DAFTAR ISI
7 : RANGKUMAN ............................................................................
1 DESKRIPSI
SINGKAT
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan
untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Puskesmas merupakan
fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang menyelenggarakan upaya kesehatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif),
dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan bagi
semua fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia termasuk Puskesmas.
Peningkatan kinerja pelayanan kesehatan dasar yang ada di Puskesmas dilakukan sejalan dengan
perkembangan kebijakan yang ada pada berbagai sektor. Adanya kebijakan otonomi daerah dan
desentralisasi diikuti pula dengan menguatnya kewenangan daerah dalam membuat berbagai
kebijakan. Selama ini penerapan dan pelaksanaan upaya kesehatan dalam kebijakan dasar
Puskesmas yang sudah ada sangat beragam antara daerah satu dengan daerah lainnya, namun
secara keseluruhan belum menunjukkan hasil yang optimal.
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari
pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting dalam meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas harus mendukung tiga fungsi
pokok Puskesmas, yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat
pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi pelayanan
kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi,
mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan.
Tuntutan pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian, mengharuskan
adanya perluasan dari paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi
paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi Pelayanan
Kefarmasian (pharmaceutical care).
Modul ini membahas tentang pelayanan kefarmasian, siklus pengelolaan obat dan bahan medis
habis pakai di Puskesmas,perencanaan dan permintaan obat dan bahan medis habis pakai,
penerimaan, penyimpananan dan distribusi obat dan bahan medis habis pakai, pencatatan dan
pelaporan obat dan bahan medis habis pakai dan evaluasi pengelolaan obat dan bahan medis habis
pakai, dan pelaksanaan farmasi klinik di Puskesmas.
Modul ini juga membahas tentang ruang lingkup penggunaan obat rasional, perencanaan,
pengadaan, pendistribusian, penyimpanan, pencatatan, pelaporan dan penggunaan obat rasional.
TUJUAN
2 PEMBELAJARAN
2
Modul Manajemendan Klinikal Farmasi di Puskesmas
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON 1 KEMENKES RI
POKOK
3 & SUB POKOK
BAHASAN
Pokok Bahasan materi ini terdiri atas:
3
Modul Manajemendan Klinikal Farmasi di Puskesmas
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON 1 KEMENKES RI
4 BAHAN
1. Modul Pengelolaan Obat
2. Pedoman Pengelolaan Obat
3. Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
4. Modul Penggunaan Obat Rasional
5. Pedoman Pemberian Informasi Obat dan Konseling
6. Formularium Nasional
4
Modul Manajemendan Klinikal Farmasi di Puskesmas
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON 1 KEMENKES RI
5 LANGKAH
PEMBELAJARAN
KEGIATAN
Langkah 1: Pengkondisian
Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat serta memperkenalkan diri (apabila
belum diperkenalkan). Kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran, sebaiknya
menggunakan bahan tayangan.
Lakukan curah pendapat tentang materi yang akan di bahas pada peserta.
Fasilitator menyampaikan paparan tentang siklus pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai
di Puskesmas sehingga peserta mengetahui gambaran secara umum, siklus pengelolaan obat
dan bahan medis habis pakai di Puskesmas. Materi dalam sesi ini dijelaskan dengan melibatkan
partisipasi aktif peserta.
Fasilitator menyampaikan paparan mengenai perencanaan dan permintaan obat dan bahan medis
habis pakai.
Fasilitator menyampaikan paparan penerimaan, penyimpanan dan distribusi obat dan bahan habis
pakai. Materi dalam sesi ini dijelaskan dengan melibatkan partisipasi aktif peserta.
Fasilitator menyampaikan paparan tentang Pencatatan dan pelaporan obat dan bahan habis
pakai. Materi dalam sesi ini dijelaskan dengan melibatkan partisipasi aktif peserta.
Fasilitator menyampaikan paparan tentang pencatatan dan pelaporan obat dan bahan habis pakai.
Materi dalam sesi ini dijelaskan dengan melibatkan partisipasi aktif peserta.
5
Modul Manajemendan Klinikal Farmasi di Puskesmas
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON 1 KEMENKES RI
Fasilitator menyampaikan paparan tentang pemberian informasi obat dan konseling kefarmasian
serta pencatatan dan pelaporannya. Materi dalam sesi ini dijelaskan dengan melibatkan partisipasi
aktif peserta.
Fasilitator memberikan penugasan kepada peserta berupa praktek pencatatan dan pelaporan
pemberian informasi obat dan konseling kefarmasian.
Fasilitator memberikan penugasan kepada peserta berupa praktek pencatatan dan pelaporan
pelayanan informasi obat dan konseling.
Fasilitator merangkum tentang pembahasan materi ini dengan mengajak seluruh peserta untuk
melakukan refleksi, dilanjutkan memberikan apresiasi atas partisipasi aktif peserta.
6
Modul Manajemendan Klinikal Farmasi di Puskesmas
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON 1 KEMENKES RI
URAIAN
6
Pokok Bahasan 1: Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
Menurut pengamatan pelayanan kefarmasian puskesmas saat ini, pentingnya dan akibatnya.
Keluhan masyarakat. Kualitas pelayanan saat ini (mutu pelayanan) berbasis data.
Menurunkan tingkat penggunaan sarana kesehatan, menurunkan semangat kerja staf dan lain
sebagainya
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab
kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti
untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi 2 (dua)
kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan obat dan bahan medis habis
pakai dan kegiatan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya
manusia dan sarana dan prasarana.
Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan salah satu kegiatan pelayanan
kefarmasian, yang dimulai dari perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi.
Tujuannya adalah untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan Obat dan Bahan
Medis Habis Pakai yang efisien, efektif dan rasional, meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga
kefarmasian, mewujudkan sistem informasi manajemen, dan melaksanakan pengendalian mutu
pelayanan.Kekurangan obat pada sarana kesehatan bisa menurunkan kepercayaan masyarakat
terhadap institusi kesehatan, menurunkan tingkat penggunaan sarana kesehatan, menurunkan
semangat kerja staf dan lain sebagainya.
Obat merupakan unsur penunjang dalam sistem pelayanan kesehatan, akan tetapi kedudukannya
sangat penting dan tidak bisa tergantikan. Tidak hanya pada intervensi kuratif, akan tetapi juga pada
preventif dan dan rehabilitatif, disisi lain komponen tersebut menyerap dana yang cukup besar
dalam sistem pelayanan kesehatan, oleh karena itu diperlukan pengelolaan yang baik dan benar
serta efektif dan efisien secara berkesinambungan.
Tujuan
7
Modul Manajemendan Klinikal Farmasi di Puskesmas
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON 1 KEMENKES RI
Pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai bertujuan untuk menjamin kelangsungan
ketersediaan dan keterjangkauan obat dan BMHP yang efektif, efisien dan rasional, meningkatkan
kompetensi tenaga kefarmasian, mewujudkan system informasi dan melaksanakan pengendalian
mutu pelayanan
Proses pengelolaan merupakan siklus berkelanjutan yang dinamis antar fungsi pengelolaan yang
meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi dan penggunaan. Tahapan-tahapan
dalam siklus benar-benar merupakan siklus yang berkelanjutan, artinya suatu tahapan akan
berjalan dengan baik apabila tahapan sebelumnya berjalan dengan baik. Dukungan manajemen
dibutuhkan agar pengelolaan obat berjalan optimal, berupa SDM yang kompeten, organisasi dan
sistem informasi yang baik, serta pendanaan/ pembiayaan yang cukup dan berkelanjutan. Setiap
tahapan dalam pengelolaan obat harus dilakukan sesuai dengan hukum, kebijakan dan peraturan
perundangan, sesuai dengan unit kerja yang melakukan pengelolaan obat.
Permasalah terkait pengelolaan obat akan terjadi apabila salah satu tahapan tidak berjalan
dengan benar. Hal ini bisa diakibatkan baik karena kesalahan yang dilakukan pada satu atau lebih
fungsi pengelolaan, atau karena tidak adanya koordinasi antara fihak yang terlibat dalam setiap
tahapan, mengingat banyaknya stake holder yang berperan mulai dari seleksi obat sampai obat
tersebut digunakan oleh pasien. Masalah yang disebabkan bisa berdampak terhadap penurunan
kualitas obat, kekurangan obat, atau masalah yang berhubungan dengan inefisiensi berupa
meningkatnya biaya, obat rusak, obat kadaluarsa dan overstock obat.
Dukungan Manajemen,
SDM
Organisasi
Pendanaan
Sistem informasi
Evaluasi:
8
Modul Manajemendan Klinikal Farmasi di Puskesmas
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON 1 KEMENKES RI
Pokok Bahasan 3: Perencanaan dan Permintaan Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai
Sumber penyediaan obat yang utama di Puskemas berasal dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Untuk memberikan jaminan sosial yang dapat memenuhi kebutuhan dan ketersediaan, serta
efektivitas dan efisiensi obat, Negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial Nasional di bidang
kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia.Bahwa dalam rangka upaya peningkatan mutu pelayanan
kesehatan dan untuk menjamin ketersediaan obat yang aman, bermanfaat serta bermutu dengan
harga yang terjangkau dalam jumlah dan jenis yang memadai sebagai bentuk tanggung jawab
Pemerintah maka disusun Formularium Nasional.
Formularium Nasional (Fornas) adalah daftar obat terpilih yang disusun berdasarkan bukti ilmiah
mutakhir oleh Komite Nasional Penyusunan Formularium Nasional, dibutuhkan dan harus tersedia
di fasilitas pelayanan kesehatan sebagai acuan dalam pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN).Kriteria seleksi obat dalam Formularium Nasional meliputi:
1. Mempunyai khasiat keamanan terbaik berdasarkan bukti ilmiah mutakhir dan valid
2. Mempunyai rasio manfaat-resiko (benefit-risk ratio) yang paling menguntungkan pasien
3. Mempunyai izin edar dan indikasi yang disetujui oleh Badan POM
4. Mempunyai rasio manfaat biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi (penekanan materi)evaluasi
(diringkas lagi)
Pemerintah daerah berwenang merencanakan kebutuhan sediaan farmasi, vaksin, dan bahan
medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan daerahnya.Kewenangan merencanakan kebutuhan
sediaan farmasi, vaksin, dan bahan medis habis pakai tetap memperhatikan pengaturan dan
pembinaan standar yang berlaku secara nasional.Perencanaan kebutuhan sediaan farmasi, vaksin,
dan bahan medis habis pakai merupakan proses yang terpadu antara stakeholder terkait
9
Modul Manajemendan Klinikal Farmasi di Puskesmas
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON 1 KEMENKES RI
Data rencana kebutuhan obat tahunan untuk Puskesmas setiap tahun dikompilasi oleh Pengelola
Obat dan Bahan medis habis pakai di Puskesmas, terutama untuk obat pelayanan kesehatan dasar,
sedangkan kebutuhan obat program kesehatan, diusulkan oleh masing-masing pengelola program
di Puskesmas, untuk selanjutnya data kebutuhan obat tahunan Puskesmas diserahkan dan di
evaluasi serta di tandatangani oleh Kepala Puskesmas. Dalam proses perencanaan kebutuhan obat
per tahun, Pengelola obat Puskesmas menyediakan data pemakaian obat berdasarkan LPLPO.
Data pemakaian setiap item obat per bulan, sisa stok obat pada saat perhitungan dan jumlah hari
kekosongan obat merupakan data yang dibutuhkan untuk melakukan perhitungan rencana
kebutuhan obat tahunan di Puskesmas. Ketepatan dan kebenaran data di Puskesmas akan
berpengaruh terhadap ketersediaan obat dan bahan medis habis pakai secara keseluruhan di
Kab/Kota.
10
Modul Manajemendan Klinikal Farmasi di Puskesmas
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON 1 KEMENKES RI
SO = SK + SWK + SWT + SP
Permintaan = SO SS
Keterangan :
SO = Stok optimum
SK = Stok Kerja (Stok pada periode berjalan)
SWK = Jumlah yang dibutuhkan pada waktu kekosongan obat
SWT = Jumlah yang dibutuhkan pada waktu tunggu (Lead Time )
SP = Stok penyangga
SS = Sisa Stok
Waktu tunggu Waktu tunggu, dihitung mulai dari permintaan obat oleh
Puskesmas sampai dengan penerimaan obat di
Puskesmas.
Stok Optimum Adalah stok ideal yang harus tersedia dalam waktu
periode tertentu.
1. Pada tanggal 31 Maret 2014 di Puskesmas Sehat Selalu Kabupaten Segar Bugar, sisa
persediaan CTM tablet 4mg sisa stoknya = 5 botol@1.000 tablet. Frekwensi distribusi
dari IF Kabupaten adalah 1 bulan. Pemakaian CTM tablet 4mg per triwulan selama ini di
Puskesmas adalah 25 botol@1.000 tablet.
LPLPO akan diajukan oleh Puskesmas ke IFK Kabupaten pada akhir tanggal 3 bulan
April 2014. Waktu tunggu 5 hari kerja. Hari kerja pada setiap bulan=25
a. Hitung stok optimum CTM tablet 4mg untuk bulan April2014 di Puskesmas tersebut.
b. Hitunglah permintaan kebutuhan obat pada periode tersebut
Perhitungan :
11
Modul Manajemendan Klinikal Farmasi di Puskesmas
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON 1 KEMENKES RI
Jawaban :
a. Stok optimum CTM tablet 4mg April 2014 di Puskesmas tersebut = stok kerja +
kebutuhan waktu tunggu + waktu kosong obat + Stok Penyangga = (25 botol + 5 botol
+ 0 botol + 5 botol) tablet = 30 botol @1000 tablet
b. Permintaan kebutuhan CTM tablet 4mg April 2014 di Puskesmas tersebut = Stok
optimum Sisa stok = (30 botol 5 botol) = 25 botol @1000 tablet
2. Tujuan.
Penerimaan obat bertujuan agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
permintaan yang diajukan oleh Puskesmas.
a. Petugas penerima obat di Puskesmas dan petugas dari Instalasi Farmasi melakukan
pengecekan bersama terhadap kesesuaian obat dan BMHP yang diserahterimakan dengan
isi dokumen (LPLPO), terkait:
1) Nama Obat
2) Satuan kemasan
3) bentuk sediaan obat
4) Jumlah obat
5) Waktu kadaluwarsa
6) Kondisi fisik
b. Menerima logistik obat dan BMHP sesuai dengan fisik obat yang dikirimkan, apabila ada
ketidak sesuaian fisik dan dokumen maka diberi keterangan pada dokumen
c. Petugas pengirim dari IF Kabupaten/ Kota dan penanggungjawab penerima menandatangani
LPLPO dan/ berita acara serah terima
d. Mengarsipkan salinan LPLPO
e. Memasukkan data obat yang diterima dalam buku penerimaan obat dan kartu stok obat.
12
Modul Manajemendan Klinikal Farmasi di Puskesmas
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON 1 KEMENKES RI
b. Tujuan.
Penyimpanan bertujuan agar obat yang tersedia di Unit pelayanan kesehatan terjamin mutu
dan keamanannya.
c. Kegiatan.
1) Persyaratan ruang penyimpanan obat.
a) Luas minimal 3 x 4 m2 dan atau disesuaikan dengan jumlah obat yang disimpan.
b) Ruangankering dan tidak lembab.
c) Memiliki ventilasi yang cukup.
d) Memiliki cahaya yang cukup, namun jendela harus mempunyai pelindung untuk
menghindarkan adanya cahaya langsung dan berteralis.
e) Lantai dibuat dari semen/tegel/keramik/papan (bahan lain) yang tidak memungkinkan
bertumpuknya debu dan kotoran lain. Harus diberi alas papan (palet).
f) Dinding dibuat licin dan dicat warna cerah.
g) Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam.
h) Gudang digunakan khusus untuk penyimpanan obat.
i) Mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda.
j) Tersedia lemari/laci khusus untuk narkotika dan psikotropika yang selalu terkunci dan
terjamin keamanannya.
k) Harus ada pengukur suhu dan higrometer ruangan.
Untuk menjaga mutu obat perlu diperhatikan kondisi penyimpanan sebagai berikut :
a) Kelembaban.
Udara lembab dapat mempengaruhi obat-obatan sehingga mempercepat kerusakan.
Untuk menghindari udara lembab tersebut Maka perlu dilakukan upaya-upaya berikut:
13
Modul Manajemendan Klinikal Farmasi di Puskesmas
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON 1 KEMENKES RI
b) Sinar Matahari.
Kebanyakan cairan, larutan dan injeksi cepat rusak karena pengaruh sinar matahari.
Sebagai contoh, Injeksi Klorpromazin yang terkena sinar matahari akan berubah
warna menjadi kuning terang sebelum tanggal kadaluwarsa. Cara mencegah
kerusakan karena sinar matahari antara lain:
c) Temperatur/Panas.
Obat seperti salep, krim dan supositoria sangat sensitif terhadap pengaruh panas,
dapat meleleh. Oleh karena itu hindarkan obat dari udara panas. Sebagai contoh,
Salep Oksitetrasiklin akan lumer bila suhu penyimpanan tinggi dan akan
mempengaruhi kualitas salep tersebut.
