Anda di halaman 1dari 15

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PREEKLAMPSIA

Nama Kelompok:

Deby Sisca Aprilia (2012.01.007)


Ninda Karisa (2012.01.016)

PRODI S1-KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WILLIAM BOOTH
SURABAYA
KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PREEKLAMPSIA

Definisi

Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria


yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya timbul pada triwulan ketiga
kehamilan, tetapi dapat sebelumnya, misalnya karena mola hidatidosa. (Winknjosastro,
1997).

Preeklampsia adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan proteinuria, edema,


atau kedua-duanya yang terjadi akibat kehamilan setelah minggu ke-20 atau kadang-kadang
timbul lebih awal bila terdapat perubahan hidatidosa yang luas pada vili dan korialis.

Preeklampsia adalah gangguan multisistem dengan etiologi kompleks yang khusus


terjadi selama kehamilan. Preeklampsia biasanya didefinisikan sebagai peningkatan tekanan
darah dan proteinuria yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu. (Milne, 2005)

Etiologi

Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum bisa diketahui. Teori yang dapat
diterima untuk preeklampsia antara lain :

1. Sering terjadi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan molahidatidosa.


2. Sebab terjadinya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan.
3. Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan ibu dengan kematian janin dalam uterus.
4. Sebab terjarangnya terjadi eklampsia pada kehamilan-kehamilan berikutnya.
5. Sebab timbul hipertensi, edema, proteinurea, kejang dan koma.

Faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya preeklampsia antara lain:

1. Primigravida, terutama primigravida tua dan primigravida muda.


2. Kelompok sosial ekonomi rendah.
3. Penyakitginjal kronis.
4. Diabetes melitus.
5. Multipara.
6. Hipertensi esensial.
7. Polihidramninon
8. Obesitas
9. Riwayat preeklampsia padakehamilan yang lalu dalam keluarga

Patofisiologi

Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan
air pada biopsi ginjal ditemukan spasme yang hebat pada arteriola glomerulus. Pada beberapa
kasus lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui satu sel darah
merah. Jadi, jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah
dengan sendrinya akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar
oksigenasi jaringan dapat tercukupi.

Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan air yang
berlebihan dalam ruang interstisial belum diketahui sebabnya, ada yang mengatakan
disebabkan oleh retensi airdan garam. Proteinuria mungkin disebabkan oleh spasme arteriola,
sehingga terjadi perubahan pada glomerulus. (Mochtar, 1993)

Manisfestasi Klinis

Dua gejala yang sangat penting pada preeklampsia yaitu hipertensi dan proteinuria yang
biasanya tidak disadari oleh wanita hamil. Penyebab dari kedua masalah diatas adalah
sebagai berikut :

1. Tekanan darah
Peningkatan tekanan darah merupakan tanda peningkatan awal yang penting pada
preeklampsia. Tekanan diastolic merupakan tanda prognostik yang lebih andal
dibandingkan dengan tekanan sistolic. Tekanan diastolic sebesar 90 mmHg atau lebih
yang terjadi terus menerus menunjukkan keadaan yang abnormal.
2. Kenaikan berat badan
Peningkatan berat badan yang tiba-tiba mendahului serangan preeklampsia dan bahkan
kenaikan berat badan yang berlebihan merupakan tanda pertama preeklampsia
padasebagian wanita. Peningkatan BB normal adalah 0,5 kg per minggu.
3. Proteinuria
Pada preeklampsia ringan proteinuria hanya minimal positif satu, positif dua, atau
tidak sama sekali. Pada kasus berat proteinuria dapat ditemukan dan dapat mencapai
10 gram/dl. Proteinuria hampir selalu timbul kemudian dibandingkan hipertensi dan
kenaikan BB yang berlebihan.

Gejala-gejala subjektif yang dirasakan pada preeklampsia adalah sebagai berikut:

1. Nyeri kepala
Jarang ditemukan pada kasus ringan, tetapi akan sering terjadi pada kasus-kasus
yang berat. Nyeri kepala sering terjadi pada daerah frontal dan oksipital, serta tidak
sembuh dengan pemberian analgesik biasa.
2. Nyeri epigastrium
Merupakan keluhan yang sering ditemukan pada preeklampsia berat. Keluhan ini
disebabkan karena tekanan pada kapsul hepar akibat edema atau perdarahan.
3. Gangguan penglihatan
Keluhan penglihatan yang tertentu dapat disebabkan oleh spasme arterial, iskemia,
dan edema retina dan pada kasus-kasus yang langka disebabkan oleh ablasio retina.
Pada preeklampsia ringan tidak dapat ditemukan tanda-tanda subyektif.
(Cunningham, 1995).

