) hipertensi akibat peningkatan volume darah
c. Edema yang disebabkan oleh penurunan protein plasma
penurunan konsentrasi protein plasma akibat kegagalan untuk menghasilkan protein dalam jumlah
yang cukup maupun karena kebocoran protein dari plasma,akan menimbulkan penurunan tekanan
osmotic koloid plasma. Mengakibatkan peningkatan filtrasi kapiler diselurruh tubuh dan edema
ekstrasel.
Tirah baring dapat memperbaiki efektifitas diuretika pada pasien yang berhubungan
dengan hipertensi porta yang bisa menyebabkan aldosterone menurun.