Ruangan obat harus sejuk, beberapa jenis obat harus disimpan di dalam lemari
pendingin pada suhu 4 8 oC, seperti:
Vaksin
Sera dan produk darah
Antitoksin
Insulin
Injeksi antibiotika yang sudah dipakai (sisa)
Injeksi oksitosin
Injeksi Metil Ergometrin
Untuk DPT, DT, TT, vaksin atau kontrasepsi jangan dibekukan karena akan menjadi
rusak. Cara mencegah kerusakan karena panas antara lain :
d) Kerusakan Fisik.
Untuk menghindari kerusakan fisik dapat dilakukan antara lain:
Penumpukan dus obat harus sesuai dengan petunjuk pada karton, jika tidak
tertulis pada karton maka maksimal ketinggian tumpukan delapan dus, karena
obat yang ada di dalam dus bagian tengah ke bawah dapat pecah dan rusak,
selain itu akan menyulitkan pengambilan obat.
Hindari kontak dengan benda - benda yang tajam
e) Kontaminasi.
Wadah obat harus selalu tertutup rapat. Apabila wadah terbuka, maka obat mudah
tercemar oleh bakteri atau jamur.
f) Pengotoran.
Ruangan yang kotor dapat mengundang tikus dan serangga lain yang kemudian
merusak obat. Etiket dapat menjadi kotor dan sulit terbaca. Oleh karena itu bersihkan
ruangan setiap hari. Lantai disapu dan dipel, dinding dan rak dibersihkan.
14
Modul Manajemendan Klinikal Farmasi di Puskesmas
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON 1 KEMENKES RI
4) Pengamatan mutu.
15
Modul Manajemendan Klinikal Farmasi di Puskesmas
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON 1 KEMENKES RI
Setiap pengelola obat, perlu melakukan pengamatan mutu obat secara berkala, setiap
bulan. Pengamatan mutu obat dilakukan secara visual dengan melihat tandatanda
sebagai berikut:
a) Tablet:
Terjadi perubahan warna, bau dan rasa, serta lembab.
Kerusakan fisik seperti pecah, retak, sumbing, gripis dan rapuh.
Kaleng atau botol rusak, sehingga dapat mempengaruhi mutu obat.
Untuk tablet salut, disamping informasi di atas, juga basah dan lengket satu dengan
lainnya.
Wadah yang rusak.
b) Kapsul :
Cangkangnya terbuka, kosong, rusak atau melekat satu dengan lainnya.
Wadah rusak.
Terjadi perubahan warna baik cangkang ataupun lainnya.
c) Cairan :
Cairan jernih menjadi keruh, timbul endapan.
Cairan suspensi tidak bisa dikocok.
Cairan emulsi memisah dan tidak tercampur kembali.
d) Salep :
Konsistensi warna dan bau berubah (tengik).
Pot/tube rusak atau bocor.
e) Injeksi :
Kebocoran
Terdapat partikel untuk sediaan injeksi yang seharusnya jernih sehingga keruh
atau partikel asing dalam serbuk untuk injeksi.
Wadah rusak atau terjadi perubahan warna.
Laporkan perubahan yang terjadi kepada Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota untuk diteliti
lebih lanjut.
Hal ini penting untuk diketahui terutama penggunaan antibiotik yang sudah kadaluwarsa
karena dapat menimbulkan resistensi mikroba. Resistensi mikroba berdampak terhadap
mahalnya biaya pengobatan.
16
Modul Manajemendan Klinikal Farmasi di Puskesmas
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON 1 KEMENKES RI
Memenuhi kebutuhan obat sub unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja
Puskesmas dengan jenis, jumlah dan waktu yang tepat serta mutu terjamin
c. Kegiatan.
1) Menentukan frekuensi distribusi.
Dalam menentukan frekuensi distribusi perlu dipertimbangkan :
a) Jarak sub unit pelayanan.
b) Biaya distribusi yang tersedia.
2) Menentukan jumlah dan jenis obat yang diberikan.
Dalam menentukan jumlah obat perlu dipertimbangkan :
a) Pemakaian rata-rata per periode untuk setiap jenis obat.
b) Sisa stok.
c) Pola penyakit.
3) Melaksanakan penyerahan obat dan menerima sisa obat dari sub-sub unit.
Penyerahan obat dapat dilakukan dengan cara :
a) Puskesmas menyerahkan/mengirimkan obat dan diterima di sub unit pelayanan.
b) Obat diambil sendiri oleh sub-sub unit pelayanan. Obat diserahkan bersama-sama
dengan formulir LPLPO sub unit yang ditandatangani oleh penanggung jawab sub
unit pelayanan puskesmas dan kepala puskesmas sebagai penanggung jawab
pemberi obat dan lembar pertama disimpan sebagai tanda bukti penerimaan obat.
Evaluasi:
Sub Pokok Bahasan5: Pencatatan Dan Pelaporan Obat Bahan Medis Habis Pakai
A. Deskripsi.
Pencatatan dan pelaporan data obat di Puskesmas merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka
penatalaksanaan obat-obatan secara tertib, baik obat-obatan yang diterima, disimpan,
didistribusikan dan digunakan di Puskesmas dan atau unit pelayanan lainnya.
Puskesmas bertanggung jawab atas terlaksananya pencatatan dan pelaporan obat yang tertib dan
lengkap serta tepat waktu untuk mendukung pelaksanaan seluruh pengelolaan obat.
B. Tujuan.
Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah :
1. Bukti bahwa suatu kegiatan telah dilakukan.
2. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian.