Klasifikasi
Preeklampsia dibagi dalam dua golongan yaitu ringan dan berat. Preeklampsia
dikatakan ringan apabila ditemukan tanda-tanda dibawah ini :
1. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih,
dan kenaikan sistolik 30 mmHgatau lebih.
2. Edema umum, kaki, jari, tangan, dan wajah atau kenaikan BB 1 kg atau lebih per
minggu.
3. Proteinuria kuantitatif 0,3 gram atau lebih per liter, kualitatif positif satu atau positif
dua pada urin kateter atau mid stream.

Sedangkan preeklampsia dikatan berat apabila ditemukan satu atau lebih tanda-tanda
dibawah ini:

1. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.


2. Proteinuria 5 gram atau lebih per liter.
3. Oliguria jumlah urin kurang dari 500 cc/24 jam.
4. Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di epigastrium.
5. Ada edema paru dan sianosis.

Komplikasi

Bergantung pada derajat preeklampsia yang dialami. Namun, yang termasuk


komplikasi antara lain sebagai berikut :

1. Pada ibu
a. Eklamsia
b. Solusio plasenta
c. Perdarahan subkabsula hepar
d. Kelainan pembekuan darah (DIC)
e. Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan low platelet count)
f. Ablasio retina
g. Gagal jantung hingga syok dan kematian
2. Pada janin
a. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
b. Prematur
c. Asfiksia neonatorum
d. Kemtian dalam uterus
e. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal
ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

Pengkajian yang dilakukan terhadap ibu preeklampsia antara lain sebagai berikut:

1. Identitas umum ibu


2. Data riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
- Kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi sebelum hamil
- Kemungkinan ibu mempunyai riwayat preeklampsia pada kehamilan terdahulu
- Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas
- Ibu mungkin pernah menderita penyakit ginjal kronis
b. Riwayat kesehatan sekarang
- Ibu merasa sakit kepala didaerah frontal
- Terasa sakit di ulu hati atau nyeri epigastrium
- Gangguan visus: penglihatan kabur, skotoma, dan diplopia
- Mual dan muntah, tidak ada nafsu makan
- Gangguan serebral: terhuyung-huyung, reflek tinggi, dan tidak tenang.
- Edema pada ekstremitas
- Tengkuk terasa berat
- Kenaikan berat badan mencapai 1 kg seminggu
c. Riwayat kesehatan keluarga

Kemungkinan mempunyai riwayat preeklampsia dan eklampsia dalam keluarga.

d. Riwayat perkawinan
Biasanya terjadi pada wanita yang menikah dibawah usia 20 tahun atau diatas 35
tahun.
3. Pemeriksaan fisik bilogis
Keadaan umum: lemah
Kepala : sakit kepala, wajah edema
Mata : Konjungtiva tidak anemis, edema pada retina
Abdomen : Nyeri daerah epigastrium, anoreksia, mual, dan muntah
Ekstremitas : Edema pada kaki dan tangan juga pada jari-jari
Sistem Persyarafan : hiperefleksia, klonus pada kaki
Genitourinaria : Oligouria, proteinuria
Pemeriksaan janin : bunyi DJJ tidak teratur, gerakan janin lemah
4. Pemeriksaan penunjang
a) Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat
hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun,
BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml.
b) USG : untuk mengetahui keadaan janin.
c) NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
5. Penatalaksanaan

Prinsip Penatalaksanaan Pre-Eklampsia

a) Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah.


b) Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsia.
c) Mengatasi atau menurunkan risiko janin (solusio plasenta, pertumbuhan janin
terhambat, hipoksia sampai kematian janin).
d) Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera mungkin setelah
matur, atau imatur jika diketahui bahwa risiko janin atau ibu akan lebih berat jika
persalinan ditunda lebih lama.

Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Ringan

a) Dapat dikatakan tidak mempunyai risiko bagi ibu maupun janin.


b) Tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainnya, tidak perlu
dirawat kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman 140-150/90-100 mmhg).
c) Istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada siang hari dan minimal
8 jam pada malam hari).
d) Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur.
e) Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari.
f) Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat antihipertensi :
metildopa 3 x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8 x 5-10 mg/hari,
atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari, atau pindolol 1-3 x 5 mg/hari (max.30
mg/hari).
g) Diet rendah garam dan diuretik tidak perlu.
h) Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1 minggu.
i) Indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah 2 minggu
rawat jalan, peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali berturut-turut,
atau pasien menunjukkan tanda-tanda pre-eklampsia berat. Berikan juga obat
antihipertensi.
j) Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre-eklampsia berat.
Jika perbaikan, lanjutkan rawat jalan.
k) Pengakhiran kehamilan : ditunggu sampai usia 40 minggu, kecuali ditemukan
pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eklampsia, atau indikasi
terminasi lainnya. Minimal usia 38 minggu, janin sudah dinyatakan matur.
l) Persalinan pada pre-eklampsia ringan dapat dilakukan spontan, atau dengan bantuan
ekstraksi untuk mempercepat kala 2.

Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Berat

Dapat ditangani secara aktif atau konservatif. Aktif berarti : kehamilan diakhiri /
diterminasi bersama dengan pengobatan medisinal. Konservatif berarti : kehamilan
dipertahankan bersama dengan pengobatan medisinal. Prinsip : Tetap pemantauan janin
dengan klinis, USG, kardiotokografi.

a. Penanganan aktif.

Penderita harus segera dirawat, sebaiknya dirawat di ruang khusus di daerah kamar
bersalin.Tidak harus ruangan gelap.Penderita ditangani aktif bila ada satu atau lebih
kriteria ini.

1) Ada tanda-tanda impending eklampsia

2) Ada hellp syndrome

3) Ada kegagalan penanganan konservatif

4) Ada tanda-tanda gawat janin atau iugr

5) Usia kehamilan 35 minggu atau lebih

6. Diagnosa keperawatan
1) Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ
( vasospasme dan peningkatan tekanan darah.
2) Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan
pada plasenta.
3) Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan
pembukaan jalan lahir.
4) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubunganKetidakmampuan dalam memasukkan/mencerna makanan karena faktor
biologi.
5) Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif
terhadap proses persalinan

7. Intervensi / Perencanaan
1) Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi
organ ( vasospasme dan peningkatan tekanan darah

Tujuan

Tidak terjadi kejang pada ibu

Kriteria Hasil :

a) Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )


b) Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah : 100-120/70-80 mmHg, Suhu: 36-37 C,
Nadi : 60-80 x/mnt, RR : 16-20 x/mnt.

Intervensi Rasional
1. Monitor tekanan darah tiap 4 1. Tekanan diastole > 110 mmHg dan
jam sistole 160 atau lebih merupkan
indikasi dari PIH
2. Catat tingkat kesadaran pasien 2. Penurunan kesadaran sebagai
indikasi penurunan aliran darah otak
3. Kaji adanya tanda-tanda 3. Gejala tersebut merupakan
eklampsia ( hiperaktif, reflek manifestasi dari perubahan pada otak,
patella dalam, penurunan nadi,dan ginjal, jantung dan paru yang
respirasi, nyeri epigastrium dan mendahului status kejang
oliguria ) 4. Kejang akan meningkatkan
4. Monitor adanya tanda-tanda kepekaan uterus yang akan
dan gejala persalinan atau adanya memungkinkan terjadinya persalinan.
kontraksi uterus 5. Anti hipertensi untuk menurunkan
5. Kolaborasi dengan tim medis tekanan darah dan SM untuk
dalam pemberian anti hipertensi mencegah terjadinya kejang
dan SM

2) Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan
pada plasenta

Tujuan

Tidak terjadi foetal distress pada janin

Kriteria Hasil

a) DJJ jantung dalam batasnormal


b) Tidak ada tanda-tanda nyeri
c) Pertumbuhan janin tidak ada gangguan

Intervensi Rasional
1. Monitor DJJ sesuai indikasi 1. Peningkatan DJJ sebagai indikasi
terjadinya hipoxia, prematur dan
2. Kaji tentang pertumbuhan solusio plasenta
janin 2. Penurunan fungsi plasenta
mungkin diakibatkan karena hipertensi
3. Jelaskan adanya tanda-tanda sehingga timbul IUGR
solutio plasenta ( nyeri 3. Ibu dapat mengetahui tanda dan
perut, perdarahan, rahim tegang, gejala solutio plasenta dan tahu akibat
aktifitas janin turun ) hipoxia bagi janin
4. Kaji respon janin pada ibu 4. Reaksi terapi dapat menurunkan
yang diberi SM pernafasan janin dan fungsi jantung
serta aktifitas janin
5. Kolaborasi dengan medis 6. Anti hipertensi untuk menurunkan
dalam pemeriksaan USG dan NST tekanan darah dan SM untuk
mencegah terjadinya kejang
7. USG dan NST untuk mengetahui
keadaan/kesejahteraan janin

3) Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan


pembukaan jalan lahir

Tujuan

Tidak terjadi nyeri atau ibu dapat mengantisipasi nyerinya

Kriteria Hasil

a) Ibu mengerti penyebab nyerinya


b) Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya

Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat intensitas nyeri 1. Ambang nyeri setiap orang
pasien berbeda ,dengan demikian akan dapat
menentukan tindakan perawatan yang
sesuai dengan respon pasien terhadap
nyerinya.
2. Jelaskan penyebab nyerinya 2. Ibu dapat memahami penyebab
nyerinya sehingga bisa kooperatif
3. Ajarkan ibu mengantisipasi 3. Dengan nafas dalam otot-otot
nyeri dengan nafas dalam bila HIS dapat berelaksasi , terjadi vasodilatasi
timbul pembuluh darah, expansi paru optimal
sehingga kebutuhan 02 pada jaringan
terpenuhi
4. Bantu ibu dengan 4. untuk mengalihkan perhatian
mengusap/massage pada bagian pasien
yang nyeri

4) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


ketidakmampuan dalam memasukkan/mencerna makanan karena faktor biologi.

Tujuan

nafsu makan meningkat atu normal

Kriteria hasil

a) BB meningkat atau normal


b) tidal ada tanda-tanda mal nutrisi
c) kekuatan menggenggan

Intervensi Rasional
1. Kaji adanya alergi makanan 1. Untuk mengetahui apakah pasien
ada alergi makanan
2. Anjurkan pasien untuk 2. intake fe dapat meningkatkan
meningkatkan intake Fe kekuatan tulang
3. substansi gula dapat meningkatkan
3. Berikan substansi gula energi pasien
4. Untuk memenuhi status gizi pasien
4. Berikan makanan yang terpilih
(sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
5. Ajarkan pasien bagaimana 5. Catatan harian makanan dapat
membuat catatan makanan harian mengetahui asupan nutrisi pasien
5) G
a
ngguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif
terhadap proses persalinan

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau hilang

Kriteria Hasil :

a) Ibu tampak tenang


b) Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan
c) Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang

Intervensi Rasional
1. tingkat kecemasan ibu 1. Tingkat kecemasan ringan dan
sedang bisa ditoleransi dengan pemberian
pengertian sedangkan yang berat
diperlukan tindakan medikamentosa
2. Jelaskan mekanisme proses 2. Pengetahuan terhadap proses
persalinan persalinan diharapkan dapat mengurangi
emosional ibu yang maladaptive.
3. Kecemasan akan dapat teratasi jika
3. gali dan tingkatkan mekanisme mekanisme koping yang dimiliki ibu
koping ibu yang efektif efektif
4. ibu dapat mempunyai motivasi
untuk menghadapi keadaan yang
4. Beri support system pada ibu sekarang secara lapang dada asehingga
dapat membawa ketenangan hati

8. Implementasi

Setelah rencana keperawatan ditetapkan maka langkah selanjutnya diterapkan dalam


bentuk tindakan nyata.Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan
keperawatan oleh perawat dan klien.hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan
implementasi adalah intervensi yang dilakukan sesuai dengan rencana setelah
dilakukan validasi., penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan teknikal.
Intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada waktu dan situasi yang
tepat.Keamanan fisik dan psikologis harus dilindungi dan didokumentasikan dalam
dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan. (La Ode Jumadi Gaffar,
1995: 64)

9. Evaluasi

Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan physical
abuse antara lain :

1) Anak mengenali perlunya atau mencari perlindungan untuk mencegah dan


mengatasi physical abuse.
2) Keluarga berpartisipasi sebagai fungsi modal peran sebagai orang tua yang positif
dan efektif.
3) Keluarga mampu menjaga situasi yang dapat menimbulkan stress.
4) Keluarga dan anak mampu mengembangkan strategi pemecahan masalah.
DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth Robsan. 2011. Patologi Pada Kehamilan Manajemenn & Asuhan Kebidanan.
Jakarta : EGC

Judye Bothamley. 2011. Patofisiologi Dalam Kebidanan. Jakarta : EGC

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas.Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai