Konsep Preeklampsia
Konsep Preeklampsia
PREEKLAMPSIA
Nama Kelompok:
PRODI S1-KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WILLIAM BOOTH
SURABAYA
KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PREEKLAMPSIA
Definisi
Etiologi
Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum bisa diketahui. Teori yang dapat
diterima untuk preeklampsia antara lain :
Patofisiologi
Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan
air pada biopsi ginjal ditemukan spasme yang hebat pada arteriola glomerulus. Pada beberapa
kasus lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui satu sel darah
merah. Jadi, jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah
dengan sendrinya akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar
oksigenasi jaringan dapat tercukupi.
Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan air yang
berlebihan dalam ruang interstisial belum diketahui sebabnya, ada yang mengatakan
disebabkan oleh retensi airdan garam. Proteinuria mungkin disebabkan oleh spasme arteriola,
sehingga terjadi perubahan pada glomerulus. (Mochtar, 1993)
Manisfestasi Klinis
Dua gejala yang sangat penting pada preeklampsia yaitu hipertensi dan proteinuria yang
biasanya tidak disadari oleh wanita hamil. Penyebab dari kedua masalah diatas adalah
sebagai berikut :
1. Tekanan darah
Peningkatan tekanan darah merupakan tanda peningkatan awal yang penting pada
preeklampsia. Tekanan diastolic merupakan tanda prognostik yang lebih andal
dibandingkan dengan tekanan sistolic. Tekanan diastolic sebesar 90 mmHg atau lebih
yang terjadi terus menerus menunjukkan keadaan yang abnormal.
2. Kenaikan berat badan
Peningkatan berat badan yang tiba-tiba mendahului serangan preeklampsia dan bahkan
kenaikan berat badan yang berlebihan merupakan tanda pertama preeklampsia
padasebagian wanita. Peningkatan BB normal adalah 0,5 kg per minggu.
3. Proteinuria
Pada preeklampsia ringan proteinuria hanya minimal positif satu, positif dua, atau
tidak sama sekali. Pada kasus berat proteinuria dapat ditemukan dan dapat mencapai
10 gram/dl. Proteinuria hampir selalu timbul kemudian dibandingkan hipertensi dan
kenaikan BB yang berlebihan.
1. Nyeri kepala
Jarang ditemukan pada kasus ringan, tetapi akan sering terjadi pada kasus-kasus
yang berat. Nyeri kepala sering terjadi pada daerah frontal dan oksipital, serta tidak
sembuh dengan pemberian analgesik biasa.
2. Nyeri epigastrium
Merupakan keluhan yang sering ditemukan pada preeklampsia berat. Keluhan ini
disebabkan karena tekanan pada kapsul hepar akibat edema atau perdarahan.
3. Gangguan penglihatan
Keluhan penglihatan yang tertentu dapat disebabkan oleh spasme arterial, iskemia,
dan edema retina dan pada kasus-kasus yang langka disebabkan oleh ablasio retina.
Pada preeklampsia ringan tidak dapat ditemukan tanda-tanda subyektif.
(Cunningham, 1995).
Klasifikasi
Preeklampsia dibagi dalam dua golongan yaitu ringan dan berat. Preeklampsia
dikatakan ringan apabila ditemukan tanda-tanda dibawah ini :
1. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih,
dan kenaikan sistolik 30 mmHgatau lebih.
2. Edema umum, kaki, jari, tangan, dan wajah atau kenaikan BB 1 kg atau lebih per
minggu.
3. Proteinuria kuantitatif 0,3 gram atau lebih per liter, kualitatif positif satu atau positif
dua pada urin kateter atau mid stream.
Sedangkan preeklampsia dikatan berat apabila ditemukan satu atau lebih tanda-tanda
dibawah ini:
Komplikasi
1. Pada ibu
a. Eklamsia
b. Solusio plasenta
c. Perdarahan subkabsula hepar
d. Kelainan pembekuan darah (DIC)
e. Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan low platelet count)
f. Ablasio retina
g. Gagal jantung hingga syok dan kematian
2. Pada janin
a. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
b. Prematur
c. Asfiksia neonatorum
d. Kemtian dalam uterus
e. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan terhadap ibu preeklampsia antara lain sebagai berikut:
d. Riwayat perkawinan
Biasanya terjadi pada wanita yang menikah dibawah usia 20 tahun atau diatas 35
tahun.
3. Pemeriksaan fisik bilogis
Keadaan umum: lemah
Kepala : sakit kepala, wajah edema
Mata : Konjungtiva tidak anemis, edema pada retina
Abdomen : Nyeri daerah epigastrium, anoreksia, mual, dan muntah
Ekstremitas : Edema pada kaki dan tangan juga pada jari-jari
Sistem Persyarafan : hiperefleksia, klonus pada kaki
Genitourinaria : Oligouria, proteinuria
Pemeriksaan janin : bunyi DJJ tidak teratur, gerakan janin lemah
4. Pemeriksaan penunjang
a) Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat
hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun,
BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml.
b) USG : untuk mengetahui keadaan janin.
c) NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
5. Penatalaksanaan
Dapat ditangani secara aktif atau konservatif. Aktif berarti : kehamilan diakhiri /
diterminasi bersama dengan pengobatan medisinal. Konservatif berarti : kehamilan
dipertahankan bersama dengan pengobatan medisinal. Prinsip : Tetap pemantauan janin
dengan klinis, USG, kardiotokografi.
a. Penanganan aktif.