3. Sumber data untuk perencanaan kebutuhan.
4. Sumber data untuk pembuatan laporan.
17
Modul Manajemendan Klinikal Farmasi di Puskesmas
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON 1 KEMENKES RI
C. Kegiatan.
1. Sarana Pencatatan Dan Pelaporan.
Sarana yang digunakan untuk pencatatan dan pelaporan obat di Puskesmas adalah Laporan
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dan kartu stok. LPLPO yang dibuat oleh
petugas Puskesmas harus tepat data, tepat isi dan dikirim tepat waktu serta disimpan dan
diarsipkan dengan baik. LPLPO juga dimanfaatkan untuk analisis penggunaan, perencanaan
kebutuhan obat, pengendalian persediaan dan pembuatan laporan pengelolaan obat.
Di dalam gedung Puskesmas (gudang puskesmas, kamar obat, kamar suntik, UGD
puskesmas, poli) :
2. Penyelenggaraan Pencatatan :
a. Di gudang Puskesmas :
1) Setiap obat yang diterima dan dikeluarkan dari gudang dicatat
di dalam Buku penerimaan dan Kartu Stok.
2) Laporan penggunaan dan lembar permintaan obat dibuat
berdasarkan :
Kartu Stok Obat.
Catatan harian penggunaan obat.
Data yang ada pada LPLPO merupakan laporan Puskesmas ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
b. Di kamar obat :
1) Setiap hari jumlah obat yang dikeluarkan kepada pasien dicatat
pada buku catatan pemakaian obat harian.
2) Laporan pemakaian dan permintaan obat ke gudang obat
dibuat berdasarkan catatan pemakaian harian dan sisa stok.
c. Di kamar suntik :
Obat yang akan digunakan dimintakan ke gudang obat. Pemakaian obat dicatat pada buku
penggunaan obat suntik dan menjadi sumber data untuk permintaan obat.
3. Alur Pelaporan.
Data LPLPO merupakan kompilasi dari data LPLPO sub unit. LPLPO dibuat 3 (tiga) rangkap,
diberikan ke Dinkes Kabupaten/Kota melalui Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota, untuk diisi
18
Modul Manajemendan Klinikal Farmasi di Puskesmas
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON 1 KEMENKES RI
jumlah yang diserahkan. Setelah ditanda tangani oleh kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota, satu
rangkap untuk Kepala Dinas Kesehatan, satu rangkap untuk Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota
dan satu rangkap dikembalikan ke puskesmas.
4. Periode Pelaporan.
LPLPO sudah harus diterima oleh Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota paling lambat tanggal 10
setiap bulannya atau berdasarkan kebijakan Kabupaten/ Kota.
Sub Pokok Bahasan6: Evaluasi Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
A. Deskripsi.
Evaluasi adalah serangkaian prosedur untuk menilai suatu program dan memperoleh informasi
tentang keberhasilan pencapaian tujuan, kegiatan, hasil dan dampak serta biayanya. Fokus utama
dari evaluasi adalah mencapai perkiraan yang sistematis dari dampak program.
B. Tujuan.
1. Menetapkan kesulitan-kesulitan yang ditemui dalam program yang
sedang berjalan dan mencari solusinya.
2. Memprediksi kegunaan dari pengembangan program dan
memperbaikinya.
3. Mengukur kegunaan program-program yang inovatif.
4. Meningkatkan efektifitas program, manajemen dan administrasi.
5. Mengetahui kesesuaian antara sasaran yang diinginkan dengan
hasil yang dicapai.
C. Kegiatan.
Evaluasi dilakukan dengan membandingkan suatu kondisi yang diharapkan dengan kondisi yang
diamati. Hasil evaluasi ditindak lanjuti dengan pembahasan sehingga kemungkinan perlu dilakukan
perbaikan atau penyempurnaan terhadap pekerjaan atau kegiatan di bidang pengelolaan sediaan
farmasi, vaksin, dan BMHP.
Evaluasi bisa dilakukan baik selama berlangsungnya kegiatan/ program, ataupun pada akhir
program/ kegiatan. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan indikator-indikator pengelolaan obat
dan BMHP.
1. Indikator merupakan jenis data berdasarkan sifat/gejala/keadaan yang dapat diukur dan diolah
secara mudah dan cepat dengan tidak memerlukan data lain dalam pengukurannya.
2. Indikator merupakan ukuran untuk mengukur perubahan.
19
Modul Manajemendan Klinikal Farmasi di Puskesmas
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON 1 KEMENKES RI
2. Definisi :
Total item obat yang termasuk dalam Formularium Nasional untuk FKTP dibagi dengan total
item obat yang tersedia di Puskesmas
3. Pengumpulan Data :
Data dikumpulkan dari dokumen yang ada di puskesmas berupa jumlah item obat yang
tersedia dan jumlah item obat yang tidak termasuk dalam Formularium Nasional untuk FKTP.
Contoh :
b. Definisi :
Kesesuaian jenis obat yang tersedia di Puskesmas dengan pola penyakit yang ada di wilayah
Puskesmas adalah jumlah jenis obat yang tersedia dibagi dengan jumlah jenis obat untuk
semua kasus di Puskesmas.
c. Pengumpulan Data :
Data dikumpulkan dari dokumen yang ada di Puskesmas berupa : jenis obat yang tersedia
dan data pola penyakit di Puskesmas.
20
Modul Manajemendan Klinikal Farmasi di Puskesmas
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON 1 KEMENKES RI
Contoh :
b. Definisi :
Jumlah (kuantum) yang tersedia/ sisa stok suatu item obat dibagi dengan pemakaian rata-
rata obat per periode tertentu.
c. Pengumpulan Data :
Data dikumpulkan dari dokumen yang ada di Puskesmas berupa sisa stok obat, pemakaian
rata-rata obat per periode tertentu, waktu kedatangan obat
Contoh :
Jumlah n (kuantum) obat / sisa stok obat A yang tersedia = 200 tablet
Jumlah rata-rata pemakaian obat A per bulan = 500 tablet
Bila 1 bulan adalah 25 hari kerja, pemakaian rata-rata per hari =
500/25 sama dengan 20 tablet per hari
Tingkat ketersediaan obat = 200 /20 = 10 hari kerja
21
Modul Manajemendan Klinikal Farmasi di Puskesmas
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON 1 KEMENKES RI
Terjadinya obat rusak atau kadaluarsa mencerminkan ketidak tepatan perencanaan, dan atau
kurang baiknya sistem distribusi, dan atau kurangnya pengamatan mutu dalam penyimpanan
obat dan atau perubahan pola penyakit.
