Anda di halaman 1dari 9

REFRESHING

KEJANG DEMAM

Nama : Eva Widya Putri


NIDM : 291111822013

Dokter Pembimbing

Dr. Deden Tommy O, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK PEDIATRI

RSUD SEKARWANGI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADYAH JAKARTA

2017
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling umum terjadi pada
kelompok usia anak-anak. Telah dilaporkan bahwa satu dari setiap 25 anak di populasi akan
mengalami setidaknya satu kejang demam selama masa kecil mereka. 1 Kejang demam ialah
bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 380C) yang
disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium 2. Kejang demam ini terjadi pada 2% - 4 % anak
berumur 6 bulan 6 tahun dan sebagaian besar berusia 1-2 tahun(3). Kejang disertai demam
pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam (1). Bila anak
berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului demam,
kemungkinan lain harus dipertimbangkan misalnya infeksi SSP, atau epilepsi yang kebetulan
terjadi bersama demam(2).

2.2 Epidemiologi

Kejang demam diperkirakan terjadi pada 2-4% anak di amerika serikat , Di Asia dilaporkan
Kira kira 20 % kasus merupakan kejang demam kompleks dan 80% merupakan kejang
demam sederhana dan sekitar 31,3% pasien memiliki riwayat kejang pada keluarga. 4 5

2.3 Etiologi

Penyebab pasti kejang demam tidak diketahui, namun faktor yang paling penting adalah
demam, epilepsi, hipoglikemia, hipokalsemia, cedera kepala, keracunan dan penggunaan obat
terlarang, infeksi saluran pernafasan, atau gastroenteritis

2.4 Klasifikasi

Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)

Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit dan umumnya akan
berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang
tidak berulang dalam waktu 24 jam(5). Suhu yang tinggi merupakan keharusan pada kejang
demam sederhana, kejang timbul bukan oleh infeksi sendiri, akan tetapi oleh kenaikan suhu
yang tinggi akibat infeksi di tempat lain, misalnya pada radang telinga tengah yang akut, dan
sebagainya. Bila dalam riwayat penderita pada umur umur sebelumnya terdapat periode -
periode dimana anak menderita suhu yang sangat tinggi akan tetapi tidak mengalami kejang;
maka pada kejang yang terjadi kemudian harus berhati hati. Pada kejang demam sederhana
kejang biasanya timbul ketika suhu sedang meningkat dengan mendadak, sehingga seringkali
orang tua tidak mengetahui sebelumnya bahwa anak menderita demam. Agaknya kenaikan
suhu yang tiba tiba merupakan faktor yang penting untuk menimbulkan kejang.3 Kejang
pada kejang demam sederhana selalu berbentuk umum, biasanya bersifat tonik
klonik serangan di mulai secara mendadak namun biasanya di dahului beberapa hentakan ,
selama berlangsungnya kejang tonik klonik pasien kehilangan kesadaran , deviasi mata ketas
, keluarnya sekret , dilatasi pupil . saat anak bangun sering di dapat iritabilitas dan sakit
kepala.
Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)
Kejang dengan salah satu ciri berikut :
1. Kejang lama lebih dari 15 menit.
2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial.
3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang berulang
lebih dari 2 kali dan diantara bangkitan kejang anak tidak sadar. Kejang lama terjadi pada 8
% kejangn demam. Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang
didahului kejang parsial. Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari,
diantara 2 bangkitan kejang anak sadar. Kejang berulang terjadi pada 16 % diantara anak
yang mengalami kejang demam.
2.5 Patofisiologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak, diperlukan suatu
energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting
adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi, dimana oksigen disediakan dengan
perantaraan fungsi paru paru dan diteruskan ke otak melalui kardiovaskuler. Jadi sumber
energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air . Sel
dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid
dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui
dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan
elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi
dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya.
Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka terdapat perbedaan
potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan
potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na K ATPase yang terdapat
pada permukaan sel.7
Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya :
a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.
b.Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari
sekitarnya.
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme
basal 10% - 15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20 %. Pada seorang anak berumur
3 tahun, sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa
yang hanya 15 %. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan
keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion
kalium maupun ion natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan
listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel
maupun membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter dan
terjadilah kejang . Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari
tinggi rendahnya ambang kejang. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang
telah terjadi pada suhu 38o C, sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi,
kejang baru terjadi pada suhu 40oC atau lebih. Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan
bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah,
sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita
kejang.7
Kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai terjadinya
apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang
akibatnya terjadi hipoksemia, hiperkapnea, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme
anaerobik, hipertensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin
meningkat disebabkan meningkatnya aktifitas otot dan selanjutnya menyebabkan
metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga
terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting
adalah gangguan peredaran darah yangmengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan
permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron
otak(6). Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang
yang berlangsung lama dapat menjadi matang di kemudian hari, sehingga terjadi serangan
epilepsi yang spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan
kelainan anatomis di otak sehingga terjadi epilepsi.7
2.6 Diagnosis
a. Anamnesis
Frekuensi dan lamanya kejang sangat penting untuk di diagnosis serta tatalaksana
kejang . ditanyakan kapan kejang terjadi , apakah kejang itu baru pertama kali atau
sudah pernah sebelumnya , bila sudah pernah berapa kali , waktu anak usia berapa dan
kapan kejang terakhir, sifat kejang perlu ditanyakan apakah bersifat klonik (kelojotan)
, tonik (kaku) , umum (kanan dan kiri) , atau fokal (satu sisi kanan atau kiri), suhu saat
kejang dan sesudah kejang . kejang demam sering terjadi pada bayi dan anak perlu di
bedakan perlu dibedakan kejang yang di sertai demam tersebut merupaka kejang
demam ataukah epilepsi. Kejang demam mempunyai kareakteristik sebagai berikut:
- Kejang terjadi pada usia 6 bulan sampai 5 tahun
- Demam mendahului kejang
- Kejang umunya terjadi 24 jam setelah anak mulai demam , terssering dalam 16
jam pertama
- Sebelum dan sesudah kejang anak sadar dan tidak terdapat kelainan neurologis
- Pasien tidak pernah mengalami kejang tanpa demam8
b. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran :Apakah terdapat penurunan kesadaran , suhu tubuh: apakah terdapat
demam , tanda peningkatan tekanan intrakranial , ubun ubun besar , muntah proyektil
, papil edema. rangsang meningeal , kaku kuduk , bruzinki I , II , kernique , Laseque
Pemeriksaan Nervi Kranialis Umumnya tidak dijumpai adanya kelumpuhan nervi
kranialis
2.7 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi
penyebab demam, atau keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai
demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya darah perifer,
elektrolit dan gula darah, urinalisis, biakan darah, urin dan feses.
b. Pungsi lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Resiko terjadinya meningitis bakterialis
adalah 0,6 % - 6,7 %.Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau
menyingkirkan diagnosis meningitiskarena manifestasi klinisnya tidak jelas.
Indikasi di lakukan pungsi lumbal : (Konsensusu UKK neurologi Idai 2016)
- Terdapat tanda dan gejala rangsang meningeal
- Terdapat kecurigaan adanya infeksi SSP berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan klinis
- Dipertimbangkan pada anak dengan kejangdisertai demam yang
sebelumnya telah mendapat antibiotik dan pemberian antibiotik tersebut
dapat mengaburkan tanda dan gejala meningitis.
c. Elektroensefalografi
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya
kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang
demam. Oleh karenanya,tidak direkomendasikan. Pemeriksaan EEG masih dapat
dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas. Misalnya kejang demam
kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun atau kejang demam fokal.
c. Pencitraan
Foto X ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT scan)
atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan
hanya atas indikasi seperti :
1. Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)
2. Paresis nervus VI
3. Papiledema
2.8 Tatalaksana
Medika Mentosa

Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang kejang
sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang paling cepat untuk
menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis diazepam
intravena adalah 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam
waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 20 mg. Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh
orang tua atau di rumah adalah diazepam rektal Dosis diazepam rektal adalah 0,5 kg/kgbb
atau diazepam oral 0.3 mg/kgbb. Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap
kejang, dianjurkan ke rumah sakit. 9

Antipiretik
Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10 15 mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak
lebih dari 5 kali. Dosis Ibuprofen 5-10 mg/kg/kali ,3-4 kali sehari2
Pengobatan jangka panjang/rumatan
Pengobatan jangka panjang hanya diberikan jika kejang demam menunjukan ciri :
o Kejang lama >15 menit
o Kelainan neurologi yang nyata , hemiparesis , cerebral palsi , retradasi mental
o Kejang fokal
Pengobatan jangka panjang di pertimbangkan jika :
o Kejang berulang 2x/lebih dalam 24 jam
o Kejang demam terjadi pada bayi <12 bulan
o Kejang demam 4kali/tahun
Obat untuk jangka panjang : fenobarbital (dosis 3-4mg/kgbb/hari dibagi 1-2 dosis , atau asam
valproat 15-40mg/kgbb/hari dibagi 2-3 dosis pemberian obat ini efektif dalam menurunkan
resiko berulangnya kejang. Pengobatan di berikan selama satu tahun bebas kejang kemudian
dihentikan secara bertahap selama 1-2bulan9

Alogaritram penatalaksanaan kejang


Indikasi rawat
o Kejang demam komplek
o Hiperpireksia
o Usia dibawah 6 bulan
o Kejang demam pertama kali
o Terdapat kelainan neurologis

Edukasi orang tua

1. Menyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik.


2. Memberitahukan cara penanganan kejang
3. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali
4. Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat adanya
efek samping

Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang

1. Tetap tenang dan tidak panik


2. Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
3. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan
atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan
memasukkan sesuatu kedalam mulut.
4. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.
5. Tetap bersama pasien selama kejang
6. Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti.
7. Bawa kedokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih

Prognosis
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan.
Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya
normal. Penelitian lain secara retrospektif melaporkan kelainan neurologis pada sebagian
kecil kasus, dan kelainan ini biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang
berulang baik umum atau fokal
DAFTAR PUSTAKA

1. Felipe L, Siqueira M. febrile seizures: update on diagnosis and management. Siqueira LFM.
2010;56(4):48992

2. Pusponegoro Hardiono D, Widodo Dwi Putro, Ismael Sofyan. Konsensus


Penatalaksanaan Kejang Demam. Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter
Anak Indonesia, Jakarta. 2006.

3. Marcdante K , Kliegman R M, Jenson H B, Behrman R . Nelson ilmu kesehatan


anak. Ed 6 , Saunders elsevier . Singapore . 2011

4. Kaputu Kalala Malu C1, Mafuta Musalu E, Dubru JM, Leroy P, Tomat AM, Misson
JP. Rev Med Liege. 2013 Apr;68(4):180-5

5. RSCM, Paduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM. Jakarta.
2007

6. Delpisheh A , Veisani Y, Sayehmiri K , Fayyazi A. Febrile Seizures: Etiology,


Prevalence, and Geographical Variation. Iranian Journal of Child Neurology.
2014;8(3):30-37.

7. Saharso Darto. Kejang Demam, dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag./SMF
Ilmu Kesehatan Anak RSU dr. Soetomo, Surabaya. 2006

8. Wahidiyat Iskandar, Sudigdo Sastroasmoro . Pemeriksaan Klinis Pada Bayi dan


Anak. Ed 3. Sagung Seto .Jakarta . 2014

9. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia . Pudjadi AH , Hegar B , Handryastuti S , Idris NS, Gandaputra EP ,
Harmoniati ED , editors. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia 2009.

Anda mungkin juga menyukai