Penderita harus segera dirawat, sebaiknya dirawat di ruang khusus di daerah kamar
bersalin.Tidak harus ruangan gelap.Penderita ditangani aktif bila ada satu atau lebih
kriteria ini.
6. Diagnosa keperawatan
1) Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ
( vasospasme dan peningkatan tekanan darah.
2) Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan
pada plasenta.
3) Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan
pembukaan jalan lahir.
4) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubunganKetidakmampuan dalam memasukkan/mencerna makanan karena faktor
biologi.
5) Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif
terhadap proses persalinan
7. Intervensi / Perencanaan
1) Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi
organ ( vasospasme dan peningkatan tekanan darah
Tujuan
Kriteria Hasil :
Intervensi Rasional
1. Monitor tekanan darah tiap 4 1. Tekanan diastole > 110 mmHg dan
jam sistole 160 atau lebih merupkan
indikasi dari PIH
2. Catat tingkat kesadaran pasien 2. Penurunan kesadaran sebagai
indikasi penurunan aliran darah otak
3. Kaji adanya tanda-tanda 3. Gejala tersebut merupakan
eklampsia ( hiperaktif, reflek manifestasi dari perubahan pada otak,
patella dalam, penurunan nadi,dan ginjal, jantung dan paru yang
respirasi, nyeri epigastrium dan mendahului status kejang
oliguria ) 4. Kejang akan meningkatkan
4. Monitor adanya tanda-tanda kepekaan uterus yang akan
dan gejala persalinan atau adanya memungkinkan terjadinya persalinan.
kontraksi uterus 5. Anti hipertensi untuk menurunkan
5. Kolaborasi dengan tim medis tekanan darah dan SM untuk
dalam pemberian anti hipertensi mencegah terjadinya kejang
dan SM
2) Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan
pada plasenta
Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi Rasional
1. Monitor DJJ sesuai indikasi 1. Peningkatan DJJ sebagai indikasi
terjadinya hipoxia, prematur dan
2. Kaji tentang pertumbuhan solusio plasenta
janin 2. Penurunan fungsi plasenta
mungkin diakibatkan karena hipertensi
3. Jelaskan adanya tanda-tanda sehingga timbul IUGR
solutio plasenta ( nyeri 3. Ibu dapat mengetahui tanda dan
perut, perdarahan, rahim tegang, gejala solutio plasenta dan tahu akibat
aktifitas janin turun ) hipoxia bagi janin
4. Kaji respon janin pada ibu 4. Reaksi terapi dapat menurunkan
yang diberi SM pernafasan janin dan fungsi jantung
serta aktifitas janin
5. Kolaborasi dengan medis 6. Anti hipertensi untuk menurunkan
dalam pemeriksaan USG dan NST tekanan darah dan SM untuk
mencegah terjadinya kejang
7. USG dan NST untuk mengetahui
keadaan/kesejahteraan janin
Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat intensitas nyeri 1. Ambang nyeri setiap orang
pasien berbeda ,dengan demikian akan dapat
menentukan tindakan perawatan yang
sesuai dengan respon pasien terhadap
nyerinya.
2. Jelaskan penyebab nyerinya 2. Ibu dapat memahami penyebab
nyerinya sehingga bisa kooperatif
3. Ajarkan ibu mengantisipasi 3. Dengan nafas dalam otot-otot
nyeri dengan nafas dalam bila HIS dapat berelaksasi , terjadi vasodilatasi
timbul pembuluh darah, expansi paru optimal
sehingga kebutuhan 02 pada jaringan
terpenuhi
4. Bantu ibu dengan 4. untuk mengalihkan perhatian
mengusap/massage pada bagian pasien
yang nyeri
Tujuan
Kriteria hasil
Intervensi Rasional
1. Kaji adanya alergi makanan 1. Untuk mengetahui apakah pasien
ada alergi makanan
2. Anjurkan pasien untuk 2. intake fe dapat meningkatkan
meningkatkan intake Fe kekuatan tulang
3. substansi gula dapat meningkatkan
3. Berikan substansi gula energi pasien
4. Untuk memenuhi status gizi pasien
4. Berikan makanan yang terpilih
(sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
5. Ajarkan pasien bagaimana 5. Catatan harian makanan dapat
membuat catatan makanan harian mengetahui asupan nutrisi pasien
5) G
a
ngguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif
terhadap proses persalinan
Tujuan :
Kriteria Hasil :
Intervensi Rasional
1. tingkat kecemasan ibu 1. Tingkat kecemasan ringan dan
sedang bisa ditoleransi dengan pemberian
pengertian sedangkan yang berat
diperlukan tindakan medikamentosa
2. Jelaskan mekanisme proses 2. Pengetahuan terhadap proses
persalinan persalinan diharapkan dapat mengurangi
emosional ibu yang maladaptive.
3. Kecemasan akan dapat teratasi jika
3. gali dan tingkatkan mekanisme mekanisme koping yang dimiliki ibu
koping ibu yang efektif efektif
4. ibu dapat mempunyai motivasi
untuk menghadapi keadaan yang
4. Beri support system pada ibu sekarang secara lapang dada asehingga
dapat membawa ketenangan hati
8. Implementasi
9. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan physical
abuse antara lain :
Elizabeth Robsan. 2011. Patologi Pada Kehamilan Manajemenn & Asuhan Kebidanan.
Jakarta : EGC