2. Definisi
Jumlah jenis obat yang rusak atau kadaluwarsa dibagi dengan total jenis obat.
3. Pengumpulan Data :
Data dikumpulkan dari dokumen yang ada di Puskesmas berupa : Jumlah jenis obat yang
tersedia untuk pelayanan selama satu tahun dan jumlah jenis obat yang rusak dan harga
masing-masing obat.
Contoh :
Total jenis obat yang tersedia = 100
Total jenis obat yang rusak =2
Prosentase obat rusak = 2/100 x100 % = 2 %
Cara untuk menentukan prosentase dan nilai obat yang kadaluarsa adalah sama dengan
perhitungan untuk obat rusak.
22
Modul Manajemendan Klinikal Farmasi di Puskesmas
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON 1 KEMENKES RI
Contoh :
Jumlah dalam catatan stok keseluruhan obat indikator yang ditetapkan adalah =
1.000+800+1.200+1.000+500 = 4.500
Contoh:
Obat indikator yang ditetapkan adalah 3 (tiga) jenis obat
Jumlah hari kekosongan obat A dalam satu tahun = 20
Jumlah hari kekosongan obat B dalam satu tahun = 25
Jumlah hari kekosongan obat C dalam satu tahun = 21
Prosentase rata2 waktu kekosongan obat = (20+25+21) x 100%
365x3= 6,02%
23
Modul Manajemendan Klinikal Farmasi di Puskesmas
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON 1 KEMENKES RI
Data dikumpulkan dari kartu stok obat yang tidak ada pengeluaran selama 6 bulan
4. Perhitungan dan Contoh :
Contoh :
Jumlah jenis obat yang dalam enam bulan stoknya tetap = 2
Total jenis obat yang tersedia = 80
Prosentase obat yang tidak diresepkan = 2/80 x100 % = 2,5%
A. Deskripsi
Pemberian Informasi Obat merupakan kegiatan menyerahan sediaan farmasi dengan informasi
yang memadai disertai pendokumentasian, yang bertujuan agar ketika obat diserahkan kepada
pasien, pasien memahami tujuan pengobatan dan mematuhi intruksi pengobatan. Sedangkan
konseling adalah suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang
berkaitan dengan penggunaan obat pasien rawat jalan dan rawat inap, serta keluarga pasien.
Tujuan dilakukannya konseling adalah memberikan pemahaman yang benar mengenai Obat
kepada pasien/keluarga pasien antara lain tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama
penggunaan Obat, efek samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan Obat.
B. Kegiatan
a. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
b. Menanyakan hal-hal yang menyangkut Obat yang dikatakan oleh dokter kepada
pasiendengan metode pertanyaan terbuka (open-ended question), misalnya apa yang
dikatakan dokter mengenai Obat, bagaimana cara pemakaian, apa efek yang
diharapkandariObattersebut,danlain-lain.
c. Memperagakandan menjelaskanmengenaicara penggunaan Obat
d. Verifikasiakhir,yaitumengecekpemahamanpasien,mengidentifikasidanmenyelesaikanmasalah
yangberhubungandengancarapenggunaanObatuntukmengoptimalkantujuanterapi.
b. Saranadanprasarana:
1) Ruangankhusus.
2) Kartupasien/catatankonseling.
24
Modul Manajemendan Klinikal Farmasi di Puskesmas
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON 1 KEMENKES RI
Setelah dilakukan konseling, pasien yang memiliki kemungkinan mendapat risiko masalah terkait
Obat misalnya komorbiditas, lanjut usia, lingkungan sosial, karateristik Obat, kompleksitas
pengobatan, kompleksitas penggunaan Obat, kebingungan atau kurangnya pengetahuan dan
keterampilan tentang bagaimana menggunakan Obat dan/atau alat kesehatan perlu dilakukan
pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care) yang bertujuan tercapainya keberhasilan
terapi Obat.
25
Modul Manajemendan Klinikal Farmasi di Puskesmas
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON 1 KEMENKES RI
Pelaporan
Pelaporan pemberian informasi merupakan rekapitulasi pemberian informasi obat yang dilakukan
dalam janka waktu 1 bulan. Hasil rekapitulasi dilaporkan secara berjenjang kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan Dinas Kesehatan Provinsi dan Direktorat Pelayanan
Kefarmasian.
26
Modul Manajemendan Klinikal Farmasi di Puskesmas
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON 1 KEMENKES RI
A. Deskripsi
Penggunaan obat yang rasional (POR) merupakan salah satu langkah dalam upaya
pembangunan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang aman dan
bermutu, di setiap fasilitas kesehatan, sehingga tercapai keselamatan pasien (patient
safety). Menurut WHO, penggunaan obat dikatakan rasional apabila pasien menerima obat
yang sesuai dengan kebutuhan klinisnya, dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan, dan
dalam periode waktu yang adekuat. Diperkirakan di seluruh dunia lebih dari 50 % obat
diresepkan dan digunakan secara tidak tepat, termasuk di Indonesia. Sampai dengan tahun
2013, hasil pemantauan dan evaluasi peresepan di fasilitas kesehatan dasar (Puskesmas)
menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik pada penyakit ISPA Non Pneumonia dan Diare
Non Spesifik masih cukup tinggi, yaitu mendekati 50 %.
27
Modul Manajemendan Klinikal Farmasi di Puskesmas
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON 1 KEMENKES RI
28
Modul Manajemendan Klinikal Farmasi di Puskesmas
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON 1 KEMENKES RI
[( 100a ) X
100
80 ][
+ ( 100b ) X
100
92 ][
+ ( 100c ) X
100
99 ]
+ [ 100d ) X
4
1,4
4
Keterangan :
a = Persentase Penggunaan antibiotik pada ISPA non pneumonia (angka riil)
b = Persentase Penggunaan antibiotik pada Diare non Spesifik (angka riil)
c = Persentase Penggunaan injeksi pada Myalgia (angka riil)
Rerataitem obat per lembar resep
d = x 100
4
Indikator Peresepanterdiri dari :
4) Rerata item obat yang diresepkan (untuk 3 penyakit tersebut di atas) maksimal 2,6
Jumlah item obat
Rerata item obat (d)
Jumlah lembar resep
29
Modul Manajemendan Klinikal Farmasi di Puskesmas
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON 1 KEMENKES RI
Jika d 2,6 item, maka persentase capaian indikator kinerja POR adalah 100 %
Jika d 4 item, maka persentase capaian indikator kinerja POR adalah 0 %
E. Cara Pengisian
Kasus adalah pasien yang berobat ke Puskesmas/Pustu dengan diagnosis tunggal ISPA non-
pneumonia (batuk-pilek), diare akut non spesifik, dan penyakit sistem otot dan jaringan. Dasar
pemilihan ketiga diagnosis adalah:
5. Selama ini ketiganya dianggap potensial untuk diterapi secara tidak rasional.
Contoh Pengisian:
a. Contoh perhitungan pada formulir Pelaporan Indikator Peresepan ISPA Non Pneumonia (Tabel 1)
30
Modul Manajemendan Klinikal Farmasi di Puskesmas
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON 1 KEMENKES RI
b. Contoh perhitungan pada formulir Pelaporan Indikator Peresepan ISPA Non Pneumonia Diare Non
spesifik (Tabel 2)
c. Contoh perhitungan pada formulir Pelaporan Indikator Peresepan ISPA Non Pneumonia injeksi
Myalgia (Tabel 3)
Tabel 1 Contoh Perhitungan Pada Formulir Pelaporan Indikator Peresepan ISPA NON PNEUMONIA
Petugas,
NIP.
31
Modul Manajemendan Klinikal Farmasi di Puskesmas
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON 1 KEMENKES RI
Tabel 2 Contoh perhitungan pada formulir Pelaporan Indikator Peresepan Diare Non Spesifik
Petugas,
.
NIP.
32
Modul Manajemendan Klinikal Farmasi di Puskesmas
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON 1 KEMENKES RI
Petugas
NIP.
33
Modul Manajemendan Klinikal Farmasi di Puskesmas
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON 1 KEMENKES RI
Petugas,
....................................
NIP.
Modul Manajemendan Klinikal Farmasi di Puskesmas
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON 1 KEMENKES RI
Keterangan :
Bulan : bulan periode waktu pengambilan data
Tahun : tahun pengambilan data
Kolom 1 : diisi dari hasil perhitungan Persentase Penggunaan Antibiotik pada diagnosis ISPA Non-Pneumonia (Form.1)
Kolom 2 : diisi dari hasil perhitungan Persentase Penggunaan Antibiotik pada Diagnosis Diare Non-pesifik (Form.2)
Kolom 3 : diisi dari hasil perhitungan Persentase Penggunaan Antibiotik pada diagnosis Myalgia (Form.3)
Kolom 4 : diisi dari hasil perhitungan Rerata Item Obat per lembar Resep pada diagnosis ISPA Non-Pneumonia (Form.1)
Kolom 5 : diisi dari hasil perhitungan Rerata Item Obat per lembar Resep pada diagnosis Diare Non-Spesifik (Form. 2)
Kolom 6 : diisi dari hasil perhitungan Rerata Item Obat per lembar Resep pada diagnosis Myalgia (Form. 3)
Kolom 7 : merupakan nilai rerata item obat/lembar resep dari ke 3 diagnosis yang diisi dengan rumus sebagai berikut :
F.Mekanisme pelaporan
Puskesmas membuat rekapitulasi data indikator peresepan per triwulan, untuk dikirim ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, paling
lambat tanggal 4.
Evaluasi:
Jelaskan indikator kinerja Penggunaan Obat Rasional?
Penugasan
Soal 1
Pertanyaan
a. Hitung stok optimum Amoksisilin kaplet 500 mg pada periode April Juni
2015 di Puskesmas tersebut.
b. Hitunglah permintaan kebutuhan obat pada periode tersebut
Jawaban
Sisa stok 0
Stok Penyangga (10 % dari pemakaian 10/100 x 32.175 kaplet =3.218 kaplet
rata-rata)
a. Stok optimum Amoksisilin kaplet 500mg pada periode April Juni 2015 di
Puskesmas tersebut = stok kerja + kebutuhan waktu tunggu + Stok Penyangga
= (32.175 + 2.145 + 3.218) tablet = 37.538 kaplet
b. Permintaan kebutuhan Amoksisilin kaplet 500mg pada periode April Juni
2015 di Puskesmas tersebut = Stok optimum Sisa stok = 37.538 0 =
37.538, dibulatkan dalam satuan kemasan utuhnya sama dengan 375
kotak@100 kaplet.
Modul Manajemendan Klinikal Farmasi di Puskesmas
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON 1 KEMENKES RI
Petunjuk Latihan
Tujuan:
Setelah mengikuti latihan ini, peserta mampu menghitung stok optimum dan
jumlah permintaan obat
Petunjuk :
Kertas Kerja
Laptop/Kalkulator
Waktu
1 JPL
Soal 2
Tugas
Buatlah rancangan ruang penyimpanan obat dan BMHP yang ideal beserta
sarana/ prasarana yang diperlukan, dengan asumsi luas tanah dan dana cukup
tersedia untuk luas minimal yang dibutuhkan,
Jawab
Rancangan ruang penyimpanan obat dan BMHP yang ideal beserta sarana/
prasarana yang diperlukan, minimal harus bisa dijelaskan terkait poin-poin penting
berikut ini:
1. Luas ruang penyimpanan pada saat frekwensi distribusi 1 bulan dengan 3x2
m2 masih kurang, dengan frekwensi distribusi menjadi 2 bulan maka luas ideal
harus diatas 6x4m2
PETUNJUK LATIHAN
Tujuan:
Setelah mengikuti latihan ini, peserta mampu merancang ruang penyimpanan obat
dan BMHP yang baik di Puskesmas
Petunjuk :
a. Setiap peserta
merancang ruangan penyimpanan ideal di Puskesmas, sarana/ prasarana yang
dibutuhkan beserta penjelasannya
b. Setiap peserta
menyerahkan hasil penugasan kepada fasilitator/ panitia.
c. Satu peserta
mempresentasikan hasil rancangan ideal ruang penyimpanan , peserta lain
memberikan tanggapan, jawaban maupun klarifikasi.
Laptop
Waktu
Waktu 25 menit
Soal 3
Catatan :
Pertanyaan
Berdasarkan data diatas hitung rencana kebutuhan beberapa item obat tersebut
untuk tahun 2015 berdasarkan konsumsinya, dengan asumsi pola penyakit
relative tetap dan kenaikan kunjungan 10%.
Jawaban
Jumlah
Jumlah
bulan Pemakai
total obat Kebutuh
obat an +Kenaik Sisa RKO
No. Nama Obat Januari- an 12
tersedia Rata2/ an 10% Stok 2015
Desember Bulan
/ tidak Bulan
2014
kosong
Amoksilin
1 Kaplet 500 19,485 12 1,624 19,485 21,434 125 21,309
mg
Paracetamol
2 tablet 500 51,606 12 4,301 51,606 56,767 245 56,522
mg
Antalgin
3 Tablet 500 63,026 12 5,252 63,026 69,329 576 68,753
mg
PETUNJUK LATIHAN
Modul Manajemendan Klinikal Farmasi di Puskesmas
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON 1 KEMENKES RI
Tujuan:
Setelah mengikuti latihan ini, peserta mampu menghitung rencana kebutuhan obat
untuk obat pelayanan kesehatan dasar dengan metode konsumsi
Petunjuk :
65 menit
Membaca soal 15 menit
Mengerjakan soal 35 menit
Presentasi 2 kelompok 15 menit
Soal 4.
Puskesmas Abadi menerima obat dan BMHP dari Kabupaten Linajaya setiap 3
bulan sekali. Obat dan BMHP yang diterima bulan Juli 2015 untuk kebutuhan
Puskesmas Juli-September 2015. Pengiriman LPLPO biasanya antara tanggal 3-
5, sedangkan pengiriman dari IF Kabupaten Jaya antara 4-6 hari dari pengiriman
LPLPO. Agar tidak terjadi stock out, kepala Puskesmas bersama-sama apoteker
penanggung jawab ruang farmasi melakukan evaluasi ketersediaan obat pada tgl
1 Agustus 2015, evaluasi dilakukan terhadap beberapa item obat fast moving
berikut ini:
Pertanyaan
Modul Manajemendan Klinikal Farmasi di Puskesmas
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON 1 KEMENKES RI
a b c d=b/c
Dengan diketahuinya tingkat ketersediaan obat, maka bisa dihitung estimasi nya
apakah setiap item obat tersebut cukup atau tidak sampai kedatangan obat
berikutnya
Jumlah sisa hari kerja sampai akhir bulan September 2015 = 50 hari
Lead time maksimal = tanggal maksimal pengiriman lplpo ditambah jumlah hari
maksimal pelayanan dari dikirimkannya lplpo sampai diterimanya obat = 5+6=11
hari
Sisa stok obat minimal harus mempunyai tingkat ketersediaan 61 hari, sehingga
Parasetamol sirup 120 mg/5 ml tidak akan cukup, Amoksisilin kaplet 500 mg juga
berpotensi mengalami kekurangan apabila pola penggunaan tetap sampai
kedatangan obat berikutnya. Solusinya adalah mengajukan permintaan khusus
untuk Parasetamol sirup 120 mg/5 ml dan Amoksisilin kaplet 500 mg, selain itu
dilakukan evaluasi penggunaan, terutama Amoksisilin kaplet 500 mg apakah
penggunaannya berlebihan atau tidak. Besarnya stok optimum direvisi untuk
periode berikutnya, terutama Parasetamol sirup 120 mg/5 ml .
PETUNJUK LATIHAN
Modul Manajemendan Klinikal Farmasi di Puskesmas
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON 1 KEMENKES RI
Tujuan:
Petunjuk :
Laptop
Waktu
70 menit
Membaca soal 15 menit
Mengerjakan soal 40 menit
Presentasi 2 kelompok 15 menit
Modul Manajemendan Klinikal Farmasi di Puskesmas
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON 1 KEMENKES RI
7 RANGKUMA
N
StandarPelayananKefarmasiandiPuskesmasditetapkansebagaiacuanpelaksana
anPelayananKefarmasiandiPuskesmas.UntukkeberhasilanpelaksanaanStandar
PelayananKefarmasiandiPuskesmasinidiperlukankomitmendankerjasamasemua
pemangkukepentinganterkait.HaltersebutakanmenjadikanPelayananKefarmasia
ndiPuskesmassemakinoptimaldandapatdirasakanmanfaatnyaolehpasiendanma
syarakatyangpadaakhirnyadapatmeningkatkancitraPuskesmasdankepuasanpas
ienatau masyarakat.
8 DAFTAR
PUSTAKA
1. Kementerian Kesehatan RI, 2010, Materi pelatihan manajemen
kefarmasian di Puskesmas. Jakarta. Kementerian Kesehatan RI.